• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut Nuh pada hakikatnya bertujuan untuk

menghilangkan tiga penyakit masyarakat yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan peradaban (Kompas, 2015). Pemikiran pengembangan Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar taksonomi-taksonomi yang diterima secara luas, kajian KBK 2004, KTSP 2006, dan tantangan Abad 21 serta penyiapan Generasi 2045. Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran ajar peserta didik secara aktif menyumbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (UU Nomor 20 Tahun 2003).

Kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan pada Abad 21 UU Sisdiknas memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Moeloek (2010:13) mengatakan semenjak lahir sampai akhir hayat, yang diselenggarakan secara terbuka melalui jalur formal, nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat, tidak dibatasi oleh usia, tempat dan waktu. Pembelajaran dengan sistem terbuka diselenggarakan dengan

(2)

commit to user

fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan. Berdasarkan pandangan Moeloek, dapat dikatakan bahwa pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri sehingga esensi tujuan pendidikan dapat dicapai.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu (Uno, 2006:122). Pembelajaran yang memberikan kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan siswa dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis kompetensi dilaksanakan untuk menyiapkan siswa menjadi lulusan yang memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk hidup mandiri. Penilaian pembelajaran tidak hanya terfokus pada aspek kognitif saja, aspek keterampilan dan aspek sikap juga diperhatikan dalam memberikan penilaian pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Kenyataan di lapangan menunjukkan, masalah pendidikan yang cukup penting untuk dibenahi adalah proses penilaian pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek hafalan, ingatan, memorizing belaka. Ini disebabkan beberapa faktor, yaitu; guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah, bentuk soal yang hanya pilihan berganda, penanaman pengetahuan yang tidak sampai pada konsep dan pengertian serta nilai. Suasana kelas yang menjurus aktif-negatif (misalnya mendengarkan, mencatat) serta tidak aktif-positif (misalnya bertanya, berdiskusi, melakukan percobaan, mengalami, merefleksikan, mengkonstruk pengetahuan). Jika pendidikan mau benar-benar membantu siswa untuk menumbuhkembangkan aspek-aspek dirinya, maka perlu dikembangkan pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek ingatan, hafalan, memorizing atau yang berbasis materi, namun harus sampai pada aspek penalaran, kemampuan dan keterampilan secara baik serta sifat berpikir yang aktif positif.

(3)

commit to user

(kecerdasan) menurut Gardner (dalam Suparno 2004:19-44) paling tidak manusia memiliki 9 macam kecerdasan. Sebagian besar kegiatan kecerdasan logis matematis dan kecerdasan verbal bahasa dilakukan dibelahan otak kiri. Sedangkan kegiatan kecerdasan lainnya dilakukan pada otak kanan. Dari pendapat Gardner dapat dikatakan bahwa penilaian pembelajaran hendaknya dapat mensinergikan nilai akademik dan tingkah laku termasuk didalamnya penilaian hasil karya siswa berupa produk seni yang dapat dinilai dari berbagai ranah. Kondisi terkini seringkali hanya kecerdasan logis-matematis dan verbal-bahasa yang dikembangkan di sekolah, sedangkan yang lainnya hanya sedikit sekali. Hal ini tentu merugikan siswa sebab tidak semua bakat dan kemampuannya dieksplorasi dan dikembangkan, dan juga fatal bagi sebagian siswa yang memiliki kelebihan kecerdasan di otak kanan. Betapa pentingnya dalam dunia pendidikan mengusahakan proses pembelajaran dan pendidikan yang mampu membangkitkan aspek lain diluar aspek kognitif.

Penilaian pada mata pelajaran seni rupa lebih menitikberatkan produk atau karya siswa dan keterampilan. Penilaian seni rupa lebih terfokus pada ranah psikomotorik dibandingkan aspek pengetahuan. Kurikulum 2013 sebagai kurikulum pembaharuan, memberikan arahan dan tuntunan bagi guru untuk melakukan perubahan menuju pada paradigma baru pendidikan, yaitu: Dari teacher centered–student centered, textual–contextual. Kontektual menurut Trianto (2007:103) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarnya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dikembangkan kependekatan yang lebih luas melalui pendekatan scientific.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) proses pembelajaran scientific merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pendekatan Scientific menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain itu, guru cukup bertindak sebagai

(4)

commit to user

scaffolding ketika anak/siswa atau peserta didik mengalami kesulitan, serta guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan keteladanan.

Pendekatan scientific memberikan kesempatan dan pembiasaan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menggali informasi, mengolah informasi dan komunikasi, dan menyimpulkan dari konsep yang dipelajari. Ranah berpikir inovatif mengembangkan pembelajaran bermakna, sehingga siswa dapat menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dipelajari untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, bantuan guru diperlukan. Bantuan tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Mata pelajaran seni budaya di SMP diajarkan untuk mencapai kompetensi Inti: 1)Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2) Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan motivasi internal, toleransi, pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial

(5)

commit to user

dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3) Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penomena dan kejadian yang tampak mata. 4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut pandang/teori (Kemendikbud, 2013).

Pelaksanaan Kurikulum 2013, secara integratif dan berkesinambungan yang dilaksanakan pada setiap mata pelajaran, termasuk mata pelajaran seni rupa mengembangkan kompetensi spiritual, pengetahuan, keterampilan dan sosial. Ke depan, seiring perkembangkan jaman penerapan Kurikulum 2013 akan dapat turut serta menyumbang terciptanya sumber daya manusia yang cerdas, memiliki budi pekerti luhur, tangguh dan utuh. Secara luas akan menuju terwujudnya harapan pendidikan nasional. Guna melihat lebih jauh pelaksanaan Kurikulum 2013 di tingkat SMP diperlukan potret lapangan pelaksanaan program ini. Salah satu potret pelaksanaan kurikulum 2013 ditempuh melalui penelitian. Dari uraian di atas, maka judul pada penelitian ini dipilih “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa Materi Menggambar Flora Pada Siswa Kelas VIID di SMP Negeri 1 Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Rumusan Masalah

Kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari KTSP 2006 mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pelaksanaan perubahan kurikulum memerlukan penyesuaian secara bertahap, memerlukan evaluasi terhadap permasalahan pelaksanaan di lapangan, diskripsi kemampuan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Berdasarkan judul dalam penelitian ini, untuk mendiskripsikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanggungharjo maka pada penelitian ini dirumuskan

(6)

commit to user permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan proses pembelajaran seni rupa pada materi

menggambar flora siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Tanggungharjo yang sesuai dengan Kurikulum 2013?

2. Kendala-kendala apakah yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran seni rupa pada materi menggambar flora siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Tanggungharjo yang sesuai dengan Kurikulum 2013?

3. Bagaimana bentuk visual gambar flora karya siswa kelas VII D SMP Negeri

1 Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Pelaksanaan pembelajaran seni rupa materi menggambar flora pada siswa kelas VIID di SMP Negeri 1 Tanggungharjo yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

2. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran seni rupa materi

menggambar flora pada siswa kelas VIID di SMP Negeri 1 Tanggungharjo yang sesuai dengan Kurikulum 2013

3. Bentuk visual gambar flora karya siswa kelas VIID SMP Negeri 1

Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis yaitu: Penelitian ini diharapkan sebagai referensi dan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, dan mengatasi kendala-kendala dalam implementasi Kurikulum 2013. Manfaat secara praktis yaitu:

1. Manfaat untuk siswa

a. Memperoleh deskripsi perkembangan kompetensi belajar siswa yang lebih lengkap yaitu kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(7)

commit to user

b. Memperoleh kesempatan mengembangkan pola pikir pada mata

pelajaran seni rupa melalui pendekatan scientific.

2. Manfaat untuk guru

a. Memperoleh data yang lebih lengkap tentang kompetensi siswa untuk mengembangkan proses belajar kurikulum 2013 agar tercapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

b. Menemukan kendala-kendala dalam mengimplementasikan kurikulum

2013 pada pelaksanaan pembelajaran seni rupa materi menggambar flora.

c. Mengetahui bentuk visual gambar flora karya siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Tanggungharjo Kabupaten Grobogan.

3. Manfaat untuk sekolah

Memperoleh diskripsi tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Seni Rupa, sehingga dapat menentukan kebijakan sekolah berkaitan dengan unsur-unsur penunjang pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk mencapai tujuan sekolah yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita usia 30 - 50 tahun, bersedia menjadi subjek penelitian, belum mengalami menopause, tidak memiliki riwayat

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Temaja (2015) yang menyatakan bahwa fashion involvement juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Peneliti akhirnya meminta bantuan kepada guru-guru tersebut untuk menunjukkan siapa saja guru ekonomi yang berasal dari lulusan Pendidikan Ekonomi UNY dan

Dengan melihat kecenderungan skor pada variabel kemampuan guru PAI, dapat disimpulkan bahwa variabel keterampilan mengelola kelas SMK Negeri 2 Kota Pangkalpinang termasuk

PENGEMBANGAN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUNDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI,

tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput. juga dapat terdeteksi dengan alat

Hal ini dapat dilihat pula pada hasil ANOVA pada gambar 4 dan yang memberikan nilai F test untuk X4 (konduktifitas) yang cukup kecil bila dibandingkan dengan efek dari tiga

Harga pakan yang semakin tinggi menyebabkan para debitur penerima kredit sapi perah beralih ke instansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang persusuan mengingat harga