• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal k3 Di Kilang Minyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal k3 Di Kilang Minyak"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA (K3)

“PENERAPAN K3 DAN ERGONOMI DI PERUSAHAAN KILANG MINYAK”

OLEH:

AHMAD BUDIMAN (H1F109021)

DOSEN PEMBIMBING : ABDUL GHOFUR, M.T.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN BANJARBARU

(2)

PENERAPAN K3 DAN ERGONOMI DI PERUSAHAAN KILANG MINYAK

ABSTRAK

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu K3 juga merupakan syarat untuk memenangkan persaingan bebas di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Agrement (AFTA), World Trade Organization (WTO) dan Asia Pacipic Economic Community(APEC). Oleh karena itu untuk bisa ikut bersaing di pasar bebas tersebut maka program kesehatan dan keselamatan kerja harus diterapkan di semua tempat kerja. Sedangkan ergonomi di samping meningkatkan kesehatan dan keselamatan Kerja juga mampu meningkatkan produktivitas kerja. Oleh karena itu penerapan ergonomic dan K3 yang baik di perusahaan akan mampu meningkatkan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas kerjanya. Walaupun penerapan ergonomi dan K3 di perusahaan telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan, keselamatan dan produktivitas kerja karyawan namun kenyataannya penerapan ergonomi dan K3 di perusahaan terutama di perusahaan kecil dan menengah masih jauh dari yang diharapkan. Adapun hambatan penerapan ergonomi dan K3 disebabkan oleh beberapa faktor utama: 1) hasil yang dicapai dari penerapan K3 dan ergonomi baru dalam bentuk terciptanya tempat kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien, dan peningkatan produktivitas kerja, namun belum mampu menunjukan keuntungan dalam bentuk uang (berbahasa perusahaan), 2) Manajemen perusahaan masih memberikan prioritas rendah pada program ergonomi dan K3, 3) Program yang dilaksanakan lebih banyak program kuratif dibandingkan dengan program preventif dan promotif sehingga tampak sebagai pengeluaran saja. 4)Di samping itu ada beberapa faktor lain seperti kurangnya pengetahuan manajemen dan karyawan mengenai ergonomi dan K3,terbatasnya dana dan pengawasan dan penerapan sangsi oleh pemerintah kurang. Oleh karena itu penerapan K3 dan ergonomi harus diupayakan agar mampu menunjukan hasil yang menguntungkan (dalam bentuk uang atau berbahasa perusahaan) tidak saja bagi tenaga kerja tetapi juga segera tampak bagi perusahaan,dan pengawasan serta penerapan sanksi oleh pemerintah agar diperketat. Kata kunci: K3, Ergonomi, globalisasi, bahasa perusahaan.

(3)

IMPLEMENTATION OF ERGONOMICS SAFETY AND HEALTH PROGRAM IN OIL MILL ENTERPRISES

ABSTRACT

Safety and health are the basic rights of the workers and one of the requirement to increased the worker’s productivity. Beside that safety and health constitute requirement for winning free competition in the globalization and Asean Free Trade Agreement (AFTA), World Trade Organization (WTO) and Asia Pacific Economic Community (APEC). So that to followed free trade competition, safety and health program must be implemented in all working places. The ergonomics, not only increased the healthy and safety of the workers, but also increased the productivity. If the ergonomics safety and health can be implemented in the enterprises the safety and health and productivity of the workers will be increased. Although the implementation of the ergonomics safety and health principle in the enterprises had been applied and improved the healthy, safety and productivity of the workers but the implementation in the enterprises especially in the small and medium enterprises are still far from expectation. There are many obstacles were found such as: 1) the result of the ergonomics, safety and health implementation still in form of healthy, safety, comfort, efisien and the increases of productivity, but not yet showed in form of money (industrial language); 2) Enterprises management took the lower priority to the ergonomics, safety and health program in operation of the enterprises; 3) the program of the ergonomics safety and health dominan in form of curative action compared with preventive and promotive; 4) other factors such as less of management and workers knowledge about safety and health, limited of capital, less of control and low enforcement of the government. So that the implementation of the ergonomics safety and health program should be attained the benefit in form of money not only to the workers but also to the enterprises. Control and low enforcement of the governement should be tightening and continued.

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. latar belakang

Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu pada sector hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga memiliki resiko yang hamper sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan. Melihat keadaan tersebut diperlukan suatu manajemen yang berorientasi pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri perminyakan. Indonesia telah memiliki undang – undang mengenai keselamatan kerja yaitu Undang – Undang No. 1 Tahun 1970.

Selain itu terdapat pula beberapa peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu manajemen yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah berhasil menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada berbagai industri di dunia. Selain bidang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan, juga diperlukan aspek Lindung Lingkungan (LL). K3 dan LL merupakan aspek organisasi bisnis yang tidak hanya memerlukan pengetahuan mendalam akan latar belakang maupun tata cara pelaksanaannya, tetapi juga bagaimana perusahaan menaati peraturan yangberkaitan dengan K3 dan LL. Pemahaman K3 dan LL ini berawal dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan prilaku (behaviour).

Salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku manusia dalam hal yang berkaitan dengan K3 dan LL adalah persepsinya terhadap K3 dan LL serta pelaksanaannya dalam perusahaan yang bersangkutan. Persepsi ini dipengaruhi oleh aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal merupakan aspek yang berkaitan dengan sifa atau karakter individu karyawan serta motivasi karyawan. Sedangkan aspek eksternal meruapak aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan serta pengelolaan aspek K3 dan LL seperti komitmen pimpinan dan karyawan terhadap pelaksanaan, kebijakan yang diberlakukan, program dan penerapan program K3 dan LL. Persepsi atau bagaimana pandangan penilaian karyawan terhadap K3 dan LL dalam perusahaan menjadi semakin penting dalam mewujudkan budaya yang mendukung K3 dan LL yang akan memberikan

(5)

kontribusi yang besar untuk meningkatkan performance dan citra perusahaan secara keseluruhan. Perkembangan bidang keselamatan dan kesehatan lingkungan mengikuti upaya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan ini diperlukan suatu sistem politik yang menjamin partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan, sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus dan berdasarkan kemampuan sendiri yang berlanjut, system sosial yang memberikan penyelesaian terhadap ketegangan akibat pembangunan yang tidak selaras, sistem produksi yang menghormati kewajiban untuk melestarikan ekologi, sistem teknologi yang dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan lingkungan yang ada secara terus menerus.

Dibawah ini beberapa istilah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan lingkungan :

1) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

2) Ekosistem adalah tatanan unsure lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup.

3) Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung prikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

4) Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

5) Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain dalam lingkungan hidup oelh kegiatan

(6)

manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

6) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.

7) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dari semula dan tidak dikehendaki yang mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari semula dan dapat mengakibatkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

8) Potensi bahaya (Hazards) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan / kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. 9) Resiko (Risk) adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan / kerugian pada

periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.

10) Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.

11) Aman / selamat adalah kondisi tiada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya)

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan di kilang minyak. 2. Untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan di kilang minyak. 3. Untuk mengetahui cara penanggulang kecelakaan di kilang minyak 4. Untuk menganalisa dampak akibat kecelakaan kerja pada kilang

minyak. C. Manfaat

1. Mengetahui analisis risiko di tempat kerja.

(7)

3. Dapat mengetahui cara pencegahan kecelakaan kerja di kilang minyak.

4. Dapat menganalisa dampak akibat kecelakaan kerja pada industri baja.

(8)

BAB II PEMBAHASAN A. gambaran umum proses pada kilang minyak

Sebuah kilang minyak adalah pabrik proses industri dimana minyak mentah diproses dan dimurnikan menjadi produk petroleum berguna. Minyak yang mentah atau tak diproses tidak begitu berguna dalam bentuknya saat dipompa keluar dari dalam tanah. Maka diperlukan proses untuk menguraikannya menjadi bagian-bagian dan memurnikannya sebelum penggunaan dalam bahan padat seperti plastik dan busa, atau sebagai bahan bakar fosil petroleum seperti dalam halnya mesin otomotif dan pesawat terbang.

Minyak bisa digunakan dengan banyak cara yang beragam karena mengandung hidrokarbon yang berbeda panjangnya seperti parafin, aromatik, napthene (atau

cycloalkane), alkene, diene, dan alkyne.

Minyak mentah dipisahkan menjadi pecahan-pecahan dengan distilasi fraksional (penyulingan pecahan). Pecahan pendorong, yang timbul dari bawah lajur pemecahan seringkali diuraikan (retak) untuk membuat produk yang lebih berguna. Hidrokarbon adalah susunan molekul-molekul berbeda panjang dan kerumitan terbuat dari hidrogen

(9)

dan karbon. Strukturnya yang bermacam-macam memberikan mereka ciri-ciri dan fungsi berbeda. Kelihaian dalam proses pengilangan minyak adalah memisahkan dan memurnikan ini. Semua hidrokarbon yang berbeda ini memiliki titik didih yang berbeda, yang berarti mereka dapat dipisahkan dengan distilasi / penyulingan.

Setelah dipisahkan dan segala kontaminan serta ketidakmurnian telah dibuang, minyak ini bisa: baik dijual tanpa pemrosesan lebih lanjut, atau molekul-molekul yang lebih kecil seperti isobutane dan propylene atau butylene dapat digabung ulang untuk memenuhi persyaratan oktan tertentu dengan proses seperti alkylasi atau yang kurang umum, dimerisasi. Oktan juga bisa diperbaiki dengan pembentukan ulang katalytik, yang mencarik hidrogen keluar dari hidrokarbon untuk memproduksi aromatik, yang mempunyai taraf oktan lebih tinggi. Produk menengah bahkan dapat pula diproses ulang untuk menghancurkan minyak berat dan berantai-panjang menjadi yang lebih ringan dan berantai-pendek, menggunakan berbagai bentuk peretakan seperti peretakan Katalytik Cairan, Peretakan Thermal, dan Peretakan-hidro.

Langkah final dalam produksi gasolin adalah pencampuran bahan bakar dengan taraf oktan berbeda, tekanan uap dan ciri-ciri lain untuk memenuhi spesifikasi produk. Minyak mentah hanya sedikit mengandung bensin dan minyak diesel, 2 fraksi terpenting yang paling banyak digunakan. Untuk meningkatkan produk 2 fraksi ini, maka sejak 60 tahun yang lalu ditambahkan proses menggunakan katalis pada penyulingan minyak bumi untuk meningkatkan fraksi minyak mentah yang diubah menjadi bensin dan minyak diesel.

Pada perkembangannya, proses katalis dilakukan tidak hanya untuk memperbesar produk bensin dan minyak disel, tetapi juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas produknya. Secara umum penggunaan katalis di dalam proses pengolahan minyak bumi dikenal sebagai hidroprocessing. Ada 3 bagian dari hidroprocessing, yaitu hidrocracking, hidrorefining, dan hidrotreating.

Penggunaan Katalis Dalam Proses Penyulingan Minyak Bumi (Us Epa, 2001) Definisi US EPA untuk ketiga proses tersebut adalah (US EPA, 2001):

• Hidrocracking adalah proses penyulingan yang menggunakan hidrogen dan katalis pada temperatur relatif rendah dan tekanan tinggi untuk mengubah material residu minyak bumi mentah dengan titik didih

(10)

menengah menjadi bensin dengan oktan tinggi, bahan bakar jet dan minyak bakar dengan kualitas tinggi. Proses ini dapat menggunakan satu atau lebih katalis, tergantung dari produk yang diharapkan, dan dapat menangani kadar sulfur yang tinggi pada bahan baku tanpa terlebih dahulu dilakukan pengolahan pendahuluan. Proses didalam hidrocracking meliputi:

a) Monoaromatik hidrogenasi (proses hidrogenasi cincin fenil). b) Hidrodealkilasi (proses pemisahan rantai alifatik dari cincin fenil). c) Hydrodecyclization (pemecahan unsur-unsur rantai melingkar

jenuh).

d) Isomerisasi parafin (pembentukan kembali unsur alifatik).

• Hidrotreating adalah proses yang menggunakan hidrogen untuk menjenuhkan olefin dan hidrokarbon aromatik, sehingga komponen yang tidak diinginkan, seperti sulfur sulfur dan nitrogen, dapat dihilangkan.

Proses hidrotreating mencakup proses-proses:

a) Hydrodesulfurization adalah proses mengubah unsur organo-sulfur menjadi H2S.

b) Hydrodenitrogenation adalah proses mengubah unsur organo-nitrogen menjadi NH3.

c) Hydrodemetallation adalah proses presipitasi logam pada katalis dalam bentuk sulfide.

d) Hydrodeoxygenation adalah proses penyisihan gugus -OH dari molekul

e) Olefin hydrogenation adalah proses hidrogenasi olefin menjadi unsur alifatik.

• Hidrorefining adalah proses penyulingan yang serupa dengan proses hydrotreating, tetapi dengan temperatur dan tekanan lebih tinggi. Tujuan dari proses hydrorefining adalah untuk mengolah fraksi minyak bumi dengan berat molekul lebih besar.

(11)

B. Resiko pada lingkungan kerja

Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan terhad kecelakaan tersebut.

Penyebab utama kecelakaan adalah :

a. Kondisi tidak aman (unsafe condition) Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh metode / proses produksi yang kurang baik. Hal ini dilihat dari sistem pengisian bahan kimia yang salah, pengangkutan beban secara manal / menggunakan tenaga manusia.

b. Tindakan tidak aman (unsafe action). Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang.

c. Kelemahan sistem manajemen. Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur kerja yang tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan kegiatan kerjanya.

Dari penyebab kecelakaan di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada lingkungan kerja dan lingkungan hidup sekitarnya. Kecelakaan kerja khususnya di bidang industri seringkali diikuti dengan adanya kerusakan lingkungan terlebih jika kecelakaan industri tersebut berskala besar. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera bahkan kematian jika kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan keseimbangan ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya

(12)

bahan sisa proses produksi yang masih mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari kecelakaan industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahan limbah industri yang tidak baik.

Suatu lingkungan kerja meliputi : 1. Faktor Mekanis.

2. Faktor Fisik. 3. Faktor Kimia. 4. Faktor Biologi. 5. Faktor Ergonomi.

Lingkungan kerja yang kondusif mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja, terpelihara sumber produksi dan tercapainya produktivitas kerja yang tinggi Lingkungan kerja yang baik dan cara kerja yang baik disamping faktor-faktor lain di masyarakat akan menciptakan lingkungan umum / hidup yang terjamin secara komprehensif.

C. Potensi bahaya pada kilang minyak

Secara umum bahaya yang timbul pada kilang minyak terdiri dari :

1. Jenis Pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan kimia.

2. Crude Oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang mudah meledak, keracunan sulfur.

3. Cuaca, misalnya petir, badai, gelombang besar. Bahaya Bahan Kimia

Kilang minyak menggunakan bahan – bahan kimia yang terkadang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan hidup. Penangangan bahan – bahan kimia tersebut harus dilakukan dengan serius. Untuk membantu pekerja dalam memperlakukan bahan – bahan kimia tersebut, maka diberikan suatu sistem labeling yang dapat menunjukan jenis dan bahaya dari bahan kimia yang mereka gunakan.

Label ini dapat mejelaskan sifat bahaya dari bahan kimia yang bersangkutan. Label bahaya diberikan dalam bentuk gambar untuk memberikan gambaran cepat sifat bahaya. Terdapat dua label yang digunakan, yaitu menurut PBB (internasional) dan NFPA (Amerika). Label NFPA ditunjukkan pada tabel dibawah, berupa 4 kotak yang

(13)

mempunyai ranking bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran (merah) dan reaktivitas (kuning).

RANKING BAHAYA KESEHATAN BAHAYA KEBAKARAN BAHAYA REAKTIVITAS 4 Penyebab kematian, cedera fatal meskipun pada pertolongan. Segera menguap dalam keadaan normal dan dapat terbakar secara cepat.

Mudah meledak atau diledakkan, sensitif terhadap panas danmekanik. 3 Berakibat serius pada keterpaan singkat, meskipun ada pertolongan.

Cair atau padat dapat dinyalakan pada suhu biasa.

Mudah meledak tetapi memerlukan

penyebab

panas dan tumbukan kuat. 2 Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada pertolongan.

Perlu sedikit ada pemanasan sebelum bahan dapat dibakar.

Tidak stabil, bereaksi hebat tetapi tidak meledak.

1 Penyebab iritasi atau cedera ringan.

Dapat dibakar tetapi memerlukan

pemanasan terlebih dahulu.

Stabil pada suhu normal, tetapi tidak stabil pada suhu tinggi.

0 Tidak berbahaya bagi kesehatan meskipun

kena panas (api).

Bahan tidak dapat dibakar sama sekali.

Stabil, tidak reaktif, meskipun kena panas atau suhu tinggi.

Bahan – bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi juga harus diberikan informasi mengenai :

1. Informasi bahan singkat :

Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta bahaya-bahaya utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat bisa dipahami kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.

(14)

2. Sifat-sifat bahaya :

a) Bahaya kesehatan :

Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m³ atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari. Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :

• LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen binatang percobaan mati.

• LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50 persen binatang percobaan.

• IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.

b) Bahaya kebakaran :

Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :

• Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.

• Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.

• Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya. c) Bahaya reaktivitas :

Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.

(15)

3. Sifat-sifat fisika :

Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya suatu bahan.

4. Keselamatan dan pengamanan :

Diberikan langkah-langkah keselamatan dan pengamanan :

a. Penanganan dan penyimpanan : usaha keselamatan yang dilakukan apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.

b. Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan tertumpah atau bocor.

c. Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk mengurangi keterpaan bahan.

d. Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan.

e. Pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk memadamkan api yang belum terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.

5. Informasi lingkungan :

Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani limbah atau buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan.

Pengaturan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Bahan Kimia

Usaha untuk menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan terutama yang berkaitan dengan bahan – bahan kimia berbahaya dilakukan mulai dari persiapan personal yang menggunakan bahan kimia tersebut hingga perlakuan pada bahan kimia selama proses produksi.

(16)

1. Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.

2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia. 3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak

tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat. Bekerja aman dengan bahan kimia :

1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia. 2. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia.

3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.

4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).

Memindahkan bahan Kimia :

1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.

2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan. 3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.

4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencegah kontaminasi.

Memindahkan bahan Kimia cair :

1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan memegang botol tersebut.

2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori. 3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak

memercik.

Memindahkan bahan Kimia padat :

1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia. 2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.

(17)

mengotori bahan tersebut.

Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi : 1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.

2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan. 3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.

D. Bahaya Khusus yang Timbul dari Crude Oil

Bahaya yang perlu mendapat perhatian di samping hal-hal umum juga tentang adanya bahaya peledakan crude oil yang tinggi. Uap dan gas mudah meledak dan menimbulkan asap racun. Crude Oil juga mengandung sulfur yang tinggi yang dapat menimbulkan bahaya kematian.

E. Pencegahan dan pengendalian bahaya di kilang minyak

a. Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber, misalnya hubungan listrik Pencegahan ini harus dilengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran yang memadai.

b. Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis. c. Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang baik

disamping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, termasuk penyediaan fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan pertolongan pernafasan.

d. Mematuhi peratran K3

e. elatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja dan produk masing – masing, termasuk didalamnya emergency drill.

Jenis kecelakaan di kilang minyak: 1. terjepit, terlindas.

2. teriris, terpotong, tergores. 3. Jatuh terpeleset.

(18)

5. tertabrak

6. terkena benturan keras.

7. berkontak dengan bahan berbahaya. F. Analisa Resiko

Proses manajemen dipastikan tersedia untuk menjamin resiko telah di identifikasikan secara baik, terkontrol dalam organisasi, dll. Karyawan, kontraktor dan konsumen berhak dan wajib mendapatkan informasi mengenai resiko yang ada dan langkah-langkah yang diambil untuk mengeliminasi atau meminimalkannya.

Suatu sistem monitoring dan kesiagaan/alert dipastikan tersedia, yang akan memastikan adanya kontrol pada resiko di tingkat Manajemen sesuai tingkat keseriusannya.

Adapun analisis resiko kecelakaan kerja pada industri baja adalah

No. Jenis Bahaya Dampak kesehatan

1 Tekanan Panas Luka bakar heat stroke dehidrasi

2 Debu Iritasi saluran pernafasan Sesak nafas

3 Beban Kerja Pegel Linu Keseleo 4 5 Kebisingan Bahan kimia Tuli permanen Tuli sementara

Menurunkan konsentrasi kerja Menimbulkan rasa tidak nyaman. Terpapar bahan kimia.

Meledak. Terbakar.

(19)

Setelah melihat proses yang terjadi pada suatu kilanh minak dan potensi bahaya yang terjadi pada kilang minyak, maka secara keseluruhan pencegahan kecelakaan yang diperlukan adalah :

1) Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan industri. 2) Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan alat

pengamanan, maupun dari hasil limbah yang dihasilkan agar tidak mengganggu kualitas lingkungan.

3) Dilakukan pelatihan dan tindakan persuasif bagi pengusaha dan pekerja sehingga diharapkan dapat lebih berhati – hati dalam melakukan pekerjaan terutama yang menggunakan peralatan ataupun bahan kimia yang dapat membahayakan diri sendiri maupun lingkungan.

PERSEPSI TERHADAP K3

Setiap individu cenderung untuk melihat dan memahami dunia dan lingkungan sekitarnya sesuai dengan cara pandang individu itu sendiri. Tindakan dan reaksi individu tersebut berdasarkan persepsinya, bukan atas dasar kenyataan obyektif.

Persepsi pekerja terhadap K3 dapat berupa persepsi positif ataupun persepsi negatif. Persepsi positif terjadi jika pekerja merasa bahwa K3 dapat memberikan kenyamanan, ketenangan, kesehatan dan keamanan. Sedangkan persepsi negatif terjadi karena program K3 tidak dapat memberikan rasa nyaman, tenteram, tenang dan aman pada pekerja.

Persepsi merupakan suatu proses untuk mengatur dan menginterpretasikan sensor informasi yang masuk kedalam tubuh (Halonen dan Santrock, 1999) atau persepsimerupakan suatu rangkaian proses pengenalan, pengorganisasian dan pengartian stimulus yang ada dilingkungan (Sternberg, 1999).

Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan suatu kontrol bahaya yang dapat mendefinisikan bahaya secara objektif bagi seluruh pekerja di kilang minyak.Pengontrolan bahaya ini meliputi kegiatan internal kilang minyak maupun kegiatan eksternal/lapangan kilang minyak.

Kontrol bahaya tersebut meliputi : a. House keeping yang memadai

(20)

c. Perawatan mesin dan instalasi kilang minyak d. Ventilasi

(21)

PENUTUP A. Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Kasus-kasus kecelakaan kerja di atas, mungkin disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman atau perilaku yang tidak aman. Baik pemilik usaha dan pekerja bekerja sama mengaktualisasikan keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja setiap saat melaporkan penyebab tidak aman di lingkungan kerja kepada pemilik usaha, pemilik usaha juga bertanggung jawab melakukan perbaikan lingkungan, mengoreksi perilaku pekerja yang tidak aman. Konsep ini tergantung pada pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dalam jangka waktu panjang, hingga terbentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja, memperbaiki kondisi kerja secara tuntas, menjadi figur perusahaan yang baik, sehingga dapat membuat pekerja saling membantu, menjamin kelancaran produksi, mencapai tujuan nol kecelakaan kerja.

B. Saran

1. Pekerja sebaiknya mempunyai keahlianya yang sesuai dengan pekerjaannya. 2. Gunakan selalu APD saat melakukan pekerjaan yang menggunakan bahan kimia

berbahaya supaya dapat meminimalisir dampak negative.

3. Baik pemilik usaha dan pekerja bekerja sama mengaktualisasikan keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja setiap saat melaporkan penyebab tidak aman di lingkungan kerja kepada pemilik usaha.

4. Industri memberikan pendidikan dan pelatihan tentang K3 dalam jangka waktu panjang.

(22)

Gayle Woodside and Diana Kocurek,Environmental, Safety and Health Engineering, 1997.

James R. Mihelcic,Fundamentals of Environtment Engineering,Jhon Wiley and Son, Inc, Canada,1999.

Olishifski, Julian B, and Mc Elroy, Frank E,Fundamentals of Industrial Hygiene, National Safety Council, Chicagi, Illinois,1971.

Undang – Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3 www.wikipedia.com

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian produk berupa media software pemilihan jurusan di SMA untuk siswa kelas VIII SMP memiliki kriteria sangat baik dan tidak perlu revisi.. Data

(Djaali, 2000: 86) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item (butir diskor dikotomi dan sebagian butir diskor politomi) dapat dihitung dengan

Dari 176 spesimen yang memenuhi kriteria inklusi, 55 spesimen diekslusi antara lain karena hasil MAC ELISA CSS pada fase akut negatif tetapi positif pada

pabrik dapat dikatakan sudah cukup efektif karena diperoleh hasil pada tahun 2015 sebesar 92% dan sebesar 93% ada tahun 2016 dari total bahan baku yang dipakai pada

dengan Pendekatan Realistik Matematik sebaiknya digunakan dosen dalam kegiatan pembelajaran karena terbukti dari hasil penelitian yang diperoleh, hasil belajar peserta

6HQVRU \DQJ GLSDVDQJ SDGD SLQWX DGDODK VHEXDK VDNODU NHFLO \DQJ GLKXEXQJNDQ GHQJDQ NRPSXWHU PHODOXL 33, SRUW % SDGD VDDW SLQWX WHUEXND PDND VDNODU DNDQ WHUKXEXQJ DWDX 21

Pada daerah ini penambahan bahan organik pada tanah dilakukan dengan cara menumpuk pelepah kelapa sawit yang sudah tua sampai melapuk disekitar tanaman, dan juga