• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN BADAN USAHA MILIK DESA MELALUI INSTITUSI PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMEDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN BADAN USAHA MILIK DESA MELALUI INSTITUSI PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMEDANG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBERDAYAAN BADAN USAHA MILIK DESA

MELALUI INSTITUSI PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMEDANG Oleh :

Sukmayadi1, Fahrul Alam Masruri2,Erpi Rahman3

Email: sukmayadi@stie11april-sumedang.ac.id;

fahrulalam@stie11april-sumedang.ac.id;erpi@stie11april-sumedang.ac.id

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sebelas April Sumedang

Jalan Angkrek - Situ No. 19 Telp.( 0261) 205524 - 202911 ext. 103 Fax. (0261) 205524 Sumedang Jawa Barat 45323

Abstrak

Fokus penelitian ini untuk menganalisis bagaimana tata kelola, hasil, model dan keunggulan dan kelemahan pemberdayaan BUMDes yang dilakukan institusi pendidikan. Kemudian luarannya yakni melahirkan Model pemberdayaan badan usaha milik desa melalui Institusi di Kabupaten Sumedang. Hasil peneletian diperoleh bahwa tata kelola BUMDes secara wawasan memahami bahwa BUMDes merupakan amanat undang-undang.Pengelola BUMDes harus melaksanakan dengan baik dan penuh tanggungjawab. BUMDes juga merupakan wadah yang tepat untuk menggali potensi-potensi yang ada di desa terutama potensi ekonomi. BUMDes juga diharapkan mempu mengelola asset-aset desa yang kurang produktif menjadi lebih optimal dan bisa menambah pendapatan asli desa. Proses penyadaran masyarakat, perlu dilakukan sosialisasi yang terprogram dan inten, dengan mempublikasikan program-program yang sudah dibuat. Pengelola BUMDes mampu memberikan aplikasi yang riil dan kongkrit/nyata tentang pelaksanaan program BUMDes dengan terus membina budaya kerjasama dan gotong royong diantara pemangku kepentingan. Hasil Pemberdayaan BUMDes diperoleh hasil yang baik. Dimana masyarakat bisa lebih berdaya dan merasakan manfaat dari adanya berbagai usaha yang dikelola BUMDes. Walaupun dibeberapa masih banyak yang harus diperbaiki. Model Pemberdayaan BUMDes dilakukan melalui program Pengabdian kepada Masyarakat dan Kuliah Kerja Usaha (KKU). Dengan memenuhi empat unsur, yaitu input, proses, output dan outcome. Input meliputi konsep pemberdayaan, manajemen pemberdayaan /tata kelola, lingkup BUMDes sasaran, dan kemitraan dengan lembaga lain. Unsur proses (Process) adalah kegiatan pemberdayaan BUMDes yang meliputi penyadaran masyarakat, pengkapasitasan dan pemberian daya. Unsur Output adalah hasil yang dicapai dari kegiatan pemberdayaan BUMDes yang meliputi bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan. Unsur Outcome adalah dampak dari hasil pemberdayaan BUMDes berupa keberdayaan BUMDes, kemandirian/kesejahteraan..

(2)

2 Abstract

The focus of this research is to analyze about how the governance, results, models, strengths and weaknesses of BUMDes empowerment are carried out by educational institutions. Then the outcome is giving a model of empowering village-owned enterprises through institutions in Sumedang. The results of the study found that the BUMDes governance insightfully understands that the BUMDes is the mandate of the law. BUMDes managers must carry out well and responsibly. BUMDes is also the right place to explore the potentials in the village, especially economic potential. BUMDes is also expected to be able to manage village assets that are less productive to be more optimal and can increase original income of the village. The process of public awareness needs to be programmed and intensified socialization by publicizing programs that have been made. BUMDes managers are able to provide real and concrete about the implementation of the BUMDes program by continuing to foster a culture of cooperation and mutual cooperation among stakeholders. The results of the BUMDes empowerment obtained good results. Where the community can be more empowered and feel the benefits of the various businesses that managed by BUMDes. Although in some places there are still many things that must be improved. The BUMDes empowerment model is carried out through Community Service and Business Work programs. By fulfilling four elements, there are input, process, output and outcome. Inputs include the concept of empowerment, governance management, scope of target BUMDes, and partnerships with other institutions. The process is a power empowerment activity. The output is the result achieved from BUMDes empowerment activities which include human development, business development, environmental development, and institutional development. The outcome is the impact of the BUMDes empowerment results in the form of BUMDes empowerment, independence / welfare.

(3)

3 Pendahuluan

Desa merupakan satuan politik terkecil pemerintahan yang memiliki posisi stategis sebagai pilar pembangunan nasional. Desa memiliki banyak potensi, tidak hanya dari segi jumlah penduduk, tetapi juga ketersediaan sumber daya alam yang melimpah. Jika kedua potensi ini dikelola dengan maksimal, maka akan memberikan kesejahteraan bagi penduduk desa. Namun, kenyataannya bahwa selama ini pembangunan pada tingkat desa memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini disebabkan selain persoalan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, tetapi juga disebabkan persoalan keuangan.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan berbagai program pembangunan desa, salah satunya adalah melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan dikeluarkannya Peraturan Menteri Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

BUMDes merupakan badan usaha yang ditetapkan melalui peraturan desa, berdasarkan hasil keputusan musyawarah desa. Artinya pembentukan BUMDes hanya didasarkan pada peraturan desa dan tidak membutuhkan pengesahan dari akta notaris.Meskipun demikian, berdasarkan pasal 7 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, BUMDes dapat terdiri dari unit-unit usaha berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa bertujuan sebagai penggerak pembangunan ekonomi lokal tingkat desa. Pembangunan ekonomi lokal desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi, kapasitas desa dan penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa dengan tujuan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Menurut Moch Solekhan (2014 : 51), sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa, maka pemerintah desa memiliki fungsi salah satunya : melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, serta melaksanakan pembinaan perekonomian desa. Jadi dengan demikian, pembentukan BUMDes diharapkan mampu menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi di desa, sebagai lembaga komersil dengan mencari keuntungan untuk meningkatkan taraf pendapatan desa dan sebagai lembaga sosial yang berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui penyediaan pelayanan sosial.

Dalam implementasinya, BUMDes belum sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa yang ada di Indonesia. Keberadaan BUMDes belum berjalan efektif dan belum mampu berkontribusi bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih kurang, karena faktor pengetahuan terhadap program BUMDes masih sedikit dan awam. Pemanfaatannya lebih banyak pada pembangunan fisik desa, sedangkan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat belum maksimal karena berbagai kendala, salahsatunya kendala SDM dan anggaran BUMDes (Prasetyo,2016).

Mencermati kondisi tersebut, peneliti sebagai akademisi memandang bahwa institusi pendidikan dapat menjadi starting action serta pilihan strategis dalam membangun kesadaran dan memberdayakan masyarakat, juga sebagai pelaksanaan tridharma perguruan tinggi berupa pengabdian kepada masyarakat dengan pemberdayaan BUMDes. Melalui usaha tersebut, BUMDes dapat

(4)

4

mengembangkan dan mengelola usaha-usaha produktif dengan profesional dalam segala kegiatan, khususnya kegiatan ekonomi di desa

Yayasan Perguruan Tinggi Sebelas April (YPSA) Sumedang sebagai yayasan pendidikan yang memiliki beberapa sekolah tinggi di kabupaten sumedang salah satunya STIE Sebelas April Sumedang, memiliki tanggungjawab dalam membangun tatanan kehidupan pembangunan sumber daya insani yang handal. Tanggungjawab yang sudah dilaksanakan dan yang menjadi program selanjutnya tidak lepas dari kinerja manajemen pengelolaan dan pemberdayaan semua sekolah tinggi sebagai institusi pendidikan yang memiliki tanggungjawab serta implementasi tri dharma perguruan tinggi. Peranan sekolah tinggi (STIE Sebelas April Sumedang) sebagai Institusi pendidikan dalam membantu program pemerintah, termasuk pemerintah desa menjadi kajian yang sangat fokus dan memiliki perhatian tersendiri. Salah satu program institusi pendidikan adalah pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat melalui BUMDes. Tujuannya BUMDes mampu meningkatkan usaha masyarakat, menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan warga, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa dengan mengelola potensi-potensi desa dengan mendirikan, mengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang baik dan profesional.

Dalam penyelesaian masalah kemiskinan ini, tentu saja masyarakat dan pemerintahan desa memerlukan pemahaman tentang konsep pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan BUMDes yang dibarengi dengan pemilihan strategi, metode, media, dan model yang tepat serta melibatkan partisipasi masyarakat dalam membangun jalinan kemitraan dengan lembaga lain.

Karena itu, diperlukan suatu kajian mendalam untuk mengetahui keberhasilan pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana tata kelola pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

4. Untuk mengetahui bagaimana model pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang

5. Untuk mengetahui bagaimana keunggulan dan kelemahan pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

Metode Penelitian

Desain penelitian menurut Husein Umar (2015:54-55) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Desain penelitian merupakan semua proses

(5)

5

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dengan cara memilih, mengumpulkan dan menganalisis data yang diteliti pada waktu tertentu.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan cara melakukan observasi langsung, melakukan wawancara dan mengumpulkan data berupa dokumen yang berhubungan dengan pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi Sebelas April Sumedang.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana peran, tata kelola, model, proses, dan keunggulan serta kelemahan model pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang. Untuk mencapainya, maka dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen probadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.

Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokan antara realita empirik dengan teori yag berlaku dengan menggunakan metode deskripif. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif dalam hal ini adalah untuk mengidentifikasikan peran dan tata kelola institusi pendidikan dalam pemberdayaan BUMDes di Kabupaten Sumedang dari input, proses, output dan outcome.

Metode penelitian kualitatif ini digunakan karena dianggap lebih mudah dalam menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dilapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2010) dalam Sugiyono (2015:17) mengatakan bahwa metode kualitatif digunakan karena beberapa perimbangan yaitu :

1. Dapat menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan- kenyataan ganda.

2. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara penelitian dan responden.

3. Metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola- pola yang dihadapi.

Dan subjek penelitian dilakukan ditempat dan waktu sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada institusi pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Sebelas April Sumedang (YPSA) yang sudah melaksanakan program pemberdayaan BUMDes yakni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sebelas April Sumedang. Dengan alamat di Jl. Angkrek Situ No. 19 Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, Kode Pos 45323.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2019 sampai Desember 2019, sejak dikeluarkannya Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh pihak Lembaga STIE Sebalas April Sumedang.

(6)

6 Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Nama Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan pelaksanaan penelitian v

2 Pelaksanaan pra penelitian/survei v

3 Survei lokasi, sosialisasi, dan penetapan

pelaksanaan penelitian v

4 Pengadaan alat dan bahan penelitian v

5 Pelaksanaan studi kepustakaan v

6 Pelaksanaan penelitian (pengambilan data

di lapangan)

v v v v

7

Pelaksanaan analisis data (entry data, pengolahan data, dan analisis hasil penelitian)

v

8 Penyusunan laporan hasil penelitian v

Untuk Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lapangan ketika penelitian dilakukan. Data ini dikumpulkam secara langsung di lapangan melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi terhadap narasumber perwakilan institusi pendidkan, BUMDes, ataupun perorangan yang dijadikan informan penelitian.

Data Primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tentang kegitan pemberdayaan BUMDes yang dikelola Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang tentang peran, tatakelola, proses, model, keunggulan dan kelemahannya, yang didapat dari beberapa informan penelitian yaitu pihak Institusi pendidikan dalam hal ini STIE Sebelas April Sumedang, dan pengelola BUMDes yang pernah mendapatkan pembinaan pemberdayaan BUMDes.

2. Data Sekunder

Data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh organisasi di luar penelitian itu sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesuangguhnya adalah data asli. Data ini sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk narasi, tabel-tabel atau diagram-diagram.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari data sekunder berupa laporan pelaksanaan program KKU yang didalamnya memiliki program pemberdayaan BUMDes, Data BUMDes yang pernah mendapatkan pemberdayaan institusi pendidikan STIE Sebelas April Sumedang, Profil BUMDes, dan data-data lain terkait dengan pemberdayaan BUMDes oleh institusi pendidikan STIE Sebelas April Sumedang di Kabupaten Sumedang yang peneliti peroleh dari berbagai sumber termasuk media publik.

Dan Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian menggunakan instrumen atau alat penelitian sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian

(7)

7

adalah diri peneliti sendiri. Menurut Lexy J Moleong (2007 : 5) hanya "manusia sebagai alat" sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

Meskipun demikian, diri peneliti sebagai instrumen tetap harus melakukan validasi untuk mengetahui seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian. Dalam penelitian ini validasi dilakukan oleh diri peneliti sendiri melalui evaluasi diri tentang pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori mengenai evaluasi kebijakan publik, dampak kebijakan serta studi pembangunan desa dan kesiapan serta bekal memasuki lapangan penelitian.

Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan alat bantu pengumpulan data yaitu berupa buku catatan, handphone untuk merekam pembicaraan dengan informan, pedoman wawancara maupun perangkat observasi selama proses penelitian berlangsung.

Guna memperoleh data dan informasi serta keterangan-keterangan bagi kepentingan penulis, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Lexy Moeleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan diadakan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data, informasi, penjelasan dari institusi pendidikan STIE Sebelas April Sumedang, BUMDes sasaran, mengenai pemberdayaan BUMDes yang dilakukan Intsitusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan menggunakan pendekatan wawancara semi terstruktur dengan menggunakan petunjuk umum atau panduan wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009: 187). Alasan menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara yaitu agar garis besar hal-hal yang akan ditanyakan kepada informan terkait dengan konsep pembahasan permasalahan mengenai tema yang diangkat oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan dengan Pimpinan Institusi Pendidikan, UPT pemberdayaan BUMDes (UPT Pengabdian kepada Masyarakat), pengurus BUMDes yang pernah mendapat pembinaan program dari institusi pendidikan. Pemilihan subjek wawancara ini dengan mempertimbangkan pengetahuan subjek tentang informasi yang akan ditanyakan.

2. Dokumentasi

Selain menggunakan teknik wawancara untuk pengumpulan data juga menggunakan teknik dokumentasi. Menurut Lexy J. Moleong (2007:163) dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mempelajari arsip atau dokumen-dokumen yaitu setiap bahan tertulis baik internal maupun eksternal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dari dokumen tersebut dilakukan kajian isi, sehingga diperoleh pemahaman melalui usaha memperoleh karakteristik pesan. Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan

(8)

8

dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah dan Undang-Undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan antara lain struktur organisasi institusi pendidikan, Profil institusi pendidikan, visi dan misi institusi pendidikan, laporan pelaksanaan pengabdian masyarakat tentang program BUMDes, profil beberapa BUMDes yang pernah dibina institusi pendidikan tersebut. Dokumen-dokumen tersebut merupakan dokumen internal yang berasal dari instansi terkait. Sedangkan dokumen eksternal peneliti mendapatkannya dari Koran-koran lokal seperti Radar Sumedang, Tribun Jabar, dll. Selain itu juga peneliti melakukan pencarian (searching) berita-berita yang berkaitan dengan program institusi pendidikan dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi termasuk pemberdayaan BUMDES.

3. Observasi

Observasi atau yang disebut pula pengamatan meliputi kegiatan pemusat perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 2008: 131). Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevasi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan STIE Sebelas April Sumedang tentang program pemberdayaan BUMDES di Kabupaten Sumedang.

Untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan maka peneliti merasa perlu untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari wawancara, dokumentasi, dan hasil observasi untuk sumber data yang berbeda. Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan mengecek data hasil dari wawancara informan dengan penelitian dan data dari dokumentasi dan observasi. Peneliti menggunakan triangulasi karena merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan tentang Pemberdayaan BUMDES yang dilakukan Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang. (Sugiyono, 2010:330).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat pertanyaan yang berbeda. Hal itu dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa dikatakan orang di depan umum dan apa yang dikatakan orang secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti

(9)

9

rakyat biasa, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2010: 330-331). Selanjutnya peneliti melakukan analisisi data dengan beberapa teknik. Menurut Patton dalam Moleong (2010: 280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2010: 280), analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang di saranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Jika dikaji, definisi pertama lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data sedangkan yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Miles dan Huberman (Sugiyono, 2017) yang menyatakan bahwa terdapat empat macam kegiatan analisis data kualitatif, yaitu pengumpulan data, data reduction (reduksi data), data display, dan conclusions drawing/ verifying, ditunjukan pada gambar berikut.

Gambar 3.1

Komponen Dalam Analisis Data (interactive model)

Sumber : Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Prof. Dr. Sugiyono (2017:247).

1. Pengumpulan Data (Date Collecting)

Pengumpulan data adalah mencari, mencatat, serta mengumpulkan data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil wawancara dengan informan penelitian dan dokumen di lapangan yang berkaitan dengan

Date collection Date Display

Conclusions drawing/verifying Date Reduction

(10)

10

Pemberdayaan BUMDes memalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang.

2. Reduksi Data (Date Reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.

Dalam penelitian ini peneliti mereduksi dan memilah data hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi. Karena data yang diperoleh dari lapangan masih kompleks dan bersifat mentah. Maka peneliti hanya akan memilih data yang benar-benar relevan berkaitan dengan pemberdayaan BUMDes yang dilakukan institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

3. Penyajian Data (Date Display)

Display data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data ini dilakukan dengan melihat keseluruhan data yang diperoleh selama penelitian terkait dengan pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang.

Data disajikan dalam bentuk teks naratif untuk menjelaskan proses yang terjadi dari tahap peran, tata kelola, proses, model, keunggulan dan kelemahan pemberdayaan BUMDes yang dilakukan kedua institusi pendidikan sebelas april sumedang, dilihat dari dimensi input, proses, output dan outcome. Dari data yang telah disajikan tersebut kemudian diolah berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya untuk memperoleh gambaran secara jelas. Keseluruhan data yang telah diolah peneliti tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu oleh peneliti untuk kemudian disajikan hingga mencapai tahap kesimpulan

4. Verifikasi dan Kesimpulan (Conclusions drawing/verifying)

Pengambilan kesimpulan adalah penarikan kesimpulan dengan berangkat dari rumusan atau tujuan penelitian kemudian senantiasa diperiksa kebenarannya untuk menjamin keabsahannya. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan triangulasi sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian. Pengambilan kesimpulan diarahkan kepada hal-hal yang umum untuk mengetahui jawaban dari permasalahan. Permasalahan penelitian ini berkaitan pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan di Kabupaten Sumedang, yang diharapkan mampu menelaah dan menciptakan model yang paling optimal untuk kesejahteraan BUMDes dan masyarakat di desa-desa di wilayah kabupaten sumedang.

(11)

11 Tabel 3.2

Format Analisis Pemberdayaan BUMDes Melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang

No. Masalah yang Diajukan Data yang Dibutuhkan Metode Pengumpulan Data Sumber Data 1. Tata Kelola Pemberdayaan BUMDes 1. Wawasan 2. Kepemimpinan, 3. Manajemen 4. Sistem Organisasi

Wawancara Pengurus institusi pendidikan, pengelola program KKU, dan BUMDes sasaran 2. Proses pemberdayaan BUMDes 1. Penyadaran masyarakat 2. Pengkapasitasan (capacity building), 3. Pemberian daya Wawancara, observasi dan dokumentasi Pengurus institusi pendidikan, pengelola program KKU, dan BUMDes sasaran 3. Hasil pemberdayaan BUMDes 1. Bina Manusia 2. Bina Usaha 3. Bina Lingkungan 4. Bina Kelembagaan 5. Kemitraan Wawancara dan observasi. Pengurus institusi pendidikan, pengelola program KKU, dan BUMDes sasaran 4. Model pemberdayaan BUMDes melalui institusi pendidikan

1. Input: institusi pendidikan, kemitraan,

kepemimpinan dan sasaran pemberdayaan. 2. Proses: penyadaran

masyarakat, capacity building dan pemberian daya.

3. Output: bina manusia, usaha, lingkungan dan kelembagaan 4. Outcome: kemandirian / kesejahteraan Wawancara dan observasi. Pengurus institusi pendidikan, pengelola program KKU, dan BUMDes sasaran 5. Kelebihan, Kekurangan Pemberdayaan melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang 1. Kelebihan 2. Kelemahan 3. Peluang 4. Ancaman Wawancara, observasi Pengurus institusi pendidikan, pengelola program KKU dan BUMDes

sasaran

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pengilahan data, diperoleh hasil Pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikandi Kabupaten Sumedang , sebagai berikut : 1. Untuk Tata Kelola Pemberdayaan BUMDes. Secara wawasan memahami

bahwa BUMDes merupakan amanat undang-undang.Pengelola BUMDes harus melaksanakan dengan baik dan penuh tanggungjawab. BUMDes juga merupakan wadah yang tepat untuk menggali potensi-potensi yang ada di desa terutama potensi ekonomi. BUMDes juga diharapkan mempu mengelola asset-aset desa yang kurang produktif menjadi lebih optimal dan bisa menambah pendapatan asli desa. Sehingga BUMDes dituntut memiliki SDM yang kredibel, memiliki kompetensi, dengan program kerja yang tepat dalam mengelola BUMDes. Begitupun dari segi struktur organisasi BUMDes harus dibuat dan dikelola professional sesuai aturan yang berlaku. Kepala desa bertindak sebagai supporting mendukung, memotivasi, membina dan mengarahkan kelembagaan BUMDes. Sehingga pengelola BUMDes benar-benar mampu melaksanakan operasional BUMDes dengan baik, salahsatunya membuatkan rencana kerja, rencana anggaran dan biaya dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan BUMDes yaitu masyarakat, tokoh masyarakat,

(12)

12

tokoh agama, RT/RW dan pemeritahan desa dengan mempertimbangkan potensi-potensi yang menjadi kekuatan desa tersebut.

2. Untuk Proses Pemberdayaan BUMDes. Dari proses penyadaran masyarakat, pengelola perlu melakukan sosialisasi yang terprogram dan inten, dengan mempublikasikan program-program yang sudah dibuat. Dan pengelola BUMDes juga mampu memberikan aplikasi yang riil dan kongkrit/nyata tentang pelaksanaan program BUMDes dengan terus membina budaya kerjasama dan gotong royong diantara para pemangku kepentingan. Dengan kebersamaan ini diharapkan ada keseragaman persepsi tentang pelaksanaan BUMDes yang lebih baik. BUMDes juga perlu mengembangkan kemampuan dan kapasitas mengelola BUMDes dengan teknologi dan informasi sesuai dengan tuntutan pasar.

3. Untuk Hasil Pemberdayaan BUMDes diperoleh hasil yang baik. Dimana masyarakat bisa lebih berdaya dan merasakan manfaat dari adanya berbagai usaha yang dikelola BUMDes. Perputaran uang di desa menjadi lebih produktif, pendapatan masyarakat juga cenderung naik dan stabil. Untuk itu para pengelola BUMDes harus belajar bagaimana upaya peningkatan proses produksi usaha BUMDes dengan menggunakan teknologi dan informasi yang tepat. Sehingga mampu meningkatkan kretivitas produksi apapun yang dikelola BUMDes. Disamping itu juga pelestarian lingkungan selalu dijaga dengan baik, dimana lahan tempat sumber daya diproduksi yang menjadi pasokan bahan baku dijaga pelestariannya. Hal ini memungkinkan pasokan bahan baku bisa berlangsung lama dan berkelanjutan. Jejaring BUMDes yang terjalin harus terus ditingkatkan tidak saja dengan Institusi Pendidikan atau Pemerintah Daerah saja, tetapi dengan berbagai pihak termasuk pihak swasta dan yang lainnya.

4. Untuk Model Pemberdayaan BUMDes yang dilakukan Institusi Pendidikan di Sumedang dalam hal ini STIE Sebelas April Sumedang dilaksanakan melalui program Pengabdian kepada Masyarakat Kuliah Kerja Usaha (KKU). Melalui program ini BUMDes dibantu dibidang pengelolaan BUMDes dibidang manajemen dan akuntansinya. Bagaimana membuatkan pembukuan dan akuntansi BUMDes, Manajemen Pemasaran melalui sosial media maupun offline, proses pengurusan ijin perusahaan, label halal dll. Melalui program ini juga Institusi Pendidikan mengajak BUMDes dan masyarakat bersama-sama bergotong royong dan menyamakan persepsi dengan pola pikir bahwa BUMDes ini milik kita bersama, dan hasilnya pun akan kita rasakan bersama, maka dari itu jika bukan kita pelaksana dan pengelola BUMDes siapa lagi. Model dan teknik mambangkitkan gairah dan semangat (motivasi) serta pola pikir masyarakat melalui program KKU ini terbilang bagus dampaknya. Ini terlihat dari BUMDes yang operasionalnya mulai bergeliat dan menampakan hasil yang positif. Walaupun memang dengan model dan teknik yang sama yaitu KKU, banyak juga BUMDes yang masih jalan ditempat bahkan bisa dikatakan mandeg dan kurang berjalan dengan baik. Tetapi meskipun belum bergerak dan mendapatkan finansial yang berarti, paling tidak kita sudah memberikan manfaat yang dirasakan BUMDes dan masyarakat dengan pola pikir yang sedikit berubah, bahwa BUMDes ini ada diwilayah mereka. Jadi kalau mereka mau berkembang dan maju mereka harus memajukan desa yang mereka cintainya, dari pada warganya banyak yang berangkat ke kota besar.

(13)

13

5. Untuk Keunggulan dan Kelemahan Pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang, sebenarnya sama saja tidak ada yang berbeda dan mencolok. Cuma memang karena Institusi Pendidikan dengan tridharma perguruan tingginya, mereka punya kewajiban selain pendidikan dan pengajaran yakni ada penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang harus akademisi laksanakan tiap semesternya. Sehingga inilah yang menjadi keunggulan mereka. Bidang keilmuan akademisi berkembang terus, baik melalui pendidikan dan pengajaran, melalui penelitian yang pada akhirnya harus teraplikasikan melalui program pengabdian kepada masyarakat salahsatunya pemberdayaan BUMDes. Komitmen dan konsistensi institusi pendidikan untuk terus mengabdi kepada masyarakat yang belum maksimal. Karena mereka mengabdi cenderung jika ada program dan sebatas untuk mengisi beban kerja dosen. Seharusnya jangan sampai putus karena program penelitian atau pengabdian kepada mereka selesai. Maka selesai pula program ini. Karena konsistensi inilah yang menjadi kelemahan sebuah pemberdayaan apapun yang dilakukan melalui institusi termasuk pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan termasuk pula di wilayah Kabupaten Sumedang. Padahal peluang BUMDes sangat besar dimana keberpihakan pemerintah terhadap desa dan BUMDes luar biasa besar. Potensi-potensi yang dimiliki desa juga luar biasa banyak dan memiliki potensi untuk mendatangkan pendapatan, dan ini harus dikelola BUMDes. Jangan lagi perusahaan perorangan atau swasta

Diskusi (Fokus Group Discusion/FGD)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sebagai lembaga ekonomi di pedesaan. Perannya sangat startegis, selain bisa menggairahkan perekonomian masyarakat di pedesaan juga bisa menambah pendapatan asli desa setempat. Lapangan pekerjaan terbuka, sentra ekonomi yang mulai terbuka. Walaupun memang dalam pelaksanaannya tidaklah mudah juga untuk dilaksanakan karena dibeberapa desa banyak sekali yang belum berjalan bahkan ada yang belum terbentuk BUMDesnya. Butuh kesadaran dan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat desa untuk bisa mengelola dan melaksanakan pengelolaan BUMDes dengan baik, sehingga BUMDes bisa maju dan mandiri yang pada akhirnya bisa mensejahterakan masyarakat di pedesaan.

Selain hal tersebut diatas, dibutuhkan pula sinergisitas banyak pihak, termasuk peran Perguruan Tinggi sebagai Institusi Pendidikan bahkan pihak-pihak terkait lainnya seperti pemerintah daerah, pusat, perbankan, MUI, swasta dan pihak terkait lainnya. Pada model pemberdayaan BUMDes ini, Institusi Pendidikan dalam hal ini STIE Sebelas April Sumedang sebagai basis ilmu pengetahuan dituntut mampu memberi peran dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat dan kuliah kerja usaha. Dari model ini juga diharapkan pemberdayaan BUMDes oleh Institusi Pendidikan bisa menjadi solusi dari permasalahan yang ada. Salah satunya membantu membukakan jaringan, kerjasama dengan pemerintahan, swasta, perbankan dan pihak lainnya, serta pelatihan SDM dan pengelola BUMDes, administrasi dan pencatatan akuntansi BUMDes, program pemasaran online, membuatkan web desa dan masih banyak lagi konselling yang dilakukan dari bentuk model pemberdayaan ini.

(14)

14

Berbagai hasil kajian menunjukan permasalahan klasik industri dan produksi desa adalah masalah SDM, kapasitas pengelola, kompetensi, tata kelola, proses pemasaran dan permodalan. BUMDes sebagai lembaga legal yang ada di desa, butuh sentuhan pendampingan, pembinaan, dan pengawasan (Situmorang,2013). Hasil penelitian Amihardja dan Hikmat (2001) menunjukan bahwa masyarakat pedesaan perlu diintervensi melalui pembelajaran pemberdayaan. Model ipemberdayaan masyarakat desa dapat meliputi pembelajaran makro seperti penyadaran, perencanaan, pengorganisasian, penilaian dan pengembangan dan butuh pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaannya.

Berikut model pemberdayaan badan usaha milik desa melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang : Institusi Pendidikan Program Pengabdian kepada Masyarakat PkM Program Pendidikan Program Penelitian Pemberdayaan BUMDes oleh Institusi

Pendidikan Pengambilan Data Lapangan Survai Penelitian BUMDes di Kabupaten Sumedang Pengumpulan data,

Pengolahan dan Analisis data

Simpulan Penelitian

LUARAN : MODEL Pengabdian Kepada Masyarakat Kuliah Kerja Usaha

1. Input (Tata kelola, kepemimpinan, kemitraan dan sasaran kemitraan) 2. Proses (penyadaran masyarakat, pengkapasitasan dan pemberian daya) 3. Output (bina

manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan) 4. Outcome (dampak dari hasil pemberdayaan BUMDes berupa keberdayaan BUMDes) Proses Pemberdayaan BUMDes Lingkup Pemberdayaan BUMDes 1. Permasalahan Terpecahkan 2. SDM BUMDes yang Profesional dan Mandiri 3. Tata Kelola BUMDes yang Baik dan Benar

Pengembangan dan Pembuatan Kebijakan Model Pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan Gambar 1

Model Pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang

BUMDES YANG MAJU DAN MANDIRI 1. Produk BUMDes diterima di pasar 2. Terciptanya sentra sentra ekonomi di desa.

1. Input (Tata kelola, kepemimpinan, kemitraan dan sasaran kemitraan)

2. Proses (penyadaran masyarakat, pengkapasitasan dan pemberian daya) 3. Output (bina manusia,

bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan) 4. Outcome (dampak dari

hasil pemberdayaan BUMDes berupa keberdayaan BUMDes)

(15)

15

Berdasarkan gambar 1 model pemberdayaan badan usaha milik desa melalui institusi pendidikan adalah sebagai berikut :

Pertama, Bahwa Institusi Pendidikan menyadari bagian dari tridharma perguruan tinggi selain pendidikan adalah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Bahwa wajib bagi akademi dan Institusi Pendidikan membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat termasuk desa (BUMDes). Dan dalam penyelesaiannya sebagai akademisi harus memiliki wawasan organisasi, kepemimpinan yang mampu menyelesaikan masalah pemberdayaan BUMDes.

Kedua, Dalam hal pemberdayaan badan usaha milik desa melalui Institusi Pendidikan, perlu melakukan penelitian dengan melakukan survei lapangan masalah dan melakukan pengumpulan data serta analisis data yang diolah. Penelitian ini mencakup tata kelola, proses, hasil, dan diperoleh luaran model pemberdayaan oleh Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang.

Ketiga, Bahwa luaran model pemberdayaan badan usaha milik desa melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang dengan model Kuliah Kerja Usaha atau dulu dikenal Kuliah Kerja Nyata, yang merupakan mata kuliah lapangan di masyarakat pada kurikulum Institusi pendidikan yakni STIE Sebelas April Sumedang yang dilaksanakan pada semester tujuh awal. Dan model Pengabdian kepada Masyarakat Institusi Pendidikan melalui LPPM, yang pelaksanaannya bisa dilakukan setiap semesternya, termasuk atas permintaan BUMDes-BUMDes. Dan model pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan memiliki empat unsur, yaitu input, proses, output dan outcome.

Aspek masukan (Input) meliputi konsep pemberdayaan, manajemen pemberdayaan /tata kelola, lingkup BUMDes sasaran, dan kemitraan dengan lembaga lain. Aspek Proses (Process) adalah kegiatan pemberdayaan BUMDes yang meliputi penyadaran masyarakat, pengkapasitasan dan pemberian daya. Aspek Output adalah hasil yang dicapai dari kegiatan pemberdayaan BUMDes yang meliputi bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan. Dan aspek Outcome adalah dampak dari hasil pemberdayaan BUMDes berupa keberdayaan BUMDes, kemandirian/kesejahteraan..

Melalui model ini, baik Kuliah Kerja Usaha maupun Pengabdian kepada Masyarakat. Institusi Pendidikan harus berdasar dengan model dengan unsur yang telah disepakati, dan model ini diharapkan mampu membantu BUMDes dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi. Serta mampu menjadikan BUMDes yang maju dan mandiri, dengan produk-produk BUMDes bisa diterima di pasar industri, terciptanya sentra-sentra ekonomi di perdesaan, lapangan pekerjaan terbuka, pendapatan masyarakat desa meningkat, yang berdampak pada kemandirian bahkan kesejahteraan. Jenis luaran berupa model ini target pencapaian penerapannya pada tahun mendatang uakni tahun 2020.

Keempat, Dalam perjalanan selanjutnya semua usaha kita tentu akan terus mengalami perubahan, termasuk tantangan dan permasalahan. Maka dari itu Institusi Pendidikan akan terus melakukan pengembangan dan pembuatan kebijakan model pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan secara berkelanjutan

(16)

16 Kesimpulan

Kesimpulan yang peneliti buat, berdasarkan hasil pengumpulan data, analisis data dan pengolahan data diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk Tata Kelola Pemberdayaan BUMDes. Secara wawasan memahami bahwa BUMDes merupakan amanat undang-undang.Pengelola BUMDes harus melaksanakan dengan baik dan penuh tanggungjawab. BUMDes juga merupakan wadah yang tepat untuk menggali potensi-potensi yang ada di desa terutama potensi ekonomi. BUMDes juga diharapkan mempu mengelola asset-aset desa yang kurang produktif menjadi lebih optimal dan bisa menambah pendapatan asli desa. Sehingga BUMDes dituntut memiliki SDM yang kredibel, memiliki kompetensi, dengan program kerja yang tepat dalam mengelola BUMDes. Begitupun dari segi struktur organisasi BUMDes harus dibuat dan dikelola professional sesuai aturan yang berlaku. Kepala desa bertindak sebagai supporting mendukung, memotivasi, membina dan mengarahkan kelembagaan BUMDes. Sehingga pengelola BUMDes benar-benar mampu melaksanakan operasional BUMDes dengan baik, salahsatunya membuatkan rencana kerja, rencana anggaran dan biaya dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan BUMDes yaitu masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, RT/RW dan pemeritahan desa dengan mempertimbangkan potensi-potensi yang menjadi kekuatan desa tersebut.

2. Untuk Proses Pemberdayaan BUMDes. Dari proses penyadaran masyarakat, pengelola perlu melakukan sosialisasi yang terprogram dan inten, dengan mempublikasikan program-program yang sudah dibuat. Dan pengelola BUMDes juga mampu memberikan aplikasi yang riil dan kongkrit/nyata tentang pelaksanaan program BUMDes dengan terus membina budaya kerjasama dan gotong royong diantara para pemangku kepentingan. Dengan kebersamaan ini diharapkan ada keseragaman persepsi tentang pelaksanaan BUMDes yang lebih baik. BUMDes juga perlu mengembangkan kemampuan dan kapasitas mengelola BUMDes dengan teknologi dan informasi sesuai dengan tuntutan pasar.

3. Untuk Hasil Pemberdayaan BUMDes diperoleh hasil yang baik. Dimana masyarakat bisa lebih berdaya dan merasakan manfaat dari adanya berbagai usaha yang dikelola BUMDes. Perputaran uang di desa menjadi lebih produktif, pendapatan masyarakat juga cenderung naik dan stabil. Untuk itu para pengelola BUMDes harus belajar bagaimana upaya peningkatan proses produksi usaha BUMDes dengan menggunakan teknologi dan informasi yang tepat. Sehingga mampu meningkatkan kretivitas produksi apapun yang dikelola BUMDes. Disamping itu juga pelestarian lingkungan selalu dijaga dengan baik, dimana lahan tempat sumber daya diproduksi yang menjadi pasokan bahan baku dijaga pelestariannya. Hal ini memungkinkan pasokan bahan baku bisa berlangsung lama dan berkelanjutan. Jejaring BUMDes yang terjalin harus terus ditingkatkan tidak saja dengan Institusi Pendidikan atau Pemerintah Daerah saja, tetapi dengan berbagai pihak termasuk pihak swasta dan yang lainnya.

4. Untuk Model Pemberdayaan BUMDes yang dilakukan Institusi Pendidikan di Sumedang dalam hal ini STIE Sebelas April Sumedang dilaksanakan melalui program Pengabdian kepada Masyarakat Kuliah Kerja Usaha (KKU). Melalui program ini BUMDes dibantu dibidang pengelolaan BUMDes dibidang

(17)

17

manajemen dan akuntansinya. Bagaimana membuatkan pembukuan dan akuntansi BUMDes, Manajemen Pemasaran melalui sosial media maupun offline, proses pengurusan ijin perusahaan, label halal dll. Melalui program ini juga Institusi Pendidikan mengajak BUMDes dan masyarakat bersama-sama bergotong royong dan menyamakan persepsi dengan pola pikir bahwa BUMDes ini milik kita bersama, dan hasilnya pun akan kita rasakan bersama, maka dari itu jika bukan kita pelaksana dan pengelola BUMDes siapa lagi. Model dan teknik mambangkitkan gairah dan semangat (motivasi) serta pola pikir masyarakat melalui program KKU ini terbilang bagus dampaknya. Ini terlihat dari BUMDes yang operasionalnya mulai bergeliat dan menampakan hasil yang positif. Walaupun memang dengan model dan teknik yang sama yaitu KKU, banyak juga BUMDes yang masih jalan ditempat bahkan bisa dikatakan mandeg dan kurang berjalan dengan baik. Tetapi meskipun belum bergerak dan mendapatkan finansial yang berarti, paling tidak kita sudah memberikan manfaat yang dirasakan BUMDes dan masyarakat dengan pola pikir yang sedikit berubah, bahwa BUMDes ini ada diwilayah mereka. Jadi kalau mereka mau berkembang dan maju mereka harus memajukan desa yang mereka cintainya, dari pada warganya banyak yang berangkat ke kota besar. 5. Untuk Keunggulan dan Kelemahan Pemberdayaan BUMDes melalui Institusi

Pendidikan di Kabupaten Sumedang, sebenarnya sama saja tidak ada yang berbeda dan mencolok. Cuma memang karena Institusi Pendidikan dengan tridharma perguruan tingginya, mereka punya kewajiban selain pendidikan dan pengajaran yakni ada penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang harus akademisi laksanakan tiap semesternya. Sehingga inilah yang menjadi keunggulan mereka. Bidang keilmuan akademisi berkembang terus, baik melalui pendidikan dan pengajaran, melalui penelitian yang pada akhirnya harus teraplikasikan melalui program pengabdian kepada masyarakat salahsatunya pemberdayaan BUMDes. Komitmen dan konsistensi institusi pendidikan untuk terus mengabdi kepada masyarakat yang belum maksimal. Karena mereka mengabdi cenderung jika ada program dan sebatas untuk mengisi beban kerja dosen. Seharusnya jangan sampai putus karena program penelitian atau pengabdian kepada mereka selesai. Maka selesai pula program ini. Karena konsistensi inilah yang menjadi kelemahan sebuah pemberdayaan apapun yang dilakukan melalui institusi termasuk pemberdayaan BUMDes melalui Institusi Pendidikan termasuk pula di wilayah Kabupaten Sumedang. Padahal peluang BUMDes sangat besar dimana keberpihakan pemerintah terhadap desa dan BUMDes luar biasa besar. Potensi-potensi yang dimiliki desa juga luar biasa banyak dan memiliki potensi untuk mendatangkan pendapatan, dan ini harus dikelola BUMDes. Jangan lagi perusahaan perorangan atau swasta

Saran

Selain hasil penelitian, saran diperoleh berdasarkan hasil uji publik yang dilakukan peneliti dengan akademisi, praktisi BUMDes Unggul Ponggok Kebpaten Klaten Jawa Tengah, Unsur Pemerintahan Desa dan Kecamatan. Diperoleh sara-saran sebagai berikut :

1. BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa wajib mengedepankan pola pengembangan ekonomi desa, berbasis kolaborasi.

(18)

18

2. Sebagai sebuah perusahaan BUMDes juga harus mengembangkan stratei bisnis yang sesuai kondisi.

3. Perlu adanya fokus (refocussing) terhadap program BUMDes berbasis ciri khas geografis, demografis, tofografis desa, yang perlu dikuatkan dengan penguatan “SDM” (desa/pengelola BUMDes), pendidikan, kesadaran warga masyarakat desa dan effektivitas manajemen (tata kelola).

4. Perlu Pendekatan yang tepat yang dilakukan para pengelola BUMDes terhadap masyarakat, Karena ini bisa menentukan maju mundurnya BUMDes yang dikelola. Partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat tentang kemajuan BUMDes sangat menentukan. Dukungan dan komitment pemerintahan desa dalam hal ini Pa Kuwu juga sangat berperan besar.

5. Jadikan pihak yang berbeda pandangan tentang BUMDes baik kontra maupun pro sebagai motivasi untuk lebih hati-hati dan tambah semangat dengan membuatkan program yang tepat dan selalu berusaha keras dan selalu berdo’a. 6. Desa merupakan wilayah kecil yang ada di suatu negara, jika desanya maju

maka negara ini akan kuat, kepada para pengelola dan penjuang BUMDes agar selalu sabar, semangat dan gigih memperjuangkan berbagai potensi desa untuk kesejahteraan masyarakat desanya. Semoga di desa tempat kami tinggal BUMDesnya bisa berjalan dengan baik seperti BUMDes Unggul Ponggok Klaten ini.

7. Dan untuk institusi pendidikan dengan model pemberdayaannya semoga bisa diterapkan dengan baik dan bermanfaat untuk masyarakat khusnya masyarakat pedesaan.

Daftar Pustaka

1. Davis,Keith John W.Newstrom. 1994. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta ;Erlangga.

2. Mardikanto. 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat.Surakarta: Penerbit TS,.

3. Miles, Mathew B. And A. Michael Huberman. 2005. Qualitative Data Analysis (terjamahan). Jakarta : UI Press.

4. Peraturan Mentri Dalam Negri No,or 39 Tahun 2010 tentang Usaha Milik Desa.

5. Prasetya,Ratna Aziz s. 2016. Peranan BUMDes dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Dialektika Vol. XI No. 1: 86-100 Republik indonesia. 2008.

6. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah. Jakarta: Sekertariat Negara.

7. Saputra Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa; Spirit Usaha Kolektif Desa.Kemedesa PDTT.

8. Sekaran, Uma. 2011. Research Method for Busisines.Jakarta: Salemba Empat.

9. Sutarto Eko,dkk. 2015. Policy Paper: Membangun BUMDes yang Mandiri, Kokoh, dan Berkelanjutan.

(19)

19

10. Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-pokok Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada Univerity press

11. Sutoro Eko, dkkd. 2015.Policy Paper: Membangun BUMDes yang Mandiri, Kokoh, dan Berkelanjutan.

12. Syamsi,Ibnu. 1994. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

13. Thoha, Miftah.2007. Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

14. Wexley, Kenneth N. Dan Gary A. Yukl. 1977. Organizantional Behavior and Personnel Psychology. Homewood, Illionis.

15. Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan. Jakarta; Raja Grafindo Persada. 16. Yustika. Ahmad Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan, Definisi,Teori dan

Strategi. Banyumedia Publishing: Malang

17. Anifa, Kun W.2011. Strategi Pengembangan Oganisasi Prima Cendekia Yogyakarta. Jurnal Management. Hal 213-234

18. Appelbaum, Steven H. 1997. Socio-technical System Theory: an Intervention Strategy for Organizational Development. Management Journal. Vol 452-463 19. Flamhotz, Eric. 2002. Strategic Organizational Development and the Bottom

Line: Further Empitical Eidence.European Management Journal Vol 1 Hal 72-81

20. Niazi,Abdus S.2011. Training and Development Strategy and Its Role in Organizational Performance. Journal of Public Administration Governance. Vol 1 Hal 42-57

21. Rahaja, Irwan.2016. Strategi Pengembangan Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai BAPPEDA Tingkat 1 Jawa Tengah.Jurnal Administrasi Kantor. Hal 418-446.

22. Ramaan, Coristya Berlin,dkk Keberadaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) sebagai Penguatan Ekonomi Desa (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang. Vol 1 No. 6 Hal 1068-1076

23. Putnam, Robert. 1995. Bowling Alone: Americs’s Declining social Capital. Dalam Journal or Democracy. Vol.6. Hal 65-78

24. Voydanoff,Particia.2001. Jaringan sosial dan moral ekonomi pedagangan pekanan. Dalam presepektif Sosiologi. Vol.1.Hal 1-17

25. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 26. Wijanarko, Agung Septiawan. 2012. Peran Badan usaha milik Desa

(BUMDes) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pandan Kranjan Kecamatan Kemlangi Kabupaten Mojokerto. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Lampiran

Surat Keputusan STIE Sebelas April Sumedang No. 034/SK-STIE/UN/IV/2019 tentang Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kuliah Kerja Usaha (KKU

Surat Tugas Nomor : 703/D-STIE/UN/XI/2019 tentang Pengabdian kepada Masyarakat tentang Penerapan Model Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa

(20)

20

melalui Institusi Pendidikan di Kabupaten Sumedang di Desa Nyaindung Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang)

Gambar

Tabel 3.1  Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para remaja maupun pembaca novel remaja, gender dan identitas tidak secara sadar mereka pahami. Gender yang didefinisikan terkait dengan konteks sosial dan

Adapun data tanaman tomat yang terserang oleh nematoda di atas (Tabel 5 dan 6) jika di konversikan per hektarnya maka didapatkan data sebagai berikut; (Tabel 5 dan 6) dalam luasan

Untuk mengetahui apakah kombinasi pengencer berpengaruh terhadap masa simpan spermatozoa ikan mas, terlebih dahulu harus dilakukan ujispermatozoa yang belum

Maka berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap semangat

Berdasarkan keseluruhan data yang diperoleh, terlihat bahwa nilai kandungan asam askorbat pada 24 sampel sayuran indigenous memiliki nilai yang cukup signifikan dan

Taman Nasional (TN) merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki tiga fungsi utama, yaitu; perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

Namun untuk lebih saling menguatkan, salah satu cara untuk menutupi kelemahan teori Watson ini dalam penerapan teori ini di dalam praktik adalah dengan mengkombinasikan

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa inokulasi multi isolat pelarut fosfat, pemberian pupuk SP36 dan pupuk organik cair bekerja sebagaimana mestinya sesuai