• Tidak ada hasil yang ditemukan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi dogmatis yang dianutnya, memahami bahwa penderitaan merupakan akibat keterputusan hubungan baik dengan ALLAH. Termasuk di dalamnya berbagai penyakit dan kondisi tubuh yang lemah sebagai akibat dari pelanggaran manusia kepada Sang Pencipta. Dengan demikian kondisi sakit yang mereka alami sering disertai dengan perasaan menyesal dan bersalah, terutama bila penderita menyadari bahwa penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang tidak mungkin disembuhkan atau penyakit yang membutuhkan waktu lama bagi upaya pemulihan.

Kondisi tertekan secara psikologis semacam ini tidak saja membuat penderita menjadi semakin sakit dan lemah, melainkan juga akan menghilangkan kesempatannya untuk melakukan hal-hal baik dan kesaksian di dalam hidupnya. Tidak jarang kondisi tertekan semacam ini juga membuatnya tergantung pada keluarga, tidak memiliki gairah hidup, atau pun dalam sisi lain menjadi sangat emosional menghadapi ketidaknyamanan yang dihadapinya di tengah keluarga. Bila kondisi semacam ini dibiarkan saja, maka akan akan mempengaruhi produktivitas, semangat, dan kebahagiaan keluarga secara keseluruhan.

Pemahaman serta pengakuan jemaat adalah bahwa manusia diciptakan secara sempurna dengan tujuan dan maksud untuk memuliakan Allah (Yes 43:7; Rm 11:36; Kol 1:16-17; Why 4:11). Suhandhy Susanto dalam buku Manusia Menurut Filsafat Modern, mengatakan “manusia dengan seluruh aspeknya (tubuh, jiwa dan roh), harus selalu

(2)

mengarahkan tujuan hidupnya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk memuliakan Allah saja.”1

Manusia diciptakan Allah disertai dengan kebebasan kehendak, yaitu kebebasan untuk memilih. Manusia diberikan kebebasan untuk bertindak menurut kehendaknya sendiri atau menurut kehendak Allah (Kej 2:16-17). Sehubungan dengan ini, Norman Warren mengatakan demikian:

Allah tidak membuat menusia seperti robot atau mesin. Ia memberikan kepada manusia karunia tertinggi –yakni kebebasan memilih – bebas memilih antara yang benar dan yang salah, antara yang baik dan yang jelek. Allah tidak mau memaksa manusia supaya mengasihiNya. Ia mau supaya menusia secara bebas mengasihiNya.2

Manusia lebih memilih tidak mentaati Allah. Dalam kitab Kejadian pasal 3 diceritakan manusia telah gagal menuruti perintah Allah. Sebagai akibat dari ketidaktaatan atau kejatuhan dalam dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23) juga telah kehilangan persekutuan dengan Allah. Manusia telah mengalami pemisahan rohani yang membawa dampak kematian tubuh dan jiwanya, yang pada akhirnya menuju penghukuman kekal. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah dalam kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.3 Setelah manusia jatuh dalam dosa, terputus hubungannya dengan Allah sehingga manusia sampai sekarang mengalami penderitaan, sakit penyakit dan kematian (dosa asal).

Warga jemaat memahami bahwa penderitaan fisik seperti penyakit kanker, lumpuh, maupun stroke, tidaklah menyenangkan. Penderitaan tersebut pasti menjadi beban baik bagi si penderita sendiri maupun bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bagi orang yang sedang mengalami sakit tentu menginginkan segera sembuh, maka dia akan berusaha dengan segala kemampuannya dan juga pihak anggota keluarganya dengan segala upayanya berusaha bagi kesembuhan anggota keluarga yang sakit

1

Suhandhy Susanto, Manusia Menurut Filsafat Modern: Tinjauan Kritis Teologi Kristen, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), hlm. 32.

2

Norman Warren, Jalan Menuju Kehidupan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), hlm.4.

3

Suhandhy Susanto, Manusia Menurut Filsafat Modern, hlm. 39.

(3)

tersebut. Usaha itu dilakukan baik lewat pihak rumah sakit melalui juru rawat, dokter, obat-obatan dan sarana-sarana medis - kedokteran. Selain itu si penderita sakit juga akan berusaha dengan berdoa secara pribadi, dan didukung oleh keluarga, handai taulan, sanak saudara juga warga jemaat untuk datang kepada Tuhan di dalam doa. Selain pertolongan dari keluarga dekat dan medis, hal yang dianggap penting oleh jemaat adalah doa. Berdoa untuk memohon dengan sungguh-sungguh serta bersandar dan berharap kepada Tuhan agar bagi yang menderita sakit mendapat kesembuhan.

Terkait dengan hal tersebut timbul berbagai pertanyaan sejauh mana doa itu dirasakan penting terutama ketika menghadapi ketidakberdayaan dan ketidakpastian kesembuhan dari sakit? Bagaimanakah doa dalam kondisi semacam ini berperan untuk memberikan harapan dan bahkan semangat bagi penderita sakit sehingga dalam kondisi terbatas ini pun mereka masih mampu berbagi harapan dan kesaksian iman dengan yang lain? Bagaimana pula doa yang telah dilakukan secara sungguh-sungguh itu dipahami jika Tuhan tidak memberikan kesembuhan? Bahkan apa yang dideritanya menjadi semakin parah, atau tidak mungkin bisa sembuh? Apakah dengan demikian membenarkan anggapan bahwa Tuhan tidak mendengarkan doanya? Bagaimana doa mampu mengarahkan manusia pada penerimaan diri dan membangkitkan perjuangan hidup, sehingga sakit yang diderita tidak menjadi penghalang untuk berbagi harapan dan kebahagiaan dengan yang lain? Bagaimana para penderita sakit ini memahami doa dengan sungguh-sungguh dan apakah dampaknya bagi proses pastoral kepada mereka?

Berdasarkan pengalaman pastoral penulis kepada para penderita stroke di GKJ Wuryantoro, baik para penderita, keluarga pendamping maupun para majelis dan pendeta, dihadapkan pada dilema dan kenyataan bahwa harapan kesembuhan seperti sediakala sangatlah kecil kemungkinannya, terutama bila stroke menyerang dalam kondisi parah. Stroke ringan juga memerlukan terapi dalam jangka waktu panjang. Partisipasi yang terkait mobilitas pelayanan oleh para penderita stroke nampaknya akan selalu mengalami kesulitan di sepanjang hidupnya.

Kondisi ini tidak hanya dialami oleh para penderita, melainkan juga orang-orang yang mendampingi mereka harus menyesuaikan aktivitasnya dengan usaha merawat penderita di rumah. Penyakit stroke tidak mudah sembuh, butuh kesabaran baik penderita

(4)

maupun yang mendampingi. Para penderita stroke pada umumnya menjadi lebih sensitive, emosional, maupun “nglokro” karena menyerang sisitem syaraf: kadang penderita sedih, tertawa, marah “misuh-misuh”, perlu kesabaran, dan ketrampilan pastoral khusus. Bagaimana pun kondisi mereka, gereja dan jemaat secara bersama-sama melayani para penderita tanpa harus menempatkannya semata-mata pada posisi sebagai obyek pastoral.

Penyakit stroke cenderung meningkat karena situasi hidup yang stress, makanan, udara atau air tercemar, tekanan atau beban atau tekanan hidup. Kondisi ini merupakan tantangan riil gereja dalam hal pelayanan untuk ini. Tidak hanya meringankan penderita tetapi juga meringankan beban keluarga.

Gereja terpanggil untuk melakukan pelayanan pastoral bagi penderita stroke. Tujuan pastoral adalah untuk mendampingi seseorang untuk mampu memahami diri, kenyataan hidup dalam kaitan dengan kasih setia Allah. Sehingga meski sakit tapi tetap bersemangat, bahkan menjadi kesaksian karena campur tangan secara ilahi dari kuasa dan kasih Tuhan. Para penderita tidak boleh dipandang sebagai beban, melainkan merupakan subyek pastoral untuk dirinya maupun lingkungannya, di mana penderita juga memberikan kesadaran pastoral kepada orang lain di sekitarnya tentang karya pemeliharaan Allah. Pelayan pastoral gereja dalam hal ini perlu diperlengkapi khusus agar memahami dan memiliki kepekaan kepada penderita, mampu mengembangkan refleksi terapis memadai, trampil mengatasi situasi, dan mengembangkan refleksi-refleksi baru.

Ada pun hal yang diamati dalam thesis ini adalah fenomena kebutuhan untuk berdoa dari para penderita dan keluarga penderita, karena semua penderita stroke yang dikunjungi dalam pelayanan pastoral selalu meminta untuk didoakan baik terkait kesembuhan maupun untuk penyerahan diri (kepasrahan) serta hikmat menjalani masa sakit. Bagi penderita stroke, doa itu penting, sekaligus butuh pembuktian (terutama terkait integritas para pelayan pastoral yang menunjukkan tindakan nyata sebagaimana yang didoakannya, bukan saja perkataan) yang bisa menyemangati bagi mereka para penderita stroke, karena tindakan nyata dari pelayanan.Kondisi sakit stroke yang mulai banyak diderita tidak bisa diabaikan karena akan mempengaruhi kekuatan pelayanan

(5)

gereja. Tetapi kalau didampingi dengan baik atau benar penderita dapat menjadi pelayan potensial kepada masyarakat.

Dalam konteks pelayanan kepada penderita stroke terdapat fenomena yang dapat dipelajari lebih jauh, yaitu tentang “doa minta hikmat” yang melaluinya kita mendapat pelajaran berharga dari penderita stroke. Mereka berdoa dengan penuh pengharapan, penuh kesabaran, penuh keluguan atau apa adanya, penuh keyakinan akan pertolongan Tuhan, isi doa yang singkat padat dan jelas namun sangat bermakna karena mereka sangat mengharapkan akan pertolongan Tuhan.

Contohnya suatu saat dalam pelayanan kepada Mbah Kamijo, dengan doa yang singkat padat dan jelas “aku mesti waras” artinya “aku pasti sembuh”. Benar yang didoakan itu sembuh. Karena yang berdoa dan didoakan semuanya ada keyakinan bahwa yang sakit akan sembuh dan ternyata bisa sembuh. Mbah Kamijo itu merasakan sukacita yang mendalam. Begitu juga terhadap Bapak Suwandi yang waktu itu sakit stroke dan tidak bisa bangun, namun saat berdoa dengan sungguh-sungguh dan berusaha yaitu waktu itu dengan cara pagi hari mandi air dingin “grujugan setiap pagi hari” dan meminum ramuan jawa, sehingga mendapat kesembuhan yang lebih baik. Doa telah memberikan motivasi, kekuatan, dan semangat bagi para penderita.

Hasil pastoral atau percakapan bersama para penderita menunjukkan bahwa ada kebutuhan pendamping penderita atau pelayanan pastoral; bahwa dalam penderitaan dan pelayanan penderita stroke tetap memerlukan hikmat untuk menghadapi situasi ini. Biasanya mereka: minta sembuh (meski tahu sulit sembuh), minta sabar (meski tahu tidak ada batasan waktu akhir penderitaan), minta tabah (walaupun mereka tahu mulai bosan dengan situasi dan ingin mengharapkan agar dapat jalan ke luar), minta ekonomi kecukupan (walau tahu biayanya besar yang di keluarkan).

Situasi di mana penderita stroke yang sakit tidak kunjung sembuh, penderita yang membutuhkan biaya yang banyak, penderita stroke yang labil kejiwaannya karena bagian syaraf yang diserang yang kadang penderita menangis, kadang tertawa kadang marah. Dalam situasi seperti itu membutuhkan hikmat bagi penderita stroke, pendamping penderita stroke dan juga hikmat bagi pelayan penderita stroke dalam hal ini penulis sendiri (perlu penerimaan diri dan orang lain, sabar, tabah, dalam keadaan seperti itu).

(6)

Hal itulah yang menjadikan semuanya membutuhkan hikmat sehingga perlu secara khusus disampaikan dalam doa. Sumber hikmat adalah Tuhan sendiri. Dalam hubungan dengan Tuhan dalam doa bagi penderita stroke bagi pendamping penderita stroke, bagi pelayan penderita stroke dan pelayan pendamping penderita stroke memang membutuhkan hikmat dari Tuhan Sang Sumber hikmat agar dalam menghadapi situasi seperti itu mendapatkan hikmat dari Tuhan.

Secara teologis pelayanan pastoral ini perlu dilaksanakan yaitu melalui pelayanan pastoral doa minta hikmat pada Tuhan Sang Sumber Hikmat, Dalam melaksanakan pelayanan pastoral, para pendamping penderita stroke sangat membutuhkan hikmat dari Tuhan karena kompleksnya permasalahan yang ada. Penderita didampingi untuk mendapatkan kesembuhan sekalipun sadar bahwa itu sangat sulit terjadi. Para penderita berusaha mendapatkan kecukupan sekalipun banyak biaya yang dikeluarkan dan berusaha mendapatkan ketabahan sekalipun masalah selalu ada. Kepada siapa harus berharap dalam situasi berat seperti itu? Tuhan sajalah yang menjadi harapan yang akan memberikan kesabaran, kekuatan, ketabahan, kecukupan, dan menerima diri kita apa adanya.

Doa minta hikmat Tuhan dimaksudkan oleh para penderita stroke maupun bagi pendamping penderita sebagai doa yang bertujuan untuk membantu memahami penderitaannya dan berharap untuk mendapatkan hikmat dalam menghadapi masalah tersebut. Setiap pergumulan dari orang yang menderita sakit menginginkan jawaban dari Tuhan agar mendapatkan kesembuhan, pemulihan dan ketenangan di dalam hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(7)

1. Bagaimana para pelayan serta para penderita stroke berusaha memahami kondisi serta tetap berharap pemulihan atas penderitaan yang dialami atau paling tidak para penderita tersebut terhindar dari stroke lanjutan?

2. Bagaimana penderita stroke memahami pentingnya doa minta hikmat dan pemulihan dalam proses pelayanan pastoral?

3. Bagaimana mengembangkan pelayanan pastoral holistik di GKJ Wuryantoro, terutama dalam membangun spiritualitas penderita stroke dan para pendamping melalui doa, sehingga dalam kondisi sakitnya tersebut mereka tetap memerankan fungsi kesaksian dan mampu berbagi harapan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami penyakit stroke dan kompleksitasnya sehingga dapat dikembangkan pelayanan pastoral yang tepat sehingga penderita stroke tetap berharap pemulihan atas penderitaan yang dialami.

2. Memahami pentingnya pelayanan Doa Minta Hikmat bagi penderita Stroke dalam proses pelayanan pastoral

3. Mengembangkan spiritualitas penderita stroke melalui doa, merumuskan bentuk Pelayanan Pastoral terhadap penderita stroke bagi jemaat GKJ Wuryantoro. Mengetahui reaksi dari para penderita stroke dan keluarga terhadap program pastoral gereja yang sudah dilakukan selama ini? Mengembangkan pelayanan pastoral yang holistic antara penderita stroke dan keluarga dan gereja, belajar dari doa minta hikmat yang dilakukan selama ini.

(8)

D. Judul

Doa Minta Hikmat Bagi Penderita Stroke di Gereja Kristen Jawa Jemaat

Wuryantoro, Wonogiri.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tesis ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penderita penyakit stroke jemaat GKJ Wuryantoro agar dapat menerima keberadaannya dengan tetap berharap kepada Tuhan.

2. Menemukan bentuk-bentuk atau variasi pelayanan doa yang tepat bagi penderita stroke.

3. Bagi pendamping dan majelis gereja, mendapatkan cara yang tepat dalam mendampingi jemaat penderita penyakit stroke.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan dan rumusan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup pembahasan sebagai berikut: Pertama, pembahasan mengenai kondisi penderita stroke di GKJ Wuryantoro, Kedua tentang Pelayanan Pastoral bagi Orang Sakit Stroke melalui doa minta hikmat dan pemulihan. Ketiga Pelayanan Pastoral holistik terhadap penderita stroke.

(9)

G. Metodologi Penelitian

Penelitian dalam Tesis ini dengan menggunakan metodologi kualitatif, dimana dalam mendapatkan informasi dan data penelitian dilakukan melalui metode partisifasipatoris, melakukan perkunjungan dan percakapan langsung dengan para penderita stroke maupun keluarganya. Wawancara merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data dengan cara tanya jawab, yang sistematis berdasarkan pada tujuan yang diharapkan. Sumanto memberikan penjelasan tentang wawancara bahwa, “wawancara adalah pengadministrasian angket secara lisan atau langsung terhadap masing-masing anggota.”4

Dalam hal ini penulis mewancarai para penderita stroke dan para pendamping penderita stroke untuk mengetahui sejauh mana penderitaan mereka, penyebab dari penyakit yang diderita, bagaimana mengusahakan secara medis, maupun non medis, serta bagaimana kesungguhan mereka dalam doa minta kesembuhan dan menghadapi penderitaan sakit yang dialami, harapan-harapan apa saja di dalam situasi penderitaan yang mereka alami, sejauh ini bagaimana peranan gereja atau majelis dalam mendampingi penderitaan sakit mereka, bagaimana iman mereka di saat menghadapi penyakit yang dideritanya.

Selain itu juga data didapatkan dari studi pustaka yang memberikan dukungan terhadap pokok bahasan yang terkait dengan pelayanan pastoral kepada orang sakit yang dilakukan oleh gereja GKJ Wuryantoro, agar nantinya mendapatkan pola pelayanan yang tepat dalam pelayanan pastoral kepada orang sakit di GKJ Wuryantoro.

H. Definisi Istilah dan Landasan Teori

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pembaca, maka penulis perlu memberikan pengertian beberapa istilah dalam judul tesis ini Doa Minta Hikmat bagi Penderita Stroke di GKJ

4

Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 53.

(10)

Wuryantoro, Wonogiri. Istilah-istilah yang perlu dipahami yakni: Doa, pemulihan,Penderita stroke, Pelayanan Pastoral, GKJ Wuryantoro.

1. Doa dan Spiritualitas

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “doa berarti permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan.”5Berdoa berarti “mengucapkan (memanjatkan) doa

kepada Tuhan.“6

Berdoa ialah mempersembahkan keinginan kita kepada Allah, di dalam nama Yesus Kristus dengan pertolongan Roh Kudus. Berdoa adalah mengadakan pembicaraan dengan Allah. Berdoa tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata saja. Doa ialah pernyataan dari isi hati kita yang terdalam yaitu suatu pengalaman dalam komunikasi yang nyata dengan pencipta kita. Berdoa ialah berbicara dengan Allah tetapi juga mendengarkan Allah berbicara dengan kita. Mengapa harus berdoa? Doa dapat menjadi suatu kegiatan yang paling penting dan paling mendatangkan kuasa dalam sepanjang hidup kita. Bobb Biehl dan James W. Hagelganz mengatakan beberapa alasan mengapa kita berdoa:

1. Doa dapat membawa sesuatu untuk diri pribadi.

2. Doa mencakup persekutuan dan perhubungan dengan Tuhan semesta alam. Doa menolong Anda melihat kehidupan ini dari segi perpektif yang lebih luas dan menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi dengan lebih jelas sebagaimana anda menghadapi kekekalan.

3. Doa merupakan kunci untuk memahami kehendak Allah. Bila Anda mengetahui kehendak Allah , anda dapat menyerahkan diri pada petunjuk dan pimpinannya . Kalau anda berserah kepada kehendak Allah , anda tidak hanya menerima damai sejahtera, tetapi juga kekuatan, pimpinan dan penyelesaian.

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoneia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 271

6

Ibid

(11)

4. Doa ialah anda berbicara kepada Allah dan Allah berbicara kepada anda. 5. Allah mendengar dan menjawab doa-doa anda. Alkitab menjanjikan bahwa

, “setiap orang yang meminta akan menerima, yang mencari akan menemukan, dan pintu akan dibukakan bagi setiap orang yang mengetuk.” (Luk 11:10).7

Dari pemahaman di atas dapat dimengerti bahwa pada hakekatnya doa adalah berbicara mengungkapkan isi hati kepada Allah dan memohon kepada Allah agar mengabulkan apa yang menjadi permohonannya. Selanjutnya kata “spiritualitas” adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).8

Doa merupakan ekspresi umum dari spiritualitas pasien. Walaupun beberapa orang menyebut doa sebagai “berbicara dengan Tuhan”, orang lain mengartikan doa secara lebih luas seperti meditasi refleksi dan komunikasi dengan kekuasaan transenden atau kekuatan di dalam atau di luar diri sendiri. J. Verkuyl dalam bukunya Aku Percaya, mengatakan, “Berdoa adalah bercakap-cakap dengan Tuhan yang menyatakan diri kepada kita di dalam Firman dan Roh-Nya. Berdoa adalah meminta anugerahNya, percaya kepada janji-janjiNya; dengan berani dan hormat meminta kepadaNya berdasarkan janji-janjiNya.9

Doa merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang, dan telah diikutsertakan ke dalam riset tentang spiritualitas dan kesehatan. Penelitian Koening menunjukkan bahwa doa adalah bagian penting hidup keseharian dan bentuk respons terhadap penyakit di antara orang lanjut usia. Allah mau mendengar dan mengabulkan doa, karena itu “...nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6).

7

Bobb Biehl & James W.Hagelganz, Berdoa, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, tt), hlm. 12.

8

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , hlm. 1087.

9

J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 193.

@UKDW

(12)

2. Konsep Tentang Pemulihan.

Pemulihan berasal dari kata dasar pulih. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata pulih berarti “kembali (baik, sehat) sebagai semula, sembuh atau baik kembali(tentang luka, sakit, kesehatan); menjadi baik (baru) lagi. Sedangkan kata pemulihan berarti proses, cara, perbuatan memulihkan.”10

Penulis memahami kata pemulihan adalah suatu proses bagaimana seseorang yang mengalami sakit stroke warga jemaat GKJ Wuryantoro memperoleh kesembuhan dan pemulihan psikologisnya.

3. Penderita Stroke.

Penderita berasal dari kata dasar “derita”, dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti, “sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di hati (seperti kesengsaraan, penyakit).11

Penderita berarti orang yang menderita (kesusahan, sakit, cacat). Penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung.12 Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak.13 Dengan kata lain penyakit stroke ini merupakan penyakit pembuluh darah otak (serebrovaskuler) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) hal ini disebabkan karena adanya penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak sehingga pasokan darah dan oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan serangkaian reaksi biokimia yang akan merusakkan atau mematikan sel-sel saraf otak.

4. Konsep Pelayanan Pastoral

Pelayanan pastoral adalah suatu pelayanan penggembalaan yang dilakukan oleh pendeta kepada orang-orang yang sakit di jemaat GKJ Wuryantoro. Yang dimaksud dengan

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 906.

11 Ibid, hlm. 255. 12 Ibid, hlm. 256. 13 Ibid, hlm. 1092.

@UKDW

(13)

orang-orang sakit ialah terutama orang-orang yang sakit fisik atau badaniah, dalam hal ini sakit stroke.

5. GKJ Wuryantoro, Wonogiri

Gereja Kristen Jawa Wuryantoro, yang disingkat GKJ Wuryantoro adalah lembaga gereja yang merupakan bagian dari klasis Wonogiri , yang terdiri dari 16 pepanthan yang tersebar di 4 kecamatan yaitu Pracimantoro, Eromoko, Wuryantoro dan Manyaran, dilayani 70 Majelis Gereja, 1 pendeta emeritus, 2 pendeta aktif, warga jemaat berjumlah 1809 jemaat. Beralamat kantor: GKJ Wuryantoro jalan Raya Eromoko no 10 Eromoko, Wonogiri 57663. Telpon 0273 461423. Dalam melakukan pelayanan, GKJ Wuryantoro mempunyai satu komisi kesehatan yang ditangani oleh majelis Gereja Kristen Jawa Wuryantoro, dalam pelayanannya melaksanakan pendampingan pada warga jemaat yang sakit khususnya sakit stroke . Karena saat ini banyak sekali jemaat GKJ Wuryantoro yang menderita sakit khususnya sakit stroke.

I. Sistematika Penulisan

Sesuai dengan judul tesis, maka perlu diberikan gambaran menyeluruh tentang pembahasan dalam tesis ini dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab pendahuluan memberi arah dan gambaran menyeluruh tentang rencana pembahasan, yang kemudian dituangkan dalam bab-bab berikutnya. Bab ini meliputi pemaparan tentang: latar belakang, alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup penulisan, metodologi penulisan, definisi istilah dan landasan teori, judul tesis dan sistematika penulisan.

(14)

Bab II Kondisi Penderita Stroke di GKJ Wuryantoro

Pertama pembahasan tentang kondisi penderita stroke, meliputi pembahasan tentang: pengertian penyakit stroke, jenis penyakit stroke, faktor-faktor resiko penyakit stroke, derita pasca stroke, pengobatan dan terapi, cara pencegahan stroke dan ciri-ciri orang yang kena sakit stroke. Kedua pembahasan tentang penderita Stroke di GKJ Wuryantoro Wonogiri. Pembahasan meliputi: data jemaat penderita stroke, data wawancara, analisa hasil wawancara, lama menderita, tanggapan dari penderita stroke, dari pendamping dan dari para pendeta, menurut penderita dan pendamping serta sikap penderita stroke dan keluarganya.

Bab III Doa Minta Hikmat Pemulihan Bagi Penderita Stroke

Pembahasan berikut meliputi: doa sebagai ekspresi iman, fungsi doa, doa dan spiritualitas, doa bagi penderita stroke di GKJ Wuryantoro.

Bab IV Pelayanan Pastoral Holistik Terhadap Penderita Stroke di GKJ Wuryantoro, Wonogiri

Pembahasan meliputi pelayanan pastoral bagi orang sakit, Makna pelayanan pastoral holistik, pelayanan kesehatan di GKJ Wuryantoro, pelayanan kesehatan holistik melalui perkunjungan doa terhadap penderita stroke di GKJ Wuryantoro.

Bab V Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data leksikon amaik padi dalam Bahasa Dayak Salako Di Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas peneliti memberikan beberapa saran yaitu;

obat penekan imun (lain daripada methotrexate) umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan penyakit yang sangat agresif atau mereka yang dengan komplikasi-komplikasi

Desa atau lingkungan tertentu yang memiliki lahan pertanian rata-rata sama luasnya ( one class system ) akan berbeda pengaruhnya terhadap sistem pertanian

KEMAMPUAN MENULIS BAHASA JEPANG MENGGUNAKAN FOTO MELALUI MEDIA SOSIAL FACEBOOK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Retribusi yang kita bayarkan setiap kali parkir/ seharusnya bisa dikelola dengan lebih baik// Karena. meskipun Cuma 500 rupiah/ tapi bila diakumulasi/ angka pendapatan parkir

vulkanik, terak baja dan air laut dalam memperbaiki kimia tanah di tanah gambut. dataran tinggi Kecamatan Lintong Ni Huta,

Dilihat dari alat dan perangkat yang digunakan manusia dalam melakukan komunikasi, maka komunikasi dapat dibedakan atas :.. Komunikasi Akoptika,  adalah komunikasi yang

Orientasi dakwah yang Allah perintahkan adalah menyeru dan mengajak manusia kepada jalan Tuhan yaitu menjadi hamba-hamba Allah yang tunduk dan patuh kepadaNya