• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi PPN Uci (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Skripsi PPN Uci (1)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT. PABOLAK

ARTA UTAMA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

NAMA : LUSIYANA SARI

NIM : 3201110189

JURUSAN : AKUNTASI

KOSENTRASI : PAJAK

FAKULTAS EKONOMI

(2)

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal dengan judul EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) TAHUN 2011, 2012 DAN 2013 PADA PT. PABOLAK ARTA

UTAMA

Disusun oleh :

Nama : Lusiyana Sari

NIM : 3201110189

Jurusan : Akuntasi

Telah disetujui untuk diajukan Seminar di hadapan Tim Penelahaan/Penguji.

Jakarta, 17 Desember 2014

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan Negara. Peran pajak bagi Negara di Indonesia dibedakan dalam dua fungsi utama yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur (regulered). Dalam fungsi anggaran (budgetair) , pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara, untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan. Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan dari pendapatan atau penghasilannya kepada pemerintah yang ditujukan untuk kegiatan pembangunan di segala bidang.

Peningkatan penerimaan negara dari sektor perpajakan memegang peranan penting di negara kita. Melalui penerimaan negara atas pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat, pemerintah akan mampu membiayai segala keperluan rutin penyelenggaraan pemerintahan dan juga untuk menyediakan berbagai sarana maupun prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.

(4)
(5)

Dengan adanya prinsip Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya sebagai pajak konsumsi dalam Daerah Pabean Negara kesatuan Republik Indonesia, Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan barang dan jasa. Namun berdasarkan pertimbangan social, ekonomi dan budaya perlu untuk tidaknya mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap barang dan jasa tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan ekonomi dan kestabilitas sosial. Misalnya, yang dikenai pajak adalah barang-barang atau jasa yang dikonsumsi, bukan barang-barang dalam proses produksi, dan ditujukan pada konsumen akhir. Selama barang-barang itu masih dalam siklus produksi atau distribusi, pengenaan PPN pada area itu bersifat sementara yang dapat dibebankan kepada pembeli berikutnya, melalui mekanisme pengkreditan pajak masukan. Dalam penjelasan atas Undang-undang PPN, ditegaskan bahwa PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan distribusi.

(6)

Adapun beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian yang (adjustment) terhadap nilai PPN Keluaran dan PPN Masukan yang dikreditkan maupun PPN Massukan yang dibiayakan karena setiap bulannya Perusahaan mengalami Kurang Bayar. kekeliruan, seperti adanya pembetulan SPT.

(7)
(8)

1.1. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang terrsebut maka permasalahan dalam penelitian ini Adalah :

1. Apakah penerapan perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan PT. Pabolak Arta Utama sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada ?

2. Apakah ada pembetulan saat pengisian SPT Masa PPN pada pajak masukan dan pajak keluaran setiap bulannya ?

1.2. Tujuan dan Manfaat Pelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penulis mengadakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi bagaimana penerapan pajak pada PT. Pabolak Arta Utama.

2. Untuk mengevaluasi lebih jelas tentang pengisian SPT Masa PPn terutama pada pajak masukan dan pajak keluarannya.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

(9)

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai identifikasi masalah perpajakan dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan. 3. Bagi Masyarakat

Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai Pajak Pertambahan Nilai serta cara Perhitungan dan pelaporannya.

1.3. Kerangka Pemikiran

Sumber : Diolah oleh penulis

Definisi Pajak

Pajak dalam pengertian secara umum adalah iuran wajib yang dibebankan kepada masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran negara dan

PPN

- Pajak Masukan - Pajak Keluaran

Kebijakan Pajak

(10)

pembiayaan pembangunan negara yang timbal baliknya tidak diterima secara langsung demi kemajuan pembangunan negara.

Sedangkan pengertian pajak menurut pendapat beberapa ahli yaitu:

“Menurut Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2009:1) pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekeyaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat doipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secra langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.”

Menurut Feldmann dalam Siti Resmi (2009:1) “ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umun”.

Fungsi Pajak

Fungsi pajak terdapat dua fungsi pajak menurut Siti Resmi (2009:3) yaitu : 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi Budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

(11)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu dibidang keuangan.

Jenis Pajak

Jenis pajak menurut Siti Resmi (2009:8) pajak terbagi dalam tiga jenis yaitu :

1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.

Contoh : Pajak Penghasilan. Pajak Penghassilan dibayar attau dutanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada ahkirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutang pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

(12)

dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implicit (dimasukan dalam harga jual barang atau jasa).

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhaatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajin Pajak) maupun tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemungut

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

(13)

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Suandy (2011:56) Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai yang dapat dikreditkan.

Menurut Haula Rosdiana, Edi Slamet Irianto dan Titi Muswati Purwanti (2011:65)

(14)

konsep baru dalam sistem pemungutan pajak tidak langsung yang muncul secara cepat di dunia.

Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia merupakan terjemahan dari Value Added Tax. Kata “value added tax” merupakan istilah bahasa Inggris yang bersumber dari dua bentuk istilah value added tax dan value added tax, suatu istilah yang tidak berlaku universal. Istilah ini bersumber dari istilah aslinya yang bernahasa Prancis, yang bola diterjemahkan lebih cocok adalah added value tax. Namun demikian, pada dasarnya VAT lebih mengarah kepada pajak atas barang dan jasa. “The term VAT is preffered to ‘goods and services tax”. Seperti halnya Amerika dan Australia yang mengenakan apa yang disebut Goods and Services Tas (GST).

Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax atau Belasting Toegevoegde Waarde) pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dipungut beberapakali (multi stage levies) atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi dan distribusi. Jadi, PPN ini dapat dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur produksi dan distribusi, namun hanya pada pertambahan nilai yang timbul pada setiap jalur yang dilalui barang dan jasa.

Dasar Hukum

(15)

Peraturan Pajak Pertambahan Nilai

Menurut www.pajak.go.id keputusan Mentri keuangan Republik Indonesia Nomor 25/KMK.01/1998 tentang pemberian restitusi atau pembebasan Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan atas barang mewah kepada perwakilan Negara asing atau badan internasional serta penjabat atau tenaga ahlinya.

Mentri keuangan Republik Indonesia menimbang :

Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Perwakilan Negara Asing atau Badan Internasional serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya sesuai dengan atas timbal balik sehubungan dengan permintaan restitusi atau pembebasan PPN dan atau PPn BM atas perolehan BKP/JKP, dipandang perlu diadakan penyesuaian

tata cara yang berlaku selama ini dengan keputusan Menteri Keuangan. Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211).

(16)

Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3568)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3581) sebagaiman telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1996 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3640).

4. Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 150/M tahun 1997.

Memutuskan : Pasal 1

1. Atas pembelian Barang Kena Pajak atau perolehan Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh :

a. Perwakilan Negara Asing.

b. Badan Internasional di Indonesia yang memperoleh kekebalan diplomatik serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya dibebaskan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. 2. Pembebasan PPN dan/atau PPn BM kepada Perwakilan Negara Asing

(17)

Pasal 2

1. Dalam hal Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang memperoleh fasilitas pembebasan terlanjur dipungut, maka Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terlanjur dipungut tersebut dapat dimintakan kembali.

2. Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dimintakan kembali sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan oleh pihak terpungut kepada Direktur Jenderal Pajak dan harus disertai dengan rekomendasi dari Departemen Luar Negeri atau Sekretariat Kabinet.

Pasal 3

Pelaksanaan teknis Keputusan ini diatur oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 4

(18)

Pasal 5

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 Januari 1998 oleh Mentri Keuangan.

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Gunadi (2011:127) pemungut Pajak Pertambahan Nilai terdiri atas :

1. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kantor Pelayanan Perbendahaaraan Negara.

2. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah, baik Provisi, Kabupaten atau kota.

3. Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.

4. Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaanj Sumber Daya Panas Bumi.

(19)

1. Prinsip Asal (Origin Principle)

Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang tersebut berasal. Jika barang diekspor, maka atas ekspor tersebut akan kena pajak. Sebaliknya, tetapi jika barang diimpor, maka atas impor barang tersebut tidak akan dikenakan pajak.

2. Prinsip Tujuan (Destination Principle)

Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang tersebut dikonsumsi. Jika barang diimpor maka akan kena pajak, tetapi jika barang diekspor, maka tidak akan dikenakan pajak.

Objek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Guandi (2011:8) Pajak Pertambhan Nilai dikenakan atas:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

2. Impor Barang Kena Pajak

3. Penyershsn Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh Pengusaha.

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

(20)

6. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Ekspor barang kena Pajak tidak berwujud o;eh Pengusaha Kena Pajak. 8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

9. Kegiatan membagun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

10. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tidak untuk diperjual belikan oleh Pengusaha Kena Pajak (bukan inventory), kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

Faktur Pajak

Menurut Eddy Supriyanto (2011:23) Dasar pencatatan di dalam akuntansi adalah bukti transaksi. Bukti pemungutan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah adalah faktur pajak. Faktur Pajak adalah bukti pungutan Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Ada 4 jenis Faktur Pajak, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang paling sedikit memuat keterangan tentang:

a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.

(21)

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga.

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut.

f. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani

Faktur Pajak.

2. Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar untuk semua penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama 1 (satu) bulan takwim kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama.

3. Faktur Pajak Sederhana adalah Faktur Pajak yang dapat berbentuk:

a. Slip Cash Register atau Segi Cash Register yang dibuat oleh Pedagang Eceran Selain Yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dapat diperlakukan sebagai Faktur Pajak sederhana.

b. Apabila dalam harga jual Barang Kena Pajak sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai, Slip Cash Register atau Segi Cash Register sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberi keterangan “untuk Barang Kena Pajak harga sudah termasuk PPN”.

(22)

Berdasarkan Undang-Undang No 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM menyatakan bahwa Faktur Pajak yang berlaku adalah satu Jenis Faktur Pajak, sedangkan untuk Faktur Pajak lainnya tidak berlaku lagi.

Waktu Pembuatan Faktur Pajak Standar Faktur Pajak Standar harus dibuat paling lambat:

a. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam hal pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

c. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak.

d. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

(23)

Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Eddy Supriyanto (2011:26) Tarif PPN ada dua macam yaitu: 1. 10 % untuk semua jenis penyerahan barang/jasa kena pajak kecuali ekspor.

Jumlah ini dapat berubah sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah serendahnya 5 % dan setinggi-tingginya 15 %.

2. 0 % untuk ekspor. Hal ini dikarenakan tujuan pemerintah untuk meningkatkan sumber devisa Negara.

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2009:33) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif Pajak Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan pajak yang meliputi harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain.

1.5. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Pabolak Arta Utama yang berada di Ruko Harmoni Mas Jl. Garuda No.82E Kemayoran – Jakarta Pusat. Dan waktu yang digunkan untuk penelitian selama 3 bulan.

(24)

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan serta mengumpulkan data yang digunakan untuk penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu adalah :

Metode penelitian dilakukan dengan mencari informasi dengan membaca buku-buku wajib, internet dan sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu :

Metode penelitian dilakukan dengan melaksanakan peninjauan langsung keperusahaan. Peninjauan lapangan ini terdiri dari :

Wawancara

a. Melakukan Wawancara dengan pemimpin atau karyawan PT. Pabolak Arta Utama. Untuk memperoleh keterangan lebih terperinci mengenai perussahaan maupun system perpajaknnya. b. Observasi

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang berhubungan dengan skripsi ini

3. Dokumentasi

(25)

yang diperlukan , data - data yang berkaitan dengan system perpajakan perusahaan dari tahun 2011, 2012 dan 2013.

3. Sumber Data dan Jenis Data a. Sumber Data

- Data Primer

Sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari perusahaan. Dalam penelitian ini dapat diperoleh dari perusahaan berupa laporan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan data-data yang diperlukan.

b. Jenis Data

- Data Kualitatif

Data yang disajikan dalam bentuk uraian deskriptif mengenai gambaran umum dan sebagainya. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mengenai kondisi perusahaan, yaitu profil perusahaan.

4. Metode Analisis

(26)

ada, sebagaimana terdapat dalam peraturan pemerintah. Dalam menganalisis data, ada beberapa tahap yang akan dilakukan penulis yaitu : 1. Mengumpulkan data dari PT. Pabolak Arta Utama hal ini merupakan

langkah awal untuk mengetahui keadaan perusahaan terutama keadaan perpajakan dari perusahaan itu sendiri. Langkah selanjutnya penulis membahas akan data-data yang telah dikumpulkan.

2. Membandingkan akan hasil yang didapat dengan Undang-Undang perpajakan yang nerlaku apakah sesuai atau tidak.

3. Menarik kesimpulan dari bahasan dan perbandingan yang telah dilakukan dalam tahap-tahap sebelumnya.

4. Memberikan saran jika ditemukan sesuatu yang seharusnya diperbaiki kepada perusahaan, agar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

5. Operasionalisasi Variable Penelitian

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Guandi.2011.Panduan Komperhensif PPN. Jakarta: Multi Utama Consultindo.

Irianto Slamet Edi, Putranti Muswati Titi, Rosdiana Haula. 2011. Teori Pajak Pertambahan Nilai. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus buku 1 edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus buku 2 edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Materiak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Supriyanto, Eddy.2011. Akuntasi Pajak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-pertambahan-nilai

Universitas Nasional, Jakarta, Astria Nova Dwi, 2010. Evaluasi atas pelaksanaan Prosedur Penagihan Pajak Penghasilan Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua, Skripsi S1

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Hapsari Tria Ayungtyas Dyah, 2010. Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM). Program S1 Akuntasi

Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado, Lalujan R.E Cindy, 2013.

(28)

Universitas Indonesia, Jakarta, Purnamasari dwi Anggita, 2012.

Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. APCO, Program S1-Ekstensi Akuntasi.

Akuntasi STIE MDP, Palembang, Syafitri Lili, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

penempatan atas Harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan untuk Harta tambahan yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bagi Wajib Pajak yang

Pada dasarnya konsep deklarasi ini menyatakan bahwa semua laut atau perairan diantara pulau-pulau Indonesia tidak terpisahkan dari negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )