• Tidak ada hasil yang ditemukan

2011-Bahan Ajar Kalkulus 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2011-Bahan Ajar Kalkulus 2"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR

KALKULUS 2

Disusun Oleh: Drs. Moch. Chotim, MS. Muhammad Kharis, S.Si, M.Sc

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. ANTI TURUNAN ... 1

I.1 Turunan ... 1

I.2 Antiturunan ... 6

I.3 Evaluasi ... 20

BAB II. INTEGRAL TENTU DAN PENGINTEGRALAN ... 21

II.1 Notasi Sigma ... 21

II.2 Induksi Matematika ... 24

II.3 Jumlah Riemann ... 25

II.4 Integral Tertentu ... 29

II.5 Teorema-teorema Integral Tertentu ... 32

II.6 Pendiferensialan Integral Tertentu terhadap Batas Atasnya ... 38

II.7 Evaluasi ... 44

BAB III. PENGGUNAAN INTEGRAL ... 46

III.1 Luas Daerah Bidang Datar... 46

III.2 Volume Benda Putar ... 46

BAB IV. FUNGSI LOGARITMA, FUNGSI EKSPONEN, DAN FUNGSI HIPERBOLIK ... 49

IV.1 FUNGSI LOGARITMA ... 49

IV.2 Bilangan e ... 54

IV.3 Logaritma Asli Sebagai Anti Turunan ... 55

IV.4 Fungsi Eksponen Asli ... 59

IV.5 Hampiran Nilai bilangan e ... 65

IV.6 Fungsi Eksponen dan Logaritma Untuk Bilangan Pokok Yang Lain ... 67

BAB V. TEKNIK INTEGRAL ... 68

V.1 Teknik Substitusi ... 68

V.2 Integral Fungsi Trigonometri ... 73

V.3 Teknik Substitusi Fungsi Trigonometri ... 84

V.4 Integral Parsial ... 95

V.5 Integral Fungsi Rasional. ... 99

V.6 Integral Fungsi Rasional yang Memuat Sin x dan Cos x ... 112

(3)

BAB I.

ANTI TURUNAN

I.1 Turunan

Pembahasan tentang turunan tidak dapat dipisahkan dari pengertian tentang fungsi, baik fungsi eksplisit maupun fungsi implisit. Fungsi eksplisit adalah fungsi yang secara umum penulisannya dinyatakan dalam bentuk = ( ), sedangkan fungsi implisit adalah fungsi yang secara umum penulisannya dinyatakan dalam bentuk ( , ) = 0.

Perhatikan beberapa contoh fungsi di bawah ini. 1. = 2 − √2 − 3 2. = 3 − 4 + 3 3. = √ 4. + − 25 = 0 5. + − 2 = 0 6. − 2 + − 5 = 0

Pada contoh di atas, fungsi no 1, 2, dan 3 adalah fungsi eksplisit, sedangkan contoh 4, 5, dan 6 adalah fungsi implisit. Semua fungsi yang ditulis dalam bentuk eksplisit dapat diubah penulisannya dalam bentuk implisit, akan tetapi tidak semua fungsi yang ditulis dalam bentuk implisit dapat diubah dalam bentuk eksplisit. Perhatikan contoh 5 di atas. Selanjutnya dari fungsi-fungsi tersebut, dapat ditentukan turunannya.

Tulis ( + x) = . Jelas ∆ = – Karena x0maka t  x

Sehingga definisi turunan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk lain Definisi I-1

Turunan fungsi = ( ) adalah fungsi lain yang dinotasikan dengan ’( ) dan didefinisikan oleh f’(x) = x x f x x f x      ) ( ) ( lim

(4)

’( ) = x t x f t f x t   ) ( ) (

lim , asalkan limitnya ada.

Notasi lain untuk turunan = ( ) dinyatakan dengan ,D f(x)

dx dy x , dx x df( ) . Jika fungsi yang diketahui dinyatakan dalam bentuk implisit, maka turunannya dapat dilakukan dengan menggunakan kaidah differensial yaitu dengan cara mendiferensialkan masing-masing variabel dalam fugsi tersebut. Berikut ini diberikan beberapa contoh menentukan turunan fungsi eksplisit dan implisit.

Contoh I-1

Berikut cara mencari

dx dy

dari beberapa fungsi yang diberikan. 1. Dipunyai = x + .

Berdasarkan definisi di atas diperoleh x x f x x f dx dy x       ) ( ) ( lim 0 = x x x x x     lim0 = x x x x x     lim0 . x x x x x x       = 0 lim  x { } ) ( ) ( x x x x x x x        =

x x x

x x x   lim0 = x x x x  1 lim 0 = x 2 1 2. Dipunyai y = ) 1 ( 3 x.

Berdasarkan definisi di atas diperoleh x x f x x f dx dy x       ) ( ) ( lim 0

(5)

= x x x x x        1 3 ) 1 ( 3 lim 0 = )} 1 )( 1 {( ) 1 ( 3 ) 1 ( 3 lim 0 x x x x x x x x        = ) 1 )( 1 1 ( 3 lim 0 x x x    = 2 ) 1 ( 3 x  

Fungsi-fungsi yang mempunyai turunan sebagaimana dijelaskan pada contoh di atas disebut fungsi yang differensiabel (dapat diturunkan).

Dengan cara yang sama, jika y = xn maka turunannya ditentukan oleh:

x x f x x f dx dy x       ) ( ) ( lim 0 = x x x x Lim n n x      ) ( 0 = x x x x x n n n x x n n x nx xn n n n n n x                   ) ( ... ) ( ! 3 ) 2 )( 1 ( ) ( ! 2 ) 1 ( lim 3 3 2 2 1 0 = x x x x n n n x x n n x nxn n n n x                 ) ( .... ) ( ! 3 ) 2 )( 1 ( ) ( ! 2 ) 1 ( lim 3 3 2 2 1 0 = ( ) .... ( ) ] ! 3 ) 2 )( 1 ( ) ( ! 2 ) 1 ( [ lim 1 2 3 2 1 0                 n n n n x x x x n n n x x n n nx = nxn1 3. Dipunyai x2 y2 250

Dengan mendiferensialkan masing-masing variabel, diperoleh: d(x )2 + d(y )2 - d(25) = d(0) 0 2 2    xdx ydy  x + y dx dy = 0  y x dx dy  

(6)

4. Tentukan dx dy dari x2y + xy2 – 2 = 0. Penyelesaian: Jelas d(x2y) + d(xy2 ) – d(2) = d(0)  (x2dy + 2xydx) + (2xydy + y2dx) = 0  (2xy + y2) dx + (2xy +x2) dy = 0 dx dy = - 2 2 2 2 x xy y xy  

Secara umum, misal u = u(x), v = v(x), dan w = w(x) adalah fungsi yang masing-masing dapat diturunkan dan c sebarang bilangan real, maka dengan menggunakan definisi turunan dapat ditentukan beberapa rumus umum turunan fungsi sebagai berikut.

1. dx d (c) = 0 2. dx d (x) = 1 3. dx d (xn) = nxn1 4. dx d (un) = nun1 dx d (u) 5. dx d ( u + v) = dx d (u) + dx d (v) 6. dx d (u – v) = dx d (u)  dx d (v) 7. dx d ( u  v  w  ... ) = dx d (u)  dx d (v)  dx d (w)  ... 8. dx d (cu) = c dx d (u) 9. dx d (uv) = u dx d (v) + v dx d (u) 10. dx d (uvw) = uv dx d (w) + uw dx d (v) + vw dx d (u)

(7)

11. dx d ( v u ) = 2 v dx dv u dx du v

Bukti sifat-sifat di atas diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Selanjutnya, dengan menggunakan definisi turunan

dx dy = x x f x x f x      ) ( ) ( lim

0 , dapat ditunjukkan beberapa turunan fungsi geometri di

bawah ini. y = cos x, maka dx dy = x x f x x f x      ) ( ) ( lim 0 = x x x x x      cos ) cos( lim 0 = x x x x x x x x          2 ) ( sin 2 ) ( sin 2 lim 0 = 2 sin 2 ) 2 sin( 2 lim 0 x x x x x        = -sin x.

Analog, diperoleh turunan fungsi trigonometri yang lain: 1. dx d (sinx) = cos x 2. dx d (cos x) = -sin x 3. dx d (tan x) = sec2x 4. dx d (cot x) = -csc2x 5. dx d

(sec x) = sec x tan x

6.

dx d

(8)

I.2 Antiturunan

Antiturunan merupakan balikan dari turunan, sehingga untuk mempelajarinya harus dikaitkan dengan turunan fungsi.

Menurut definisi turunan, jika y = x maka

x dx dy 2 1  .

Dengan cara yang sama, diperoleh 1. Jika y = x +3 maka x dx dy 2 1  . 2. Jika y = x - 3 maka x dx dy 2 1  . 3. Jika y = x - 100 maka x dx dy 2 1  4. Jika y = x + 7 1 maka x dx dy 2 1  , dan seterusnya.

Dengan kata lain, untuk y = x + C, C R maka

x dx dy 2 1  .

Karena antiturunan merupakan balikan dari turunan, maka penulisan bentuk di atas dapat disederhanakan dengan

√ = √ + .

Hal ini berarti bahwa fungsi y = x C, dengan C Rmempunyai turunan

x dx

dy 2

1

atau antiturunan dari f(x) =       x 2 1 adalah F(x) = x + C, C R. Fungsi-fungsi yang dapat ditentukan antiturunannya disebut integrable (terintegralkan).

Definisi antiturunan diberikan di bawah ini.

Dalam hal yang lebih umum, bentuk

√ = √ + dinyatakan dengan ∫

√ = √ + . Definisi I-2

Dipunyai : ⟶ dan : ⟶ .

Jika ( ) = ( ) untuk setiap maka. F disebut suatu anti turunan f pada selang I. Jika merupakan suatu titik ujung dari I maka ,( ) hanya perlu turuanan satu sisi.

(9)

Jadi, Jika y = f(x) mempunyai antiturunan F(x) + C, maka ∫ ( ) = ( ) + , .

Bentuk ∫ ( ) = ( ) + , f(x) disebut integran dan F(x) + C disebut anti turunan.

Bukti:

Untuk mengembangkan suatu hasil yang berbentuk

f(x) dx = F(x) + C, C  Real.

Kita cukup menunjukkan bahwa Dx[F(x)C] f(x)

Dalam kasus di atas r r

r x n x x r C r x D                   ) 1 ( 1 1 1 1

Kelinearan integral diberikan oleh teorema berikut.

Bukti:

Untuk membuktikan teorema di atas, cukup dengan mendeferensialkan ruas kanan dan amati bahwa kita memperoleh integran dari ruas kiri.

1. [ ∫ ( ) ] = [∫ ( ) ] = ( ) Teorema I-5

Dipunyai f dan g fungsi-fungsi yang mempunyai turunan dan K suatu konstanta. Untu f dan g berlaku aturan di bawah ini.

1.

Kf(x)dx = K

f(x)dx,

2.

[f(x)g(x)]dx

f(x)dx

g(x)dx, 3.

[f(x)g(x)]dx

f(x)dx

g(x)dx, Teorema I-4

∫ sin = − cos + dan ∫ cos = sin + Teorema I-3

Jika r sebarang bilangan rasional kecuali  1, maka

    C r x dx x r r 1 1 .

(10)

2. [ ∫ ( ) ∫ ( ) ] = [∫ ( ) ] + [∫ ( ) ] = ( )+ ( ) 3. [ ∫ ( ) ∫ ( ) ] = [∫ ( ) ]  [∫ ( ) ] = ( )− ( ) Contoh I-2

Tentukan integral berikut berdasarkan sifat integral di atas. 1.

x2 x

dx Penyelesaian: Jelas

x2 x

dx =

x2dx xdx

= 3 1 2 2 2 1 3 1 C x C x    = x3  x2 C 2 1 3 1 2. dx x x2 1 2

       Penyelesaian: Jelas dx x x2 1 2

       = dx x x x

2 1 2 4 =

dx x dx x x dx x x4 2 2 1 =

x7/2dx2

x3/2dx

x1/2dx 3. dx x x x

3 2 ) 1 ( Penyelesaian: Jelas dx x x x

3 2 ) 1 ( =

  3 2 ) 1 2 ( x x x x dx = dx x x dx x x dx x x

  3 3 2 3 3 2 =

x8/3dx2

x5/3dx

x2/3dx = x11/3  x8/3  x5/3 C 5 3 4 3 11 3 .

(11)

Contoh I-3 1. Hitunglah .

4x 4x2 11dx. Penyelesaian: Jelas d(4x2 11) = 8x dx. Jadi

3x 4x2 11dx =

4  11 2 1 2 x d(8x) = x  C 2 / 3 ) 11 4 ( 2 1 2 3/2 = (4 2 11)3/2 3 1  x + C. 2. Hitunglah . 5 2 3 2

dy y y Penyelesaian: Jelas d(2y2 5)  = 4y dy. Jadi

dy y y 5 2 3 2 =

  ydy y 5) 3 2 ( 2 1/2 =

y   4ydy 4 3 ) 5 2 ( 2 1/2 =

  ydy y 5) .4 2 ( 4 3 2 1/2 = y  C 2 / 1 ) 5 2 ( . 4 3 2 1/2 = 2y  5C 2 3 2 . Teorema I-6

Diberikan f fungsi yang differensiabel dan n bilangan rasional dengan n ≠ 1, maka:

    , 1 ) ( ) ( ' ) ( 1 C r x f dx x f x f r r C Real.

(12)

3. Hitunglah

3sin(6x2)dx. Penyelesaian: Tulis U = 6x + 2. Jelas dU = 6 dx atau 3 dx = 2 dU . Jadi

3sin(6x2)dx =

2 sinU dU = (cosU ) C 2 1 = cos(6 2) . 2 1 C x  

4. Hitunglah

1cosxsinxdx.

Penyelesaian: Tulis A = 1cosx.

Jelas A21cosx dan 2A dA = (-sin x) dx.

1 cosx sinxdx =

A.(2A)dA = -2

A2dA =  A 3 C 3 2 = (1 cos ) . 3 2 3 C A    Contoh I-4

Tentukan: (a)

(2xcosx).dx dan (b)

(2x1).dx. Penyelesaian:

(a) Jelas

(2xcosx).dx

2x.dx

cosx.dx

= (x2 C1)(sinxC2) = 2 sin ( 1 2) C C x x    = x2  sinxC. (b) Jelas

(2x1).dx

2x.dx

dx = x2 xC.

(13)

Teorema berikut diperlukan untuk menentukan integral tak tentu fungsi-fungsi komposisi yang juga dikenal dengan teorema penggantian.

Bukti: Dipunyai RgI. Jadi F'[g(x)] f[g(x)]  [ ( )] )] ( [ )]] ( [ [ x g f x g d x g F d  . Jadi

f[g(x)].d[g(x)]F[g(x)]C

f[g(x)].g'(x).dxF[g(x)]C. Contoh I-5

Tentukan: (a)

2.cos2x.dx ,

10(x5)9.dx , dan (c)

(x32x6)6(3x2 2).dx. (a) Strategi:

(1) Ingat rumus:

cosx.dxsin xC. (2) Jika x diganti 2x, diperoleh:

cos2x.d(2x)sin2xC. Penyelesaian: Jelas

2.cos2x.dx =

cos2x.d(2x) = sin2x C. (b) Strategi: (1) Ingat rumus: . 10 . 10 9 C x dx x  

(2) Jika x diganti (x+5), diperoleh

(3) . 10 ) 5 ( ) 5 ( . ) 5 ( 10 9 C x x d x    

Penyelesaian: Jelas

10(x5)9.dx = 10

(x5)9dx = 10

(x5)9d(x5) = x C 10 ) 5 ( . 10 10 = x 10 C ) 5 ( .

Teorema I-7 (Penggantian)

Dipunyai y g(x) mempunyai turunan pada Dg dan RgI dengan I adalah suatu selang. Jika y  f(x) terdefinisi pada selang I sehingga F'(x) f(x), maka

(14)

(c) Strategi: (1) Ingat rumus:

x dxxC 7 . 7 6 . (2) Jika x diganti x3  x2 6, Diperoleh: ) 6 2 ( ) 6 2 ( 3  6 3 

x x d x x = xx C 7 ) 6 2 ( 3 7 . (3) Jelas d(x3 2x6)(3x2 2).dx Penyelesaian: Jelas

(x3 2x6)6(3x2 2).dx =

(x32x6)6d(x3 2x6) = xx C 7 ) 6 2 ( 3 7 . Bukti: Dipunyai d(U.V)U.dVV.dU . Jadi

d(U.V)

(U.dVV.dU)  U.V

U.dV

V.dU

U.dVU.V

V.dU.

Teorema ini efektif apabila

U .dV sulit dicari, akan tetapi

V .dU dengan mudah dapat ditentukan.

Contoh I-6

Tentukan: (a)

x.cosx.dx dan (b)

x2.sin x.dx.

Teorema I-8 (Integral Parsial)

Jika U U(x) dan V V( x) adalah fungsi-fungsi yang mempunyai turunan pada selang buka I, maka

(15)

(a) Strategi:

(1) Ubah

x.cosx.dx menjadi

x.d(sin x)

(2) Tulis x U(x) dan sin x V(x). (3) Gunakan Teorema 7. Penyelesaian: Jelas

x.cosx.dx =

x.d(sinx) = x.sin x

sinx.dx = x.sinx cosxC (b) Strategi

(1) Ubah

x2.sin x.dx menjadi

) (cos . 2 x d x

 . (2) Tulis x 2 U(x)dan cosx V(x). (3) Gunakan Teorema 7. (4) Ubah

x.cosx.dx menjadi

x.d(sin x)

(5) Gunakan sekali lagi Teorema 7

Penyelesaian: Jelas

x2.sin x.dx = 

x2.d(cosx) = [x2.cosx

cosx.d(x2)] = x2.cosx2

x.cosx.dx = x2.cosx2

x.d(sin x)

= x2.cosx2(x.sinx

sin x.dx)

= x2.cosx2x.sinx2cosxC.

Berikut ini disenarai beberapa rumus teknis yang diperoleh berdasarkan pengalaman.

No Rumus Teknis No Rumus Teknis

1

dx xC 9

cscx.cotx.dxcscxC 2

xdxxC 2 . 2 10 C x x dx    

2 sin 1 1 = cos1x C 3 C n x dx x n n    

. 1 1 11 C x x dx    

2 tan 1 1 = cot1 x C 4

sinx.dxcosxC 12 x C x x dx    

2 sec 1 1 = csc1 x C

(16)

5

cosx.dxsin xC 13 C a U U a dU    

2 2 sin 1 = C a U  cos1 6

sec2 x.dxtanxC 14 C a U a U a dU    

2 2 tan 1 1 = C a U a  1cot1 7

csc2 x.dxcotxC 15

    C a U a U U dU 1 2 sec 1 1 = C a U a  1csc1 8

secx.tanx.dxsecxC

Contoh I-7 Tentukan: (a)

12x.dx (b)

x 12x.dx (c)

1 2 . 2 x dx x (d)

sin3 x.dx (e)

sin4 x.dx (f)

sin x.dx (g)

x dx x cos 1 . sin (h)

tan4 x.dx (i)

x x dx ). 1 ( (j)

x2 2x5 dx (k)

 2 4x x dx (l)

 2 2 . x x dx x Strategi: (1) Ingat rumus

x dxxC 2 3 2 3 2 1 . .

(2) Jika x diganti (1-2x), diperoleh: (3)

x dx   xC 2 3 2 3 2 1 (1 2 ) ) 2 1 ( . ) 2 1 ( (4) Ingat bahwa d(12x)2dx Penyelesaian: (a) Jelas

12x.dx =

x 2dx 1 ) 2 1 ( = 

(12 ) . (12 ) 2 1 21 x d x =   xC 2 3 2 3 ) 2 1 ( . 2 1 =   xxC 3 2 1 ) 2 1 ( .

(17)

Strategi:

(1) Ubah

x 12x.dx menjadi bentuk yang ada seperti pada contoh (a).

Penyelesaian: (b) Jelas

x 12x.dx =

[1(12x)]. 12x).dx 2 1 =

x dx

(12x) .dx 2 1 . ) 2 1 2 1 23 =

12x .)dx 2 1

(12x) .dx 4 1 23 =     6 2 1 ) 2 1 ( x x C x x    10 2 1 ) 2 1 ( 2 (c) Penyelesaian: Jelas

1 2 . 2 x dx x =

2x(2x1)2.dx 1 =

[(2x1)1].(2x1)2.dx 1 =

(2x1) .dx

(2x1)2.dx 1 2 1 =

  

(2 1) . (2 1) 2 1 ) 1 2 ( . ) 1 2 ( 2 1 21 21 x d x x d x = xx  2x1C 3 1 2 ) 1 2 ( . Strategi:

(1) Ingat d(cosx)sinx.dx

(2) Ingat

x dxxC 3 .

3 2

(3) Jika x diganti cos x diperoleh:

xd xxC 3 cos ) (cos . cos 3 2 . Penyelesaian: (d) Jelas

sin3 x.dx =

sin2 x.sin x.dx = 

(1cos2 x).d(cosx)

=

d(cosx)

cos2 x.d(cosx)

=  xxC 3 cos cos 3 .

(18)

Strategi: (1) Ingat rumus

2

sin = cos2sin2 = 12sin2= 2cos21.

Penyelesaian: (e) Jelas

sin4 x.dx

=

(sin2 x .)2 dx =

       dx x 2 2 2 cos 1 =

dx

xdx

cos x.dx 4 1 . 2 cos 2 1 4 1 2 = 

cos2 (2 ) 4 1 4 xd x x

x.dx 2 4 cos 1 4 1 2 = xx

dx 8 1 4 2 sin 4 

cos4 . (4 ) 32 1 x d x = xx

dxxC 32 4 sin 8 1 4 2 sin 4 = xx

xC 32 4 sin 4 2 sin 8 3 . Strategi: (1) Tulis x  y (2) Jelas x dx dy 2  (3) Jadi

sin x.dx = 2

y.sin y.dy = 

y.d(cosy).

(4) Selanjutnya gunakan integral parsial, yaitu:

UdVUV

V.dU Penyelesaian: (f) Jelas

sin x.dx = 

yt.d(cosy) = 

y.cosy

cosy.dy

= y.cosysin yC =  x.cos xsin xC.

(19)

Strategi:

(1) Ingat d(1cosx)sin x.dx

(2) Ingat

xdxx2 C 1 2 1 . 2

(3) Jika x diganti 1cosx, diperoleh:

(1cos )2. (1cos ) 1 x d x =  x 2 C 1 ) cos 1 ( 2 Penyelesaian: (g) Jelas

x dx x cos 1 . sin = 

(1cos )2 (1cos ) 1 x d x =  x 2 C 1 ) cos 1 ( 2 = 2 1 cosx C. Strategi: (1) Ingat rumus: , tan 1 sec2 2 x x  dx x x d(tan )sec2 . ,

x dxxC 3 . 3 2 , dan

sec2 x.dxtanxC. Penyelesaian: (h) Jelas

tan4 x.dx =

tan2 x.tan2 x.dx =

tan2 x.(sec2 x1).dx

=

tan2 x.sec2 x.dx

tan2 x.dx

=

tan2 x.d(tanx)

(sec2 x1).dx

= x

sec x.dx

dx 3 tan 2 3 = x tanxxC 3 tan3 . Strategi: (1) Tulis x  y. (2) Jelas x dx dy 2  . Penyelesaian: (i) Jelas

x x dx ). 1 ( =

 2 1 2 y dy = 2.tan1 y C = 2.tan1 x C.

(20)

Strategi: (1) Tulis x2  x2 5 menjadi 4 ) 1 (x 2  (2) Ingat rumus:

    C x x dx 1 2 tan 1 (3) Jika x diganti 2 1  x , diperoleh:

                        C x x x d 2 1 tan 1 2 1 2 1 1 2 Penyelesaian: (j) Jelas

 2 5 2 x x dx =

 1) 4 (x 2 dx =

        1 2 1 4 1 2 x dx =

               1 2 1 2 1 2 1 2 x x d = C x    2 2 1 tan 1 . Strategi: (1) Ubah 2 4x x menjadi: 4 ) 4 2 . . 2 ( 2     x x = 4 x( 2)2. (2) Ingat Rumus: C x x dx    

2 sin 1 1 . Penyelesaian: (k) Jelas

 2 4x x dx =

 ( 2)2 4 x dx =

         2 2 2 1 ) 2 ( 2 1 x x d = C x    2 2 2 sin 1 Strategi: (1) Ingat ( 2 ) 2( 1) 2      x dx x x d . (2) Tulis x[1(x1)] dan 2xx2 1(x1)2. Penyelesaian: (l) Jelas

 2 2 . x x dx x = dx x x x . 2 ) 1 ( 1 2

     =

      2 2 ) 1 ( 1 2 ). 1 ( x dx x x dx x

(21)

= ( 2 ) ( 2 ) 2 1 2 2 1 2

     x xd x x

    2 ) 1 ( 1 ) 1 ( x x d =  2x x2 sin1(x1)C.

(22)

I.3 Evaluasi

Kerjakan soal-soal di bawah ini.

1. Periksa kebenaran pernyataan berikut ini:

(a) F0(x)x2  adalah anti turunan dari f(x)2x. (b) F(x) 1x merupakan antu turunan

x x f   1 2 1 ) (

(c) F(x)x.cos2x merupakan anti turunan dari f(x)cos2x2x.sin2x. (d) F(x) x.x merupakan anti turunan dari f(x)x.x pada  .

2. Jika suatu fungsi y  f(x) terdefinisi untuk x0, melalui titik (4,0), dan gradien garis singgung di setiap titik ditentukan oleh persamaan

2 1 2 1 ) ( ' x x x

f    , tentukanlah persamaan fungsi f .

3. Berikan masing-masing 3 buah contoh untuk membenarkan Teorema 5, yaitu:

[f(x)g(x)].dx

f(x).dx

g(x).dx

dan

K.f(x).dxK.

f(x).dx. 4. Hitunglah anti turunan dari:

(a) f(x)x3 2x2 (b) f(x)3.sin2xx2 5. Tentukan: (a)

x x4.dx (b)

x2 1 x.dx (c) x5 1 2x

(d)

cosx. 1sinx.dx (e)

 3 cos 1 . sin x dx x (f)

 x dx x 1 . 2

(23)

BAB II.

INTEGRAL TENTU DAN PENGINTEGRALAN

Pada BAB 2 ini dibicarakan teorema yang cukup melandasi tentang integral, yaitu teorema dasar kalkulus 1 dan 2. Dengan ditemukannya dua teorema ini dunia menjadi gempar. Perhitungan integral yang tadinya harus dihitung dengan waktu la-ma, bahkan perlu dibantu dengan mesin hitung, dengan kledua teorema ini pekerjaan menjadi cukup sederhana dan dapat diselesaikan dengan cepat tanpa bantuan mesin hitung. Dibuka dengan pasal yang berisi tinjau ulang tentang notasi sigma.

II.1 Notasi Sigma

Perhatikan jumlah 10 bilangan asli pertama: 1 + 2 + 3 + … + 10. Bentuk ini dapat ditulis dengan

      10 1 10 3 2 1 i i

yang dibaca"sigma I, I dari 1 sampai 10". Dengan cara serupa, dapat dinyatakan:

(a)

      50 1 2 2 2 2 2 ) 50 ( 3 2 1 s s  , (b)

      n i i n a a a a a 1 3 2 1  , (c)

      10 1 1 10 1 3 1 2 1 1 1 n n  , dan (d)

           n i i n 3 2 1 1 1 . 2 1 1 5 . 2 1 1 4 . 2 1 1 3 . 2 1  . Contoh II-1 Jelas 1 2 3 10 10 1     

  i i = (12)(34510) =

   10 3 2 1 i i i i . Contoh II-2

Tulis dengan notasi sigma bentuk-bentuk berikut ini: (a) 22222,

(24)

(c) 24681012141618, dan (d) 2510172637506582101. Strategi:

(1) Tulis ci 2 untuk setiap i = ,2,3,4,5.

Penyelesaian: (a) Jelas 22222 = c1c2c3c4c5 =

 5 1 i i c =

 5 1 2 i . Strategi:

(1) Ingat: Bilangan asli ganjil yang ke-n adalah 2 . n. 1. Penyelesaian: (b) Jelas 13579111315 =

  8 1 ) 1 2 ( i i . Strategi:

(1) Ingat: Bilangan asli genap yang ke-n adalah 2 . n. (2) Jelas 18 = 2 . 9. Penyelesaian: (c) Jelas 2 + 4 + 6 + … + 18 =

 9 1 2 n n. Strategi: (1) Jelas: 212 1, 1 2 5 2  ,  1 10 101 2  . Penyelesaian: (d) Jelas

       10 1 2 ) 1 ( 1001 10 5 2 i i

Berikut ini disajikan beberapa teorema yang sering digunakan. Khususnya dalam perhitungan integral tentu melalui limit jumlah Riemann.

Teorema II-1 (a) c nc n i . 1 

untuk sembarang konstanta c,

(b)

   n i i n i i c ca a c 1 1 . . . . (c)

      n i n i i n i i i i db c a d b a c 1 1 1 . . ) . . (

(25)

Strategi:

Tulis ci  untuk setiap c i1,2,...,n.

Bukti (a): Jelas

   n i i n i c c 1 1 = c1c2 cn = ccc = n. . c Bukti (b): Jelas n n i i ca ca ca a c. . 1 . 2 . 1    

  = c(a1a2 an) =

  n i i a c 1 . . Bukti (c): Jelas

  n i i i db a c 1 ) . . ( = (c.a1d.b1)(c.a2 d.b2)(c.and.bn) =

c.a1c.a2 c.an

+

d.b1 d.b2 d.bn

=

  n i i a c 1 . +

  n i i b d 1 . . Contoh II-3 Hitunglah: (a)

  6 1 5 i dan (b)

   5 1 2 ) 5 4 ( i i i Penyelesaian: (a) Jelas

  6 1 5 i = 6 . 5 = 30. (b) Jelas

   5 1 2 ) 5 4 ( i i i =

 5 1 2 i i +

 5 1 4 i i -

 5 1 5 i . = (1+4+9+16+25) + 4(1+2+3+4+5) + 5 . 5 = 90.

(26)

II.2 Induksi Matematika

Induksi matematika merupakan pembuktian kebenaran suatu pernyataan P(n) benar untuk setiap bilangan asli atau bilangan cacah n. Dua langkah baku dalam induksi matematik, yaitu:

 pertama P(1) benar dan

 kedua P(k+1) benar apabila P(k) benar.

Dengan demikian dapat dinyakan:

Contoh II-4 Buktikanlah: (a) 2 ) 1 ( 3 2 1  nn n ,

(b) 2 n 2.n untuk setiap bilangan asli n,

(c) n3 8 habis dibagi n2 untuk setiap bilangan asli n, (d) 6 ) 1 2 )( 1 ( 9 4 1  n2  n nn , (e) 2 1 3 2 ) 1 (        

n n i n i , dan (f) 30 ) 1 9 6 )( 1 ( 3 2 1 4     

n n n n n i n i .

Buktinya sederhana. Berikut ini hanya dibuktikan butir (a), sedang butir yang lain diserahkan pembaca sebagai latihan.

P(1) benar P(n) benar 

(27)

Bukti (a): Tulis

      n i i n 1 3 2 1  . Tulis P(n):

   n i n n i 1 2 ) 1 ( .  Jelas P(1):

   1 1 2 ) 1 1 .( 1 i i . Jelas

  1 1 1 i i dan 1 2 ) 1 1 .( 1   . Jadi P(1)benar.  Dipunyai P(k) benar. Jadi 2 ) 1 ( 1  

k k i k i . Jelas

  1 1 k i i = ( 1) 1        

k i k i = ( 1) 2 ) 1 (    k k k = 2 ] 1 ) 1 ).[( 1 (kk  . Jadi P(k+1) benar apabila P(k) benar.

Jadi P(n) benar. Jadi 2 ) 1 ( 3 2 1  nn n .

II.3 Jumlah Riemann

Pada pasal ini disajikan pengertian jumlah Riemann suatu fungsi yang meru-pakan dasar pendefinisian integral tentu.

Definisi II-2

Dipunyai [a,b] suatu selang tutup. Suatu partisi P untuk selang [a,b] adalah sembarang n himpunan yang terdiri (n+1) bilangan

x0,x1,x2,,xn

, dengan b x x x x a012  n  .

(28)

Contoh II-5 Jelas bahwa        3 2 5 , 2 , 2 3 , 3 4 , 4 5 , 1 6

P adalah suatu partisi untuk selang [1,3]. Agar lebih memahami konsep yang dikembangkan, perhatikanlah gambar berikut ini.

Gambar II-1 P6 suatu partisi untuk [1,3]. memperlihatkan bahwa dengan partisi P , 6 selang [1,3] terbagi menjadi 6 buah subselang, yaitu:

] 2 5 , 2 [ ], 2 , 2 3 [ ], 2 3 , 3 4 [ ], 3 4 , 4 5 [ ], 4 5 , 1 [ , dan ,3] 2 5 [ .

Panjang untuk tiap subselang tidak perlu sama, sebagai contoh, panjang subselang pertama ditulis dengan:

0 1 1xxx  = 1 4 5  = 4 1 . Selanjutnya: 1 2 2xxx  = 4 5 3 4  = 12 1 , 2 3 3xxx  = 3 4 2 3  = 6 1 , 3 4 4xxx  = 2 3 2  = 2 1 , 4 5 5xxx  = 2 2 3  = 2 1 , dan 5 6 6xxx  = 2 3 3  = 2 1 .

Panjang subselang terbesar dinyatakan dengan P dibaca denga "norm 6 P ". Dengan 6 demikian pada contoh ini

2 1 6  P .  1 4 5 3 4 2 3 2 2 5 3

(29)

Contoh II-6 Periksa apakah       1 , 5 4 , 5 3 , 5 2 , 5 1 , 6 1 ,

0 merupakan suatu partisi untuk selang [0,1]. Jika merupakan suatu partisi, tentukan normnya.

Penyelesaian: Tulis P =       1 , 5 4 , 5 3 , 5 2 , 5 1 , 6 1 , 0 . Jelas 1. 5 4 5 3 5 2 5 1 6 1 0     

Jadi P suatu partisi untuk selang [0,1]. Jelas              5 3 1 , 5 3 5 4 , 5 2 5 3 , 5 1 5 2 , 6 1 5 1 , 0 6 1 maks P =       5 1 , 30 1 , 6 1 = 5 1 . Contoh II-7

Tentukan jumlah Riemann untuk fungsi ( ) 3 5 2 2 8    x x x x f pada selang [0,5]

dengan partisi 0 < 1,1 < 2 < 3,2 < 4 < 5 dan titik sampel 5 , 0 1  t , t2 1,5 , t3 2,5 , t4 3,6 , dan t5 5. Penyelesaian: Jelas R = 5

  n i i i x t f 1 ). ( = f(t1).1xf(t2).2xf(t3).3xf(t4).4xf(t5).5x = ).(3,2 2) (3,6).(4 3,2) (5).(5 4) 2 5 ( ) 1 , 1 2 ).( 2 3 ( ) 0 1 ).( 2 1 (   f   f   f   ff = (7,875).(1,1)+(3,125).(0,9)+(-2,625)(1,2)+(-2,944).(0,8)+ (18).1 = 23,9698. Definisi II-3

Dipunyai f :[a,b] suatu fungsi, P suatu partisi untuk selang [a,b], dan n ] , [ i 1 i i x x t . Bangun

  f t x Rn (i). i .

(30)

Gambar situasinya:

Contoh II-8

Hitunglah jumlah Riemann untuk fungsi F(x) 9x pada selang [0,9] menggunakan partisi 0 < 1 < 2 < 4 < 6 < 7 < 9 dan titik sampel t yang i merupakan titik-titik tengah subselan ke i.

Penyelesaian: Jelas x0 0, x1 1, x2 2, x3 4, x4 6, x5 7, dan x6 9. Selanjutnya: 2 1 2 0 1 0 2 0 1 0 1       x x x t , 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2       x x x t , 3 2 2 4 2 2 1 2 2 3       x x x t , 5 2 4 6 4 2 2 3 3 4       x x x t , 2 13 2 6 7 6 2 3 4 4 5        x x x t , dan 8 2 7 9 7 2 4 5 5 6       x x x t . Y 18 15 12 9 6 3 2,5 3,6 0 X 0,5 1,5 4,5 -3 -6

(31)

Jadi 6 R =

  6 1 ). ( i i i x t f = f(t1).1xf(t2).2xf(t3).3xf(t4).4xf(t5).5xf(t6).6x = )(2 1) (3)(4 2) (4)(6 4) (5)(7 6) (6)(9 7) 2 3 ( ) 0 1 )( 2 1 (   f   f   f   f   ff = .1 6.2 5.2 4.1 3.2 2 15 1 . 2 17      = 12 10 4 6 2 15 2 17      = 40.

II.4 Integral Tertentu

Pada pasal ni didefinisikan pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah Riemann sebagai berikut.

Catatan:

(a) Definisi formal integral tertentu diberikan dengan   , 

(b) Dalam kasus selang [a,b] dibagi menjadi n bagian sama panjang, maka 0  Pnm, (c) Pada bentuk

b a dx x

f( ). , f disebut integrn, a disebut batas bawah, dan b disebut batas atas integral,

Definisi II-4 Dipunyai fungsi f :[a,b]. Jika

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim ada

maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara Riemann pada selang [a,b]. Selanjutnya ditulis

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim =

b a dx x f( ). disebut integral tertentu (integral Riemann) fungsi f dari a ke b.

(32)

(d) Dalam kasus fungsi f kontinu pada selang [a,b] dan f(x)0pada [a,b],

b a dx x

f( ). menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh grafik f, garis x = a, garis x = b, dan sumbu X,

(e) Integral tertentu adalah suatu bilangan riil yang dapat bernilai positif, nol, atau negatif. Contoh II-9 Hitunglah

b a dx x 3). ( . Penyelesaian: Tulis f(x) x3

Bangun partisi untuk selang [1,4] yang membagi selang [1,4] menjadi n buah subselang yang sama panjang.

Jelas n n x i 3 1 4     untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n. Jelas x0 1, n x1 1 3, n x2 12.3,…, n i xi1 1( 1).3, n i xi 1  .3, dan xn 4 .

Pilih t i xi untuk setiap ti[xi1,xi]. Jadi ( ) (13 )13 33 2 n i n i n i f t f i . Jadi

b a dx x 3). ( =

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim =

         n i n n n i 1 3 . 2 3 lim =       

    n i n i n n i n 1 1 2 1 6 9 lim =           n n n n n n . 6 2 ) 1 ( . 9 lim 2 =           n n n n n n . 6 2 ) 1 ( . 9 lim 2 = 6 2 9  = 2 3  .

(33)

Contoh II-10 Hitunglah

1 0 2 .dx x . Penyelesaian:

Bangun partisi untuk selang [0,1] yang membagi selang [0,1] menjadi n buah subselang yang sama panjang.

Jelas n n x i 1 0 1     untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n. Jelas x0 0, n x1  1, n x2  2,…, n i xi 1 1    , n i xi  , dan xn 1. Pilih n i x tii1  1. Jadi

1 0 2 .dx x =

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim =

         n i n n n i 1 2 3 . 2 3 lim =

     n i n n i i 1 2 3 ( 2 1) 1 lim =        

     n i n i n i n n i i 1 1 1 2 3 2 1 1 lim =              n n n n n n n n 2 ) 1 ( . 2 6 ) 1 2 )( 1 ( 1 lim 3 =              2 2 2 1 1 6 ) 1 2 )( 1 ( lim n n n n n n n = 3 1 . Contoh II-11 Hitunglah

b a dx x. . Penyelesaian:

Bangun partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang yang sama panjang.

Jelas n a b x i    untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n.

(34)

Jadix 0 a, n a b a x1    , n a b a x2 2( )    ,…, n a b i a xi ) )( 1 ( 1      , n a b i a xi   (  )dan xnb. Pilih tixi1. Jadi

b a dx x. =

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim = n a b n a b i a n i n          

   . ) )( 1 ( lim 1 =

                     n i n n i a b n a b a 1 2 ) 1 ( ) ( lim =                  

    n i n i n n i a b n a b a 1 2 1 ) 1 ( 1 ) ( lim =                            n n n n a b n n a b a n 2 ) 1 ( . . ) ( lim 2 = 2 2 2 2 2 b ab a a ab    = . 2 2 2 a b 

II.5 Teorema-teorema Integral Tertentu

Definisi integral; tertentu dari fungsi f pada selang [a,b] dapat diperluas untuk kasus = , atau < yang didefinisikan sebagai berikut.

Teorema II-6

Jika fungsi f kontinu pada selang [ , ], maka f terintegral secara Riemann pada selang [ , ].

Definisi II-5

(a) Jika f (a) terdefinisi maka

a a dx x f( ). 0. (b) Jika a > b dan

a b dx x f( ). terdefinisi, maka

a b dx x f( ). = 

b a dx x f( ). .

(35)

Teorema II-7

Bukti:

Tulis f (x) = 1.

Jelas f terdefinisi pada  .

Buat partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang yang sama panjang.

Jelas n a b x i    untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n. Pilih sembarang ti[xi1,xi]. Jadi

b a dx x f( ). =

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim =   

       n n i n a b 1 . 1 lim = 1.lim(b a) n n  = b  . a Teorema II-8

Buktinya sederhana, diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Bukti:

(1) Buat partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n bah subselang yang sama panjang.

Teorema II-9

Jika fungsi-fungsi f dan g terintegral pada selang [a,b], maka fumgsi-fungsi (f + g) dan K.f dengan K konstanta terintegralkan, yaitu:

(1)

b a dx x g x f( ) ( ) =

b a dx x f( ). +

b a dx x g( ). . dan (2)

b a dx x f K. ( ). =

b a dx x f K. ( ).

b a dx K. =

   n i i P K x 1 0 . lim = K(ba).

      b a n i i P x b a dx 1 0 lim

(36)

Jadi

b a dx x g x f( ) ( ) =

    n i i i i P f t g t x 1 0 ( ) ( ). lim =

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim +

   n i i i P g t x 1 0 ( ). lim =

b a dx x f( ). +

b a dx x g( ). . Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Interpretasi geometri Teorema II-10:

Bukti:

Kasus a < c < b: Teorema II-11

Jika fungsi f kontinu pada suatu selang yang memuat , , dan maka

b a dx x f( ). =

c a dx x f( ). +

b c dx x f( ). tanpa memperhatikan urutan , , dan .

Teorema II-10

Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi f , garis x = a, x = b, dan sumbu X maka

b a dx x f L ( ). Y f X 0 a b

(37)

Buat [partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang yang sama panjang dan c merupakan suatu titik ujung suatu subselang.

Tulis

n = m + p

dengan m merupakan banyak subselang dalam selang [a,c] dan p adalah banyak subselang dalam selang [c,b].

Tulis k m k x z dan uktmk. Jadi

b a dx x f( ). =

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim =        

    m i n k k k i i n f t x f u z 1 1 ). ( . ). ( lim =

    n i i i n f t x 1 ). ( lim +

    n k i k p f u z 1 ). ( lim =

c a dx x f( ). +

b c dx x f( ). . Kasus c < a < b:

Berdasarkan kasus 1, dapat disimpulkan bahwa

b c dx x f( ). =

a c dx x f( ). +

b a dx x f( ). . Jelas

a c dx x f( ). = 

c a dx x f( ). . Jadi

b c dx x f( ). = 

c a dx x f( ). +

b a dx x f( ). 

b a dx x f( ). =

c a dx x f( ). +

b c dx x

f( ). 5tanpa memperhatikan urutan dari a, b, dan c.

Teorema II-12

Jika f terintegral pada selang [ , ] dan f(x)0 pada selang [ , ] maka

b a dx x f( ). 0.

(38)

Bukti:

Buat partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang yang sama panjang.

Jelas

   n i i i P f t x 1 0 ( ). lim . Andaikan

b a dx x f( ). 0. Pilih ti [ai,bi] f(ti)0. Ini adalah suatu kontradiksi.

Jadi

b a dx x f( ). 0. Bukti:

Dipunyai f(x) g(x) pada selang [ , ]. Jelas g(x) f(x)0 pada selang [ , ].

Jadi

  b a dx x f x g( ) ( )]. 0 [ 

( ). 

( ). 0 b a b a dx x f dx x g

b a b a dx x g dx x f( ). ( ). . Teorema II-13

Jika f dan g terintegral pada selang [ , ] dan f(x)g(x) pada [ , ] Maka

b a b a dx x g dx x f( ). ( ). .

(39)

Bukti: Dipunyai m min f(x) b x a   dan M maks f(x) b x a   . Jelas mf(x)M . Jadi

b a b a b a dx M dx x f dx m. ( ). .   

  b a a b M dx x f a b m( ) ( ). ( ).

Interpretasi geometri Teorema II-14:

Contoh II-12 Hitunglah: (a)

 1 0 2 ). (x x dx (b)

1 0 2 . 6x dx (c)

  1 0 2 ). 7 6 3 ( x x dx. Strategi: (1) ingat 2 1 . 1 0 

xdx dan 3 1 . 1 0 2 

x dx . Penyelesaian: (a) Jelas

 1 0 2 ). (x x dx Teorema II-14

Jika f kontinu pada selang [ , ], m min f(x) b x a   , dan M maks f(x) b x a   , maka

    b a a b M dx x f a b m( ) ( ). ( ). Y M m X 0 a b

Gambar II-4 Terlihat bahwa luasan yang dinyatakan dengan

    b a a b M dx x f a b m( ) ( ). ( )

(40)

(2) Gunakan teorema kelinieran =

1 0 2 1 0 . .dx x dx x = 3 1 2 1  = 6 5 . (b) Jelas ∫ 6 = 2 ] = 2. (c) Jelas ∫ (3 − 6 + 7) = − 3 + 7 ] = 1 − 3 + 7 = 5.

II.6 Pendiferensialan Integral Tertentu terhadap Batas Atasnya

Contoh II-13 Tentukan: ( ) ∫ ( ) ∫ (3 − 1) Penyelesaian: (a) Jelas ∫ = = − . Jadi ∫ = = . Atau

Berdasarkan Teorema II-15 diperoleh ∫ = . (b) Jelas ∫ (3 − 1) = − = − ∫ ( ) = ( ) Teorema II-15

Jika f kontinu pada selang [ , ] dan suatu titik dalam [ , ] maka

(41)

Jadi ∫

( )

= = 6 − 2 .

Atau

Berdasarkan Teorema II-15 diperoleh ∫ (3 − 1)

= ∫ (3 − 1)

( ) .

( )

= (3 − 1). 2 = 6 − 2 .

Berikut ini merupakan teorema nilai rata-rata integral

Berikut ini merupakan teorema substitusi dalam integral tertentu

Teorema Dasar Kalkulus

Teorema dasar Kalkulus memberikan kemudahan untuk menghitung Integral Tentu, berikut teorema tersebut :

Contoh II-14

1. Perlihatkan bahwa jika r  Q dan r  -1, maka

1 1 1 1      

x dx rb ra r r b a r Teorema II-18

Jika ( ) kontinu pada [ , ] dan ( ) sebarang anti turunan ( ), maka

b

a

dx x

f( ) = F(b) – F(a). Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = [F(x)]ba

( ) ( ) = ( )

( )

( ) Teorema II-17

Jika mempunyai turunan kontinu pada [ , ] dan f kontinu pada daerah nilai maka ( ) = ( )( − )

Teorema II-16

Jika f kontinu pada selang [ , ] dan maka terdapat suatu bilangan antara dan sedemikian hingga

(42)

Penyelesian Karena F(x) = 1 1   r xr

suatu anti turunan dari f(x) = xr, maka menurut teorema dasar

Kalkulus . 1 1 ) ( ) ( 1 1        

x dx F b F a rb ra r r b a r Contoh II-15 1. Jelas

               0 4 cos 2 4 cos x dx x dx 4 2 4 1 . 4 cos 8 0

       dx x 2. Jelas dx x x

  5 5 2 5 4 = 0.

Tentukan hasil integral 1.

x dx 2 0 ) 2 ( Penyelesaian:

xdx 2 0 ) 2 ( = 2 0 2 2 2       x x =               2 0 0 . 2 2 2 2 . 2 2 2 = (4+2) – (0+0) = 6 2.

 2 0 3 2 ) 1 (x dx x Penyelesaian: Misalnya u = (x3 )  du = 3x1 2dx  du x2dx 3  Teorema II-19

Jika ( ) fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat (− ) ( ) , maka: dx x f a a

 ) ( = 2 f xdx a

0 ) ( dan

Jika ( ) fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat (− ) = − ( ), maka f x dx a a

 ) ( = 0.

(43)

Untuk x = 0 maka u = 1 dan untuk x = 2 maka u = 9, sehingga:

 2 0 3 2 ) 1 (x dx x =

9 1 3 du u = 9 1 2 6     u =       6 1 6 91 = 6 90 3.

 4 1 ) 1 ( u udu Penyelesaian: Misal p = u  p2 = u  2p dp = du Untuk u = 1 maka p = 1

Untuk u = 4 maka p = 2, sehingga:

 4 1 ) 1 ( u udu =

 2 1 2 2 . ) 1 ( p p pdp =

 2 1 3 2 ) 2 2 ( p p dp = 2 1 4 3 4 2 3 2        p p =               4 3 4 3 ) 1 ( 4 2 ) 1 ( 3 2 ) 2 ( 4 2 ) 2 ( 3 2 =               4 2 3 2 8 3 16 = 4 30 3 14  = 4 31  4.

 8 4 2 15 x xdx Penyelesaian: Misal A = x2 15  A 2 x215  2A dA = 2x dx Untuk x = 4 maka A = 1

Untuk x = 8 maka A = 7, sehingga

 8 4 x2 15 xdx =

7 1 A AdA =

7 1 dA= [A] 17= 7 – 1= 6 5. Jelas

 10 6 2 25 x dx = 10 6 5 5 ln 5 . 2 1   x x

Gambar

Gambar  II-1 P 6   suatu  partisi  untuk  [1,3].   memperlihatkan  bahwa  dengan  partisi  P ,  6 selang [1,3] terbagi menjadi 6 buah subselang, yaitu:
Gambar situasinya:
Gambar II-3 Grafik  f  pada [ , ]
Gambar II-4 Terlihat bahwa luasan yang dinyatakan dengan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Produk buku ajar yang berjudul Bioteknologi (aplikasi dalam bidang lingkungan) mendapat beberapa saran dan tanggapan untuk dimanfaatkan dalam kegiatan

Sumber: Diolah dari data KPU (http://www.kpu.go.id , diakses 25 September 2016) Jumlah anggota dewan perempuan akan memberikan dampak pada kinerja di DPRD. Meskipun belum

Aturan-aturan yang hasilnya tidak terklasifikasi disebabkan karena semua atribut atau variabel yang terdefinisikan, seperti: kategori, tingkat perekonomian, tingkat

Admin yang telah melakukan proses login dapat langsung menuju proses tambah template, hapus template atau ubah template Pada proses tambah template (proses 3.1.1) aliran

Hasil estimasi nilai intrinsik dengan menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation antara Rp2.607 per lembar saham sampai dengan Rp2.624, harga saham rata-

Disajikan gambar benda yang terapung dalam air, siswa mampu menentukan massa jenis benda tersebut sesuai dengan hukum Archimedes dengan benar.. Diberikan data volume

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh kurangnya motivasi siswa selama pembelajaran, Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi danhasil belajar

Dari Tabel 1 dapat dilihat jenis industri yang mengalami pertumbuhan produksi pada Triwulan II Tahun 2016 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q) terjadi pada