• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN DUCKWEED SEBAGAI PAKAN SERAT SUMBER PROTEIN PAKAN KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN DUCKWEED SEBAGAI PAKAN SERAT SUMBER PROTEIN PAKAN KAMBING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

184

PEMANFAATAN DUCKWEED SEBAGAI PAKAN SERAT SUMBER PROTEIN PAKAN KAMBING

Jaelani A, M.Irwan Zakir dan T. Rostini.

Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan Universitas Islam Kalimantan Jln. Adyaksa no 2 Kayu Tangi Banjarmasin

ABSTRAK

Upaya pemanfaatan sumber pakan lokal menjadi sangat penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan kepada impor. Salah satu sumber hijauan pakan yang banyak di daerah perairan Indonesia dan belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak kambing adalah gulma air dari Family Lemnacea yaitu duckweed. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat optimal penggunaan duckweed dalam pakan ternak kambing sebagai sumber protein pakan, mengetahui pengaruh duckweed terhadap peforman ternak. Metode penelitian uji coba (feeding Trial) pada ternak kambing. D1 = Rumput lapangan + (konsentrat, 0 duckweed fermentasi), D2 = Rumput lapangan + (konsentrat, 15% duckweed fermentasi), D3 = rumput lapangan + (Konsentrat , 30 % duckweed fermentasi),D4 = (rumput lapangan + ( konsentrat , 45 % duckweed fermentasi), D5 = Rumput lapangan + ( konsentrat , 60 % duckweed fermentasi). Peubah yang diamati : Konsumsi Ransum, Pertambahan Berat Badan , kecernaan invivo, Neraca Nitrogen, Neraca Energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan kambing yang diberi duckweed 45% dapat menggantikan sumber protein pakan lain. Disimpulkan bahwa tanaman duckweed dapat digunakan sebagai sumber protein pakan.

Kata kunci : Duckweed, preservasi, fermentasi,bobot potong

ABSTRACT

Efforts to use local food resources become crucial to increase production efficiency and reduce dependence on imports. One source of forage that many in the Indonesian waters and have not been widely used as an animal feed ingredient is water weeds goat of Family Lemnacea ie duckweed. The purpose of this study was to determine the optimal level of duckweed use in animal feed goats as a source of protein feed, determine the effect duckweed on animal peforman. The research method test (feeding Trial) in goats. D1 = Grass field + (concentrates, 0 duckweed fermentation), D2 = Grass field + (concentrate, 15% duckweed fermentation), D3 = grass field + (Concentrate, 30% duckweed fermentation), D4 = (grass field + (concentrate, 45% duckweed fermentation), D5 = Grass field + (concentrate, 60% duckweed fermentation). Variables measured: Consumption Rations, Weight Gain, in vivo digestibility, Nitrogen Balance, Energy Balance. The results showed that the goats are given feed duckweed 45 % can replace other protein sources of feed. It was concluded that the duckweed plants can be used as a source of protein feed.

Keywords: Duckweed, fermentation, preservation, slaughter weight

(2)

185

PENDAHULUAN

Usaha peternakan kambing saat ini merupakan kegiatan usaha yang menjanjikan karena selain harga juga pasar ternak kambing masih sangat terbuka dan baru terpenuhi 10%. Meskipun kambing cukup efisien dalam penggunaan pakan, namun produktivitas kambing di tingkat peternak masih rendah. Produktivitas kambing sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang murah, tersedia sepanjang tahun dan memiliki kualitas yang tinggi. Pakan berkualitas tinggi menjadi sumber pakan utama yang dapat mengurangi biaya pakan, karena dapat menurunkan pengunaan konsentrat yang biayanya semakin meningkat. Harga konsentrat yang tinggi dan terus meningkat salah satunya disebabkan oleh penggunaan bahan baku impor seperti dedak gandum dan bungkil kedele. Upaya pemanfaatan sumber pakan lokal menjadi sangat penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan kepada impor. Salah satu sumber hijauan pakan yang banyak di daerah perairan Indonesia dan belum dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak kambing adalah gulma air dari Family Lemnacea yaitu duckweed.

Duckweed merupakan salah satu jenis tanaman air yang banyak tumbuh di sungai, pematang sawah, waduk atau rawa-rawa. Keberadaan tanaman ini lebih sering dianggap sebagai gulma yang sangat merugikan manusia karena tanaman ini dapat menyebabkan pendangkalan sungai atau waduk serta menyebabkan pengurangan/penguapan air dan unsure hara yang besar.

Duckweed dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak kambing dimana ketersediaan dan perkembangan tanaman ini cukup banyak sepanjang tahun disamping kandungan nutrisi yang cukup baik juga tidak bersaing dengan manusia. Kandungan protein duckweed kering adalah 25.2 – 36.5 % dan protein konsentrat berkisar antara 37.5- 44.7 %, Kandungan asam amino esensialnya dari protein konsentrat lebih baik jika dibandingkan standar FAO kecuali asam amino methionin (Rusoff et al, 1990). Produksi bahan kering duckweed dengan system panen 2 – 3 kali seminggu menghasilkan 44 ton/ha/thn (leng et al, 1994). Dengan demikian duckweed berpotensi sebagai sumber protein pakan bagi ternak ruminansia terutama ternak kambing..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat optimal penggunaan duckweed dalam pakan ternak kambing

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan adalah kambing lokal umur satu tahun sebanyak 15 ekor, duckweed fermentasi, rumput lapang, dedak padi dan ampas tahu, ransum disusun isokalori dan isonitrogen.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 5 perlakuan dengan 3 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 1 ekor kambing, sehingga jumlah kambing adalah 15 ekor, dimana perlakuan penelitian terdiri dari :

D1 = Rumput lapangan + (konsentrat, 0 duckweed fermentasi) D2 = Rumput lapangan + (konsentrat, 15% duckweed fermentasi) D3 = rumput lapangan + (Konsentrat , 30 % duckweed fermentasi) D4 = (rumput lapangan + ( konsentrat , 45 % duckweed fermentasi) D5 = Rumput lapangan + ( konsentrat , 60 % duckweed fermentasi)

(3)

186

Ransum diberikan ad-libitum pada semua perlakuan berdasarkan pada kebutuhan bahan kering ternak kambing sebanyak 3% BK . Ransum perlakuan diberikan dua kali sehari yaitu pagi hari jam 08.00 dan sore hari jam 15.00. Sisa pakan ditimbang dan air minum diberikan ad-libitum .

Peubah yang diamati adalah : Pengamatan di dalam kandang percobaan : Konsumsi Ransum, Pertambahan Berat Badan , kecernaan invivo, Neraca Nitrogen, Neraca Energi,

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Invivoo

Pengujian palatabilitas pakan ditentukan dengan mengukur konsumsi bahan kering (g/ekor/hari) selama satu minggu perlakuan.

Kecernaan in vivo kecernaan bahan kering dan bahan organik diukur menggunakan persamaan sebagai berikut:

% Kec. BK = (∑ Konsumsi (BK) x %BK pakan)-( ∑ Feses (BK) x %BK feses x 100%

∑ Konsumsi (BK) x %BK pakan

% Kec. BO = (∑ Konsumsi (BK) x %BO pakan)-( ∑ Feses (BK) x %BO feses x 100%

∑ Konsumsi (BK) x %BO pakan

Pelaksanaan :

Semua ternak kambing ditempatkan pada kandang individu tipe panggung sebanyak 15 petak untuk lebih memudahkan mengamati. Penempatan ternak kambing dalam petak kandang dilakukan secara acak untuk mendapatkan perlakuan. Sebelum dilakukan penelitian ternak diberikan waktu untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan pakannya selama 2 minggu (14hari) dengan semua ransum percobaan. Semua ternak kambing dibeikan obat cacing (panacur) selama masa adaptasi tersebut sebelumnya penelitian berlangsung semua ternak kambing ditimbang bobot badan untuk mendapatkan data bobot badan awal. Dilakukan pencukuran bulu, pemotongan kuku dan memandikan ternak yang dicampur dengan azuntol.

Waktu pemberian pakan pada jam 07.00 dan 12 00 siang. Sisa pakan perlakuan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi dari ternak tersebut. Pemberian air minum secara terus menerus di kandang secara adlibitum.

Penimbangan bobot badan selama penelitian dilakukan setiap minggu yaitu pagi hari sebelum pemberian pakan dan air minum pada saat akan mencapai bobot akhir untuk dipotong. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut-turut.

Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan sidik ragam dan apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan kecernaan Nutrien

Faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak ditentukan oleh banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan,

(4)

187

palatabilitas, Rataan konsumsi dan kecernaan bahan kering dan protein masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh pakan perlakuan terhadap konsumsi pakan (g/ekor/hr)

Konsumsi

D1 D2 D3 D4 D5

Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hr) 423a 449b 414a 498c 465b Konsumsi Protein (g/ekor/hr) 60b 62a 65b 76c 66b

Kecernaan Bahan Kering (%) 65a 69b 70b 74c 73c

Kecernaan Protein (%) 81.4a 81a 83b 85b 82b

Keterangan : D1 = Rumput lapangan + (konsentrat, 0 duckweed fermentasi), D2 = Rumput lapangan + (konsentrat, 15% duckweed fermentasi) D3 = rumput lapangan + (Konsentrat , 30 % duckweed fermentasi), D4 = (rumput lapangan + ( konsentrat , 45 % duckweed fermentasi), D5 = Rumput lapangan + ( konsentrat , 60 % duckweed fermentasi), Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P< 0.05)

Konsumsi bahan kering pada penelitian ini (Tabel 1) berkisar antara 414 – 498 g/ekor/hari. Sedangkan menurut Devendra & Mclerroy (1982) kebutuhan bahan kering kambing yang berbobot 15 – 17 kg adalah 396 - 424 g/ekor/hari, sehingga hasil penelitian telah memenuhi kebutuhan akan konsumsi BK ternak kambing. Konsumsi BK pada perlakun D4 sebesar 498 g/ekor /hari lebih tinggi (P<0.05) dari perlakuan D1,D2,D4 maapun D5. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tanaman duckweed fermentasi sebanyak 45% dari pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan, Hal ini kemungkina karena pakan yang difermentasi dapat meningkatkan kinerja mikroba rumen dalam mencerna pakan yang dikonsumsi inangnya. Penambahan konsentra dan fermentasi duckweed 45% dapat meningkatkan konsumsi protein yang lebih baik pada perlakuan D4, hal ini diduga dapat menyumbang energi dan menyeimbangkan konsentrasi ammonia serta VFA dalam rumen sehingga kinerja mikroba rumen bisa lebih optimal (Rostini et al 2014), sedangkan (Yusran & Teleni, 2000: Satter & Slyter 1974) menyatakan bahwa pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen sangat tergantung kepada ketersediaan N dalam bentuk amonia dan energi (Rostini dan Zakir, 2010). Dengan adanya peningkatan jumlah populasi mikroba rumen maka akan ada peningkatan proses fermentasi pakan dalam rumen ternak yang dimanifestasikan dengan meningkatnya kecernaan pakan dan konsumsi bahan kering pakan. Kemampuan ternak ruminansia mengkonsumsi makanan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, tingkat produksi, umur dan kesehatan ternak, sedangkan faktor dari pakan yaitu frekuensi pemberian dan keseimbangan gizi (Siregar 1994).

Rataan konsumsi protein berkisar antara 60 – 76 g/ekor/hari. Jumlah konsumsi pada perlakuan ini telah melebihi standar kecukupan kebutuhan protein kasar berdasarkan bobot badan yaitu 56 – 58 g/ekor/hari (NRC 2006). Konsumsi protein tertinggi pada perlakuan (D4), hal ini dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering pakan , selain itu ditunjang oleh nutrien ransum perlakuan dimana protein ransum D4 mencapai 14.7% berupa duckweed fermentasi serta memiliki kadar serat ransum mencapai 17.43% sehingga konsumsi protein menjadi lebih tinggi dan lebih efisien. Bamualim (1988) mengatakan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan ketersediaan protein yang cukup akan meningkatkan aktivitas dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat. Lebih lanjut Rostini et al., (2014) menyatakan jumlah konsumsi protein kasar

(5)

188

dipengaruhi kecepatan degradasi, dimana semakin cepat penghancuran makanan semakin mudah ternak lapar dan mengkonsumsi makanan lebih banyak. Sedangkan Sunarso (2012) protein yang dibutuhkan untuk hidup pokok sangat tergantung pada tipe ransum, kualitas protein, tingkat energi dan kondisi ternak.

Kecernaan zat-zat makanan merupakan salah satu ukuran dalam menentukan kualitas suatu bahan pakan, serta seberapa besar sumbangan suatu pakan bagi ternak (Despal dan Permana, 2008). Kecernaan bahan kering pakan yang mengandung hijauan rawa dalam penelitian ini berkisar antara 65% - 74% (Tabel 1). Kecernaan tertinggi pada perlakuan yang diberi fermentasi duckweed sebanyak 45% ( D4) dibandingkan perlakuan (D5) namun tidak berbeda nyata (P<0.05) bila dibandingkan dengan perlakuan D1,D2 dan D3. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Wirawan et al. (2012) yang melaporkan bahwa kecernaan bahan kering kambing yang diberi rumput lapangan sebesar 64.6 - 68.5%. dan penelitian Rostini et al,. (2014) ternak kambing yang diberi pakan fermentasi kecernaannya bahan kering mencapai 65% -77% , dan kecernaan protein 65% - 68%.

Pertambahan Bobot Badan dan Efisiensi Penggunaan Pakan

Rataan Pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing yang diberi pakan hijauan rawa berkisar antara 49 – 58 g/ekor/hari (tabel 2). Walaupun hasil analisis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05), tetapi ada kecenderungan dengan semakin meningkatnya penggunaan duckweed fermentasi menunjukkan peningkatan pertambahan bobot harian kambing. Rataan pertambahan bobot badan, dan efesiensi penggunaan pakan secara lengkap disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Pertambahan bobot badan dan efesiensi penggunaaan pakan

Perlakuan Variabel D1 D2 D3 D4 D5 Bobot Awal (kg) 12.6 13.0 12.7 13.0 13.0 Bobot Akhir (kg) 17.0 17.2 17.0 17.9 17.64 PBBH (g/ekor/hari) 49.5 54.2 50..3 58.4 57.5 EPR 0.120 0.0125 0.118 0.127 0.116

Keterangan : D1 = Rumput lapangan + (konsentrat, 0 duckweed fermentasi), D2 = Rumput lapangan + (konsentrat, 15% duckweed fermentasi) D3 = rumput lapangan + (Konsentrat , 30 % duckweed fermentasi), D4 = (rumput lapangan + ( konsentrat , 45 % duckweed fermentasi), D5 = Rumput lapangan + ( konsentrat , 60 % duckweed fermentasi), Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P< 0.05) EPR = Efesiensi penggunaan ransum

Ternak kambing yang diberi duckweed fermentasi sebanyak 45% menghasilkan bobot hidup paling berat, dibandingkan dengan perlakuan lain. Rendahnya PBH pada perlakuan (D1) dimana tidak ada penambahan duckweed fermentasi, hal ini berkaitan dengan tekstur pakan, dimana duckweed fermentasi lebih mudah dicerna dan dapat meningkatkan jumlah mikroba rumen sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Hal ini senada dengan Curch & Pond (1988) yang menyatakan bahwa bentuk pakan memberikan peningkatan performa ternak relatif lebih besar untuk hijauan karena partikel serat masih utuh. Jika kualitas pakan yang dikonsumsi ternak semakin baik maka akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang semakin tinggi. Toharmat et al. (2006) menyatakan bahwa jenis pakan dapat mempengaruhi konsumsi bahan kering dan konsumsi nutrien lainnya yang selanjutnya akan mempengaruhi performa ternak

Efisiensi penggunaan pakan erat kaitannya dengan konsumsi pakan disajikan pada Tabel 2. Efisiensi penggunaan pakan tertinggi dicapai pada kambing yang diberi fermentasi dukwwed sebanyak 45% (D4). Hal ini menunjukkan perlakuan D4 lebih efisien dibandingkan dengan

(6)

189

D1,D2,D3 maupun D5. Efesien penggunaan pakan ini berkaitan dengan kandungan nutrien yang diserap atau kandungan nutrisi dalam pakan. Rostini dan Zakir (2012) pakan ternak akan dikatakan efesien digunakan apabila pakan tersebut dikonsumsi dalam jumlah sedikit namun mampu memberikan pertambahan bobot badan yang tinggi.

KESIMPULAN

Fermetasi tanaman duckweed dapat digunakan dalam pakan kambing dimana dapat meningkatan kecernaan dan pertambahan bobot badan ternak

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, departemen Penelitian dan Pengabdian melalui Program Hibah Bersaing tahun anggaran 2015

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim,A. 1994. Usaha Peternakan Sapi Bali di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Peternakan dan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak Lili/Balai Informasi Pertanian Noelbaki Kupang 1 – 3 Pebuari 1994. hlm. 17 – 26.

Church DC, 1991. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant Ed ke-12 Oxford Press. Inc. Portland. Oregon.

Despal, Permana IG. 2008. Penggunaan berbagai teknik preserves unstuck optimalisasi pemanfaatan daun rami sebagi hijauan sumber protein dalam ransum kambing Peranakan Etawah. Laporan Hibah Bersaing. LPPM . Institut Pertanian Bogor, Bogor,

Leng RA, Stambolie JH, and Bell R. 1998. Duckweed - a potential high-protein feed resource for domestic animals and fish. Nutritional Research Reviews. 3:277-303

National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. Washington DC: National Acad Press.

Rostini T Dan Zakir M I. 2010. Kajian Mutu silase Ransum Komplit Berbahan Baku lokal untuk memperbaiki peformance dan kualitas daging kambing. Uniska KalSel.

Rostini T, and Zakir I. 2012. Evaluation of Complete Ration Silage on Performance and Quality of Goat Meat. Proceeding of the 2nd International Seminar on Animal Industry |

Jakarta, 5-6 July 2012

Rostini T, L Abdullah, K. G. Wiryawan , P. D. M. H. Karti. 2014. Utilization of Swamp Forages from South Kalimantan on Local Goat Performances. Journal Media Peternakan. Vol 37(1):50-55

Rusoff L L, Blackeney EW and Culley DD. 1990 Duckweeds (Lemnaceae Family): a potential source of protein and amino acids. Journal of Agriculture and Food Chemistry. 28 :848-850

Siregar SB. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sunarso. 2012. The effect of king grass silage on the nitrogen balance and hematological profile of geade male goat. J. of Science and Eng. 3(1):13-16

Steel RGD, dan Torrie JH. 1999. Statistics Principles and Procedures.2ED.Translation: B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(7)

190

Toharmat T, Nursasih E, Nazilah R, Hotimah N, Noerzihad TQ, Sigit NA, Retnani Y. 2006. Sifat fisik pakan kaya serat dan pengaruhnya terhadap konsumsi dan kecernaan nutrient ransum pada kambing. J. Media Peternakan. 29:146-154

Wirawan IW, Mudita IM., Cakra IG, Witariadi NM, dan Siti N. 2012. Kecernaan nutrien kambing Kacang yang diberi pakan dasar rumput lapangan di suplementasi dengan dedak padi. J. Wartazoa. 22(2):169-177

Yusran, M.A. and E. Teleni. 2000. The effect of a mix of shrub legumes supplement on the reproductive performance of Peranakan Ongole cows on dry land smallholder farms in Indonesia. Proc. of Ninth Animal Science Congress of the Asian-Australian Association of Animal Production Societies and Twentythird Biennial Conference of the Australian Society of Animal Production.

Gambar

Tabel 1.   Pengaruh pakan perlakuan terhadap konsumsi pakan (g/ekor/hr)

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya Ilmiah atau Skripsi saya yang berjudul “ KADAR PREOTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PAKAN KAMBING PERAH BERBASIS SILASE DENGAN SUMBER PROTEIN DARI

Konsumsi pakan pada perlakuan R4 (38,7 g/ekor/ hari) yang rendah bisa dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan penambahan bobot badan pada perlakuan R4

Asupan protein dipengaruhi oleh konsumsi protein dan kecernaan protein, semakin tinggi konsumsi protein dan kecernaan protein maka asupan protein dalam tubuh ternak

Simpulan penelitian ini adalah penambahan natrium glutamat dalam pakan sapi perah dengan dosis 0,020% BK dalam pakan tidak meningkatkan konsumsi protein kasar pakan tetapi

Perlakuan bahan pakan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan wafer tongkol jagung tidak mempengaruhi parameter metabolisme nitrogen (N intake, N diserap, N

Penambahan sumber protein berupa asam amino atau tepung daun singkong sebelum proses fermentasi BIS, mampu menghasilkan produk fermentasi dengan kandungan protein

Hal ini menunjukkan bahwa penambahan total energi pakan dengan imbangan energi protein (C/P) lebih tinggi pada kadar protein sama mempengaruhi jumlah simpanan protein tubuh yang

Perlakuan bahan pakan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan wafer tongkol jagung tidak mempengaruhi parameter metabolisme nitrogen (N intake, N diserap, N