SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Yulidian R. Pattianakotta NIM : 07 2114 029
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Ucaplah sy uk ur senanti asa atas segal a sesuatu dalam n ama Tuhan k ita Yesus Kri stus k epada All ah dan Bapa k i ta.
( Ef esus 5:20)
Oleh perjalananmu y ang jauh engk au sudah letih lesu, tetapi engk au tidak berk ata: “Ti dak ada harapan!” Engk au mendapat k ek uatan y ang baru, dan
sebab i tu engk au ti dak menjadi lemah.
( Yesay a 57 :10)
Janganl ah hati mu i ri k epada orang-orang y ang berdosa, tetapi tak utl ah ak an Tuhan senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak
ak an hi lang.
( Amsal 23:17 -18)
S kripsi ini kupersembahk an untuk:
Tuhanku Yesus Kristus
Papa dan M ama y ang selalu setia mendoakan dan mendukungku
Kakak dan adikk u y ang selalu memberikan dukungan dan doa
vi
ABSTRAK
EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PPN Studi Kasus di PT. Hasjrat Abadi Sorong
Yulidian R. Pattianakotta NIM : 07 2114 029 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengisian SPT Masa PPN yang dilakukan oleh PT. Hasjrat Abadi cabang Sorong. Dari sisi pengisian SPT Masa
PPN seringkali timbul masalah yang terkait dengan with holding system. Oleh
karena itu, SPT Masa PPN perlu dievaluasi agar dapat menilai konsistensi perusahaan dalam mengisi SPT Masa PPN yang melingkupi perhitungan PPN.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah SPT Masa PPN, Faktur Pajak, Laporan Penjualan, dan Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan pengisian SPT Masa PPN yang dibuat oleh PT. Hasjrat Abadi Cabang Sorong dengan peraturan Perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Langkah selanjutnya mengambil kesimpulan dari hasil perbandingan antara penemuan lapangan dan teori.
vii
ABSTRACT
AN EVALUATION OF THE FILLING OF THE FORM OF PERIODIC TAX PAYABLE OF THE VALUE ADDED TAX
A Case Study at PT. Hasjrat Abadi Sorong
Yulidian R. Pattianakotta
NIM: 07 2114 029 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to assess the filling of the form of Value Added Tax (VAT) periodic tax payable conducted by PT. Hasjrat Abadi at Sorong Branch. The filling up of the form of VAT periodic tax payable often deal with the problems associated to the holding system . Therefore , it need to be evaluated to assess the consistency of the company in filling up the form included its calculation .
Data collection techniques employed were interviews and documentation, while the object of this study were VAT periodic tax payable, Tax Invoice, Sales Reports, and Calculation of Input and Output Tax. Data analysis was undertaken by comparing the process of filling up the form of VAT periodic tax payable conducted by PT. Hasjrat Abadi with the procedure stated in corresponding tax laws. Conclusion was derived from the result of comparison.
5. Kelengkapan SPT Masa PPN ... 23
C. Penyetoran, Pelaporan, dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111 ... 27
1. Batas Waktu Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM... 27
2. Batas Waktu Pelaporan SPT Masa PPN 1111 ... 27
3. Cara Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111 ... 27
D. Sanksi Administrasi dan Pidana Perpajakan ... 29
A. Surat Pemberitahuan Masa PPN yang Memenuhi Kriteria Benar ... 62
B. Surat Pemberitahuan Masa PPN yang Memenuhi Kriteria Lengkap... 65
C. Surat Pemberitahuan Masa PPN yang Memenuhi Kriteria Jelas... 70
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sanksi Administrasi dan Pidana Perpajakan...29
Tabel 2 Perhitungan Pajak Keluaran PT. Hasjrat Abadi cabang Sorong ...63
Tabel 3 Perhitungan Pajak Masukan PT. Hasjrat Abadi cabang Sorong ...63
Tabel 4 Perhitungan Pajak Keluaran menurut Perundang-undangan
Perpajakan yang berlaku saat ini ...64
Tabel 5 Perhitungan Pajak Masukan menurut Perundang-undangan
Perpajakan yang berlaku saat ini ...64
Tabel 6 Kriteria Lengkap yang Memuat Unsur-Unsur Objek Pajak ...68
xiv
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh
dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut digunakan untuk mengisi
anggaran negara sekaligus membiayai keperluan belanja negara (belanja rutin
dan belanja pembangunan). Untuk itu, negara memerlukan dana yang cukup
besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung secara
terus-menerus dan berkesinambungan. Di samping sebagai sumber dana untuk
mengisi anggaran negara, pajak juga digunakan sebagai sumber kebijakan
bidang moneter dan investasi yang berdampak pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi sehingga kesejahteraan rakyat semakin baik.
Dengan alasan di atas dapat dilihat betapa pentingnya peran pajak dalam
membiayai keperluan negara. Untuk itu, sangat dituntut peran masyarakat
dalam membayar pajak karena masyarakat adalah pembayar pajak yang tidak
mendapatkan imbalan secara langsung.
Salah satu pajak yang dibebankan kepada masyarakat adalah Pajak
Pertambahan Nilai yang dipungut pada setiap mata rantai jalur produksi
menimbulkan efek ganda (cascade effect) karena adanya metode perolehan
kembali pajak yang telah dibayar (kredit pajak) oleh Pengusaha Kena Pajak.
Pengertian tentang pertambahan nilai perlu diketahui secara khusus
karena masih banyak orang yang mengira bahwa yang dikenai PPN adalah
atas barang atau jasanya. Pandangan tersebut adalah keliru, karena PPN
dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja. Suatu pertambahan
nilai tercipta karena untuk menghasilkan, menyalurkan, dan
memperdagangkan ataupun memberikan pelayanan jasa membutuhkan
faktor-faktor produksi pada berbagai tingkatan produksi. Setiap faktor
produksi tersebut menimbulkan pengeluaran yang dinamakan biaya. Semua
biaya inilah yang merupakan pertambahan nilai yang menjadi unsur
pengenaan pajaknya, artinya proses pertambahan nilai selalu timbul karena
adanya biaya-biaya yang dikeluarkan mulai dari bahan baku menjadi barang
setengah jadi sampai akhirnya menjadi barang jadi yang siap dijual dengan
tingkat laba yang diharapkan.
Dalam hal pemungutan pajak, sistem pemungutan pajak yang digunakan
di Indonesia adalah with holding system. Dalam sistem ini, pihak ketiga diberi
kepercayaan untuk melakukan pemungutan pajak atas sejumlah pembayaran
yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran.
Dengan dianutnya sistem with holding tersebut, maka pengetahuan mengenai
perpajakan merupakan salah satu syarat yang dimiliki oleh Wajib Pajak.
Wajib Pajak harus mengisi SPT dengan benar dan melaporkannya kembali ke
melakukan kesalahan. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi pengisian SPT
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi permasalahan
dalam penulisan skripsi ini adalah apakah Wajib Pajak sudah melakukan
pengisian Surat Pemberitahuan Masa PPN dengan benar, lengkap, jelas, dan
ditandatangani?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 3 ayat 1, yang dimaksud dengan
benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani dalam meningisi Surat
Pemberitahuan Masa PPN adalah:
1. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan,
dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek
pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.
3. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.
4. Ditandatangani dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan
stempel, atau tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya
mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannya
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai pengisian SPT Masa PPN
yang dilakukan oleh PT. Hasjrat Abadi Sorong. Hal tersebut dilakukan
dengan cara membandingkan antara peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan praktik yang dilakukan oleh PT. Hasjrat Abadi Sorong.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai bahan untuk menambah kepustakaan mengenai pengisian SPT
Masa PPN.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
perusahaan mengenai pengisian SPT Masa PPN.
3. Bagi Penulis
a. Memperoleh gambaran langsung tentang pengisian SPT Masa PPN.
b. Menambah wawasan dan serta belajar cara pengisian SPT Masa
E. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Merupakan bab yang menguraikan tentang dasar-dasar teoritis
yang mendasari penulisan masalah ini, yang nantinya akan dapat
dijadikan sebagai landasan berpikir bagi penulis dalam mengolah
data yang diperoleh dan menganalisa permasalahan yang diajukan
dalam penelitian ini.
Bab III: Metode Penelitian
Merupakan bab yang menguraikan tentang jenis penelitian, tempat
dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang
dicari, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Bab IV: Gambaran Umum Perusahaan
Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah singkat
perusahaan, strukur organisasi perusahaan, dan tugas dan tanggung
jawab perusahaan.
Bab V: Analisis Data dan Pembahasan
Merupakan bab yang menguraikan tentang data hasil penelitian
Bab VI: Penutup
Dalam bab ini berisi ringkasan hasil analisis dan evaluasi data yang
menjelaskan tentang kesimpulan, keterbatasan, dan saran untuk
diusulkan kepada perusahaan sehubungan dengan permasalahan
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1. Pengertian
Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang Dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
pengertian Pajak Pertambahan Nilai adalah:
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang dan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean.
2. Objek dan Bukan Objek PPN
Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang Dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Obyek
Pajak Pertambahan Nilai dan Bukan Obyek Pajak Pertambahan Nilai
adalah sebagai berikut:
a. Objek Pajak
1) penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
2) impor Barang Kena Pajak;
3) penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
4) pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
5) pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
6) ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak;
7) ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak; dan
8) ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
b. Bukan Objek PPN
Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah
barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut:
1) barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;
2) barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak;
3) makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga
atau katering; dan
Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa
tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut:
1) jasa pelayanan kesehatan medis;
2) jasa pelayanan sosial;
3) jasa pengiriman surat dengan perangko;
4) jasa keuangan;
5) jasa asuransi;
6) jasa keagamaan;
7) jasa pendidikan;
8) jasa kesenian dan hiburan;
9) jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
10) jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara
dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
jasa angkutan udara luar negeri;
11) jasa tenaga kerja;
12) jasa perhotelan;
13) jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum;
14) jasa penyediaan tempat parkir;
15) jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
16) jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
3. Subjek PPN
Subjek Pajak dalam hal PPN sebagai pajak objektif adalah konsumen
selaku pihak yang memikul beban pajak. Dalam hal PPN sebagai pajak
atas konsumsi umum dalam negeri, PPN dikenai pada barang-barang atau
jasa yang dikonsumsi dan ditujukan pada konsumen akhir. Sedangkan
dalam hal PPN sebagai pajak tidak langsung, konsumen merupakan pihak
yang membayar PPN, namun penanggung jawab atas penyetoran PPN ke
kas Negara dibebankan kepada penjual (Untung Sukardji, 2009).
4. Syarat Terutang PPN
Penyerahan barang atau jasa yang dikenai pajak harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Barang atau jasa yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak,
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
5. Ketentuan Penyerahan BKP dan JKP
Berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-50/PJ/2011 tentang Penegasan
Saat Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai
Dasar Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Saat Pembuatan Faktur
Pajak, penyerahan Barang Kena Pajak dan saat penyerahan Jasa Kena
a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak yang dimaksud pada butir 1
huruf a berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut
sifat atau hukumnya berupa barang bergerak, terjadi pada saat:
a) Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara
langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas
nama pembeli;
b) Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara
langsung kepada penerima barang, untuk pemberian
cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke
cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan antarcabang;
c) Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada
juru kirim atau pengusaha jasa angkutan; atau
d) harga atas Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan
oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara
konsisten.
2) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut
sifat atau hukumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada
saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai
Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara
3) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud, terjadi
pada saat:
a) Harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud
diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat
diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten; atau
b) Kontrak atau perjanjian ditandatangani atau saat mulai
tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara
nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat
sebagaimana dimaksud pada huruf a) tidak diketahui.
b. Saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada butir
1 huruf a terjadi pada saat:
1) Harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang
atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualanoleh
Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;
2) Kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat
sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak diketahui; atau
3) Saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai
secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal
6. Tarif PPN dan Dasar Pengenaan Pajak
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan
atas:
1) Barang Kena Pajak yang diekspor;
2) Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean
yang dimanfaatkan di luar Daerah Pabean; atau
3) Jasa Kena Pajak yang diekspor termasuk Jasa Kena Pajak yang
diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan
melakukan ekspor Barang Kena Pajak atas dasar pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar
Daerah Pabean.
Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berarti pembebasan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan demikian, Pajak
Masukan yang telah dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan kegiatan tersebut
dapat dikreditkan.
c. Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau
peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, Pemerintah diberi
wewenang mengubah tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi paling
rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen)
d. Dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain.
7. Pengkreditan Pajak Masukan
a. Berdasarkan UU PPN Tahun 2009 Pasal 9:
1) Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan
Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.
2) Untuk keperluan Pajak Masukan, Pengusaha Kena Pajak
menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
c) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
dan potongan harga;
d) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak;
g) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur
pajak.
3) Pajak Masukan yang akan dikreditkan juga harus memenuhi
4) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar
daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak
Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena
Pajak.
5) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa
Pajak berikutnya.
6) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan merupakan pengeluaran
yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha seperti
produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen serta berkaitan
dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan
Nilai.
7) Pengkreditan Pajak Masukan tidak dapat diberlakukan bagi
pengeluaran untuk:
a) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
usaha;
c) perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang
d) pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
e) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib
Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak;
f) pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat (6);
g) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan
pajak;
h) perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
i) perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa
8) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan
dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat
dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan
pemeriksaan. Namun, dalam hal jangka waktu telah dilampaui,
pengkreditan Pajak Masukan dapat dilakukan melalui
pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai.
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2010
Tentang Pedoman Perhitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi
PKP yang Mempunyai Peredaran Usaha tidak Melebihi Jumlah
Tertentu:
Pengusaha Kena Pajak yang mempunyai peredaran usaha tidak
melebihi jumlah tertentu dapat menggunakan pedoman pengkreditan
Pajak Masukan apabila memenuhi syarat:
1) Mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku
sebelumnya tidak melebihi Rp1.800.000.000,00 (satu miliar
delapan ratus juta rupiah) untuk setiap 1 (satu) tahun buku.
2) Wajib Pajak yang baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung
menggunakan pedoman perhitungan pengkreditan Pajak Masukan,
yaitu sebesar:
1) 60% (enam puluh persen) dari Pajak Keluaran untuk penyerahan
Jasa Kena Pajak, atau
2) 70% (tujuh puluh persen) dari Pajak Keluaran untuk penyerahan
Barang Kena Pajak.
B. Surat Pemberitahuan (SPT)
1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pengertian dari Surat Pemberitahuan
adalah:
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pengertian dari Surat Pemberitahuan
Masa adalah:
2. Fungsi SPT Masa PPN
Bagi Pengusaha Kena Pajak, SPT Masa PPN berfungsi sebagai
sarana untuk mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan
PPnBM yang terutang dan melaporkan tentang:
a. Pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK),
dan
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pihak lain dalam suatu Masa Pajak.
Bagi Pemungut PPN, fungsi SPT Masa PPN adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan PPN yang telah
dipungut dan disetorkannya dengan menggunakan formulir SPT Masa
PPN untuk Pemungut PPN.
3. Jenis SPT Masa PPN
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-44/PJ/2010 dan PER-45/PJ/2010, jenis SPT Masa PPN ada dua, yaitu:
a. SPT Masa PPN 1111
b. SPT Masa PPN 1111 DM, merupakan SPT bagi PKP yang
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.
4. Bentuk SPT Masa PPN
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-44/PJ/2010 dan PER-45/PJ/2010, SPT Masa PPN 1111/SPT Masa PPN
1111 DM dapat berbentuk:
1) SPT Masa PPN 1111
SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk formulir kertas (hard copy)
dapat digunakan oleh PKP yang:
a) Melaporkan Pemberitahuan Ekspor Barang, Pemberitahuan
Ekspor Jasa Kena Pajak/ BKP Tidak Berwujud;
b) Menerbitkan Faktur Pajak selain Faktur Pajak yang menurut
ketentuan diperkenankan untuk tidak mencantumkan
identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual,
dan/atau menerima Nota Retur Pembatalan;
c) Melaporkan Pemberitahuan Impor Barang atas Impor BKP
dan/atau SSP atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP
dari luar Daerah Pabean;
d) Menerima Faktur Pajak yang dapat dikreditkan dan/atau
menerbitkan Nota Retur/Nota Pembatalan;
e) Menerima Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan atau
mendapat fasilitas dan/atau menerbitkan Nota Retur/Nota
Pembatalan atas pengembalian BKP/pembatalan JKP yang
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan atau mendapat
fasilitas.
Dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen
2) SPT Masa PPN 1111 DM
SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk formulir kertas (hard
copy) dapat digunakan oleh PKP yang:
a) Menerbitkan Faktur Pajak selain Faktur Pajak yang menurut
ketentuan diperkenankan untuk tidak mencantumkan
identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual,
dan/atau menerima Nota Retur/Nota Pembatalan;
b) Menerbitkan Nota Retur/Nota Pembatalan.
Dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen
dalam 1 (satu) Masa Pajak.
b. Data elektronik, yang disampaikan dalam media elektronik atau
melalui e-Filling
1) SPT Masa PPN 1111
SPT Masa PPN dalam bentuk elektronik wajib digunakan oleh
PKP yang:
a) Melaporkan Pemberitahuan Ekspor Barang, Pemberitahuan
Ekspor Jasa Kena Pajak/ BKP Tidak Berwujud;
b) Menerbitkan Faktur Pajak selain Faktur Pajak yang menurut
ketentuan diperkenankan untuk tidak mencantumkan
identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual,
c) Melaporkan Pemberitahuan Impor Barang atas Impor BKP
dan/atau SSP atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP
dari luar Daerah Pabean;
d) Menerima Faktur Pajak yang dapat dikreditkan dan/atau
menerbitkan Nota Retur/Nota Pembatalan;
e) Menerima Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan atau
mendapat fasilitas dan/atau menerbitkan Nota Retur/Nota
Pembatalan atas pengembalian BKP/pembatalan JKP yang
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan atau mendapat
fasilitas.
Dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen
dalam 1 (satu) Masa Pajak.
2) SPT Masa PPN 1111 DM
SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk data elektronik wajib
digunakan oleh PKP yang:
a) Menerbitkan Faktur Pajak selain Faktur Pajak yang menurut
ketentuan diperkenankan untuk tidak mencantumkan
identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual,
dan/atau menerima Nota Retur/Nota Pembatalan;
b) Menerbitkan Nota Retur/Nota Pembatalan.
Dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen
5. Kelengkapan SPT Masa PPN
a. SPT Masa PPN 1111
1) Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-44/PJ/2010, SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:
a) Induk SPT Masa PPN 1111 - Formulir 1111 (F.1.2.32..04);
dan
b) Lampiran SPT Masa PPN 1111:
i. Formulir 1111 AB-Rekapitulasi Penyerahan dan
Perolehan (D.1.2.32.07),
ii. Formulir 1111 A1-Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP
Tidak Berwujud, dan/atau JKP (D.1.2.32.08);
iii. Formulir 1111 A2- Daftar Pajak Keluaran atas
Penyerahan Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak
(D.1.2.32.09);
iv. Formulir 1111 B1-Daftar Pajak Masukan yang Dapat
Dikreditkan atas Impor BKP dan Pemanfaatan BKP
Tidak Berwujud/JKP dari Luar Daerah Pabean
(D.1.2.32.10);
v. Formulir 1111 B2-Daftar Pajak Masukan yang Dapat
Dikreditkan atas Perolehan BKP/JKP Dalam Negeri
vi. Formulir 1111 B3-Daftar Pajak Masukan yang Tidak
Dapat Dikreditkan atau yang Mendapat Fasilitas
(D.1.2.32.12).
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-44/PJ/2010, SPT Masa PPN 1111 tidak perlu dilampiri dengan:
a) Formulir 1111 A1 dalam hal tidak ada Pemberitahuan
Ekspor Barang, Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena
Pajak/BKP Tidak Berwujud yang wajib dilaporkan dalam
Formulir 1111 A1;
b) Formulir 1111 A2 dalam hal PKP tidak menerbitkan Faktur
Pajak selain Faktur Pajak yang menurut ketentuan
diperkenankan untuk tidak mencantumkan identitas pembeli
serta nama dan tanda tangan penjual dan/atau tidak
menerima Nota Retur/Nota Pembatalan yang wajib
dilaporkan dalam Formulir 1111 A2;
c) Formulir 1111 B1 dalam hal tidak ada Pemberitahuan
Impor Barang atas Impor BKP dan/atau SSP atas
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari Luar Daerah
Pabean yang wajib dilaporkan dalam Formulir 1111 B1;
d) Formulir 1111 B2 dalam hal PKP tidak menerima Faktur
Pajak dan/atau menerbitkan Nota Retur/Nota Pembatalan
e) Formulir 1111 B3 dalam hal PKP tidak menerima Faktur
Pajak yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan atau
mendapatkan fasilitas dan/atau menerbitkan Nota
Retur/Nota Pembatalan atas pengembalian BKP/pembatalan
JKP yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan atau
mendapat fasilitas yang wajib dilaporkan dalam Formulir
1111 B3.
Dalam suatu Masa Pajak
b. SPT Masa PPN 1111 DM
1) Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-45/PJ/2010, SPT Masa PPN 1111 DM terdiri dari:
a) Induk SPT Masa PPN DM – Formulir 1111 DM
(F.1.2.32.05);
b) Lampiran SPT Masa PPN 1111 DM:
i. Formulir 1111 A DM-Daftar Pajak Keluaran atas
Penyerahan Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak
(D.1.2.32.13);
ii. Formulir 1111 R DM- Daftar Pengembalian BKP dan
Pembatalan JKP oleh PKP yang menggunakan
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
2) Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-45/PJ/2010, SPT Masa PPN 1111 DM tidak perlu dilampiri
dengan:
a) Formulir 1111 A DM dalam hal PKP tidak menerbitkan
Faktur Pajak selain Faktur Pajak yang menurut ketentuan
diperkenankan untuk tidak mencantumkan identitas pembeli
serta nama dan tanda tangan penjual dan/atau tidak
menerima Nota Retur/Nota Pembatalan yang wajib
dilaporkan dalam Formulir 1111 A DM;
b) Formulir 1111 R DM dalam hal PKP tidak menerbitkan
Nota Retur/Nota Pembatalan yang wajib dilaporkan dalam
Formulir 1111 R DM.
C. Penyetoran, Pelaporan, dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111 1. Batas Waktu Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM
a. PPN atau PPN dan PPnBm yang terutang dalam suatu Masa Pajak,
harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN 1111 disampaikan.
b. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Batas Waktu Pelaporan SPT Masa PPN 1111
a. SPT Masa PPN 1111 harus disampaikan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
b. Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur
termasuk haru Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan SPT Masa
PPN 1111 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3. Cara Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111
a. SPT Masa PPN 1111 dapat disampaikan oleh PKP dengan cara:
1) Manual. Yaitu:
a) Disampaikan langsung ke KPP, KP2KP, atau tempat lain
yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak,
dan atas penyampaian SPT Masa PPN 1111 tersebut PKP
akan menerima tanda bukti penerimaan, atau
b) Disampaikan melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau
pengiriman surat tersebut dianggap sebagai tanda bukti dan
tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT tersebut lengkap.
2) Elektronik (e-Filing), yaitu melalui sistem online yang real time
melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi
(ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
b. Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN 1111 secara manual
dapat dilakukan untuk SPT Masa PPN 1111 dalam bentuk formulir
kertas (hard copy) atau dalam bentuk media elektronik.
c. Dalam hal SPT Masa PPN 1111 disampaikan dalam bentuk media
elektronik, Induk SPT Masa PPN 1111 harus tetap disampaikan
dalam bentuk formulir kertas (hard copy), ditandatangani dan
disampaikan secara manual.
d. Dalam hal SPT Masa PPN 1111 disampaikan secara e-Filing, Induk
SPT Masa PPN 1111 tidak perlu disampaikan secara manual dalam
D. Sanksi Administrasi dan Pidana Perpajakan
Sanksi administrasi dan pidana perpajakan dapat di lihat melalui tabel berikut
Tabel 1: Sanksi Administrasi dan Pidana Perpajakan (lanjutan):
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis beberapa komponen yang berhubungan secara langsung
dengan SPT Masa PPN PT. Hasjrat Abadi yang kemudian ditarik
kesimpulannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di PT. HASJRAT ABADI SORONG.
2. Waktu Penelitian
Penelitian di PT. HASJRAT ABADI SORONG ini dilaksanakan pada
bulan September 2011.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
a. Pimpinan Perusahaan
b. Karyawan perusahaan bagian keuangan
a. SPT Masa PPN
b. Faktur Pajak
c. Laporan penjualan
d. Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran.
D. Data Yang Dicari
1. Sejarah dan perkembangan perusahaan
2. Struktur organisasi perusahaan
3. SPT Masa PPN perusahaan yang sudah terisi
4. Laporan penjualan
5. Faktur Pajak
6. Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung
kepada karyawan bagian keuangan.
2. Dokumentasi
Mengumpulkan data yang dikumpulkan dari beberapa dokumen, seperti
F. Teknik Analisa Data
Untuk menjawab rumusan masalah apakah Wajib Pajak sudah
melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Masa PPN dengan benar, lengkap,
jelas, dan ditandatangani maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik
komparatif. Teknik ini digunakan untuk membandingkan pengisian SPT
Masa PPN yang dibuat oleh PT. Hasjrat Abadi dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
1. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai memenuhi kriteria
benar apabila benar dalam perhitungan, benar dalam penerapan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, benar dalam penulisan, dan
sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Untuk menilai apakah Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang dibuat oleh PT.
Hasjrat Abadi sudah memenuhi kriteria benar, maka dilakukan pengujian
dengan memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut:
a. Dasar pengenaan pajak yang dipakai oleh perusahaan.
b. Penentuan jumlah Dasar Pengenaan Pajak yang dipakai.
c. Besarnya tarif pajak yang dipakai oleh perusahaan untuk dikalikan
dengan Dasar Pengenaan Pajak.
d. Besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor.
2. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dikatakan
memenuhi kriteria lengkap apabila memuat unsur-unsur yang berkaitan
dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam
Pajak Pertambahan Nilai yang dibuat oleh PT. Hasjrat Abadi sudah
memenuhi kriteria lengkap, maka dilakukan pembandingan antara
unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak yang dilaporkan oleh PT.
Hasjrat Abadi dengan unsur-unsur objek pajak menurut Undang-Undang
perpajakan yang berlaku. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Nama Pengusaha Kena Pajak (PKP) diisi dengan nama lengkap
orang pribadi atau badan yang wajib mengisi SPT Masa PPN sesuai
dengan yang tercantum pada Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diisi dengan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) sesuai dengan yang tercantum pada Surat
Keterangan Terdaftar yang berfungsi sebagai Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
c. Alamat diisi sesuai dengan alamat Pengusaha Kena Pajak yang
bersangkutan.
d. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang sesuai dengan masa yang
seharusnya dilaporkan.
e. Nomor telepon harus diisi dengan nomor telepon Pengusaha Kena
Pajak yang bersangkutan.
f. Kelengkapan Lampiran SPT dan lampiran-lampiran yang
Formulir 1111 A2, Formulir 1111 B1, Formulir 1111 B1, Formulir
1111 B2, dan Formulir 1111 B3.
3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dikatakan
memenuhi kriteria jelas apabila di dalamnya memuat asal-usul atau
sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan. Untuk mengetahui apakah Surat Pemberitahuan
yang dibuat oleh PT. Hasjrat Abadi sudah memenuhi kriteria ini, maka
dilakukan pembandingan antara sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang dilaporkan oleh PT. Hasjrat Abadi dengan sumber dari objek
pajak dan unsur-unsur lain yang sesuai dengan Undang-Undang Pajak
yang berlaku. Sumber dari objek pajak yang dimaksud adalah:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean.
b. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean (impor).
c. Ekspor Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak.
4. Surat Pemberitahuan Masa PPN ditandatangani oleh PKP atau orang
yang diberi kuasa menandatangani sepanjang dilampiri surat kuasa
khusus. Untuk mengetahui apakah Surat Pemberitahuan Masa PPN telah
ditandatangani, maka dilakukan pengecekan mengenai tanda tangan,
nama jelas, jabatan, dan cap perusahaan. Jika yang menandatangani
adalah orang yang diberi kuasa, maka dilakukan pengecekan mengenai
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. HASJRAT ABADI cabang Kota Sorong berdiri pada tahun 1993 oleh
Kepala Cabang Hasjrat Abadi Jayapura (Bpk. Fenny Panggalila) sesuai surat
direksi, dengan Akta Pendirian Kantor Pusat Jakarta yaitu No. 4 oleh Tn.
Willy Lontoh. PT. HASJRAT ABADI berada di Jl. R. P. Soeroso No 38-40,
Sorong, Papua Barat. Alasan pemilihan lokasi didasarkan atas beberapa
pertimbangan antara lain lokasi tersebut berada di pusat kota dan berdekatan
dengan pasar (konsumen dari produk yang dijual). Jumlah tenaga kerja yang
terdapat di PT. HASJRAT ABADI adalah 57 orang, yang terdiri dari 35
orang karyawan tetap dan 22 orang karyawan tidak tetap. Jumlah karyawan
bagian penjualan adalah 18 orang dan 1 orang sebagai Kepala Bagian,
sedangkan jumlah karyawan bagian administrasi keuangan adalah 21 orang
dan 1 orang sebagai Kepala Bagian.
Tujuan utama dari perusahaan ini adalah mencari laba. Perusahaan ini
berbentuk PT yang bergerak di bidang perdagangan. PT. HASJRAT ABADI
didirikan dengan modal dari saham keluarga pemilik perusahaan. Pemilik
saham tersebut adalah pemilik perusahaan, istri pemilik, anak pertama
B. Struktur Organisasi
Dalam usaha mencapai tujuannya, perusahaan perlu menyusun struktur
organisasi dengan baik, sebab dengan adanya struktur organisasi tersebut
akan memperjelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta dapat
memperlancar arus informasi dari atasan kepada bawahan dan sebaliknya.
Struktur organisasi untuk setiap perusahaan tidaklah sama karena
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan. Berikut ini adalah
STRUKTUR ORGANISASI PT.HASJRAT ABADI CABANG SORONG
Gambar I: Struktur Organisasi Sumber: Data Perusahaan
KEPALA CABANG KABAG. ADKU
SUBSI RT/PERSONALIA EKSPEDISI PIUTANG DAGANG
PERSEDIAAN GL/UMUM
PERPAJAKAN KASIR
SEKRETARIS ADM. PENAGIHAN
KASIE KEUANGAN KASIE PEMBUKUAN KASIE UMUM/PERSONALIA
C. Tugas dan Tanggung Jawab
1. Kepala Bagian Administrasi Keuangan
a. Mengarahkan dan mengawasai kegiatan karyawan secara terus
menerus agar seluruh transaksi berjalan telah dicatat dengan benar
dan tepat waktu (tidak ditunda-tunda) sehingga dihasilkan Laporan
Keuangan beserta Analisa-Analisa pendukung yang up to date dan
akurat.
b. Memonitor secara berkala target kerja Seksi Keuangan, Pembukuan
dan Umum/Personalia.
c. Mengawasi dengan seksama realisasi pengeluaran biaya dibanding
dengan Budget Biaya, dan segera melakukan tindakan atas
pengeluaran biaya yang telah melebihi anggaran yang telah
ditetapkan.
d. Memeriksa dengan seksama atas seluruh laporan yang meliputi
Laporan Analisa Penerimaan Uang Tunai, Laporan Hasil
Penghitungan Cash Opname, Laporan Analisa Piutang Menunggak,
Laporan Analisa Gross Margin, Laporan Analisa Stock, dll. Segera
bertindak atas ketidak wajaran laporan yang dihasilkan.
e. Memeriksa dengan seksama apakah seluruh prosedur yang telah
ditetapkan oleh Kantor Pusat telah dijalankan dengan semestinya
atau tidak. Melakukan teguran keras atas setiap pelanggaran
f. Memeriksa kelengkapan dan kebenaran bukti pengeluaran kas, bukti
bank dan pembayaran serta penerimaan uang lainnya dan laporan kas
bank harian.
g. Memeriksa seluruh pembayaran kewajiban perpajakan dan
menyimpan semua SSP dengan tertib dan teratur.
h. Menilai prestasi kerja karyawan secara berkala, merencanakan
latihan, pendidikan yang tepat untuk mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan anak buah.
i. Melaksanakan tugas lain yang diminta oleh atasannya.
2. Kepala Seksi Keuangan
a. Membuat Analisa Penerimaaan Uang Tunai setiap hari dan
mengontrol pekerjaan yang dilakukan oleh Kasir, Juru tagih, dan Sie
Administrasi Penagihan. Menguji dan membuat kertas kerja
pemeriksaan setiap hari, catatan pembukuan Kasir, Daftar
Penerimaan Piutang, Register Penyerahan Kuitansi, Laporan
Penagihan, Penjualan Nota Kontan, dll.
b. Melakukan opname cash di Kasir setiap sore hari dan memastikan
bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran uang telah dicatat
dengan benar.
c. Melakukan pengawasan, bahwa seluruh uang yang diterima pada
hari tersebut telah disetor ke bank keesokan harinya secara utuh.
d. Menyiapkan kebutuhan dana operasional yang diperlukan oleh
e. Memonitor check list laporan yang harus dikirim ke kantor Jakarta
sesuai target yang telah ditetapkan.
f. Membantu Kepala Bagian Adku dalam merencanakan, merumuskan
serta menyusun kebijaksanaan di bidang keuangan, anggaran,
perpajakan, dan asuransi.
g. Merumuskan, menyusun sistem dan prosedur, pengawasan dan
program kerja yang efisien dan efektif untuk Seksi Keuangan.
h. Mengkoordinir, mengarahkan dan mengawasi kegiatan kerja
karyawan.
i. Mengarahkan dan memeriksa hasil penyusunan anggaran dari setiap
seksi, menilai kewajaran dan kesesuaian hasil konsolidasi anggaran
dengan tujuan cabang.
j. Memeriksa kelengkapan dan kebenaran bukti pengeluaran kas, bukti
bank dan bukti pembayaran serta penerimaan uang lainnya dan
laporan kas bank harian.
k. Mengikuti dan mengawasi posisi keuangan, likuiditas, solvabilitas,
dan rentabilitas Perusahaan serta ketepatan dan kebenaran saldo kas.
l. Memeriksa kebenaran bukti pengeluaran kas dan bukti
pendukungnya sebelum disetujui Kepala Cabang untuk pembayaran.
m. Melaksanakan fungsi Payroll.
n. Menilai prestasi kerja karyawan secara berkala serta merencanakan
dan mengusulkan program latihan dan pendidikan bagi karyawan.
3. Kasir
a. Menerima pembayaran langsung dari customer dan juru tagih,
menghitung jumlah uang yang diterima, dan mencatat dengan segera
jumlah uang yang diterima ke dalam Buku Kas perusahaan.
b. Menerima dan meneliti transfer masuk, memeriksa kebenarannya
dan membuat bukti penerimaannya.
c. Memeriksa dan meneliti kebenaran dan kelengkapan dan kesahan
bukti pengeluaran kas dan bukti pendukungnya, menyiapkan dan
mengeluarkan uang sesuai dengan jumlah yang telah disetujui.
d. Membuat laporan posisi kas, bank harian LHKB setiap sore hari.
e. Bertanggung jawab atas keamanan, keselamatan uang, surat
berharga, kunci tempat uang, dan stempel perusahaan.
f. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
4. Adm. Penagihan
a. Membuat Daftar Tagihan piutang yang telah jatuh tempo dan
memberikan tugas penagihan kepada Juru Tagih.
b. Mengatur dan mengawasi penagihan piutang yang dilakukan oleh
Juru Tagih.
c. Menerima hasil tagihan dari Juru Tagih dan menyerahkan hasil
tagihan tersebut ke kasir.
d. Membuat Daftar kuitansi yang telah jatuh tempo tetapi belum
e. Memeriksa tagihan yang tidak dibayar dan menganalisa sebabnya
serta membicarakannya dengan atasan langsung bila terjadi kesulitan
dalam penagihan.
f. Melaksanakan tugas lain yang diminta oleh atasannya.
5. Perpajakan
a. Menghitung dengan teliti pajak yang terutang dan yang masih harus
dibayar untuk jangka waktu tertentu.
b. Menghitung besarnya PPN Keluaran dan PPN Masukan setiap bulan
dengan menggunakan program Snap Tax dan membuat SPM PPN
intern dan melaporkan ke HA Jakarta tepat waktu.
c. Memeriksa keabsahan Faktur Pajak Masukan.
d. Membuat Laporan PPh 21 Masa setiap bulan berdasarkan besarnya
penggajian yang datanya dikirim dari Personalia Jakarta.
e. Membuat SPM PPh ps 4(2), 21 dan 23 dengan e-SPT lengkap
dengan lampirannya dan melaporkan ke KPP setempat sesuai
ketentuan pajak yang berlaku.
f. Memeriksa keabsahan SSP PPh Pasal 22 dan PPN Instansi.
g. Memeriksa bukti pemotongan PPh Pasal 4(2) dan PPh 23 dari pihak
ketiga.
h. Membuat SPT tahunan PPh 21.
i. Membuat Rekonsiliasi PPN, PPh 4(2), 21 dan 23.
6. Kepala Seksi Pembukuan
a. Mengkoordinasikan seluruh proses pencatatan pembukuan sesuai
target waktu yang telah ditetapkan.
b. Melakukan pengawasan dan pengecekan langsung atas seluruh
pekerjaan karyawan agar tidak terdapat penundaan pencatatan setiap
hari.
c. Memonitor check list laporan yang harus dikirim ke kantor pusat
Jakarta sesuai target yang telah ditetapkan.
d. Memeriksa dan meneliti kelengkapan dan keabsahan bukti
pembukuan dan dokumen pendukungnya, kebenaran dan ketepatan
penghitungan, serta pengelompokan transaksi keuangan dan
mengelompokkan transaksi tersebut ke dalam kelompok perkiraan
secara tepat dan benar.
e. Memeriksa dan meneliti kebenaran dan ketepatan pencatatan
transaksi keuangan, piutang, utang, persediaan, biaya dan transaksi
keuangan lainnya.
f. Menjamin bahwa seluruh transaksi keuangan telah dicatat secara
terperinci, up to date, konsisten sesuai dengan prinsip Akuntansi
Indonesia serta sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.
g. Memeriksa dengan teliti kebenaran dan ketepatan laporan piutang,
hutang, persediaan, aktiva tetap, biaya-biaya dan perkiraan lainnya
serta mencocokkannya dengan buku besar, buku tambahan dan buku
h. Memeriksa ketepatan dan kebenaran jurnal harian, jurnal koreksi dan
penyesuaian, hasil Rekonsiliasi Bank, Rekonsiliasi PDC,
Rekonsiliasi Antar Kantor serta Rekonsiliasi Antar Anak
Perusahaan.
i. Memeriksa buku hutang yang sudah jatuh tempo, memberikan
persetujuan sesuai dengan ketentuan bahwa hutang tersebut telah
jatuh tempo, memeriksa kuitansi pendukung bukti yang lengkap dan
siap untuk dibiayai.
j. Memonitor seluruh piutang dagang setiap pelanggan secara berkala.
k. Menyusun laporan bulanan seperti laporan penjualan, laporan gross
margin, laporan umur piutang, laporan A/R Summary, laporan Turn
Over Inventory, laporan analisa biaya serta laporan pendukung
lainnya tepat pada waktunya.
l. Menerapkan sistem pengarsipan yang teratur, rapih dan efisien untuk
bukti pembukuan serta bukti pendukungnya, buku, catatan dan
laporan yang dihasilkan.
m. Menganalisa hasil penghitungan stock opname barang di gudang,
stock opname kwitansi, aktiva tetap, dan harta perusahaan lainnya
secara berkala dan mencocokkannya dengan catatan yang ada.
n. Melakukan period end secara rutin setiap bulan sesuai jadwal yang
sudah ditetapkan HA Jakarta.
o. Mengikuti dan mempelajari perkembangan peraturan perpajakan,
p. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
7. Staf GL/Umum
a. Membuat dan menginput seluruh jurnal transaksi memorial yang
telah mendapat persetujuan dari kasie pembukuan dan Kabag Adku.
b. Membuat rekonsiliasi secara berkala yaitu Rekonsiliasi Bank,
Rekonsiliasi Antar Kantor, dan rekonsiliasi Antar AnakPerusahaan,
dan menelusuri perbedaan pencatatan yang terjadi, dan membuat
jurnal penyesuaian untuk diperiksa oleh kasie Pembukuan, dan
disetujui oleh Kabag Adku.
c. Menerapkan sistem pengarsipan yang teratur, rapih dan efisien untuk
bukti pembukuan serta bukti pendukungnya, buku, catatan dan
laporan yang dihasilkan.
d. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
8. Staf Persediaan (Cardex)
a. Mencatat transaksi persediaan secara benar, lengkap dan up to date.
b. Memeriksa apakah seluruh penerimaan barang pada hari tersebut
telah didukung dengan Laporan Penerimaan Barang oleh Kepala
Gudang, dan diketahui Bagian Umum (atau diketahui oleh Kabag.
Adku bila Bagian Umum terpisah dari Adku); serta memastikan
bahwa pengeluaran barang telah diterbitkan DO yang ditandatangani
c. Melakukan stock opname secara berkala di gudang, mencari dan
menelusuri selisihnya (membuat rekonsiliasi), serta mendiskusikan
hasil stock opname dengan Kepala Seksi Pembukuan.
d. Membuat laporan bulanan posisi barang persediaan, termasuk
laporan barang slow moving dan barang yang rusak.
e. Menerapkan sistem pengarsipan yang teratur rapi dan efisien untuk
bukti penerimaan, pengeluaran barang, beserta bukti pendukungnya.
f. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta atasan.
9. Staf Piutang Dagang
a. Memberikan catatan konduite pada SO yang diterbitkan oleh Bagian
Penjualan.
b. Mencatat transaksi piutang secara benar, lengkap dan up to date.
c. Memeriksa kebenaran, kelengkapan dan keabsahan bukti piutang
seperti faktur, bukti penerimaan kas, bukti memorial serta bukti
pendukung lainnya.
d. Memeriksa kebenaran saldo piutang dengan mencocokkan posisi
piutang menurut laporan dengan jumlah saldo piutang sebenarnya
berupa faktur yang masih terbuka dan belum dilunasi oleh pihak
ketiga, mencari dan menelusuri selisihnya serta membicarakannya
dengan Kepala Seksi Pembukuan.
e. Membuat rekonsiliasi secara berkala antara saldo piutang menurut
dan menelusuri selisih yang terjadi, membicarakannya dengan
Kepala Seksi Pembukuan.
f. Membuat laporan bulanan posisi piutang terperinci meliputi nama
piutang, jumlah dan umur piutang.
g. Merencanakan dan melakukan penghitungan fisik (physical count)
dari faktur yang terbuka dan belum dilunasi pihak ketiga.
h. Menerapkan sistem pengarsipan yang teratur, rapih dan efisien
untuk faktur, bukti kas penerimaan, bukti memorial serta bukti
pendukung lainnya.
i. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
10. Kasi Umum/Personalian
a. Membantu Kepala Bagian Adku dalam merumuskan, menetapkan
tujuan, rencana serta kebijaksanaan kegiatan bidang Hukum,
RT/Personalia, Sekretariat, Gudang dan Expedisi.
b. Mengatur dan mengawasi secara langsung semua proses yang
menyangkut bidang Hukum, RT / Personalia, Sekretariat, Gudang
dan Expedisi.
c. Mengatur dan mengawasi secara langsung proses penerimaan,
kebenaran perhitungan dan pemeriksaan setiap jenis barang yang
diterima, penyimpanan, pengeluaran barang dan administrasinya
serta keamanan dan keselamatan barang digudang.
d. Mengatur dan mengawasi pengiriman barang ke pelanggan sesuai
yang dikirim disertai dengan dokumen yang lengkap serta terperinci
mengenai jenis, jumlah dan berat.
e. Mengatur pengadaan fasilitas kendaraan bermotor untuk menunjang
kegiatan usaha serta mengawasi penggunaan pemeliharaan dan
pengurusan surat kendaraan.
f. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan
sistem penerangan, pendinginan, telekomunikasi, bangunan,
pembuangan air dan harta perusahaan lainnya.
g. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan keamanan perusahaan,
kesiagaan alat pemadam kebakaran dan alat pengaman perusahaan
lainnya.
h. Melakukan tindak lanjut penyelesaian atas kejadian yang timbul
seperti kecelakaan, kebakaran, pencurian dan hal lainnya yang
menimbulkan kerugian harta perusahaan.
i. Mengatur dan menindak lanjuti segala sesuatu yang menyangkut
bidang hukum yang berkaitan dengan kegiatan Kantor Cabang.
j. Membina dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan
kantor polisi, pemadam kebakaran dan instansi lainnya sehubungan
dengan penyelesaian masalah kebakaran, pencurian dan kecelakaan
lainnya.
k. Menilai prestasi kerja karyawan secara berkala serta merencanakan
dan mengusulkan program pelatihan, pendidikan yang sesuai bagi
l. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasan.
11. Petugas Gudang Cabang Palu
a. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi secara langsung proses
penerimaan, kebenaran, perhitungan dan pemeriksaan setiap jenis
barang yang diterima serta menjamin bahwa barang yang diterima
sesuai dengan dokumen pendukung. Penerimaan Barang harus
didukung dengan Bukti Laporan Penerimaan Barang yang
ditandatangani oleh petugas Gudang dan diketahui oleh Kasie Umum
(atau oleh Kabag. Adku bila Bagian Umum terpisah dari Adku),
sedangkan setiap pengeluaran barang harus didukung dengan DO
yang ditandatangani oleh Kepala Cabang.
b. Mengatur dan mengawasi secara langsung cara penyimpanan
masing-masing jenis barang secara FIFO (masuk pertama keluar pertama),
kondisi tempat penyimpanan dan cara penempatan Barang Dagangan
Umum di gudang.
c. Memeriksa kondisi barang di gudang secara berkala dan melaporkan
barang yang rusak, patah dan tak dapat digunakan dan membuat
berita acaranya.
d. Melakukan stock opname secara acak setiap hari untuk fast moving
dan melakukan stock opname untuk keseluruhan setiap semester.
e. Membuat Laporan Mutasi Barang setiap sore dan melaporkan ke
f. Menyelenggarakan administrasi gudang secara rinci, tepat dan up to
date serta mengarsipkan secara teratur dan rapih seluruh dokumen
yang ada sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
g. Bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan dan keselamatan
barang di gudang serta berusaha mencegah dan menghindari hal
yang dapat menimbulkan kebakaran atau kerusakan barang.
h. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
12. Petugas Gudang
a. Mengatur dan mengawasi secara langsung proses penerimaan,
kebenaran, perhitungan dan pemeriksaan setiap jenis barang yang
diterima serta menjamin bahwa barang yang diterima sesuai dengan
dokumen pendukung.
b. Mengatur dan mengawasi secara langsung cara penyimpanan
masing-masing jenis barang, kondisi tempat penyimpanan, dan cara
penempatan barang di gudang.
c. Memeriksa kondisi barang di gudang secara berkala dan melaporkan
barang yang rusak, patah dan tak dapat digunakan.
d. Mengatur dan mengawasi kebenaran perhitungan, jenis barang dan
proses pengeluaran barang dari gudang serta menjamin bahwa
barang yang dikeluarkan sesuai dengan dokumen pendukungnya.
e. Memeriksa kebenaran jumlah serta jenis barang yang dikembalikan
oleh yang berwenang serta sesuai dengan kondisi dan persyaratan
yang berlaku.
f. Menyelenggarakan administrasi gudang secara rinci, tepat dan up to
date serta mengarsipkan secara teratur, rapih, seluruh dokumen
yang ada sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
g. Mengatur dan melaksanakan penghitungan fisik barang yang ada
digudang secara sistematis dan mencocokkannya dengan kartu
gudang.
h. Membuat laporan posisi persediaan, laporan penerimaan barang,
retur barang, dan pengeluaran barang sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
i. Bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan dan keselamatan
barang di gudang serta berusaha mencegah dan menghindari hal
yang dapat menimbulkan kebakaran atau kerusakan barang.
j. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
13. Subsi Hukum
a. Mengatur dan menjamin bahwa peraturan, undang-undang dan
hukum senantiasa diperhatikan dan diikuti dalam melaksanakan
kegiatan usaha.
b. Menangani penyusunan kontrak, perjanjian dan mengatasi
permasalahan hukum atau perkara lainnya sesuai denagn
c. Memberikan nasehat dan konsultasi dilihat dari undang-undang,
peraturan dan hukum yang berlaku atas masalah dan persoalan yang
dihadapi Perusahaan.
d. Mengatur dan menyelesaikan masalah yang timbul dalam
perusahaan berkaitan dengan transaksi perusahaan dengan pelanggan
seperti misalnya masalah piutang yang tak dapat ditagih,
perselisiahan dalam perjanjian, masalah kepegawaian yang
menyangkut hukum serta permasalahan hukum lainnya.
e. Mengikuti perkembangan perundang-undangan dan peraturan yang
dikeluarkan oleh lembaga pemerintah yang berhubungan dengan
masalah hukum serta penerapannya.
f. Membina hubungan baik dengan badan hukum, lembaga hukum,
Pemerintah dan lembaga terkait lainnya.
g. Melaksanakan tugas lainnya yng diminta oleh atasannya.
14. Ekspedisi
a. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi pengiriman barang ke
pelanggan/pembeli sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan
menjamin bahwa barang yang dikirim diserta dengan dokumen yang
lengkap.
b. Bekerja sama dengan seksi pengadaan lainnya mengenai rencana
pengiriman barang ke pelanggan/pembeli.
c. Melaksanakan pengiriman barang ke pelanggan/pembeli sesuai
d. Menerapkan sistem pengarsipan yang teratur, rapih dan efisien dari
bukti pengiriman barang serta bukti pendukungnya, buku, dan
catatan pengiriman barang.
e. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.
15. Sekretaris
a. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan secretariat seperti
korespondensi, pengetikan surat, hubungan telepon, telex, fax dan
jasa photo copy.
b. Mengatur pengadaan tiket, mengurus paspor dan dokumen
perjalanan serta jadwal perjalanan.
c. Mengatur dan membuat jadwal perjanjian dengan para tamu
perusahaan.
d. Menjaga dan menyimpan kerahasiaan informasi dan data penting
yang berhubungan dengan kegiatan usaha cabang.
e. Memelihara catatan dan arsip surat masuk dan keluar serta dokumen
korespondensi lainnya.
f. Mengatur dan mengawasi pengadaan dan penggunaan alat tulis,
perlengkapan surat menyurat dan peralatan kantor lainnya.
g. Menilai prestasi kerja karyawan secara berkala serta merencanakan
dan mengusulkan program pelatihan, pendidikan yang sesuai bagi
anak buah.
16. Subsi RT/Personalia
a. Membantu Kasie Umum/Personalia dalam merumuskan,
menetapkan tujuan, rencana serta kebijakan di bidang Personalia.
b. Merumuskan dan menetapkan sistem dan prosedur, pengawasan
program kerja yang efisien dan efektif untuk bidang Personalia.
c. Merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan peraturan
kepegawaian, prosedur dan persyaratan dalam rangka mencari dan
menempatkan Karyawan.
d. Bekerja sama dengan unit organisasi lainnya dalam merencanakan
dan menetapkan jumlah kebutuhan pegawai, kualifikasi yang
dibutuhkan, melakukan seleksi dan pengujian atas pelamar yang ada
dan menetapkan jenis training yang diperlukan.
e. Memeriksa dan menyeleksi awal calon pegawai untuk posisi tertentu
serta menentukan jadwal wawancara.
f. Memelihara dan membina hubungan baik dengan Departemen
Tenaga Kerja, Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan,
Jamsostek dan lembaga pendidikan dalam menjelaskan hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja dan peningkatan kemampuan
Karyawan.
g. Mengikuti dan mempelajari perkembangan peraturan pemerintah
yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, peraturan penggajian
h. Mengatur dan menyelesaikan masalah yang timbul di dalam
perusahaan sehubungan dengan perselisihan pegawai, kerusuhan dan
masalah ketenagakerjaan lainnya.
i. Mengatur dan memeriksa kebersihan, kerapihan penyelenggaraan
absensi dan perhitungan lembur, penyusunan dan pembuatan surat
dan administrasi ketenagakerajaan lainnya.
j. Mengatur sistem pengarsipan yang rapih, teratur untuk surat,
dokumen serta data perusahaan.
k. Mengatur, menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban Kantor
Cabang.
l. Menjaga asset perusahaan baik itu barang dagangan maupun
inventaris kantor cabang
m. Melaksanakan tugas lainnya yang diminta oleh atasannya.