Memberdayakan Potensi Social Skill Mahasiswa Ppgt Berasrama Melalui Model Pembelajaran Berbasis Life Skill
Yullys Helsa & Farida F, M.T
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang
Abstrak
Pengembangan model pembelajaran berbasis lifeskill perlu dilakukan bagi mahasiswa S1
Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) di PGSD FIP UNP , agar mahasiswa calon guru SD yang berasal dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) tersebut, memperoleh bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang siap pakai. Penelitian berawal dari melihat keadaan mahasiswa PPGT yang dari daerah Aceh dan Nusa Tenggara Timur (NTT), pada umumnya belum punya keterampilan yang dapat dikembangkan untuk menunjang pembangunan. Di samping itu masih ada pola fikir mahasiswa yang bersifat lokal, misalnya masih terlihat perilaku sebahagian mahasiswa hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompok daerah saja, susah berinteraksi dengan mahasiswa daerah lain, kemampuan berpikir dan akademik masih harus ditingkatkan. Pengembangan mode lpembelajaran
berbasis life skill menggunakan teori Kemp Metode penelitian adalah metodekualitatif dengan
rancangan multisitus.Mahasiswa S1 PPGT PGSD FIP UNP adalah mahasiswa calon guru SD yang dibiayai sepenuhnya oleh DIKTI berdasarkan MoU tanggal 11 September 2011, jumlah mahasiswa 66 orang berasal dari Propinsi Aceh dan NTT. Semua kebutuhan mahasiswa ditanggung oleh Negara dan mereka tinggal di asrama dengan fasilitas lengkap. Pada penelitian ini terlihat kecakapan social (Social Skill) mahasiswa meningkat dari sebelumnya, dengan
menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill.
Kata Kunci: Life Skill, Social Skill, Pengembangan, dan PPGT PGSD UNP.
PENDAHULUAN
Mahasiswa tingkat Sarjana Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (S1 PPGT) pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP berasal dari Propinsi Aceh 61 orang dan NTT 5 orang. Mahasiswa tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah dan tinggal diasrama dengan fasilitas lengkap. Oleh sebab itu sektor pelatihan berupa penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja yang telah digariskan KKNI dapat dilaksanakan dan mudah di kontrol.
Sesuai dengan Peraturan Presiden tentang KKNI, maka mahasiswa S1 PPGT PGSD
FIP UNP, perlu dibekali dengan pembelajaran berbasis life skill (kecakapanhidup) yang
dilaksanakan di asrama di luar jam kuliah sebagai pengetahuan penunjang. Menurut Tim BBE
(2002:5-6) ada 5 macam life skill yaitu: (1) self awareness (kecakapan pengenalan diri) yang
didekati dengan pelatihan keagamaan dan terapimental, (2) thinking skill (kecakapan
didekati dengan keterampilan-keterampilan berorganisasi, (4) academic skill (kecakapan akademik) dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan sesuai materi perkuliahan yang telah mereka ikuti dan dengan tuntutan kurikulum dalam menunjang pendidikan seperti membuat
media sederhana, membuat makalah, proposal PKM, dan lain-lain, serta (5) vocational skill
(kecakapan kejuruan) dengan melaksanakan keterampilan-keterampilan bidang pertanian,
perikanan, peternakan, dan industri.
Keutamaan penelitian adalah mengembangkan suatu model pembelajaran bagi mahasiswa S1 PGSD, dengan mengintegrasikan pendidikan formal di kampus dengan pendidikan non formal di asrama, yang dapat membekali calon guru untuk memilki 4 kompetensi pada dirinya yaitu; kompetensi pedagogik, professional,kepribadian dan sosial.
Life skill (kecakapan hidup) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya, Tim BBE (2003).
Pendidikan berorientasi life skill (kecakapan hidup) di Indonesia baru diusulkan oleh tim BBE (2002) yang memilah life skill menjadi 5 bahagian yaitu: pengenalan diri (selfawarenes), kecakapan berpikir (thinking skill), kecakapan sosial (socialskill), kecakapan kejuruan (vocational skill) dan kecakapan akademik (academic skill). Bangsa Indonesia yang merupakan bahagian integral dari masyarakat dunia yang memiliki nilai religius, life skil lmasih harus ditambah lagi dengan akhlak artinya kesadaran diri berpikir rasional. Akhlak harus menjadi kendali setiap tindakan seseorang, inilah pentingnya pembentukan jati diri dan kepribadian.
Pembentukan vocational skill (keterampilan kejuruan) adalah keahlian dalam bidang tertentu, dalam penelitian ini keahlian yang diharapkan adalah memanfaatkan lingkungan sebagai tempat usaha berbagai bidang misalnya peternakan, perikanan, pertanian, dan industri. Vocasional perlu dilatihkan sebagai bekal untuk berwira usaha atau melatih peserta didik.
Salah satu contoh kecakapan kejuruan seperti yang diajukan oleh Deutch (2000) tentang pusat teknologi bioproses akan memberikan sumber-sumber yang berarti untuk memberi latihan bagi mahasiswa yang mencari pekerjaan dalam bidang farmasi dan proses bioindustri, itu juga
mendorong penelitian dan pembangunan bisnis. Pendidikan kecakapan hidup (life skill) menjadi sebuah visi pendidikan dalam mengubah pola pembelajaran untuk menjadikan manusia
lebih berkualitas. Pola pendidikan di SD yang diarahkan kepada pembentukan life skill sangat mungkin dilaksanakan untuk semua jenjang kelas, sebab tidak mengubah sistem kurikulum
yang ada, tidak menambah beban mata pelajaran baru hanya mengubah ientasi pembelajaran. Tim BBE (2003).
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 PPGT berasrama yang berjumlah 66 orang semua mahasiswa berasal dari propinsi Aceh dan NTT, model yangtelah dibuat lalu dilaksanakan dengan metode praktek langsung. Waktu penelitian 10 bulan yang bertempat di asrama UPP3 PGSD FIP UNP
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data adalah multisitus,dengan mendeskripsikan keadaan apa adanya di lapangan. Data dikumpulkan dengan cara pelatihan dan observasi, kemudian data diolah dengan cara dikelompokkan kemudian direduksi lalu disajikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecakapan sosial dapat dilakukan melalui beberapa fase atau tahap yaitu: (1) Pembentukan untuk mengorganisir kelompok dan menetapkan petunjuk perilaku meliputi penggunaan suara, mendengar ringkikan, menginap dirumah teman, memimpin, menanyakan perkerjaan teman dan tolong-menolong, (2) Norma untuk melengkapi, menyudahi tugas, membangun hubungan yang efektif meliputi memasukkan teman sebagai anggota, mendorong orang lain, mendengarkan dengan fokus, membiarkan teman mengambil bahagian, menghormati pendapat satu sama lain dan tidak meninggalkan tugas, (3) Penyelarasan mengutamakan pemikiran kritis dan memaksimalkan dari semua pelajaran meliputi memperjelas, menafsirkan gagasan, memberi contoh, pemeriksaan perbedaan, menghasilkan alternatif dan mencari konsensus, (4) Penambahan wawasan fungsi efektif dan memungkinkan pekerjaan regu meliputi melihat poin-poin semua pandangan usaha untuk setuju dan menyokong yang punya gagasan, (5) Melakukan/menyelenggarakan lebih tinggi/cepat mengukur ,berpikir keterampilan kreativitas meliputi menguraikan gagasan, mengintegrasikan gagasan, meluaskan gagasan, membenar kangagasan, menyatukan dan menjangkau konsensus, dan (6) Perbaikan ulang untuk menerapkan kedalam kehidupan melebihi kemampuan di kelas.
Siklus keterampilan sosial dimulai setiap kali kelompok baru dibentuk, anggota baru bergabung dengan kelompok, anggota adalah obsent kelompok, tugas baru diberi dan pelaksanaan absensi untuk pemikiran kerjasama dalam kelas. Pembentukan kecakapan sosial lebih banyak disumbangkan oleh materi pengetahuan sosial materi Bahasa Indonesia.
Pendidikan kecakapan hidup (lifeskill) menjadi sebuahvisi pendidikan dalam mengubah pola pembelajaran untuk menjadikan manusia lebih berkualitas. Pola pendidikan di SD yang
diarahkan kepada pembentukan life skill sangat mungkin dilaksanakan untuk semua jenjang
kelas, sebab tidak mengubah sistem kurikulum yang ada, tidak menambah beban mata pelajaran baru hanya mengubah orientasi pembelajaran. Tim BBE (2003).
Gambar berikut ini menunjukkan skema hubungan antara kenyataan hidup, kecakapan
hidup (life skill) dan mata pelajaran, anak panah dengan garis putus-putus menunjukkan alur
rekayasa kurikulum.
Kehidupan Nyata
Lifeskill Mata
Pelajaran
Gambar1: Hubungan Kehidupan Nyata, Kecakapan Hidup dan Mata Pelajaran. Tim BBE (2002.b).
Keterangan: Menunjukkan arah dalam pengembangan kurikulum Menunjukkan arah kontribusi hasil pembelajaran
Posisi antara life skill dan mata pelajaran, dikaitkan dengan jenjang pendidikan adalah
seperti gambar berikut ini.
TK SD, SMP, SLTA, S1, S2 S3
Gambar 2: Penekanan Pembelajaran antara Life Skill dengan Substansi Mata Pelajaran.
Tim BBE (2002.b).
Life Skill
Substansi (Kecakapan Hidup)
Pembentukan Social Skill dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui kegiatan seperti gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Makan Bersama pada Perayaan Maulid Nabi
Kecakapan sosial dapat dilakukan melalui beberapa fase atau tahap yaitu: (1) Pembentukan untuk mengorganisir kelompok dan menetapkan petunjuk perilaku meliputi penggunaan suara, mendengar ringkikan, menginap dirumah teman, memimpin, menanyakan perkerjaan teman dan tolong-menolong, (2) Norma untuk melengkapi, menyudahi tugas, membangun hubungan yang efektif meliputi memasukkan teman sebagai anggota, mendorong orang lain, mendengarkan dengan fokus, membiarkan teman mengambil bahagian, menghormati pendapat satu sama lain dan tidak meninggalkan tugas. (3) Penyelarasan mengutamakan pemikiran kritis dan memaksimalkan dari semua pelajaran meliputi memperjelas, menafsirkan gagasan, memberi contoh, pemeriksaan perbedaan, menghasilkan alternatif dan mencari konsensus. (4) Penambahan wawasan fungsi efektif dan memungkinkan pekerjaan regu meliputi melihat poin-poinsemua pandangan usaha untuk setuju dan menyokong yang punya gagasan. (5) Melakukan/menyelenggarakan lebih tinggi/cepat mengukur, berpikir keterampilan kreativitas meliputi menguraikan gagasan, mengintegrasikan gagasan, meluaskan gagasan,membenarkan gagasan, menyatukan dan menjangkau konsensus. Dan (6) Perbaikan ulang untuk menerapkan ke dalam kehidupan melebihi kemampuan di kelas.
Siklus keterampilan sosial dimulai setiap kali kelompok baru dibentuk, anggota baru bergabung dengan kelompok, anggota adalah obsent kelompok, tugas baru diberi dan pelaksanaan absensi untuk pemikiran kerjasama dalam kelas. Pembentukan kecakapan sosial
Perhatikan gambar 4 di bawah ini, kegiatan ini merupakan aktivitas berkelompok yang bertujuan untuk bekerjasama untuk membersihkan mushala di asrama.
Gambar 4: Mahasiswa bergotongroyong
Social skill (kemampuan sosial) yang tergolong kedalam kemampuan sosial adalah:
komunikasi, kepercayaan, kepemimpinan, kemampuan menyelesaikan konflik. Yang termasuk komunikasi adalah menggunakan suara, mendengarkan, memimpin bersama, memperjelas, merasakan nada, meluaskan gagasan, menguraikan gagasan, memberi contoh. Yang termasuk kepercayaan adalah menghormati pendapat satu sama lain, mendengarkan dengan fokus, menyimpan pikiran terbuka. Yang tergolong kepemimpinan adalah tolong-menolong, memasukkan teman sebagai anggota, mendorong orang lain untuk berbuat,mencari consensus, menyokong yang punya gagasan, mengintegrasikan gagasan, dan menyatukan pendapat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pembentukan sosial skill (keterampilan sosial ) adalah sebuahvisi pendidikan dalam
mengubah pola pembelajaran untuk menjadikan manusia lebih berkualitas. Siklus keterampilan sosial dimulai setiap kali kelompok baru dibentuk, anggota baru bergabung dengan kelompok, anggota adalah obsent kelompok, tugas baru diberi dan pelaksanaan absensi untuk pemikiran kerjasama dalam kelas. Melalui kerjasama ini terbentuk jiwa gotog royong, saling membantu, menghargai dan demokrasi. Disarankan kegiatan ini dilaksanakan bagi sekolah, dan perguruan
tinggi di seluruh Indonesia, karena sangat berkembang untuk sosial skill peserta didik.
RUJUKAN
Appelman A, 2005. Embraching Divercity Through Self-Awareness .Columbia Universitas Of
Missouri.Diakses 13 Januari 2006.
Arief, Awar, 2003. Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung, Alfabeta. Dirjen Dikti, 2012,
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Jakarta Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Fogarty R, 1991. How To Integrated the Curricula, Illinois, Skylight Publishing. Hungerford
et.all, 1990. Financial Jutification Discussion Thresd. Diakses tanggal 6 Januari2006.
Ibrahim Muslimin, 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Martin MGT, 2004, The Limits of Self Awareness. Nederland: Cluwer Academic. Diakses 9
Januari 2006.
Slamet, P.H. 2004. Perkembangan Manusia Indonesia Berkarakter Teknologi. Yokyakarta:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.029. tahun kedua.
Tim BBE, 2002a, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill), melalui pendekatan
Broad- Based Education’ Jakarta: Depdiknas.
Tim BBE, 2003, Pola Pelaksanaan Kecakapan Hidup (Life Skill), melalui pendekatan