31 1.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT Hutchison Charoen Pokphand Telecommunications Indonesia (HCPT) yang sekarang bernama H3I, telah memiliki ijin usaha sejak tahun 2004 dan mulai beroperasi secara resmi sejak 30 Maret 2007 sebagai salah satu pemain di industri telekomunikasi selular Indonesia dengan mengusung brand “3” (baca: tri).
Menurut Presiden Direktur HCPT Rajic Sawhney, “Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar tapi memiliki kendala berupa tarif selular yang mahal bila dibandingkan dengan empat negara di ASEAN.” (telkom.info, 2007). HCPT dengan brand 3 mengguncang industri telekomunikasi selular di Indonesia dengan melakukan terobosan promo marketing dalam debut nya di industri ini, yaitu
dengan menetapkan pricing yang sama dengan Esia saat itu, salah satu operator
telekomunikasi selular berbasis Fixed Wireless Access (FWA) di Indonesia, sebesar Rp 50 per menit.
Sebelumnya, layanan operator telekomunikasi selular berbasis FWA
dipersepsikan lebih murah secara signifikan bila dibandingkan dengan operator lainnya (www.thejakartapost.com, 2007)
Dalam waktu relatif singkat, HCPT dengan brand 3 berhasil meningkatkan pangsa pasarnya hingga mencapai 50 juta pelanggan dari total pangsa pasar industri telekomunikasi selular di Indonesia (www.tri.co.id, 2015)
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Adapun Visi dari HCPT adalah “Memberikan layanan komunikasi hari esok pada masyarakat ini” Misi dari HCPT adalah “Mengoperasikan layanan 2G dan 3G di Indonesia di bawah bendera 3” (www.three.co.id, 2008)
Semakin ketatnya persaingan antar operator seluler dengan melakukan peluncuruan produk baru dan promo-promo menarik yang secara langsung dapat menarik jumlah pelanggan seluler yang juga semakin bertambah, semakin sadarnya masyarakat akan kualitas maka harga bukan satu-satunya faktor penentu kepuasan jasa telekomunikasi, kualitas jaringan juga merupakan hal yang penting, kualitas radio 2G dan 3G pada jaringan yang handal dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi pelanggan didalam berkomunikasi. Oleh sebab itu, para operator jaringan bersaing untuk menyediakan jaringan dan layanan yang prima.
Ada beberapa cara untuk mengeahui kinerja pada suatu jaringan telekomunikasi
yaitu dengan mengetahui Availability/ Ketersediaan jaringan dan Parameter
Kualitas jaringan. Kaitannya dengan sistem Back Up kelistrikan maka hal yang
dipengaruhi adalah Availability jaringan, sedangkan Parameter kualitas dapat
dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan konfigurasi perangkat transceivernya.
4.1.3 Sistem Back Up Kelistrikan Genset
Salah satu perangkat Back Up kelistrikan yang digunakan terbanyak pada jaringan
H3I adalah sistem Genset. Pihak HTI sebagai pelaksana servis maintenance jaringan milik H3I ingin melaksanakan RCM terhadap peralatan sistem Genset
Up listrik. Sistem Genset berfungsi sebagai penyedia tenaga cadangan ketika
tenaga utama (PLN) mengalami gangguan.
Ketika jaringan PLN mengalami black out (pemadaman), maka secara otomatis
ATS akan mentrigger sistem Genset untuk memulai perannya mem-Back Up
beban dengan suplai listrik yang dihasilkannya.
Gambar 4.1 Sistem Sederhana Back Up Kelistrikan
Gambar 4.2 Sistem Genset Back Up
Genset System
ATS/ AMF Beban
PLN
Tabel 4.1 Sistem Utama Genset
Kode Peralatan Sistem Utama Peralatan
1 Fuel System
2 ATS/ AMF System
3 Engine
4 Alternator
5 Voltage Regulator (AVR)
6 Lubrication System
7 Battery Charger
8 Cooling and Exhaust System
9 Synchronization Control Panel (if any)
10 LVMDP System
Adapun alur kerja fungsi sistem Genset dalam mengambil perannya mem-Back
Up listrik ketika terjadi gangguan PLN, adalah sebagai berikut:
1. Saat listrik PLN berhenti menyediakan suplai maka ATS/ AMF
men-trigger Genset untuk mulai starting dan melakukan
warming up (Pemanasan mesin).
2. Jika Genset Back Up nya lebih dari satu atau tipe sinkron maka
proses setelahnya adalah melakukan proses sinkronisasi terlebih dahulu fasa listrik antar genset dengan mengatur speed control mesin genset.
3. Ketika warming up dan proses sinkron selesai maka Contactor
mulai tersambung untuk langsung memberikan suplai daya ke Beban.
Seperti uraian di paragraph sebelumnya bahwa ada dua data Sekunder yang dijadikan acuan untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas ketersdiaan
jaringan seluler yaitu berupa Laporan Network Availability (NAV) yang dapat
diambil dari histori, laporan ini diapatkan dari divisi NOC Surveillance, kemudian
data-data Trouble Ticket (TT) yang didapatkan dari tim FOC Network Operation
Center (NOC). Berdasarkan data Availability yang dihimpun dari tim NOC
Surveillance didapatkan bahwa selama periode tahun 2015, target Availability nya masih cenderung fluktuatif tetapi jarang mencapai target yang diinginkan oleh H3I sebagai pihak pemilik jaringan yang HTI pelihara, yaitu di angka 99,5%, seperti dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Network Availability National H3I periode Januari 2015 – Mei 2015 Permasalahan performance ini tentu saja mengecewakan H3I sebagai pemilik Network dan tentunya mengecewakan pelanggan H3I sebagai pihak yang langsung merasakan efek nya.
Selain itu data yang didapatkan dari laporan tim Network Operation Center
(NOC) pada empat minggu di bulan Mei 2015 berupa laporan Dashboard adalah gambaran umum mengenai penyebab kenapa NAV nya sulit mencapai targetnya.
Gambar 4.4 3G NAV Dashboard Periode Mei 2015
Gambar 4.5 2G NAV Dashboard Periode Mei 2015
Dilihat dari aspek Power dan Infrastruktur, dalam laporan Dashboard tersebut
dapat terlihat pada tanda merah bahwa salah satu penyebab umum degradasi
jaringan adalah karena masalah pemadaman PLN yang seharusnya dapat di-Back
Up dengan baik oleh sistem Genset yang terpasang, masalah kegagalan Genset
perangkat pemancar. Hal ini tentunya perlu ditelusuri lebih dalam untuk mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai permasalahan yang
mengakibatkan Genset Back Up ini mengalamai kegagalan.
1.2 Pengolahan Data Trouble Ticket
Seperti yang sudah pernah disinggung bahwa data sekunder yang dipakai adalah
data histori Trouble Ticket (TT) yang bisa didapatkan dari NOC.
Tabel 4.2 TT Summary Masalah Genset Periode Januari 2015
Gambar 4.6 Diagram Pareto TT Genset Periode Januari 2015
0 5 10 15 20
Count of Genset Title - January 2015
CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_Out_of_Fuel CDC_Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault
Tabel 4.3 TT Summary Masalah Genset Periode Februari 2015
Gambar 4.7 Diagram Pareto TT Genset Periode Februari 2015
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Count of Genset Title - February 2015
CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault Genset_Low_Fuel CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault Genset_Out_of_Fuel Genset_ATS_Fault
Tabel 4.4 TT Summary Masalah Genset Periode Maret 2015
Gambar 4.8 Diagram Pareto TT Genset Periode Maret 2015
0 10 20 30 40 50 60
Count of Genset Title - March 2015
Genset_ATS_Fault CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_Low_Fuel Genset_ATS_Fault Genset_Out_of_Fuel CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault Genset_Out_of_Fuel
Tabel 4.5 TT Summary Masalah Genset Periode April 2015
Gambar 4.9 Diagram Pareto TT Genset Periode April 2015
0 5 10 15 20 25 30 35 G en se t_HW _ Fau lt CD C_ G e n se t_ AT S_ … G en se t_A TS_ Fau lt G en se t_HW _ Fau lt G en se t_Lo w _F u e l CD C_ G e n se t_ AT S_ … G en se t_A TS_ Fau lt G en se t_HW _ Fau lt G en se t_Ou t_ o f_ Fu el G en se t_A TS_ Fau lt G en se t_Lo w _F u e l G en se t_Ou t_ o f_ Fu el G en se t_A TS_ Fau lt G en se t_Lo w _F u e l G en se t_Ou t_ o f_ Fu el
Count of Genset Title - April 2015
Genset_HW_Fault CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault Genset_Low_Fuel CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault Genset_Out_of_Fuel
Tabel 4.6 TT Summary Masalah Genset Periode Mei 2015
Gambar 4.10 Diagram Pareto TT Genset Periode Mei 2015
Dari beberapa data Summary Trouble Ticket (TT) Genset yang didapatkan dari tim NOC tersebut, kemudin diterjemahkan kedalam Diagram Pareto akan
didapatkan data bahwa penyumbang terbesar dari sistem Genset Back Up
dikarenakan masalah subsistem ATS (ATS Fault).
0 5 10 15 20 25 30
Count of Genset Title - May 2015
CDC_Genset_ATS_Fault Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault Genset_Low_Fuel Genset_Low_Fuel Genset_ATS_Fault Genset_HW_Fault
Dari beberapa data yang diperoleh ini kemudian perlu diambil langkah selanjutnya berupa analisa kegagalan dengan menggunakan metode RCM untuk
mengidentifikasi komponen kritis penyebab kegagalan sistem ATS Genset Back
Up yang dimiliki oleh H3I.
Kelebihan utama RCM dibandingkan metode maintenance lain adalah karena
metode ini lebih mengedepankan failure consequence daripada karakteristik
teknisnya. Artinya bahwa alasan utama tindakan preventive maintenance bukan
untuk mencegah kegagalan, melainkan menghindari atau setidaknya mengurangi
konsekuensi dari kegagalan. RCM mengklasifikasikan failure consequences ke
dalam empat kategori, yaitu :
1. Hidden failure consequences
Kegagalan yang terjadi tidak dapat diketahui oleh operator. Ini tidak memberikan pengaruh secara langsung, tapi lama kelamaan dapat menyebabkan failure yang lebih fatal.
2. Safety and environmental consequences
Konsekuensi ini apabila failure dapat melukai atau atau mengancam jiwa seseorang.
3. Operational consequences
Suatu failure berdampak operasional jika memengaruhi operasional
4. Non-Operational consequences
Failure tidak menyebabkan pengaruh tehadap safety maupun operasional, jadi