• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis Perawatan Benda Cagar Budaya Bahan Kayu Direktorat Peninggalan Purbakala - Departemen Kebudayaan dan Pariwisata - Tahun 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Petunjuk Teknis Perawatan Benda Cagar Budaya Bahan Kayu Direktorat Peninggalan Purbakala - Departemen Kebudayaan dan Pariwisata - Tahun 2006"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kayu terbentuk dari tiga unsur utama yaitu selulosa, hemiselulosa dan

lignin serta unsur tambahan yaitu zat ekstraktif dan zat silika. Selulosa merupakan zat utama pembentuk dinding sel kayu yang merupakan makanan

utama bagi rayap. Lignin berfungsi sebagai pengikat antar dinding sel kayu. Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung selulosa untuk membentuk matrik dinding sel. Zat ekstraktif merupakan faktor yang menentukan tingkat keawetan alami kayu, sedangkan zat silika menentukan tingkat kekerasan alami kayu. Zat ekstraktif yang semakin beracun akan mengakibatkan tingkat keawetan alami kayu semakin tinggi. Kandungan silika yang tinggi mengakibatkan kekerasan pada kayu. Kualitas kayu dipengaruhi oleh jenis kayu, berat jenis kayu, umur, posisi kayu di dalam batang, dan musim penebangan kayu.

Kayu dihasilkan oleh tetumbuhan yang memiliki daun berwarna hijau. Tetumbuhan penghasil kayu terdiri atas pohon, bambu, rotan dan jenis-jenis palmae (kelapa, nibung dan lain-lain).

Jenis kayu yang memiliki keunggulan dalam hal kekuatan, keawetan, dan kemudahan pengerjaannya biasanya digunakan sebagai benda cagar budaya. Contoh di Jawa banyak digunakan kayu jati (Tectona grandis), di Kalimantan kayu ulin (Eusideron zwageri), di Sulawesi kayu bayam, di Papua kayu besi atau merbau (Intsia bijuga). Di berbagai lokasi itu, benda cagar budaya berbahan kayu sebagian terletak di tempat terbuka dan sebagian berada di tempat tertutup. Benda cagar budaya di tempat terbuka contohnya bangunan masjid, kraton, rumah adat. Sedangkan yang terletak di tempat tertutup berupa koleksi museum contohnya hiasan/ornamen, arca dan jenis koleksi lainnya.

Meskipun kayu memiliki banyak keunggulan, kayu itu cepat atau lambat akan mengalami proses kerusakan dan pelapukan. Oleh karena itu

(2)

kayu perlu perawatan dan pengawetan agar kayu tidak cepat menjadi rusak dan lapuk, sehingga umurnya menjadi lebih lama. Agensia perusak yang menyebabkan kayu menjadi rusak ialah serangga, terutama rayap dan kumbang bubuk, sedangkan lapuknya kayu disebabkan oleh serangan cendawan atau jamur

2. Maksud dan Tujuan

Petunjuk teknis perawatan benda cagar budaya bahan kayu dimaksudkan sebagai pedoman teknis operasional bagi lembaga pemerintah dan masyarakat untuk melakukan perawatan benda cagar budaya bahan kayu. Sedangkan tujuannya agar lembaga pemerintah dan masyarakat memahami cara-cara perawatan benda cagar budaya bahan kayu dan melaksanakannya sehingga terjaga kelestariannya.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup petunjuk teknis perawatan benda cagar budaya bahan kayu, meliputi benda cagar budaya bergerak dan tidak bergerak yang tersebar diseluruh Indonesia. Sedangkan jenis perawatan benda cagar budaya bahan kayu meliputi perawatan preventif dan perawatan kuratif secara tradisional atau modern.

4. Batasan Pengertian

Benda cagar budaya bergerak adalah benda cagar budaya yang sifatnya dapat dipindahkan atau tidak berada pada satu tempat secara terus menerus.

Benda cagar budaya tidak bergerak adalah benda cagar budaya yang sifatnya tidak dapat dipindahkan karena terikat dengan matriksnya.

Bahan Organik adalah bahan yang berasal dari organisme atau makhluk hidup biasanya berupa organ makhluk hidup (kayu, tulang, gading, tekstil). Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan sifat – sifat alami

(3)

Faktor Eksternal adalah faktor dari lingkungan tempat benda cagar budaya tersebut berada, berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu faktor biotik dan abiotik/ non biotik

Faktor Biotik adalah faktor yang berasal dari makhluk hidup (serangga, jamur, tikus).

Faktor Abiotik adalah faktor yang berasal dari unsur tak hidup ( suhu, kelembapan, cahaya, api, dsb).

Kerusakan adalah perubahan bentuk yang terjadi pada bahan benda cagar budaya yang tidak disertai dengan perubahan sifat fisik maupun sifat kimianya.

Pelapukan adalah perubahan yang terjadi pada bahan benda cagar budaya yang disertai dengan perubahan sifat-sifat fisik ( desintegrasi) dan perubahan sifat-sifat kimiawinya (dekomposisi).

Perawatan adalah upaya melestarikan benda cagar budaya bahan kayu dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor manusia, alam, dan hayati, baik dengan cara tradisional maupun moderen.

Perawatan Preventif adalah tindakan untuk mencegah benda cagar budaya agar terhindar dari faktor- faktor penyebab proses pelapukan dan kerusakan.

Perawatan Kuratif adalah tindakan dalam rangka penanggulangan kerusakan dan pelapukan benda cagar budaya.

Pengawetan adalah upaya untuk meningkatkan ketahanan benda cagar budaya terhadap kerusakan dan pelapukan.

Pengawetan Tradisional, yaitu tindakan pengawetan yang dilakukan secara tradisional.

Pengawetan Moderen yaitu tindakan pengawetan yang dilakukan secara moderen.

Pembersihan adalah tindakan untuk menghilangkan debu, noda, penyakit pada benda cagar budaya yang dapat memacu proses pelapukan dan kerusakan.

Perbaikan adalah upaya merawat benda cagar budaya yang telah rusak dengan cara merekat, menambal, mengisi lubang, menginjeksi, menyambung, mengganti dan menyelaraskan warna.

Konsolidasi adalah tindakan untuk memperkuat kembali ikatan/ struktur dari benda yang menjadi lemah akibat pelapukan dengan menggunakan bahan konsolidasi.

Pelapisan bahan pelindung, yaitu tindakan untuk melindungi benda cagar budaya dengan cara mengolesi permukaannya dengan menggunakan bahan pelapis (transparan) yang disebabkan oleh faktor air.

(4)

Lapisan Kedap Air, yaitu suatu lapisan yang berfungsi untuk mencegah rembesan dan kapilarisasi air.

Thermosetting adalah sifat mengerasnya bahan perekat akibat percampuran dua komponen bahan yaitu resin dan harderner atau ditambah katalisator membentuk rangkaian tiga dimensi dan kalau sudah mengeras tidak dapat dilarutkan kembali.

Thermoplastik adalah sifat mengerasnya bahan perekat akibat perubahan suhu dan menguapnya bahan pelarut yang membentuk rangkaian 2 dimensi dan setelah mengeras dapat dilarutkan kembali.

Epoksi resin adalah struktur bahan perekat thermosetting yang terdiri dari dua komponen bahan yaitu resin dan harderner

Penyimpanan adalah upaya melestarikan benda cagar budaya bergerak

dengan cara menempatkannya di dalam ruang tertutup dan

mengkondisikan ruang agar memiliki suhu dan kelembaban udara tertentu serta cahaya dengan intensitas tertentu pula.

Struktur kayu adalah konfigurasi yang ditampilkan oleh serat, pembuluh, parenkim, dan jari-jari

Tekstur kayu adalah ukuran mengenai serat, pembuluh, parenkim, dan jari-jari.

Zat ekstraktif adalah zat yang dapat dikeluarkan dari kayu tanpa merusak kondisi fisik kayu.

pH adalah konsentrasi ion hidrogen pada suatu larutan yang menjadi indikator terhadap tingkat keasaman atau kebasaan larutan itu.

(5)

BAB II PERAWATAN

2. 1. Sebelum Pelaksanaan

Kegiatan awal perlu dilakukan sebelum pelaksanaan perawatan. Kegiatan awal ini meliputi :

1. Observasi

a. Observasi jenis kayu meliputi morfologi, kilap, struktur dan tekstur kayu.

b. Observasi terhadap kerusakan dan pelapukan antara lain meliputi: kilap, perubahan warna, perubahan bentuk (melengkung, memuntir), retak, pecah, terbelah, noda, keropos, lapuk, busuk, lunak, rapuh.

c. Observasi kondisi dan bahan pelapis permukaan kayu.

d. Observasi terhadap kondisi klimatologi (suhu, kelembaban, curah hujan, penguapan) pada lingkungan mikro maupun makro.

e. Observasi terhadap gejala dan tanda kehadiran agen perusak dan pelapuk kayu.

2. Identifikasi dari hasil observasi

Identifikasi dari hasil observasi meliputi tiga aspek, yaitu kayu asli, kayu pengganti dan pengujian efektifitas.

2.1 Kayu asli

a. Analisis morfologi, kilap, struktur dan tekstur kayu untuk mengetahui jenis kayu.

b. Analisis faktor dan penyebab kerusakan dan pelapukan kayu. 2.2 Kayu pengganti

a. Analisis morfologi, kilap, struktur dan tekstur kayu untuk mengetahui jenis kayu.

b. Analisis terhadap sifat fisika (kadar air, berat jenis, penyusutan dan pemuaian) dan mekanika kayu (kekuatan-kekuatan: lengkung statis, tekan, geser, tarik).

2.3 Pengujian efektifitas bahan perawatan dan dampaknya terhadap benda cagar budaya kayu.

(6)

3. Rencana penanganan

Rencana penanganan meliputi penentuan: prosedur, metode, teknik, bahan, peralatan, tenaga (jumlah dan kompetensi), dan biaya.

2. 2. Pelaksanaan

2. 2. 1. Persiapan sarana dan prasarana

Persiapan perlu dilakukan agar kegiatan perawatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Persiapan ini berkaitan dengan sarana dan prasarana.

1. Sarana

Sarana yang dibutuhkan untuk kegiatan perawatan benda cagar budaya bahan kayu adalah sebagai berikut.

a. Peralatan tukang kayu, misalnya palu, pahat, waterpass;

b. Bahan dan peralatan perekaman data, misalnya pena gambar,

kertas kalkir, kertas milimeterblok, kamera, lampu blitz, skala meter, kompas, negatif film, baterai.

c. Peralatan perawatan, misalnya vacuum cleaner, sikat, sprayer, pisau spatula.

d. Bahan perawatan yang digunakan tergantung jenis dan tingkat kerusakan dan pelapukan yang terjadi. Bahan perawatan yang biasa digunakan, misalnya:

• Bahan pembersih : Neorever, Toluol,

Aceton, Alkohol, air rendaman

tembakau.

• Bahan perekat : Epoxy resin, Lem (alami dan buatan).

• Bahan konsolidasi : Paraloid B-72

• Bahan pengawet : Steadfast, air rendaman tembakau, cengkeh, teh.

(7)

2. Prasarana

Prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan perawatan benda cagar budaya bahan kayu berupa penyediaan daerah kerja, bengkel kerja dan fasilitas bagi para pekerja.

2. 2. 2 Perawatan

Jenis Kegiatan Perawatan meliputi: 1. Perawatan Preventif

Perawatan preventif dimaksudkan untuk mencegah terjadinya proses kerusakan dan pelapukan terhadap benda cagar budaya. Berdasarkan sifat-sifatnya, perawatan preventif meliputi 2 (dua) jenis yaitu perawatan rutin dan pengendalian kondisi klimatologi di lingkungan mikro dan makro.

a. Perawatan Rutin

Perawatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari maupun berkala dalam periode waktu tertentu untuk mencegah kerusakan dan pelapukan benda cagar budaya bahan kayu.

1) Benda cagar budaya tidak bergerak Sasaran : debu, noda dan

pertumbuhan jasad pada permukaan benda cagar budaya kayu dan lingkungannya.

Bahan : air, air rendaman tembakau, alkohol

Peralatan :kain bersih, kuas; kemoceng, sikat ijuk;sapu lidi; sabit; cangkul; tangga, dsb. Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Lakukan pembersihan debu, noda, dan pertumbuhan jasad pada permukaan kayu benda cagar budaya.

3. Lakukan pencabutan rumput dan

pembersihan sampah serta kotoran di sekeliling benda cagar budaya.

4. Lakukan perbaikan ringan sesuai

keperluan.

2) Perawatan benda cagar budaya bergerak Sasaran : Debu dan noda

Bahan : Air, Alkohol

Peralatan: Kain bersih; kemoceng; kuas, sikat nilon atau sikat ijuk

(8)

Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Lakukan pembersihan debu dan noda pada permukaan kayu benda cagar budaya, dengan peralatan yang disediakan 3) Pengendalian kondisi klimatologi pada lingkungan mikro

dan pemantauan pada lingkungan makro

a. Pengendalian Kondisi Klimatologi Lingkungan Mikro Sasaran: suhu, kelembaban, pencahayaan, kadar air kayu Bahan : Air, silica gel, kertas pias, tinta pias

Peralatan: termometer, termometer bola basah bola kering, termohygrograph, protimeter, hygrometer, luxmeter, dehumidifier

Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Lakukan pengukuran suhu, kelembaban, pencahayaan, dan kadar air kayu.

3. Lakukan pencatatan data dan perhitungan hasil pengukuran

4. Pengolahan dan evaluasi hasil pengukuran

5. Khusus untuk benda cagar budaya bergerak perlu dilakukan pengendalian suhu (20-24°C), kelembaban (45-60%), pencahayaan (50-150 lux), radiasi ultraviolet (kurang dari 300 nannometer), dan kadar air kayu (14-20%).

b. Pemantauan Kondisi Klimatologi Lingkungan Makro Sasaran: cuaca dan iklim (suhu, kelembaban, penguapan,

curah hujan, arah dan kecepatan angin, lama penyinaran)

Bahan :Air, kertas pias, tinta pias

Peralatan : termometer, termometer bola basah bola kering, termohygrograph, protimeter, hygrometer,

luxmeter, evapometer, raingauge, anemometer, cambelstokes

Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Lakukan pengamatan suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin, lama penyinaran

3. Lakukan pencatatan data dan penghitungan hasil pengamatan

(9)

2. Perawatan Kuratif

Kegiatan perawatan ini dimaksudkan untuk menanggulangi segala permasalahan kerusakan dan pelapukan bahan benda cagar budaya. Atas dasar bahan yang digunakan, kegiatan perawatan kuratif meliputi 2 jenis perawatan yaitu perawatan secara tradisional dan perawatan moderen.

a. Perawatan Tradisional 1). Pembersihan

Sasaran : debu, noda, lumut kerak, jamur.

Bahan :air, air rendaman tembakau, cengkeh dan pelepah pisang.

Peralatan : - sikat - kuas

- kain lap bersih - ember plastik Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Lakukan perendaman 10 gram tembakau ditambah 10 gram cengkeh dan 10 gram pelepah pisang ke dalam 1 liter air selama 24 jam.

3. Lakukan pembersihan kayu secara kering.

4. Oleskan air rendaman ke seluruh permukaan kayu.

5. Gosok dengan menggunakan kain secara hati-hati dan terus menerus sampai kering (dilakukan berulang-ulang) sehingga noda menghilang dan permukaan kayu menjadi bersih.

6. Keringkan dengan kain lap bersih semaksimal mungkin. Catatan : Cara pembersihan tradisional ini dilakukan di Rumah Adat Kudus setiap tahun sekali dan sudah berlangsung secara turun temurun. Hasil pembersihan sangat memuaskan, selain akumulasi debu atau kotoron menghilang juga mampu meningkatkan kilap dan menanggulangi serangan rayap atau serangga yang lain.

b. Perawatan Moderen

Jenis kegiatannya meliputi pembersihan, perbaikan, konsolidasi, pengawetan dan pelapisan permukaan.

1. 1 Pembersihan

a). Pembersihan mekanis kering Sasaran : debu dan noda

Bahan : Tidak diperlukan bahan secara khusus Peralatan : - Kuas dan sikat halus;

- Vacuum cleaner. Langkah-langkah:

(10)

2). Lakukan pembersihan debu dan noda dengan menggunakan kuas dan sikat secara cermat dan hati-hati terutama bagi kayu yang berkondisi rapuh.

3). Lakukan penyedotan debu dengan vacuum cleaner

b). Pembersihan kimiawi

Sasaran : Noda dan cat pelapis permukaan

Bahan : Bahan pelarut organik antara lain alkohol, aceton, toluol, ethyl acetate atau bahan

pembersih cat khusus "Neorever", kertas pH. Peralatan : - Sikat nylon halus (sikat gigi)

- Kuas - Kain Lap - Kapas - Solet bambu/kayu - Sarung tangan - Masker Langkah-langkah:

1). Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2). Lakukan pembersihan secara kering dengan

menggunakan kain lap atau sikat gigi untuk menghilangkan debu dan noda.

3). Siapkan solet bambu/kayu dan balut ujungnya dengan kapas/ kain halus dan basahi dengan salah satu pelarut organik yang telah disiapkan

Lakukan penggosokan pada noda yang menempel pada kayu secara cermat dan hati-hati

Untuk kerak cat yang sudah mengeras dan terikat kuat dengan permukaan kayu dan sulit dibersihkan dengan bahan pelarut organik, maka dapat digunakan bahan pembersih cat neorever.

Oleskan neorever dengan kuas pada noda cat dan dibiarkan selama maksimal 15 menit

kemudian dikupas dengan menggunakan spatula. Bersihkan dengan sikat nylon halus sampai

bersih.

Bersihkan secara berulang-ulang sisa bahan kimia yang tertinggal di permukaan kayu dengan menggunakan kain lap basah sampai air sisa

(11)

1. 2 Perbaikan

a). Perekatan

Sasaran : kayu asli yang patah, pecah (gempil) dalam ukuran kecil.

Bahan : lem epoxy thermosetting atau perekat kayu Peralatan : Spatula, tray, masker, sarung tangan Langkah-langkah :

1) Siapkan bahan dan alat yang diperlukan. 2) Campurkan lem dan aduk hingga rata

3) Oleskan lem pada permukaan kayu yang akan direkatkan.

4) Tunggu sampai kering b).Pengisian lubang bekas serangga

Sasaran : Seluruh lubang pada permukaan kayu

Bahan : Lem atau epoxy resin

Peralatan : - Spatula - Baki plastik. - Sarung tangan - Masker

Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Siapkan bahan pengisi dengan cara mencampurkan serbuk kayu dengan lem atau epoxy resin sampai membentuk pasta

3. Masukkan bahan pengisi ke dalam lubang bekas serangga dengan menggunakan spatula.

4. Biarkan mengering. c). Penambalan

Sasaran: lubang dan bagian kayu yang rapuh Bahan : epoxy resin, kayu, mill atau serbuk kayu

Peralatan: tray, spatula, masker, sarung tangan dan alat pertukangan kayu

Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Campur dan aduk hingga rata bahan perekat (resin + hardener), kemudian campurkan dengan mill atau serbuk kayu.

3. Siapkan papan datar atau triplek yang telah dibuat lobang kecil dan oleskan vaselin pada permukaannya 4. Tutup rongga dengan papan

5. Isikan bahan tersebut pada bagian yang berlobang 6. Biarkan bahan mengering dan mengeras, kemudian

triplek dilepas. 2 2 2 3 3

(12)

7. Khusus untuk kayu rapuh yang volumenya besar perlu di sisipi dengan kayu sejenis yang volumenya sama dan sudah diolesi dengan bahan perekat.

d). Injeksi bagian yang retak Sasaran : Retakan kayu

Bahan : Epoxy resin, wax, atau lempung Peralatan : - injektor

- Masker

- Sarung tangan Langkah-langkah:

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Kenakan masker dan sarung tangan untuk keamanan dalam bekerja.

3. Tutup retakan dengan wax atau lempung dan buat corong pada bagian yang paling atas

4. Siapkan campuran resin dan hardener secara homogen

5. Injeksikan bahan tersebut ke bagian kayu yang retak. 6. Setelah epoxy resin mengering, kupas wax atau

lempung sampai bersih. e). Penyambungan

Sasaran : Bagian yang mengalami patah, rapuh Bahan : Lem, Epoxy resin,dan kayu

Peralatan :Spatula, masker, klem/tali pengikat,

sarung tangan, pasak dan alat

pertukangan kayu Langkah-langkah:

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan. 2. Pakailah masker dan sarung tangan.

3. Potong bagian kayu yang rapuh dan buatlah bidang sambung pada benda cagar budaya. 4. Siapkan kayu pengganti dan buatlah bidang

sambung sesuai bidang sambung yang ada pada benda cagar budaya .

5. Siapkan bahan perekat dan oleskan pada kedua bidang sambung.

6. Sambungkan kedua bidang sambung dan

pasanglah klem atau tali pengikat agar posisi sambungan tidak berubah.

7. Bidang sambung yang secara struktural berfungsi menyangga beban dapat dipasang pasak sebagai perkuatan.

(13)

8. Khusus untuk kayu yang patah tetapi kondisinya masih baik, penyambungan hanya dilakukan dengan menggunakan perekat pada bidang patahan, sehingga bidang patahan difungsikan sebagai bidang sambung. Dalam hal kayu berukuran besar dan secara struktural berfungsi sebagai penyangga beban dapat digunakan pasak sebagai perkuatan.

9. Setelah bahan perekat kering lepaskan klem dan tali pengikat, serta bersihkan sisa bahan perekat f). Penyelarasan Warna ( Kamuflase)

Sasaran :bekas pengisian lubang, bekas tambalan, bekas injeksi, dan bekas sambungan

Bahan :bubuk gergajian kayu yang mempunyai tekstur dan warna sejenis dengan kayu asli, bahan epoxy resin.

Peralatan :spatula, baki, kuas, lap kain, masker, sarung tangan.

Langkah-langkah:

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan, dan pakailah masker dan sarung tangan.

2. Siapkan serbuk gergajian kayu yang warna dan teksturnya sama dengan kayu asli.

3. Siapkan bahan perekat epoxy resin dan campurkan dengan serbuk gergajian kayu hingga homogen 4. Oleskan bahan tersebut pada bekas pengisian

lubang, bekas tambalan, bekas injeksi, dan bekas sambungan

5. Setelah bahan perekat mendekati masa kental perlu ditaburi dengan serbuk gergajian kayu sejenis.

6. Bersihkan sisa bahan perekat yang masih menempel di permukaan kayu.

1.3 Konsolidasi

Sasaran : kayu yang lapuk

Bahan : Paraloid B-72 dengan pelarut organik (toluen) Peralatan : - timbangan

- ember plastik/gelas beaker - gelas ukur - kuas - injektor - alat pengaduk - sarung tangan - masker

(14)

Langkah-langkah:

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan, pakailah masker dan sarung tangan.

2. Pakailah masker dan sarung tangan.

3. Bersihkan dan keringkan permukaan kayu yang akan dikonsolidasi.

4. Siapkan larutan konsolidan dengan konsentrasi yang sesuai berkisar antara 1 – 2.5 %.

5. Oleskan larutan konsolidan tersebut dengan

menggunakan kuas atau dengan alat injeksi sampai merata pada seluruh permukaan yang lapuk.

6. Biarkan bahan tersebut mengering.

7. Aplikasi bahan konsolidasi dapat juga dilakukan dengan cara perendaman untuk mendapatkan kekuatan rekat kayu yang lebih tinggi.

1.4 Pengawetan

a). Cara Pengolesan dan penyemprotan Sasaran : Seluruh permukaan kayu

Bahan : Beberapa jenis bahan dengan spesifikasi bahan pengawet kayu yang biasanya digunakan antara lain Chlordane EC-90, Dieldrin, minyak tanah.

Peralatan :- ember plastik / gelas beaker

- gelas ukur - sarung tangan - masker - kuas - sprayer Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan, pakailah masker dan sarung tangan.

2. Bersihkan dan keringkan seluruh permukaan kayu. 3. Siapkan larutan bahan pengawet kayu dengan pelarut

dan kadar yang sesuai.

4. Oleskan larutan bahan pengawet kayu tersebut dengan menggunakan kuas, alat semprot atau dengan alat injeksi sampai merata pada seluruh permukaan kayu.

5. Biarkan bahan tersebut mengering.

6. Aplikasi bahan dapat juga dilakukan dengan cara perendaman untuk mendapatkan hasil pengawetan yang lebih baik dan lama.

(15)

1.5 Pelapisan permukaan (coating)

Sasaran :pelapisan permukaan benda cagar budaya yang telah rusak (misalnya di cat atau di politur).

Bahan : - Cat - Politur - Vernis

Peralatan: - Ember plastik - Sarung tangan - Kuas - Masker - Kain lap - Alat pengaduk - Alat semprot Langkah-langkah :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan, pakailah masker dan sarung tangan.

2. Bersihkan pelapis permukaan kayu yang mengelupas. 3. Siapkan bahan pengganti pelapis permukaan kayu yang

sesuai dengan jenis dan warna bahan pelapis kayu yang asli.

4. Oleskan bahan pelapis tersebut dengan menggunakan kain, kuas, alat semprot sampai merata pada seluruh permukaan kayu.

5. Biarkan bahan tersebut mengering. 1.6. Pelapisan bahan kedap air

Sasaran :Mencegah/menghambat kapilarisasi dan rembesan air pada kayu yang berhubungan langsung dengan tembok atau tiang tiang yang kontak dengan tanah Bahan : Araldite tar, ter

Peralatan : Kuas, Ember Langkah-langkah:

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Pakailah masker dan sarung tangan

3. Oleskan bahan pada bagian kayu yang berhubungan langsung dengan tembok/tanah

4. Pekerjaan ini hanya dilakukan pada kayu yang dibongkar.

(16)

2.3 Sesudah Pelaksanaan 2.3.1 Penyimpanan

a. Sasaran:

• Benda cagar budaya bergerak berbahan kayu b. Persyaratan Minimal Tempat Penyimpanan :

- Tempat penyimpanan harus di bawah atap, baik berupa bangunan rumah atau bangsal.

- Ukuran ruang penyimpanan harus disesuaikan dengan jumlah dan besarnya benda cagar budaya yang akan disimpan.

- Kondisi ruangan agar terkontrol dari segi keterawatan dan keamanan.

c. Peralatan

- Peralatan klimatologi - Peralatan keamanan

- Peralatan pemadam kebakaran - Rak penyimpanan

- Meja beroda - Tangga d. Langkah-langkah

1. Siapkan bangunan tempat penyimpanan

2. Siapkan rak penyimpanan sesuai dengan kebutuhan.

3. Pindahkan benda cagar budaya yang telah dirawat dengan menggunakan alat angkut yang telah disiapkan.

4. Letakkan benda cagar budaya yang telah dirawat tersebut pada rak dengan posisi yang benar dan aman.

2.3.2 Pendokumentasian • Sasaran:

1. Data benda cagar budaya,

2. Data kerusakan dan pelapukan benda cagar budaya, 3. Data mengenai faktor dan penyebab kerusakan atau

pelapukan,

4. Data kondisi lingkungan, 5. Jenis kegiatan perawatan 6. Hasil kegiatan perawatan

• Bentuk :verbal (tulisan yang mendeskripsikan) dan piktorial (gambar, foto, dll)

• Waktu :sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan perawatan

(17)

2.3.3 Pemantauan dan Evaluasi • Sasaran:

1. Keterawatan benda cagar budaya bahan kayu 2. Kondisi klimatologi di lingkungan mikro dan makro

• Bahan:

1. hasil perekaman kondisi keterawatan awal, 2. hasil perekaman pelaksanaan perawatan

3. hasil perekaman setelah pelaksanaan perawatan

• Peralatan : standardisasi keterawatan benda cagar budaya

• Langkah-langkah:

1. Amati kondisi keterawatan setiap komponen benda cagar budaya bahan kayu, minimal 1 tahun sekali baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

2. Ambil sampel untuk dianalisis di laboratorium, jika diperlukan. 3. Bandingkan antara kondisi sebelum dan sesudah perawatan.

4. Bila ada perubahan terutama pada penurunan kualitas keterawatan perlu diambil langkah-langkah lebih lanjut.

(18)

BAB III PENUTUP

Perawatan kayu adalah merupakan tindakan yang bersifat teknis arkeologis, sehingga dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku secara teknis arkeologis. Tindakan ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam rangka pengendalian dan penghambatan proses pelapukan agar umur benda dapat lebih diperpanjang dan dapat diteruskan kepada generasi mendatang.

Dalam rangka pelaksanaannya diperlukan pengetahuan yang bersifat komprehensif terhadap permasalahan terkait yang dihadapi, baik yang menyangkut sifat-sifat alami bahan dasar yang digunakan, agensia pelapukan yang ada, dan mekanisme proses pelapukannya. Untuk mengetahui permasalahannya secara tepat perlu dilakukan penelitian sesuai dengan prosedur diagnostik yang berlaku.

Pedoman Perawatan BCB khususnya bahan dasar kayu mencakup sifat alami bahan dasar kayu, aspek agensia kerusakan, pelapukan dan proses pelapukannya, serta metode pananganan konservasinya, sehingga diharapkan melalui pengalaman-pengalaman di lapangan dapat dikembangkan lebih lanjut.

Diharapkan semoga pedoman ini bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penanganan konservasi bcb bahan kayu.

Referensi

Dokumen terkait

Karena nelayan memilih untuk mempertahankan bentuk yang lama, maka perlu dilakukan analisa khususnya stabilitas kapal supaya performa kapal akan tetap baik meskipun

Dalam penelitian ini digunakan observasi yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas yang digunakan untuk

Stasiun 2, Stasiun 3 dan Stasiun 4 yang masing-masing berada di perairan Desa Boni, Desa Tolama dan Desa Holulai dimasukan pada kriteria cukup sesuai untuk budidaya rumput laut

Pengelolaan dan Pemeliharaan Sungai : Kegunaan Teknik Sungai dengan Segala Kriterianya , River Engineering Program Universitas Diponegoro, Semarang.. Perbaikan dan

Proses penciptaan pengetahuan tentang obat herbal dan tanaman obat keluarga oleh tim Penggerak PKK Desa Cisondari telah berjalan dengan baik yang meliputi proses

Branding plays the most important variable that has the strongest correlation to the consumer trust in skin care advertising, follow by third party certification, then

Salah satu fitur baru yang hadir pada New Pajero Sport ini adalah Multi Information Display (MID) yang memiliki panel lebih canggih serta dilengkapi dengan Mitsubishi

- Preston = open borough =any adult male present in the constituency at the time of the election could vote?. Who wanted what in terms