• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP

NOMOR 49 TAHUN 2018 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya Peraturan Daerah

Kabupaten Cilacap Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati Cilacap tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3818);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

(2)

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404);

11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 58);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 19 Tahun 2012 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 86);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Cilacap.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Cilacap.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten.

5. Dinas adalah Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Cilacap.

6. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orangperorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

7. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00

(3)

(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

8. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

9. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan \ atau pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

10. Koordinasi Pemberdayaan adalah upaya untuk menyelaraskan, memadukan, menyerasikan dan menyinergikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pemberdayaan Usaha Mikro, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat agar tercapai hasil pemberdayaan yang berdaya guna dan berhasil guna.

11. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro. 12. Perlindungan Usaha adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada usaha untuk menghindari praktik monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi oleh Pelaku Usaha.

13. Pelaku Usaha adalah setiap orang per orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di daerah atau melakukan kegiatan dalam daerah baik sendiri maupun bersama-sama melalui kesepakatan menyelenggarakan kegiatan Usaha Mikro dalam berbagai bidang ekonomi rakyat.

14. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut ketentuan peraturan perundang undangan.

15. Pasar monopoli adalah pasar dimana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar.

16. Pasar oligopoli adalah pasar dimana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan.

17. Pasar monopsoni adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan jasa dalam suatu pasar komoditas.

18. Jejaring Usaha adalah proses membangun hubungan saling menguntungkan dengan UMKM lain dan klien potensial dan/atau pelanggan.

19. Hak Kekayaan Intelektual adalah Hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.

20. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Daerah.

21. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi, agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.

(4)

22. PLUT-KUMKM adalah lembaga yang menyediakan jasa non-finansial, pendampingan dan konsultasi yang menyeluruh dan terintegrasi bagi koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) guna meningkatkan kinerja produksi, kinerja pemasaran, akses ke pembiayaan, pengembangan SDM melalui peningkatan kapasitas kewirausahaan, teknis dan manajerial, serta kinerja kelembagaan dalam rangka meningkatkan daya saing KUMKM.

BAB II

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KOORDINASI, PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

Pasal 2

Tujuan Koordinasi, Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut :

a. mensinergikan kebijakan, program dan potensi sumber daya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat;

b. mewujudkan tercapainya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berdaya guna dan berhasil guna; dan

c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pasal 3 Ruang Lingkup Peraturan Bupati ini, meliputi :

a. Koordinasi dan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan pemberdayaan UMKM;

b. Prosedur dan Persyaratan Izin Usaha; c. Perlindungan Usaha.

BAB III

KOORDINASI DAN TATA CARA PEMBERDAYAAN UMKM Bagian Pertama

Koordinasi Pemberdayaan Pasal 4

(1) Koordinasi pemberdayaan UMKM, meliputi :

a. penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka menumbuhkan iklim usaha yang dapat memberikan kepastian dan keadilan berusaha kepada UMKM yang meliputi aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan.

b. penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program pengembangan usaha bagi UMKM yang diselenggarakan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi; c. penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi

program pengembangan dibidang pembiayaan dan penjaminan bagi UMKM; dan

d. penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kemitraan usaha.

(5)

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan koordinasi pemberdayaan UMKM, Bupati menetapkan Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Cilacap sebagai pelaksana harian koordinator pemberdayaan UMKM.

(2) Penyelenggaraan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan penyelenggaraan koordinasi pemberdayaan UMKM meliputi :

a. penyusunan, menyiapkan, menetapkan dan/atau melaksanakan

kebijakan umum pemberdayaan UMKM yang meliputi penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan, dan kemitraan;

b. perencanaan pemberdayaan UMKM, sebagai dasar penyusunan kebijakan dan strategi pemberdayaan UMKM yang dijabarkan dalam program pembangunan sektoral dan pembangunan daerah;

c. perumusan kebijakan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan pemberdayaan UMKM;

d. penyusunan pedoman tentang penyelenggaraan pemberdayaan UMKM di daerah dengan menyinkronkan perencanaan pemberdayaan UMKM;

e. pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan pembinaan UMKM sesuai ketentuan/peraturan perundangundangan;

f. pengkoordinasian pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia

UMKM;

g. pengembangan usaha bagi UMKM yang diselenggarakan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, Sumber Daya Manusia, desain dan teknologi; h. pengembangan dibidang pembiayaan dan penjaminan bagi UMKM;

i. pengembangan kemitraan usaha; dan

j. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.

(2) Dalam rangka efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan koordinasi

pemberdayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam huruf (a), Bupati membentuk Kelompok Kerja Koordinasi Pemberdayaan UMKM (Pokja KP-UMKM).

(3) Kelompok Kerja Koordinasi Pemberdayaan UMKM (Pokja KP-UMKM) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat;

(4) Kelompok Kerja Koordinasi Pemberdayaan UMKM (Pokja KP-UMKM) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Bupati secara berkala, sedikitnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 7

(1) Dalam hal pemberdayaan kepada UMKM yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah, secara operasional dilaksanakan oleh Perangkat Daerah sesuai tugas, pokok dan fungsi masing-masing yang dikoordonir oleh Perangkat Daerah yang membidangi UMKM.

(2) Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif dalam perumusan

kebijakan, penyelenggaraan, pemantauan dan evaluasi pemberdayaan UMKM.

(3) Dunia usaha dan masyarakat yang menyelenggarakan program

pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan serta kemitraan, menginformasikan dan menyampaikan rencana, pelaksanaan, dan hasil penyelenggaraan programnya kepada Bupati Cq. Perangkat Daerah yang membidangi UMKM.

(6)

Bagian Kedua

Perencanaan Pemberdayaan Pasal 8

(1) Perencanaan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah disusun untuk memberi arah, pedoman dan alat pengendali pencapaian tujuan pemberdayaan.

(2) Perencanaan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan Pemerintah Daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

(3) Perencanaan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dilaksanakan tiap tahun yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah. (4) Koordinasi Perencanaan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara teknis dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Cilacap

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Pemberdayaan Pasal 9

(1) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dilakukan oleh

Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Pendidikan dan Masyarakat.

(2) Pelaksanaan pemberdayaan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat(1) dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Cilacap.

Pasal 10

(1) Dalam hal pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

Pemerintah Daerah menyediakan dana dari APBD pada setiap tahun anggaran.

(2) Badan Usaha Milik Negara/Daerah menyediakan pembiayaan dari

penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan bagi Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah dan pembiayaan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Badan Usaha Milik Negara/Daerah menyediakan pembiayaan dana

melalui Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dialokasikan untuk pelatihan,

pendampingan/konsultasi dan pemberian modal bagi Usaha Mikro yang mendapat rekomendasi dari Dinas terkait.

Pasal 11

(1) Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pendampingan

bagi UMKM dalam ruang lingkup pemberdayaan, meliputi : a. pengembangan sumber daya manusia;

b. pembiayaan dan penjaminan; c. produksi dan produktifitas; d. kemitraan dan jejaring usaha;

e. fasilitasi perizinan, perlindungan dan standarisasi produk; dan f. Pemasaran.

(7)

(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan sinergi antara Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat yang dikoordinasikan oleh Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Cilacap.

(3) Dunia usaha dan masyarakat yang melakukan usaha pendampingan harus

memenuhi standar dan kriteria usaha pendampingan dan inkubator wirausaha sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.

Bagian Keempat Evaluasi dan Pelaporan

Pasal 12

(1) Untuk mengukur keberhasilan program pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Dinas melakukan evaluasi tahunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Laporan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Dinas dan menjadi dasar pertimbangan pengambilan kebijakan tahun berikutnya.

Pasal 13

Setiap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah memperoleh program pemberdayaan dari Pemerintah Daerah wajib menyampaikan laporan kinerja kepada Bupati melalui Dinas.

BAB IV

PERLINDUNGAN USAHA Bagian Pertama Perlindungan Pasar

Pasal 14

(1) Pemerintah Daerah dan dunia usaha wajib memberikan perlindungan pasar kepada UMKM.

(2) Perlindungan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada UMKM yang telah mempunyai legalitas UMKM, yang dalam usahanya mengembangkan sumber daya lokal dan atau merupakan produk kreatif masyarakat.

(3) Bentuk perlindungan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. pencegahan terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang

perorangan atau kelompok tertentu yang merupakan UMKM;

b. perlindungan atas usaha tertentu yang strategis untuk UMKM dari upaya monopoli dan persaingan tidak sehat lainnya;

c. perlindungan dari tindakan driskiminasi dalam pemberian layanan pemberdayaan untuk UMKM;

d. pemberian bantuan konsultasi hukum dan pembelaan bagi pelaku UMKM; dan

e. perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual.

(4) Perlindungan pasar kepada UMKM sebagimana dimaksud pada ayat (3) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Pasal 15

Pemerintah Daerah, Desa, Sekolah, Perguruan Tinggi, BUMD, Dunia Usaha dan masyarakat untuk mengutamakan pemanfaatan produksi UMKM dalam setiap kegiatan.

(8)

Bagian Kedua

Pembentukan Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah Pasal 16

(1) Komite Produk Unggulan Daerah diangkat dan ditetapkan oleh Bupati.

(2) Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, Akademisi yang diseleksi, memiliki kompetensi dan jaringan yang luas dalam bidang pemasaran.

(3) Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah berjumlah gasal sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

(4) Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah bekerja untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

(5) Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah dapat membuka jaringan pemasaran antar daerah dalam Kabupaten, antar Kabupaten dalam negeri dan luar negeri.

(6) Biaya operasional Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah dibebankan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber lain yang tidak mengikat.

(7) Komite Pemasaran Produk Unggulan Daerah bertanggung jawab kepada Bupati. BAB V

KETENTUAN PENUTUP Pasal 17

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di Cilacap

pada tanggal 22 Januari 2018 BUPATI CILACAP,

ttd

TATTO SUWARTO PAMUJI Diundangkan di Cilacap

pada tanggal 22 Januari 2018

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CILACAP, KEPALA BAPPELITBANGDA

ttd

FARID MA’RUF

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Rancangan Peraturan

melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengelolaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer dan

(1) Bidang Perumahan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pengolahan, monitoring dan evaluasi terkait

(1) Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, di bidang perencanaan anggaran, pelaksanaan dan evaluasi anggaran

(1) Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan

(1) Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional serta monitoring, evaluasi dan pelaporan program di

Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas merumuskan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan politik,

Memperhatikan : 1. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor : 903/9614/295- V/Keu tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran