Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 1
STRESS DAN PERANNYA DALAM ORGANISASI : Stressors,
Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan
Oleh : Aris Budi Setyawan
Abstrak
Dalam suatu organisasi, seorang individu akan selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Respon terhadap setiap interaksi tersebut, akan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Tidak jarang individu tidak mampu merespon dengan tepat dari inetraksi-interaksi yang terjadi, sehingga muncullah stress, terutama apabila ada tuntutan yang melibihi kondisi normal sebagai indovidu.
Secara umum stress terjadi karena 4 sumber, yakni extraorganizational stressors, Organizational stressor, Group stressors, dan individual stressor. Dengan memahami sumber, gejala dan implikasinya, organisasi maupun individu, dalam hal ini pekerja dapat mengelolanya dan mengarahkannya menjadi hal yang positif, sehingga justru memberi dampak positif baik bagi pekerja maupun bagi organisasi.
A. Pendahuluan
Sebagai individu dan sebagai anggota organisasi, setiap manusia atau sebagai pekerja akan selalu dihadapkan pada konsekuensi sebuah peristiva hidup atau aktivitas, seperti berumah tangga, berinteraksi dengan orang lain, bekerja dan aktvitas organisasi lainnya. Jika seseorang merespon dari setiap aktivitas ini, orang dapat merasakannya sebagai Eustress (sesuatu yang positif) atau sebagai Distress (sesuatu yang cenderung negatif. Tentu saja, sebuah dalam sebuah organisasi yang diharapkan adalah bahwa stress pekerja yang terjadi dapat berimplikasi positif, karena stress pekerja ini memiliki hubungan yang positif dengan kinerja pekerja itu sendiri, dan tentu akan berdampak pula bagi organisasi (Jalagat, 2017; Mittal and Bhakar, 2018).
Eustress akan terjadi ketika setiap peristiwa yang dialami akan menimbulkan perasaan senang, semangat mapun tantangan, dan mengkonversinya menjadi eneergi yang positif. Stres dapat membantu dalam sistem kekebalan tubuh yang lebih baik, kreativitas, pemecahan masalah dan bermanfaat untuk mencapai target (Rizwan et al., 2014). Sedangkan bila setiap peristiwa menimbulkan persahaan tertekan, merasa tidak ada yang bisa dilakukan, dan semacamnya, serta hal ini tidak dapat dikurangi, atau diatasi maka hal ini dapat memicu munculnya Distress. Fokus pembahasan dalam makalah ini banya membahas masalah Distress, yang untuk penjelasan berikutnya, dengan alasan kemudahan akan disebut dengan istilah stress saja. Dalam sebuah organisasi, pengaruh stress pada kesehatan sudah sejak lama disampaikan oleh penelti bidang perilaku organisasi (Parker, 1983). Secara psikologis dan fisik, efek stres dapat berkontribusi pada beberapa implikasi yang kurang baik, termasuk bagi bagi pekerja. Dalam sebuah survei yang dilakukan pada 1.016 orang dewasa di Inggris dan Amerikan ditemukan bahwa 87% menyatakan bahwa stress merupakan masalah kesehatan yang serius (JWT Intelligence dan Palley, 2012).
Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 2 Sumber : JWT Intelligence dan Palley, 2012
Gambar 1. Pentingnya Stress Untuk Kesehatan
Pengaruh dan peran stress ini pada gilirannya, tentu akan mempengaruhi kinerja seorang pekerja dan juga organisasinya (Mittal and Bhakar, 2018).
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kembali berbagai sumber stress, gejala yang akan muncul, implikasi dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola stress pekerja, sehingga dapat menjadi tekanan yang positif bagi pekerja dan tentu saja bagi organisasi.
B. Pembahasan
B.1. Konsep Umum Stress (Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan)
Dalam sebuah organisasi umumnya berkembang pemahaman bahwa stress berhubungan dengan sesuatu yang negatif yang dapat ditandai dengan ketidaktenangan, ketidakfokusan pada pekerjaan, sehingga upaya yang dilakukan kemudian adalah mencegah atau menghindarinya. Namun seperti dijelaskan oleh Luthan dalam bukunya Organization Behavioral edisi 12, stress juga dapat berarti positif.
Ivancevich and Matteson menjelasakan dengan sederhana bahwa stress adalah “the interaction of the individual with the environment,” namun kemudian keduanya memberikan definisi yang lebih rinci bahwa stress diartikan sebagai : “an adaptive response, mediated by individual differences and/or psychological processes, that is a consequence of any external (environmental) action, situation, or event that places excessive psychological and/or physical demands on a person.” Dari definisi ini dapat dimengerti bahwa stress adalah
respons adaptif, yang dimediasi oleh perbedaan individu dan / atau proses psikologis, yang merupakan konsekuensi dari tindakan, situasi, atau peristiwa eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan / atau fisik yang berlebihan pada seseorang.
Beehr and Newman mengartikan job stress sebagai “a condition arising from the interaction of people and their jobs and characterized by changes within people that force them to deviate from their normal functioning”, atau suatu kondisi yang timbul dari interaksi orang dan pekerjaan mereka dan ditandai oleh perubahan dalam diri orang yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal pekerja.
Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 3
Dari 2 definisi yang digunakan dalam bukunya Luthan tersebut, dapat diambil 2 poin penting yakni:
1) Stres pekerja merupakan interaksi berupa respon setiap individu pekerja terhadap lingkungan kerja dan lingkungan eksternalnya
2) Stess pekerja pekerja terjadi karena ada tuntutan yang berbeda dengan kondisi normal masing-masing individu, dan cenderung melebihi psikologis dan fisik pekerja
Untuk mendorong terjadinya stress yang positif pada pekerja, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui faktor penyebab stress, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya kondusif pada penyebab-penyebab stress tersebut. Menurut Robbin (2009) stress disebabkan tiga faktor, yaitu :
Penyebab karena faktor Lingkungan,
Penyebab dalam organisasi dan
Penyebab kareka faktor pribadi pekerja.
Sementara itu menurut Luthan (2011), penyebab stress adalah:
Extraorganizational Stressors, yang menjelaskan faktor diluar elemen organisasi seperti budaya, gender, aspek demografik lainnya yang bisa menyebabkan stres.
Organizational Stressors, yang berhubungan dengan administrative policies and strategies, organizational structure and design, organizational processes, and working conditions
Group Stressors, yang bisa terjadi karena kurangnya kekompakan kelompok dan kurangnya dukungan dari sosial kelompoknya
Individual Stressors, yang berhubungan dengan pola kepribadian Tipe A/B, kontrol pribadi, ketidakberdayaan, dan ketabahan psikologis.
Setiap stressor akan menunjukkan gejala yang berbeda pada masing-masing pekerja. Secara individu perubahan fisik akan terlihat seperti tekanan darah, sesaknya dada, hingga nafsu makan/minum yang tidak terkendali. Secara sosial pekerja dapat menjadi menjadi reaktif atau apatis, dan dari sisi organisasi stress akan ditunjukkan dengan perilaku yang melanggar kebijakan organisasi, seperti terlambat, tidak mencapai target, dll.
Setiap gejala, akan menimbulkan dampak yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik akan setiap stressor dan gejala yang muncul dari seorang pekerja. Dengan penjelasan di atas, penulis dapat merangkumnya dalam gambar berikut ini.
Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 4 Gambar 3. Sumber, Gejala, dan Implikasi Stress
B.1. Hasil-hasil temuan Penelitian Tentang Stress
Extaorganizational Stressor
Dari salah satu bagian penelitian yang dilakukan peneliti terkait stress kerja, terutama karena adanya perubahan lingkungan kerja sebagai akibat dari diterapkannya kebijakan Work From Home di tahun 2020 (penelitian dilakukan terhadap 313 pekerja dengan berbagai profesi selama masa WHF), diperoleh informasi bahwa :
Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 5
Organization Stressors
Faulkner dan Patiar (1997) mengatakan tempat kerja mungkin menjadi sumber utama stres bagi individu mengingat jumlah waktu yang dihabiskan dan fakta bahwa keamanan finansial dan kesuksesan karir tergantung pada kinerja kerja. Dalam penelitian perilaku organisasi masa lalu, stres kerja, dan kinerja pekerjaan telah mendapat perhatian luas. Untuk kinerja keseluruhan perusahaan, variabel perilaku organisasi ini penting.
Mittal dan Bhakar (2018) meneliti dampak overload peran pada stres kerja, kepuasan kerja dan kinerja pada wanita yang sudah menikah. Jumlah responden sebanyak 150 wanita bekerja. Dimensi yang digunakan terhadap stres kerja adalah tekan waktu, stres pekerjaan, dan kelelahan psikis. Hasil pengukuran memperlihatkan kelebihan peran memiliki dampak signifikan terhadap stres kerja, karena berbagai peran yang harus dijalankan dalam keluarga dan perusahaan. Hal ini meyebabkan stres, kelelahan dan ketidakpuasan yang berdampak pada menurunnya kinerja.
Kepuasan kerja memediasi hubungan antara stres kerja dan keinginan berpindah, tapi tidak memiliki hubungan langsung antara keinginan berpindah (Tziner et al., 2015). Hal ini memperlihatkan bahwa semakin banyak pekerjaan yang menekan, maka semakin rendah kepuasan kerja.
Karakteristik pekerjaan juga akan memberikan tekanan atau tingkat stress yang berbeda-beda, seperti terlihat dalam hasil survei lainnya terhadap 86.000 responden karyawan dan pekerja melalui situs Jobplanet.com sejak Agustus 2015 hingga Januari 2017, berikut ini.
Tabel 2. Profesi dengan Tingkat Stress Paling Tinggi
Sumber : Joplanet, 2017
Group Stressors
Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Linkedin Learning di tahun 2019, ditemukan bahwa dari 2.843 profesional, 49% merasakan tekanan dalam tempat kerja. Penelitian ini menemukan juga ada 5 pendorong besar stress di tempat kerja, yakni :
Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 6 Sumber : Petrone, 2019
Gambar 4. 5 Pendorong Utama Stress di tempat Kerja
Dalam gambar di atas terlihat, bahwa rekan kerja dapat menjadi pemicu terjadi stress di tempat kerja.
Individual Stressors
Penelitian Jalagat (2017) menemukan bahwa keterampilan dan kelebihan kerja secara signifikan berkorelasi dengan kinerja karyawan dengan nilai p 0,000 (p = 0,000 <0,05) dan 0,033 (p = 0,033 <0,05 masing-masing yang lebih rendah dari tingkat kepercayaan 0,05 sementara tidak ada hubungan yang signifikan antara ambiguitas peran (p = 0,324> 0,05) dan kinerja karyawan
Tziner et al. (2015) mendapati Kelelahan merupakan faktor yang memediasi sebagian hubungan antara stres kerja dan kepuasan kerja. Kenyataannya stres kerja sering, meskipun tidak selalu, secara langsung menyebabkan ketidakpuasan.
C. Kesimpulan
Sebagai bagian dari organisasi, setiap pekerja akan selalu berinteraksi dan memberikan respon pada setiap aktivitasnya dalam organisasi. Interaksi dengan lingkungan organisasi dan juga dengan lingkungan ekternal seringkali memiliki tuntutan yang melebihi kondisi normal pekerja sebagai individu, sehingga muncullah stress. Hal ini diperkuat dengan karakter setiap individu yang berbeda antara pekerja yang satu dengan lainnya.
Stress terjadi karena ada sumber pemicunya, yang dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok sumber stress, yakni extraorganizational stressors, Organizational stressor, Group stressors, dan individual stressor. Dengan memahami sumber, gejala dan implikasinya, organisasi maupun pekerja dapat mengelolanya menjadi tekanan yang positif, karena stress yang dapat dikelola dengan baik justru akan berdampak positif baik bagi pekerja maupun bagi organisasi.
Stres Pekerja Dalam Organisasi: Stressors, Symtoms, Iplikasi, dan Tindakan. Hal - 7 Donal F. Parker, (1983), Organizational Determinants of Job Stress, Organizational Behavior
And Human Performance, Academic Press, Inc.
F. Luthan, (2011), Organization Behavior : R: An Evidence-Based Approach, 12th Edition, McGraw-Hill, New York
John M. Ivancevich and Michael T. Matteson, (1993), Organizational Behavior and Management, 3rd ed., McGraw-Hill, New York
Monika Mittal and S.S.Bhakar, (2018), Examining the Impact of Role Overload on Job Stress, Job Satisfaction and Job Performance-A study among Married Working Women in Banking Sector, International Journal of Management Studies
Paul Petrone, (2019), Stress at Work Report: Who is Feeling It the Most and How to Combat It, LinkedIn Learning
Revenio Jalagat, (2017), Determinants of Job Stress and Its Relationship on Employee Job Performance, American Journal of Management Science and Engineering, doi: 10.11648/j.ajmse.20170201.11
Stephen P. Robbins, and Timothy A. Judge, (2013), Organizational Behavior : Global Edition, Pearson Education Limited, England
T. A. Beehr and J. E. Newman, (1978) “Job Stress, Employee Health, and Organizational Effectiveness: A Facet Analysis, Model, and Literature Review,” Personnel Psychology, Winter 1978, pp. 665–699
Tzimer, at.al, (2015), Work stress and turnover intentions among hospital physicians: The mediating role of burnout and work satisfaction, Revistade Psicologiadel Trabajoydelas Organizaciones
https://www.jwtintelligence.com/2012/12/data-point-as-super-stress-era-sets-in-many-see-stress-as-majorhealth-issue/