• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma yang sangat merugikan bagi pertanaman kelapa sawit harus dikendalikan pertumbuhannya sehingga tetap berada di bawah batas ambang ekonomi. Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan. Pengendalian gulma di Angsana Estate dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimia dan manual.

Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh unit/tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying Sistem) yaitu sistem penyemprotan yang terkonsentrasi, dilakukan blok per blok dengan sasaran mutu yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan prestasi kerja yang tinggi. Alat unit semprot terdiri dari perlengkapan utama yaitu satu unit kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor) yang dilengkapi tangki untuk membawa larutan, 15-20 unit alat semprot (RB-15 atau Micron Herby Sprayer).

Angsana Estate sebagai kebun yang bersertifikasi RSPO (Rountable and Sustainable of Palm Oil) sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan serta keselamatan dan keamanan kerja (K3) dalam setiap kegiatan operasional kebun. Hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan adanya peraturan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu dilarang menyemprot gulma pada area buffer zone. Area buffer zone (Gambar 1.) meliputi area sekitar rawa, sungai maupun parit. Luasan area ini yaitu 50 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai, atau parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran

(2)

air karena herbisida dan mencegah erosi akibat hilangnya tanaman penutup tanah di sekitar parit atau sungai.

Gambar 1. Area Buffer Zone

Keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan juga menjadi perhatian penting. Setiap karyawan semprot dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) seperti pada Gambar 2. Pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia juga tidak boleh bersamaan dengan kegiatan panen untuk menghindari terhirupnya herbisida oleh pemanen yang tidak memakai masker dan alat pelindung semprot lainnya.

Gambar 2. Alat Perlindung Diri (APD) Tim Semprot

ALAT PELINDUNG KEPALA ALAT PELINDUNG MATA MASKER SERAGAM SARUNG TANGAN APPRON BOOTS

(3)

Berdasarkan tugasnya, tim BSS dibagi dalam dua unit pekerjaan yaitu tim yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH, dan tim yang bertugas mengendalikan gulma di gawangan.

Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana terpenting dari produksi dan perawatan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan merupakan tempat jatuhnya brondolan (tanda kematangan buah) dan tandan buah. Pasar rintis berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sementara TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke PKS. Oleh karena itu, sarana tersebut memerlukan pemeliharaan secara berkesinambungan agar berfungsi dengan baik.

Penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application) atau di pasaran lebih dikenal dengan nama Micron Herby Sprayer (MHS) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna biru. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH adalah herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan bahan aktif

Fluroksipir 200 g/l (nama dagang “Starane”) dan Isopropilamina glifosat 480 g/l (nama dagang “ rima Up”). Sebelum diaplikasikan, dilakukan pencampuran terhadap dua jenis herbisida ini dengan perbandingan 1.5 : 7.5 (v/v) Starane dan Prima Up. Konsentrasi yang digunakan adalah 300 ml/10 l (1 knapsack) atau 3%. Rotasi penyemprotan tiga kali dalam setahun. Beberapa jenis gulma yang tumbuh dominan yaitu Ageratum conyzoides, Paspalum spp., Borreria latifolia, E. valerianifolia, Axonopus sp., Ottochloa nodosa, dan Cynodon dactylon.

Penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari enam orang tenaga kerja wanita dan satu orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun sebesar 5 ha/HK. Bila prestasi kerja karyawan melebihi basis standar kebun, diberikan lebih borong sebesar Rp 5 500/ha. Prestasi kerja penulis selama menjadi KHL adalah 2-3 ha/HK sedangkan karyawan mampu mencapai 5 ha/HK.

(4)

Prestasi kerja yang diperoleh karyawan tergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan banyak terdapat area rendahan (parit atau palung) dan kondisi gulma lebat prestasi kerja kadang tidak tercapai. Kendala-kendala yang dihadapi adalah terjadinya kerusakan pada bagian-bagian alat kerja seperti dinamo dan aki knapsack, tidak adanya air pada area penyemprotan saat kemarau sehingga menyulitkan pengisian knapsack karena tim ini tidak dilengkapi oleh truk pembawa air, kualitas pencampuran herbisida kurang baik karena menggunakan air yang berasal dari parit atau silt drain yang cenderung keruh. Selain itu, kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan gulma.

Penyemprotan gawangan. Gawangan adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Keberadaan gulma pada gawangan dapat menghambat tanaman. Dengan adanya pengendalian gulma diharapkan dapat menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan buah lebih baik dan penyakit tidak berkembang. Selain itu juga, dapat memberi peluang cahaya matahari masuk ke permukaan tanah. Berdasarkan pengamatan di kebun, terdapat beberapa jenis gulma yang tumbuh dominan di gawangan antara lain :

Melastoma sp., Chromolaena odorata,goloran, dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan tipe alat semprot punggung semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 liter dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna hitam. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 400 g/l ( nama dagang “Kenlon” ). Konsentrasi yang digunakan adalah

45 ml/15 liter (1 knapsack) atau 0.3%. Rotasi penyemprotan tiga kali dalam setahun untuk tanaman TM dan empat kali untuk tanaman TBM.

Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim semprot yang terdiri dari 15 orang tenaga kerja wanita dan satu orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun sebesar 3 ha/HK untuk areal tanaman TM dan 2 ha/HK untuk areal TBM. Bila prestasi kerja karyawan melebihi basis standar kebun, diberikan lebih borong sebesar

(5)

Rp 11 000/ha. Prestasi kerja penulis selama menjadi KHL adalah 2 ha/HK sedangkan karyawan 2.6-3 ha/HK. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan tergantung pada kondisi lahan. Apabila kondisi lahan banyak terdapat area rendahan (parit atau palung) dan kondisi gulma lebat prestasi kerja karyawan biasanya tidak tercapai. Kendala yang dihadapi meliputi terjadinya kerusakan pada bagian-bagian alat kerja seperti pada nozel, dan pompa knapsack. Selain itu, kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan gulma.

Babat Tanaman Pengganggu (BTP). Pemberantasan gulma secara manual merupakan salah satu usaha dalam mengatasi problematika blok. Babat tanaman pengganggu di divisi III Angsana Estate lebih difokuskan untuk pemberantasan gulma di area rendahan. Pekerjaan ini dilakukan oleh lima orang karyawan perempuan menggunakan cados, golok, sabit, dan garukan. Pekerjaan yang dilakukan adalah menebas anak kayu pada area rendahan sampai pangkal batang, sedangkan anak kayu pada area datar didongkel menggunakan cados. Selain itu, gulma dan kotoran pada piringan tanaman di area rendahan juga dibersihkan menggunakan garukan kemudian merumpuk kembali atau merapikan pelepah di sekitar tanaman.

Setiap karyawan ditargetkan untuk menyelasaikan 0.5 ha lahan dalam tujuh jam kerja. Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah kurangnya disiplin karyawan terhadap jam kerja, peralatan karyawan kurang mendukung, dan tebalnya gulma sehingga pekerjaan tidak bisa diselesaikan pada hari tersebut.

(6)

Pengendalian Hama

Pengendalian hama merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Proteksi terhadap tanaman ini sangat penting dilakukan mengingat besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh serangan hama yang melebihi batas ambang ekonomi. Kunci pengendalian hama adalah dengan melakukan pemantauan hama atau Early Warning System untuk deteksi hama secara dini sehingga dapat diputuskan langkah pengendalian hama berikutnya.

Pemantauan hama (Early Warning System). Tindakan monitoring populasi hama secara berkala penting dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya ledakan populasi hama dan dapat dilakukan kegiatan pencegahan. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas.

Kegiatan monitoring hama di Angsana Estate dilakukan secara berkala yakni setiap dua bulan. Prinsip monitoring hama pada umumnya dilakukan untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai perilaku yang sama. Namun pelaksanaan monitoring hama di Angsana Estate dimodifikasi untuk memantau perkembangan populasi hama lainnya sehingga meningkatkan efisiensi tenaga dan biaya. Untuk mengetahui jumlah ulat api dilakukan dengan menggantol atau memotong pelepah pada tanaman sampel. Pemilihan pelepah yang dipotong berdasarkan jenis hama ulat api yang diduga dominan pada area tersebut. Apabila jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna, Susica sp., maka pelepah yang dipotong adalah pelepah ke-9 sampai dengan pelepah ke-24, jika jenis hama yang dominan adalah Darna trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan ulat kantong maka pelepah yang dipotong adalah pelepah ke-25 sampai dengan pelepah ke-40 kemudian dilakukan penghitungan jumlah ulat atau larva dan dicatat pada formulir sensus.

Pengamatan terhadap rayap, tikus, dan tupai dilakukan setelah pengamatan ulat api dengan melihat adanya gejala serangan rayap, tupai (Callosciurus notatus), dan tikus pada tanaman yang sama. Serangan rayap dapat diketahui dengan adanya sarang rayap pada tanaman atau di sekitar tanaman kemudian

(7)

dikorek dengan kayu untuk mengetahui keberadaan rayap. Serangan tikus dan tupai dapat dilihat dari bekas gigitan pada buah kelapa sawit. Tikus memakan

mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang tetapi tidak sampai menghabiskan inti kelapa sawit. Serangan tikus banyak ditemukan pada area rendahan dan berparit. Tupai memakan mesokarp buah (daging buah) sampai pada inti kalapa sawit. Hasil pengamatan kemudian ditulis pada formulir pengamatan.

Hasil pengamatan hama di Angsana Estate pada bulan April dan Mei menunjukkan tingkat serangan hama yang masih di bawah batas ambang ekonomi. Hasil pengamatan hama dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Monitoring Hama di Angsana Estate pada Bulan April dan Mei 2010

NO. Jenis Hama

Kategori serangan (ekor/pelepah) Batas Kritis (ekor/pelepah) Apr-10 Mei-10 (TM) 1 Setothosea asigna 0 0 10 2 Setora nitens 0 0 10 3 Darna trima 0.04 0.01 60 4 Thosea bisura 0 0 20 5 Ploneta diducta 0 0 20 6 Thosea vetusta 0 0 20 7 Mahasena corbetti 0 0 10 8 Metisa plana 0.04 0.07 60 9 Cremastopsyche pendula - - 60 10 Oryctes ricocheroes 0 0 - 11 Tikus 0.07 0.04 - 12 Tupai 0.01 0.01 - 13 Rayap 0.01 0.01 -

Sumber : Kantor Besar Angsana Estate, 2010

Hasil pengamatan menunjukkan populasi ulat api, kumbang, tikus, tupai, dan rayap di kebun angsana belum melebihi batas ambang ekonomi. Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) yang utama serta sering menimbulkan kerugian adalah ulat api (Lepidoptera : Limacodidae) dan ulat kantong (Lepidoptera : Psydidae).

(8)

a. b.

Gambar 3. Hama Ulat Api a) Ulat Api (Darna trima) b) Ulat Kantong (Cremastopsyche pendula)

Pada areal yang terserang tikus dengan kategori serangan berat, populasi tikus dapat mencapai + 300 ekor/ha. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp + 4 g/hari, sehingga kehilangan produksi mencapai + 5 % dari produksi normal (Manual Referensi Agronomi, 2004).

Sensus hama dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari tiga-empat orang. Prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan dalam kegiatan sensus hama ini adalah 30 titik sampel/HK.

Pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hama di Angsana

Estate menggunakan prinsip pengendalian hama terpadu. Pengendalian hama bersifat preventif dan secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama. Untuk pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predatornya. Sementara itu, pengendalian hama ulat api dilakukan dengan penanaman beneficial plant sebagai inang predator hama ulat api.

Pengendalian tikus di Angsana Estate dilakukan secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami tikus yaitu burung hantu (Tyto alba). Penangkaran burung hantu terus dikembangkan dengan mengintroduksi burung hantu dari kebun lain (Gambar 4). Setelah burung hantu mulai dewasa baru diletakkan pada tiap nest box yang telah disediakan dan mulai berburu tikus. Dari hasil monitoring populasi burung hantu pada bulan Mei 2010, terdapat 19 ekor burung hantu yang terdapat di area Angsana Estate.

(9)

Gambar 4. Penangkaran Burung Hantu (Tyto alba) di Angsana Estate

Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas (carnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4%. Hasil pengamatan di dalam kandang penangkar selanjutnya menunjukkan bahwa sepasang burung hantu mampu mengkonsumsi tikus R. tiomaticus rata-rata 3 000 – 3 650 ekor tikus per tahun (Manual Referensi Agronomi, 2004).

Rayap pekerja menggerek dan memakan pangkal pelepah, jaringan batang, akar dan pangkal akar, daun serta titik tumbuh tanaman kelapa sawit. Serangan berat dapat menyebabkan kematian bibit maupun tanaman di lapangan. Tanaman yang terserang rayap ditandai oleh adanya lorong rayap yang terbuat dari tanah yang berada di permukaan batang yang mengarah ke bagian atas. Selanjutnya terlihat daun pupus layu dan kering. Hal ini menandakan serangan sudah mengarah ke titik tumbuhnya. Serangan ini akan berlanjut sampai tanaman tersebut mati. Serangan rayap dapat dilihat pada Gambar 5.

(10)

Gambar 5. Serangan Rayap pada Tanaman Kelapa Sawit

Penanaman beneficial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang dapat menyediakan madu (tanaman nectariferous) untuk musuh-musuh alami hama ulat api (Sethosea asigna) dan ulat kantong (Metisa plana) pada tanaman kelapa sawit serta menyediakan tempat bagi predator dan parasitoid untuk mengendalikan ulat api. Jenis Beficial plant yang ditanam di Angsana Estate adalah Cassia cobanensis, Turnera sp. dan Antigonon leptopus. Tujuan penanaman Beficial plant ini adalah untuk pengendalian hama ulat api karena tanaman ini dapat menjadi inang bagi musuh alami (predator) ulat api.

Bahan tanam Antigonon leptopus berasal dari benih yang telah disemai pada polibag selama tiga bulan sebelum ditanam di lapang sedangkan bahan tanam Cassia cobanensis, Turnera sp. berasal dari bibit stek yang ditanam pada area pembibitan selama tiga bulan sebelum ditanam di lapang.

Persiapan sebelum penanaman dilakukan dengan membuat anjang bunga

Antigonon leptopus (Gambar 6) dan pengolahan tanah atau pembuatan guludan. Anjang dibuat menggunakan bahan kayu galam dengan ukuran panjang anjang 8 m dan tinggi 1.75 m. Setelah itu dilakukan pengolahan tanah (membuat guludan) dengan ukuran 8 m x 0.3 m x 0.4 m. Guludan pertama dibuat tepat di

(11)

bawah anjang dan guludan kedua berjarak 0.5 m di depan guludan pertama kemudian diberikan janjangan kosong (JJK) di sekitar guludan.

a. b.

Gambar 6. Beneficial Plant : a. Anjang Bunga Antigonon leptopus; b. Bunga Cassia cobanensis

Pengeceran bibit dilakukan sebelum penanaman. Pada setiap anjang diletakkan 10 bibit Antigonon leptopus dan 6 bibit Cassia cobanensis atau

Turnera sp. Penanaman Antigonon leptopus dilakukan dengan jarak tanam 80 cm. Sebelum ditanam bibit dikeluarkan dari polibag kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam sedalam 15 cm. Bibit ditanam dekat dengan tiang anjang agar cepat merambat. Penanaman Turnera sp dilakukan pada guludan kedua dengan jarak tanam 1 m. Sebelum ditanam bibit dikeluarkan dari polibag kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam sedalam 20 cm. Setelah itu, dilakukan pemangkasan pada bibit dengan menyisakan 30 cm dari panjang bibit. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tajuk atau daun baru serta mencegah bibit yang terlalu tinggi menjadi rebah akibat terkena hujan. Alat yang digunakan untuk penanaman yaitu lain cangkul dan sabit. Prestasi kerja penulis dan karyawan pada penanaman beneficial plant ini adalah 180 bibit/HK.

Pengelolaan Tajuk

Daun memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pelepah daun kelapa sawit berperan dalam proses

(12)

Inti pekerjaan pengelolaan tajuk adalah memelihara pelepah produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan daun berfotosintesis secara maksimal untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tujuan lain penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan panen, mengurangi brondolan yang tersangkut di tanaman, dan memperlancar proses penyerbukan alami serta menjaga sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit.

Tunas progresif. Pengelolaan tajuk yang pada tanaman menghasilkan adalah tunas progresif. Tunas progresif dilakukan secara langsung oleh pemanen (bukan tim tunas khusus) dan dilakukan bersamaan setiap melakukan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Hal ini sesuai dengan tujuan diterapkannya

Block Harvesting System pada sistem panen yaitu terintegrasikannya panen dengan dan pemeliharaan tunas oleh pemanen sendiri sehingga dapat mengurangi kebutuhan tenaga khusus tunas dan menambah pendapatan karyawan panen berupa premi tunas yang besarnya sesuai anggaran (Rp 500/tanaman) dan dibayarkan secara berkala.

Tunas progressif dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang telah berumur lebih dari empat tahun. Sebelum memotong buah terlebih dahulu pelepah penyangga dipotong, jumlah pelepah penyangga (songgo) sesuai ketentuan. Pada tanaman muda dan remaja (sampai enam tahun), jumlah daun yang aktif dipertahankan 48-56 pelepah atau dengan istilah songgo tiga. Untuk tanaman yang lebih tua dipertahankan 40-48 pelepah atau dengan istilah songgo dua. Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30° terhadap garis. Pada tanaman yang tidak menjadi tanaman panen pada hari itu, pemeliharaan pelepahnya (tunas progresif) dapat dilakukan secara langsung. Apabila tidak memungkinkan, dilakukan pada saat selesai hancak panen atau pada hari libur.

(13)

Tunas pasar. Jenis pengelolaan tajuk yang lain adalah tunas pasar. Penunasan ini dilakukan pada tajuk kelapa sawit yang tidak produktif di sepanjang collection road, main road maupun jalan akses. Penunasan ini bertujuan untuk memotong pelepah kelapa sawit yang mengarah ke tengah jalan agar sinar matahari dapat masuk ke badan jalan lebih banyak sehingga mempercepat pengeringan jalan setelah hujan. Tujuan lainnya adalah mempermudah jarak pandang pengemudi sehingga proses evakuasi buah ke PKS berlangsung dengan baik.

Pekerjaan ini dilakukan oleh dua orang tenaga khusus tunas. Orang pertama melakukan penunasan terhadap pelepah sedangkan orang kedua bertugas mengambil pelepah yang jatuh ke jalan dan merumpuk pelepah di gawangan mati secara teratur. Tahapan penunasan pelepah adalah 1) Memotong pelepah yang menutupi jalan dengan menyisakan ± 2 m panjang pelepah ; 2) menyusun pelepah yang berserakan di jalan pada gawangan mati dengan rapi (U shape). Prestasi yang harus dipenuhi tenaga kerja adalah 1 km/HK (satu collection road) atau ±240 tanaman/HK. Premi diberikan apabila pekerjaan tunas yang diselesaikan melebihi basis atau standar prestasi sebesar Rp 23 000/collection road. Prestasi kerja penulis dan karyawan saat mengikuti kegiatan tunas pasar ini adalah 2 collection road /HK.

Kastrasi/ablasi. Kastrasi atau ablasi bertujuan untuk membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan yang masih muda dan bunga betina yang sudah membuka pada periode tanaman yang belum menghasilkan (TBM). Tujuan utama dilakukan ablasi ini adalah untuk mengalihkan nutrisi yang digunakan untuk produksi buah (fase generatif) ke pertumbuhan vegetatif, sehingga tanaman sawit yang sudah diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya lebih seragam.

Secara umum ablasi dilakukan agar aktivitas panen dapat dilakukan mulai tanaman berumur 22-24 bulan setelah tanam pada tanah coastal dan 28-30 BST pada tanah inland. Ablasi boleh dilakukan pada tanaman berumur 15-17 BST pada tanah coastal dan 17-19 BST pada tanah inland. Periode ablasi yang direkomendasikan untuk tanah coastal adalah sebagai berikut

(14)

Tabel 5. Rekomendasi Periode Ablasi pada Kebun Tanah Coastal Kelompok tanah Jumlah Rotasi Ablasi Interval (Minggu)

Bulan Setelah Tanam Bulan Mulai Pelaksanaan Umur mulai panen Fertile/subur 2-3 4-6 15 22-23 Moderate-marginal 2-3 4-6 17 24-25

Sumber : Manual Referensi Agronomi, 2008

Kegiatan kastrasi pada Divisi 1 Angsana Estate dilakukan pada tanaman kelapa sawit tahun tanam 2006 seluas 271 ha pada blok B30-B35 dan A027-A030. Kastrasi mulai dilakukan pada bukan September 2009 selama 2.5 bulan dengan satu kali rotasi. Pekerjaan ini dilakukan oleh sembilan orang tenaga kerja dengan

output 0.5 ha/HK.

LSU (Leaf Sampling Unit)

Pengambilan sampel daun atau LSU merupakan salah satu komponen penting dalam penentuan rekomendasi pemupukan disamping produksi, curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serta serangan hama dan penyakit (Minamas Research Centre, 2009). Tujuan pengambilan sampel daun ini adalah untuk penentuan rekomendasi pemupukan tahun 2010-2011. Adapun alat dan bahan dalam pelaksanaan LSU adalah plastik kantong hitam dan putih, plastik ukuran satu kilog, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map coklat, kuas pelepah, foto defisiensi hara, dan gantolan daun. Output satu tim adalah ± 90 ha, dan satu tim berjumlah tiga orang. Pengambilan sampel daun dilakukan pada pagi hari hingga selesai kemudian diserahkan ke divisi dan diantar ke traksi untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 80-110° C (rata-rata 90° C).

Kegiatan LSU diawali dengan menuliskan nomor LSU pada label berdasarkan urutan nama abjad blok di kebun. Nama nomor LSU tersebut menggunakan nama estate, misalnya ASE 304, berarti nomor LSU ini dari kebun Angsana, divisi tiga dengan nomor urut blok 04. Selain nomor LSU pada label juga terdapat nama kebun, divisi, nama blok, kondisi, pelaksana LSU, tanggal

(15)

form kecil dan form besar. Pada form besar, data yang diisi adalah nomor baris yang dimasuki, jumlah tanaman sehat, tanaman sakit, ekses nikel, defisiensi nitrogen, kalium, magnesium, boron, tembaga dan besi. Form kecil untuk menandai daun sebelah kiri dan form yang besar untuk menandai daun sebelah kanan.

Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman yang berada di dalam barisan sesuai dengan sistem pengambilan sampel daun. Tanaman yang tidak boleh diambil sebagai tanaman sampel adalah tanaman gajah, tanaman non valuer, tanaman di tepi jalan (main road dan collection road), tanaman sakit, tanaman di tepi parit, dan di tepi sungai, dan tanaman yang mengalami serangan hama ulat api. Apabila penentuan tanaman sampel bertepatan dengan tanaman- tanaman tersebut maka pengambilan tanaman sampel digeser satu tanaman ke depan atau ke belakang. Namun untuk tanaman kosong atau mati pengambilan tanaman sampel dilakukan pada dua tanaman di depan atau di belakang tanaman mati tersebut, tetapi masih dalam barisan. Penghitungan interval tanaman berikutnya tetap mengikuti titik tanam. Setelah ditentukan tanaman sampel, dilakukan pengambilan sampel daun yaitu pada daun pelepah ke-17.

Penentuan sampel daun pada pelepah ke-17 diawali dengan penentuan daun pertama yaitu daun paling atas yang sudah terbuka sempurna atau 90% mekar. Di atas daun tersebut masih berupa daun tombak. Menurut arah spiral tanaman kelapa sawit (kanan-kiri), di bawah daun pertama yang tegak lurus arah spiral tanaman (kanan atau kiri) adalah daun ke-9, di bawah daun ke-9 adalah daun ke-17 yaitu daun yang akan diambil.

Gambar 7. Pelepah Daun ke-17 1

Daun pertama 2 Daun kesembilan 3

(16)

Pelepah daun ke-17 diambil menggunakan egrek. Kemudian diambil tiga helai anak daun sebelah kiri, dan tiga helai anak daun sebelah kanan pada peralihan pelepah muda dan pelepah tua. Pada tengah helaian anak daun dipotong 20 cm, helai daun sebelah kanan dimasukkan pada plastik putih, dan helai daun sebelah kiri pada plastik hitam. Setelah itu daun dipotong (dirajang-rajang) menjadi bagian yang kecil (2-3 cm). Pengamatan lain yang dilakukan adalah lebar pelepah, panjang pelepah, tebal pelepah daun, dan tinggi tanaman. Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam kegiatan LSU ini adalah 30 titik sampel/HK.

Pemupukan Anorganik

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk memberikan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat, produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta et al. 2007). Perencanaan pemupukan diawali dengan menentukan jenis dan rekomendasi dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk, dan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan.

Rekomendasi dosis pemupukan ditetapkan oleh Departemen Riset Minamas, yaitu Minamas Research Centre (MRC) berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah, jenis tanah dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan Angsana Estate periode 2009-2010 adalah NK Blend, Kieserit, Rock Phosphat, HGFB, CCM 25 dan CCM 44.

Sistem dan organisasi pemupukan. Prinsip utama dalam aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah setiap tanaman harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh departemen riset untuk mencapai produktifitas tinggi. Biaya pemupukan dapat mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, sehingga sistem aplikasi pupuk yang efektivitas dan efisiensi pemupukan sangat diperlukan.

(17)

Angsana Estate (ASE) menggunakan sistem aplikasi pemupukan Block Manuring System (BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktifitas yang lebih tinggi (Manual Referensi Agronomi, 2004). Setiap pemupuk mempunyai hancak yang tetap pada tiap blok sehingga setiap tanaman diketahui pemupuknya. Pergeseran hancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Organisasi pemupukan tim BMS meliputi pengecer pupuk, pelangsir pupuk, centeng pupuk, dan penabur pupuk.

Penabur pupuk terdiri dari beberapa kelompok kecil kerja yang disebut KKP (kelompok Kecil Pemupukan). Kelompok kecil pemupuk terdiri dari tiga orang penabur. Jumlah karyawan penabur pupuk ASE sebanyak 15 orang perempuan sehingga terdapat 5 KKP. Pembentukan KKP bertujuan untuk mengantinsipasi masalah-masalah yang muncul dalam hancak pemupukan misalnya adalah areal blok yang berbukit. Dengan adanya KKP tiap karyawan mempunyai tanggung jawab lebih terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan hancak pemupukan apabila salah satu anggota tidak masuk kerja.

Pelaksanaan Pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan setelah persiapan untuk pemupukan selesai. Persiapan meliputi penyediaaan sarana pemupukan seperti alat pengangkut pupuk, jalan akses, kebersihan piringan, pasar rintis, dan titi pasar rintis untuk menunjang kelancaran transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan.

Mandor pupuk melakukan apel pagi dengan para pengecer pupuk dan penabur pupuk setelah apel bersama asisten. Informasi yang disampaikan mandor meliputi jenis pupuk yang digunakan, kebutuhan jumlah pupuk (tonase), blok-blok yang akan diaplikasi pupuk, penggunaan takaran, dan cara penaburan pupuk. Selain itu, dilakukan absensi karyawan dan pengecekan peralatan pemupukan dan alat pelindung diri (APD). Setelah itu, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam kendaraan (wheel tractor atau truk) yang telah disiapkan mulai pukul 06.00 WITA kemudian diangkut menuju blok yang akan dipupuk.

(18)

Pengeceran pupuk dilakukan dengan meletakkan pupuk di tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi timur dan barat blok. Tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk per tanaman. Pengecer pupuk juga bertugas untuk mengambil karung bekas pupuk yang telah diaplikasi. Tenaga yang digunakan sebagai pengecer pupuk adalah karyawan tetap laki-laki dengan standar kerja 2 ton/HK dan sisa tonase pupuk dianggap sebagai lebih borong dengan upah Rp 6 195/ton. Penjagaan pupuk yang telah diecer dilakukan oleh centeng pupuk sampai proses pemupukan selesai dilakukan.

Karyawan penabur pupuk mengambil peralatan pemupukan di rumah pupuk kemudian berangkat ke areal blok yang akan dipupuk lengkap dengan semua peralatan yaitu bin pupuk (tempat pupuk sebelum diaplikasi), takaran pupuk, dan APD yang terdiri dari baju lengan panjang, apron, sarung tangan, sepatu boot, topi, dan masker. Bin pupuk sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran adalah alat untuk menabur pupuk. Takaran terbuat dari pipa dengan alas kayu yang telah dikalibrasi sesuai jenis dan dosis pupuk.

Setelah sampai di lapangan, karyawan pupuk yang telah terbagi menjadi lima KKP mulai menempati hancaknya masing-masing. Pembagian hancak pemupukan berdasarkan jumlah jalur tanaman yang ada pada masing-masing blok yang akan dipupuk. Jumlah jalur dalam 1 blok berkisar 120-124 jalur tanaman, sehingga masing-masing KKP mendapat ± 25 jalur atau 13 pasar rintis.

Penabur pupuk menempati hancak masing-masing kemudian membuka karung pupuk dengan hati-hati agar tidak rusak dan memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Penaburan pupuk dimulai dari tanaman ke-8 hingga pasar tengah, kemudian penabur kembali ke collection road untuk mengisi bin pupuk dan memupuk tanaman pertama (masih pada hancak/jalur yang sama) hingga tanaman ke-8. Setelah hancak pertama selesai, KKP bergeser untuk melakukan pemupukan di hancak berikutnya sampai pemupukan pada blok pemupukan hari itu selesai. Penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.

(19)

Gambar 8. Penaburan Pupuk di Bibir Piringan Membentuk Huruf “U”

Jenis pupuk yang digunakan di Angsana Estate pada periode 2009-2010 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 6. Dosis pupuk yang diaplikasikan untuk TM sesuai dengan rekomendasi pupuk yang diberikan oleh MRC untuk tiap blok.

Upah karyawan pupuk BHL ditentukan oleh tonase pupuk yang diaplikasi dengan upah Rp 70/kg. Standar prestasi kerja pelangsir dan penabur pupuk disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di kebun ASE yaitu: NK Blend (600 kg/HK), Rock Phosphate (400 kg/HK), Kieserit (400 kg/HK), HgFB (7 ha/HK), CCM 44 (600 kg/HK), dan CCM 25 (600 kg/HK). Prestasi kerja penulis hanya mencapai 200 kg/HK.

Tabel 6. Jenis pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009-2010

Unsur Hara Jenis Pupuk Kandungan

Unsur %

Nitrogen (N) CCM 25 N-P2O5-K2O-MgO 14-13-9-2.5

CCM 44 N-P2O5-K2O-MgO 12-6-22-3

NK Blend N-K2O 13-36

Kalium (K) NK Blend N-K2O 13-36

Fosfor (P) Rock Phosphate P2O5 28

Magnesium Kieserit MgO 27

(20)

Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh pelangsir pupuk kemudian digulung setiap 10 lembar karung kemudian dibawa oleh centeng pupuk ke sudut blok untuk memudahkan pengambilan karung bekas pupuk oleh pengecer pupuk. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi.

Administrasi Pemupukan. Administrasi pemupukan merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis di berita acara yang berisi jumlah permintaan dan pengeluaran pupuk serta biaya dalam aplikasi pemupukan. Mandor pupuk wajib mengisi buku kegiatan mandor (BKM) yang berisi tentang blok yang dipupuk, luas blok yang dipupuk, jenis dan tonase pupuk yang di aplikasi, serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Pemupukan Organik

Aplikasi janjang kosong (JJK). Aplikasi JJK di Angsana Estate tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kesuburan tanaman tetapi juga sebagai salah satu bentuk konservasi tanah. Aplikasi JJK diutamakan pada area blok-blok dengan kandungan pasir yang tinggi seperti pada blok A014 - A016, A14 – A20, B21 - B23, dan C21 – C23 sebagai bahan mulsa. Dengan adanya aplikasi JJK dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, mempertahankan kelembaban tanah, meningkatkan efektivitas pemupukan dan sumber hara tambahan, terutama kalium, mengurangi evaporasi, memperbaiki sifat fisik tanah serta mencegah dan mengurangi erosi.

Janjang kosong yang diaplikasi adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS (rata-rata bobot JJK yang diangkut 4-5 ton/truck) kemudian JJK ditumpuk ditepi blok (collection road ). Peletakan tumpukan JJK dilakukan di tempat yang telah ditentukan yaitu ditandai dengan pancang pada tempat yang akan diberi JJK. Pemberian tanda peletakan JJK bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan peletakan JJK misalnya pada parit jalan. Kemudian JJK harus segera diecer (diaplikasi). JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan sebelum diecer (lebih dari tiga hari) akan kehilangan banyak hara terutama kalium (hilang tercuci), sehingga manfaat pupuk akan berkurang.

(21)

Gambar 9. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) di Angsana Estate

Aplikasi JJK pada setiap titik di dalam blok dilakukan karyawan secara manual menggunakan angkong. JJK diletakkan diantara tanaman kelapa sawit pada gawangan dengan dosis 200 kg/titik atau tanaman, setara dengan 27 ton/ha/tahun. Aplikasi JJK dilakukan sekali dalam setahun. Selanjutnya JJK diratakan satu lapis (Gambar 9) di areal pemberian agar tidak merangsang perkembangbiakan hama Oryctes rhinoceros di dalam tumpukan JJK. Aplikasi JJK dilakukan oleh karyawan BHL dengan prestasi kerja 38 titik/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sama dengan standar kebun yaitu 15 titik/HK.

Aplikasi POME (Palm Oil Mill Effluent). Bahan sampingan dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS berupa bentuk limbah padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah serta limbah cair (POME atau Palm Oil Mill Effluent). Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent

(POME) mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang aplikasi POME bertujuan untuk mengurangi dan mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media lain sehingga konsep produksi bersih dan

zero waste dapat diterapkan. Dalam jangka pendek, aplikasi POME bertujuan untuk mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik, mengurangi biaya pengoperasian dan meningkatkan produksi TBS.

Aplikasi POME di Angsana Estate dilakukan dengan sistem pipa. Pipa yang digunakan adalah jenis HOPE, PVC atau baja dengan ukuran 6 inci untuk

(22)

pipa primer dan 4 inci untuk pipa skunder. POME diaplikasikan dengan mengalirkannya dari PKS ke parit-parit kebun yang telah disiapkan sebelumya. Jenis parit yang dibuat yaitu flatbed pada gawangan mati dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.3 m. Jumlah flatbed per ha adalah 150–160 flatbed. Hal ini disesuaikan dengan area blok ASE yang bertopografi bergelombang. Limbah cair dipompakan dari kolam limbah melalui pipa-pipa ke

flatbed di areal paling atas hingga areal yang paling rendah berdasarkan gaya gravitasi.

Aplikasi POME dilakukan 3-4 kali dalam setahun dengan dosis 750 ton/ha/tahun. POME yang diaplikasi disarankan mempunyai kandungan BOD

2 000 – 3 500 ppm. Zona aplikasi dibagi menjadi 3 yaitu zona A (blok B18-B21) seluas 122 ha (72 ton/jam), zona B (blok C21-C22) seluas 121 ha (71 ton/jam), dan zona C (blok D18-D21) seluas 120 ha (67 ton/ha).

Gambar 10. Aplikasi POME dengan Sistem Flatbed di Angsana Estate

Aplikasi POME dilakukan oleh enam orang karyawan yang dibagi dalam dua shift kerja, dua orang pada pagi hari, dua orang pada malam hari, dan dua orang melakukan perawatan flatbed. Aplikasi POME diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai sebagai akibat pipa yang bocor, aplikasi berlebih, dan luapan air hujan. Usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed, membersihkan pelepah yang jatuh di flatbed

(23)

sebelum aplikasi POME, menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah melalui analisis laboratorium dan menghentikan atau mengurangi aplikasi POME di saat hujan. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur yang mengendap lalu dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan.

Panen

Kegiatan panen adalah memotong semua janjang masak pada interval tertentu (< 9 hari), mengutip seluruh brondolan (Loose Fruit), dan mengantarkannya ke PKS selambat- lambatnya dalam waktu 24 jam, dengan mutu panen sesuai standar yang telah ditentukan (Manual Referensi Agronomi, 2004).

Produksi minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) per ha dapat menunjukkan tingkat hasil yang dicapai sudah maksimal atau belum. Produksi maksimal dapat dicapai apabila losses (kerugian) minimal. Dengan demikian, sehingga inti pekerjaan panen adalah memperkecil losses produksi (Pahan, 2008). Sumber losses produksi di lapangan ialah buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, brondolan tidak dikutip, buah / brondolan dicuri, dan buah restan.

Parameter tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan panen meliputi mutu produk kelapa sawit, mutu buah, mutu hancak potong buah, produktivitas tenaga kerja (all harvester), dan integrasi antara tahap pelaksanaan kegiatan panen, pengangkutan, dan proses supervisi (Manual Referensi Agronomi, 2004). Rekapitulasi mutu buah di Angsana Estate pada bulan Januari-Mei 2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Keberhasilan pengelolaan kegiatan panen juga dapat dilihat dari output tenaga kerja secara keseluruhan. Output pemanen tercapai menunjukkan target produksi harian tercapai. Standar output pemanen dapat dilihat pada Tabel 8.

(24)

Tabel 7. Rekapitulasi Mutu Buah di Angsana Estate pada Bulan Januari- Mei 2010

Parameter Standar Bulan

Januari Februari Maret April Mei

...%...

1. Mutu Buah

Unripe 0 0.08 0.13 0.01 0.16 0.08

Under Ripe < 5 3.10 2.87 2.96 3.48 4.06

Ripe + Over Ripe > 95 94.57 95.64 95.86 94.82 94.92

Empty Bunch 0 2.25 1.36 1.17 1.54 0.94

Long Stalk 0 0.49 0.56 0.13 0.65 0.55

Loose Fruit 0 10.25 10.25 10.25 10.20 0.00

Kontaminasi 0 4.55 4.44 0.00 0.00 0.00

Restan 0 0.97 0.00 0.00 2.96 13.90

Sumber : Kantor Besar ASE, 2010

Tabel 8. Standar Output Pemanen di Angsana Estate

Produksi (ton/ha) BJR (kg) Output ( kg/HK )

- > 25 1 400

20 – 25 18 – 24 > 1 200 – 1 400

16 – 20 15 – 18 > 1 000– 1 200

< 15 < 15 min 1 000

Sumber : Manual Referensi Agronomi, 2004

Beberapa kunci sukses panen yaitu interval dan rotasi panen harus tepat waktu, jumlah pemanen yang cukup (sesuai hectare labour ratio), kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, akses dalam blok (piringan, jalan rintis, jalan), prasarana panen yang lengkap, sarana panen yang tepat, cukup dan berkualitas, sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik (Manual Referensi Agronomi, 2004).

Persiapan panen. Persiapan panen penting dilakukan karena menentukan keberhasilan pelaksanaan panen. Persiapan panen meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja pemanen dan penetapan luas hancak kerja per mandoran, penyediaan tenaga kerja, dan penyediaan sarana dan prasarana panen.

Penetapan seksi panen merupakan pengelompokan blok–blok area tanaman menghasilkan dengan fungsi utama sebagai kerangka area kerja yang

(25)

harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga aspek kemampuan penyelesaian menjadi hal terpenting dalam penetapan seksi panen. Seksi panen disusun sedemikian rupa sehingga satu seksi dapat dipanen dalam satu hari, mempermudah pindah hancak dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol asisten, mandor 1 dan mandor panen, transportasi TBS lebih efisien dan output

pemanen lebih tinggi. Setelah seksi panen terbentuk, dilakukan penentuan luas hancak kerja. Peta seksi panen Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 10. Penyediaan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan hectare labour ratio yang telah ditentukan (berlaku di Minamas Plantation) yaitu 1:16. Sebagai contoh, Divisi III Angsana Estate dengan luas area TM 1 179 ha diperlukan tenaga panen sebanyak 74 orang yang terdiri dari 37 tenaga potong buah dan 37 tenaga kutip brondolan.

Tabel 9. Peralatan Panen di Angsana Estate

No. Nama alat Kegunaan Keterangan

1. Dodos Kecil Potong buah tanaman

umur 3 – 4 tahun

Berbentuk tembilang lebar mata 8-12 cm

2. Pisau Egrek Potong buah tanaman

umur > 9 tahun

Berat 0.5 kg , panjang pangkal 20 cm , panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 1350

3. Goni Bekas Pupuk Wadah transport TBS ke TPH, memuat brondolan ke alat transport

Ukuran berbeda-beda tergantung jenis pupuk

4. Angkong Wadah transport TBS ke

TPH

Kereta sorong terbuat dari besi beroda satu

5. Batu asah Pengasah dodos dan egrek -

6. Harvesting Pole Galah pisau egrek Aluminium ukuran 6 m dan 12 m

7. Ganco Memuat/membongkar

TBS ke/dari alat transport

Besi beton 3/8 , panjang sesuai kebiasaan setempat

8. Tojok /tombak Memuat/membongkar TBS ke/dari alat transpor

- 9. Alat Pelindung diri Untuk melindungi diri

dari bahaya keselamatan kerja

Helm, sepatu boats, sarung dodos, sarung egrek, sarung kapak, dan sarung ganco

Prasarana panen di Angsana Estate meliputi tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan ukuran 4 m x7 m dan tiap tiga pasar rintis atau enam jalur tanaman terdapat satu TPH. Permukaan TPH dibuat rata, dan harus bersih dari gulma dan kotoran atau sampah. Pada setiap TPH juga diberi alas berupa kain terpal sebagai

(26)

tempat penumpukan brondolan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminasi pada buah dan brondolan. Setiap TPH berisi keterangan nomor TPH dan blok TPH berada. Pasar rintis dibuat dengan ukuran lebar 1.2–1.5 m, dan piringan dengan jari-jari 2-3 m. Prasarana lainnya adalah jalan untuk pengangkutan buah seperti main road, collection road, dan titi panen.

Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS. Rincian alat-alat panen dapat dilihat pada Tabel 9.

Penentuan standar kematangan. Kriteria matang panen berpengaruh terhadap kadar ekstrasi minyak (OER) dan kualitas minyak yang diolah. Minimum Ripeness Standard (MRS) atau kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu terdapat minimal lima brondolan per janjang di piringan sebelum dipanen (Manual Referensi Agronomi, 2004). Dengan adanya lima brondolan di piringan, diasumsikan buah telah membrodol lebih dari 10 brondolan apabila dipanen. Janjang yang kurang dari lima brondolan di piringan tidak boleh dipanen. Pabrik kelapa sawit menerima buah yang dipanen apabila terdapat minimum 10 brondolan per janjang dengan tujuan untuk menjaga kualitas buah. Pengelompokan tingkat kematangan buah yang dipanen disajikan pada Tabel 10.

Hasil pengamatan visual di lapang diketahui bahwa buah yang masih mentah mempunyai warna ungu yang pekat, sedangkan buah agak matang sudah terlihat mulai berwarna ungu kekuningan dan buah yang masak mempunyai warna dominan kuning kemerahan (Gambar 11).

(27)

Tabel 10. Kriteria Kematangan Buah

No. Kriteria kematangan Batas Toleransi (%)

1. Unripe (Mentah)

(0-4 brondolan yang lepas per janjang) 0

2. Under Ripe

(5-9 brondolan yang lepas per janjang) <5

3. Ripe (Matang)

(10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang) >95 4. Empty Bunch (janjang kosong)

(brondolan yang lepas per janjang >95%) 0

5. Long Stalk (gagang panjang)

(panjang gagang lebih dari 5 cm) 0

6. Old Bunch (buah restan)

(lebih dari 48 jam) 0

Sumber : (Manual Referensi Agronomi, 2004)

Gambar 11. Tingkat Kematangan Buah

Tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap rendemen minyak (OER) dan kadar ALB. Berikut hubungan antara tingkat kematangan buah dengan rendemen minyak dan kadar ALB (asam lemak bebas) menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003).

Tabel 11. Hubungan Tingkat Kematangan Buah dengan OER dan Kadar ALB

Kematangan buah Oil Extraction Ratio (%) Kadar ALB (%

Buah mentah (Unripe) 14-18 1.6-2.8

Buah agak mentah (Under ripe) 19-25 1.7-3.3

Buah matang (Ripe) 24-30 1.8-4.9

Buah lewat matang ( Over ripe) 28-31 3.8-6.1

Interval panen (umur pusingan). Interval Panen (umur pusingan) adalah lama waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Interval Panen merupakan faktor penentu yang

Under Ripe Ripe Over Ripe

Ripe

(28)

mempengaruhi produksi, kualitas buah, mutu transport, pengolahan di pabrik, serta biaya (Manual Referensi Agronomi, 2004). Jumlah rotasi panen per tahun dan interval panen normal yang dikehendaki, saat ini lazim dipakai 36–48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7-9 hari, sehingga jumlah seksi panen menjadi enam seksi.

Interval panen terlambat (umur pusingan > 9 hari) menyebabkan kondisi rata-rata buah cenderung over ripe (terlalu masak) bahkan bisa sampai mendekati

empty bunch (janjang kosong), hal ini akan mengakibatkan jumlah brondolan sangat tinggi sehingga akan memperlambat penyelesaian hancak kerja, dan peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip) sangat tinggi. Hasil Pengamatan penulis menunjukkan bahwa interval panen yang lebih dari 15 hari menyebabkan jumlah brondolan dapat mencapai lebih dari 20%.

Terlambatnya interval panen terjadi karena seksi panen tidak selesai atau tertunda yang disebabkan oleh: 1) fluktuasi kehadiran TK yang tinggi sehingga jumlah tenaga kerja panen berkurang; 2) terjadi kerusakan sarana dan prasarana panen (jalan, jembatan, titi panen, peralatan panen); 3) terjadi hujan deras sehingga tidak memungkinkan untuk menyelesaikan panen. Hal ini dapat diatasi dengan monitoring sarana dan prasarana panen serta peningkatan mutu supervisi.

Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Pusingan terhadap Persentase Brondolan Sample Berat Brondol (kg) Berat Janjang (kg) Brondolan /Janjang %

Kondisi Buah Keterangan (lama pusingan) 1 7.00 21.50 32.56 Over Ripe 15 hari 2 4.00 5.50 72.73 Empty Bunch 20 hari 3 3.00 13.00 23.08 Over Ripe 21 hari 4 3.75 25.00 15.00 Over Ripe 20 hari 5 2.00 24.50 8.16 Over Ripe 21 hari 6 4.50 27.50 16.36 Over Ripe 15 hari

Rata-rata 4.04 19.50 20.73 19 hari

(29)

Sistem dan organisasi panen. Sistem panen di Angsana Estate (ASE) adalah Block Harvesting System Division of Labour 2 (BHS -DOL 2) dengan tujuan untuk mencapai sasaran utama kegiatan panen dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi. Block Harvesting System adalah sistem panen yang penyelesaian kegiatan panen pada setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan. Pada sistem ini ini pekerjaan potong buah dilakukan oleh seorang pemanen (cutter), sedangkan pengutipan brondolan dilakukan oleh seorang karyawan khusus pengutip brondolan (picker) sehingga disebut Division of Labour 2.

Block Harvesting System mempunyai ciri-ciri : 1) Divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen; 2) Satu kelompok (gang) panen per divisi atau per kebun setiap hari bekerja; 3) Setiap hari menyelesaikan satu seksi panen; 4) Pemanen mendapatkan hancak tetap; 5) Kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS; 6) Kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama; 7) Bisa diterapkan sistem DOL (Division of Labour) dengan efektif.

Sistem hanca panen yang digunakan dalam BHS-DOL 2 di Angsana

Estate adalah sistem hanca giring tetap. Setiap pemanen mempunyai hanca panen yang tetap, apabila hanca panen dalam satu blok telah selesai dikerjakan maka pemanen pindah ke hanca panen pada blok berikutnya sesuai dengan nomor hanca yang telah ditentukan.

Pengorganisasian kegiatan panen dilakukan sebaik mungkin agar kegiatan panen berjalan dengan efektif sehingga tujuan kegiatan panen tercapai. Organisasi panen di Angsana Estate terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani buah, kerani transport, mandor 1, asisten divisi dan manajer kebun. Jumlah tenaga panen tiap divisi berbeda-beda tergantung luas area tanaman menghasilkan pada divisi tersebut. Jumlah mandor panen di Divisi I ASE sebanyak tiga orang, Divisi II sebanyak dua orang dan Divisi III sebanyak tiga orang. Jumlah kerani panen sama dengan jumlah mandor panen pada masing-masing divisi tersebut. Tiap mandor panen membawahi 20 hingga 25 tenaga pemanen. Tenaga panen tiap mandoran dibagi dalam beberapa KKP (Kelompok Kerja Pemanen) yang terdiri tiga orang dalam satu KKP. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi ketidakhadiran salah satu

(30)

pemanen dalam satu KKP, sehingga anggota KKP yang lain bertanggung jawab menyelesaikan hancak anggota KKP yang tidak hadir kerja.

Tiap divisi memiliki satu orang kerani transport yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan buah ke PKS dan melengkapi administrasi yang dibutuhkan. Seluruh kegiatan supervisi baik mandor panen, mandor 1, dan asisten divisi bertanggung jawab kepada manajer.

Pelaksanaan panen. Kegiatan panen diawali dengan lingkaran pagi mandor panen dengan pemanen. Dalam lingkaran pagi dilakukan absensi karyawan, pengecekan peralatan kerja dan alat pelindung diri, pembagian hancak panen, dan penjelasan tentang kegiatan panen yang akan dilakukan. Setelah lingkaran pagi selesai, seluruh tenaga panen segera memasuki hancak tetap masing–masing sesuai batas hancak yang telah di tentukan. Awal dimulai kegiatan panen dan arah panen dari setiap pemanen pada masing–masing mandoran harus searah. Hal ini bertujuan agar pengumpulan buah terkonsentrasi sehingga mempermudah proses pengangkutan.

Pemanen berjalan memasuki hancak panennya untuk mencari buah yang masak dengan melihat jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Buah yang telah membrodol lebih dari lima brondol di piringan telah layak dipanen. Selanjutnya pelepah penyanggah tandan buah dipotong dengan tetap memperhatikan standar songgo buah agar tidak terjadi over prunning, kemudian pelepah disusun membentuk huruf “U”. Buah yang telah masak dipotong kemudian gagang panjang dipotong di piringan ± 3 cm dari permukaan buah, potongan gagang panjang dibuang pada gawangan mati. Setelah proses potong buah selesai, buah diangkut ke TPH dan disusun rapi dengan kelipatan lima kemudian ditulis nomor pemanen pada permukaan gagang buah. Bila hancak dalam blok pertama selesai, pemanen pindah pada blok depan berikutnya sampai hancak pada hari itu selesai.

(31)

a. b.

Gambar 12. Kegiatan Panen : a. Pemotongan Gagang Buah; b. Pengutipan Brondolan

Pembrondol melakukan pengutipan setelah pemanen berada pada posisi setengah dari pasar tengah (tanaman ke-8). Pengutipan brondolan dilakukan dengan tangan dan tidak boleh menggunakan garukan agar tidak tercampur dengan kotoran, kemudian diletakkan pada ember penampung sementara. Setelah ember penampung penuh, brondolan dimasukkan ke angkong sampai penuh kemudian dibawa ke TPH. Brondolan ditakar dengan ember yang telah dikalibrasi (1 ember setara dengan 7 kg brondolan), kemudian setiap lima takaran disusun dalam satu tumpukan. Pemberian nomor pembrondol ditulis pada permukaan bekas gagang buah kemudian diletakkan di atas tumpukan brondolan. Apabila hancak dalam blok pertama selesai, maka pindah pada blok depan berikutnya sampai hancak pada hari itu selesai.

Kerani panen mencatat jumlah buah dan brondolan masing-masing tenaga panen. Kemudian kerani panen meletakkan bin card yang berisi keterangan total jumlah buah pada tiap mandoran di akhir TPH pada setiap blok untuk memudahkan pencatatan oleh kerani transport dalam Surat Pengantar Buah (SPB). Pengangkutan buah ke PKS. Transportasi merupakan salah satu sarana panen yang penting. Penyediaan sarana transportasi yang memadai akan memperlancar proses pengangkutan TBS ke PKS. Oleh karena itu organisasi pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang penting, dengan prinsip dasar “melakukan evakuasi TBS dari kebun ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam), dan sebersih-bersihnya”.

(32)

Sasaran pengelolaan transportasi TBS yaitu meningkatkan kualitas TBS dengan tidak adanya buah restan lebih dari 24 jam sehingga menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2 - 3 %. Pengelolaan transportasi yang baik juga akan meningkatkan produktifitas kendaraan karena kapasitas angkut TBS kendaraan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Penyediaan jumlah alat transportasi antara lain dipengaruhi oleh taksasi produksi harian, antrian buah di PKS, dan kerusakan pabrik kebun. Taksasi produksi merupakan dasar untuk menentukan jumlah kendaraan yang akan disediakan. Selisih antara taksasi dengan realisasi tonase buah yang besar membuat pengakutan buah menjadi tidak efisien. Kapasitas produksi kebun yang melebihi kapasitas pengolahan TBS pabrik dapat menyebabkan antrian panjang. Dengan kondisi seperti ini perlu adanya penambahan alat transportasi untuk pengangkutan buah agar tidak terjadi buah restan karena tidak terangkut. Adanya kerusakan pada PKS juga dapat memaksa untuk dilakukan pengiriman buah ke pabrik lain yang jaraknya lebih jauh (satu mobil hanya mengirim satu rit/hari) sehingga diperlukan tambahan kendaraan.

Supervisi dan sangsi (denda). Pelaksanaan supervisi yang baik sangat penting untuk menjaga mutu buah dan mutu hancak panen. Supervisi panen dilakukan untuk memastikan buah yang terkirim ke PKS memenuhi standar kualitas, mengukur besar kecilnya panen, alat evaluasi pelaksanaan kerja, dan untuk menentukan sanksi yang diberikan kepada pemanen yang melakukan kesalahan. Supervisi mutu buah dan mutu hancak dilakukan oleh mandor panen, mandor 1, asisten divisi, dan manajer.

Hasil supervisi menunjukkan ada tidaknya kesalahan yang yang dilakukan karyawan. Sanksi diberikan kepada karyawan yang melakukan kesalahan dalam pelaksanaan panen. Tujuan pemberlakuan sanksi/denda kepada karyawan panen adalah memberikan pembelajaran atas kesalahan yang dilakukan sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat konstruktif. Tujuan lainnya adalah menegakkan disipilin panen dan budaya tertib kerja serta menerapkan azas keadilan. Parameter pemberian denda disajikan pada Tabel 13.

(33)

Tabel 13. Parameter Pemberian Denda Karyawan

Keterangan : jjg = janjang plph = pelepah Brd = drondolan krg = karung

Sumber : Ketetapan Dan Ketentuan Premi Tahun 2009 Area Sebamban, Kalsel

Sistem premi panen. Sistem premi mempunyai beberapa tujuan yaitu, untuk memberikan penghargaan pada pekerja pada saat hasil kerja di atas standar atau basis, memotivasi pekerja untuk berupaya mencapai standar output, mendorong kenaikan output (Jjg/HK) serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja pada tugasnya (Manual Referensi Agronomi, 2004.).

Premi panen terdiri dari dua jenis yaitupremi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen yang diperoleh minimal sama dengan jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh janjang minimal lebih

No. Jenis Kesalahan Kode Denda (Rp)

Kernet Cutter Picker

1 Potong buah mentah A0 5000/jjg

2 Buah masak tidak dipotong S1 5000/jjg

3 Buah masak dipotong tinggal di

hancak S2 5000/jjg

4 Brondolan tidak dikutip

Di tanaman Fr 100/brd

Di piringan Fc 100/brd

Di pasar rintis Fp 100/brd

Di TPH Fh 1000/TPH

5 Memotong buah tidak sempurna M 750/tanaman

6 Buah tidak diantrikan/tdk ditulis 250/TPH 7 Brondolan banyak sampah/alas

karung Fs 1000/krg

8 Brondolan dalam karung /alas

tidak terangkut Fk 15000/krg

9 Gagang panjang lebar dari 3 cm G 250/jjg

10 Pelepah tidak disusun pada

bagian masing-masing Lt 1000/plph

11 Pelepah sengkleh Ls

15 Janjang tinggal di TPH S3 5000/krg

16 Janjang kosong terangkut ke PKS E2 500/jjg

(34)

besar dari janjang basis borong. Premi lebih borong dinyatakan dalam rupiah/janjang. Setiap tahun tanam mempunyai harga rupiah/janjang yang berbeda, tergantung kelas BJR. Premi panen ASE untuk supervisi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Premi Supervisi Panen di Angsana Estate

Jenis Premi Supervisi Volume Perhitungan Premi

Panen Mandor 1 2 Mandoran 125 % x Rupiah rata – rata premi mandor panen

≥ 3 Mandoran 150 % x Rupiah rata – rata premi mandor panen Mandor Panen < 15 TK 125 % x Rupiah rata – rata premi cutter – picker 15-20 TK 150 % x Rupiah rata – rata premi cutter – picker Kerani Panen - 125 % x Rupiah rata – rata premi cutter – picker

Kerani Transport

< 6 Pemuat 100 % x Rata – rata premi pemuat TBS > 6 Pemuat 125% Rata – rata premi pemuat TBS

Bensin 30 liter/bulan (natura) Tunas

Progresive

Mandor 1 - 3 % Total nilai premi Tunas Progresif Mandor Panen - 7 % Total nilai premi Tunas Progresif

Sumber : Ketetapan Dan Ketentuan Premi Area Sebamban Tahun 2009

Tabel 15. Premi Karyawan Panen Angsana Estate

Tahun Tanam

Hari Kerja

Pemanen Pembrondol

Basis P0 Basis P1 Basis P2 Lebih

Borong P0,P1,P2 (Rp/jjg) Basis Borong (kg) Lebih Borong (Rp/kg) Basis Borong (jjg) Siap Borong (Rp) Basis Borong (jjg) Siap Borong (Rp) Basis Borong (jjg) Siap Borong (Rp) 1996 Biasa 126 2 000 144 4 000 162 6 500 300 225 90 Jumat 90 2 000 103 4 000 116 6 500 300 225 90 1998 Biasa 147 2 000 168 4 000 189 6 500 275 225 90 Jumat 105 2 000 120 4 000 135 6 500 275 225 90 1999 Biasa 182 2 000 208 4 000 234 6 500 250 225 90 Jumat 130 2 000 149 4 000 167 6 500 250 225 90 2000 Biasa 189 2 000 216 4 000 243 6 500 225 225 90 Jumat 135 2 000 154 4 000 174 6 500 225 225 90 Sumber : Ketetapan Dan Ketentuan Premi Area Sebamban Tahun 2009

Premi kepada tenaga kerja pengutip brondolan hanya diberikan berupa premi lebih borong sebesar Rp 90/kg brondolan. Premi lebih borong brondolan diberikan pada saat tenaga kerja pengutip memperoleh jumlah brondolan minimal

(35)

total output /hari dengan bobot (kg) basis. Ketentuan premi panen di Angsana

Estate dapat dilihat pada Tabel 15.

Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen dilakukan secara upto date dan akurat dengan tujuan : tersajinya data-data hasil kerja pada hari tersebut, sebagai bahan analisa dalam proses evaluasi hasil kerja panen, sebagai pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan dalam pengambilan keputusan atas masalah-masalah yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan panen, sebagai salah satu alat bantu dalam proses supervisi, sebagai salah satu pendukung/bukti dalam pembuatan daftar pembayaran karyawan (upah dan premi), dan sebagai salah satu alat ukur tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen (Manual Referensi Agronomi, 2004)

Adapun administrasi panen dalam kegiatan panen meliputi 14 macam administrasi yaitu : Buku Kegiatan Mandor (BKM), Pusingan Potong Buah, Pemeriksaan Mutu Buah dan Hancak, Rekapitulasi Pemeriksan Mutu Buah dan Hancak, Buku Penerimaan Buah dan Brondolan, Nota potong Buah, Surat Pengantar Buah (SPB), Taksasi Produksi, Crop Book, Laporan Potong Buah SKU (LPB-SKU), Laporan Kutip Brondolan (LKB), Laporan Produksi dan Biaya, Laporan Rekapitulasi Produksi Harian, dan Deklarasi TBS.

(36)

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Pelaksanaan seluruh kegiatan kebun baik aspek teknis maupun aspek administrasi dilakukan oleh asisten dengan dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan arahan asisten serta melakukan supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Setiap hari Mandor 1 memimpin apel pagi setiap pukul 05.00 WITA dengan seluruh mandor kegiatan dan didampingi asisten divisi. Mandor 1 memberikan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan pada hari kemarin dan memberikan pengarahan terkait pekerjaan yang akan dilakukan hari ini. Setelah melakukan apel pagi bersama asisten, setiap mandor kegiatan melakukan apel pagi dengan karyawannya masing-masing pada pukul 06.00 WITA. Mandor kegiatan memberikan pengarahan terhadap kegiatan yang dilakukan serta mengatur pembagian hancak masing-masing karyawan. Setelah lingkaran pagi selesai, seluruh karyawan berangkat ke tempat kerja masing-masing. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WITA sampai pukul 14.00 WITA pada hari normal dan pukul 12.00 WITA pada hari Jumat.

Mandor 1. Mandor 1 membawahi mandor-mandor kegiatan lainnya dan melakukan pengawasan seluruh kegiatan tiap mandoran. Meskipun demikian, tugas mandor 1 lebih difokuskan pada kegiatan produksi atau panen. Mandor 1 wajib mengikuti apel pagi bersama asisten divisi dan mengikuti apel pagi dengan minimal salah satu mandoran panen di lapangan. Mandor 1 melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen pada satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan brondolan di TPH akibat pengangkutan pada malam hari. Selanjutnya, mandor 1 berkoordinasi dengan mandor transport untuk mempercepat pengangkutan buah restan di lapangan.

Tugas mandor 1 lainnya yaitu : 1) Melakukan pemeriksaan terhadap mutu buah dan mutu hancak serta memonitor proses evakuasi TBS ke PKS sampai

(37)

dengan pengangkutan TBS yang terakhir; 2). Melakukan verifikasi laporan yang dibuat seluruh mandor kegiatan / kerani panen, membuat evaluasi kegiatan harian, dan membuat rencana kerja untuk hari berikutnya dengan didampingi asisten divisi. Ketika menjadi pendamping mandor 1 penulis membantu pengawasan terhadap kegiatan pemupukan.

Mandor Panen. Tugas utama mandor panen yaitu melakukan supervisi atau pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan potong buah atau panen sehingga dicapai mutu buah dan mutu hancak yang diharapkan (minimum looses). Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis dan mandor panen mengikuti apel pagi bersama mandor 1 dan Asisten untuk koordinasi pekerjaan panen yang akan dilakukan hari ini. Setelah melakukan apel pagi dengan asisten, dilakukan apel pagi dengan karyawan pada pukul 06.30 WITA. Mandor menyampaikan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya, mengabsen karyawan, membagi hancak karyawan, dan memberi penjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah itu, dilakukan pengecekan terhadap alat pelindung diri (APD), dan kelengkapan peralatan panen yang akan digunakan karyawan.

Mandor panen memastikan semua karyawan telah masuk pada hancak masing-masing saat kegiatan panen dimulai. Selama kegiatan panen berlangsung, penulis membantu mandor panen mengawasi proses potong buah dan pengutipan brondolan serta melakukan pengecekan mutu buah dan mutu hancak. Sebelum karyawan pulang, dilakukan pengecekan untuk memastikan hancak panen tiap karyawan telah selesai dikerjakan. Setelah kegiatan panen selesai, penulis membantu mandor panen mengisi kelengkapan administrasi panen meliputi: buku kegiatan mandor (BKM), laporan potong buah (LPB), lembar pusingan panen, dan Form SBS (Structured Block Supervision). Buku kegiatan mandor berisi daftar nama (absensi) pemanen, prestasi kerja pemanen dan pembrondol, dan blok yang telah dipanen. Laporan potong buah berisi output masing-masing karyawan, jumlah janjang TBS dan brondolan tiap blok panen, serta premi mandor panen, mandor 1, dan kerani panen.

Pada sore hari, penulis dan mandor panen melakukan taksasi panen pada seksi panen esok hari untuk mengetahui perkiraan hasil panen yang dilakukan

Gambar

Gambar 1. Area Buffer Zone
Tabel 4. Hasil Monitoring Hama di Angsana Estate  pada Bulan April dan  Mei 2010
Gambar  4.  Penangkaran Burung Hantu (Tyto alba) di Angsana Estate  Burung  hantu  (Tyto  alba)  termasuk  golongan  burung  buas  (carnivora)  yang  umumnya  memakan  mangsanya  dalam  kondisi  hidup
Gambar 5. Serangan Rayap pada Tanaman Kelapa Sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Salah satu untuk memperbaiki proses pembelajaran

Hasil yang didapat dari uji coba dan validasi aplikasi, yaitu nilai persentase akhir dari aplikasi ini adalah 76,66% yang artinya dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah, serta inayah-nya , shalawat dan salam yang senantiasa tercurah kepada

Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah, komunikasi matematik serta kemandirian belajar siswa dengan menerapkan pendekatan bebasis masalah

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul : Penerapan Pola Kemitraan dengan Sistem

Cara membacanya dipanjangkan sampai satu Alif atau dua harokah atau seperti panjang Mad Thobi’ie, demikian itu jika tidak didahului huruf mati/sukun atau tidak dihubungkan

(makruh yang mendekai haram dan berdosa jika melakuan. Sedangkan dalam skripsi ini penyususn memaparkan mengenai jual beli ayam bangkok sabungan di Pasar Hewan

[r]