• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dikelola dengan teknologi tinggi diharapkan dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dikelola dengan teknologi tinggi diharapkan dapat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya berlimpah yang dapat digunakan sebagai komoditi perdagangan. Sumber daya alam, sumber daya manusia dan letak yang strategis merupakan faktor penting bagi Indonesia dalam menciptakan keunggulan komperatif. Jika dikelelola dengan baik, sumber daya yang dimiliki Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sumber daya yang dikelola dengan teknologi tinggi diharapkan dapat menjadi komoditi andalan Indonesia. Teknologi tinggi menghasilkan produk yang lebih efisien serta memiliki daya saing dengan produk negara lain.

Komoditi yang diproduksi secara efisein diharapkan akan menjadi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan keunggulan komperatif. Keunggulan absolut terjadi karena Indonesia memiliki komoditi yang khas secara kepemilikan. Selain itu, keunggulan absolut juga dapat terjadi melalui teknologi yang menghasilkan efisiensi produksi. Sedangkan keunggulan komperatif terjadi karena suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang relatif lebih murah daripada negara lainnya.

Pemberlakuan kebijakan perdagangan yang tepat terhadap komoditi perdagangan akan menjadikan komoditi Indonesia tersebut dapat bersaing dengan komoditi dari negara lain. Kebijakan yang dapat dilakukan diantaranya pemberian insentif terhadap komoditi ekspor dan pengenaan tarif

(2)

pada komoditi impor. Komoditi yang efisien dan kompetitif pada akhirnya berpengaruh terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia.

Salvatore (1997) menjelaskan bahwa mesin pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah dengan melakukan kegiatan perdagangan (trade as engine of growth). Perdagangan internasional menjadi hal penting untuk mencapai perekonomian yang lebih baik bagi negara di berbagai dunia, karena dengan perdagangan internasional maka diharapkan terciptanya hubungan ekonomi dan dapat meningkatkan kerjasama antar negara serta dapat meningkatkan pendapatan penduduk di negara itu sendiri.

Mankiw (2006) menjelaskan bahwa terbukanya perdagangan internasional akan menguntungkan negara yang bersangkutan secara keseluruhan karena keuntungan yang didapat melebihi kerugiannya. Salah satu keuntungan dengan adanya perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Tujuan adanya perdagangan internasional sendiri adalah untuk meningkatkan perkembangan ekonomi suatu negara, salah satunya dengan melakukan kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan tersebut timbul karena adanya kesadaran bahwa suatu negara tidak ada yang benar– benar bisa mandiri sebab negara satu dengan yang lainya saling membutuhkan impor.

Transaksi perdagangan internasional yang lebih di kenal dengan ekspor-impor pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan transaksi sederhana

(3)

yang tidak lebih adalah kegiatan jual beli antar pengusaha yang berdomisili atau bertempat tinggal di berbagai negara. Dalam al-Quran disebutkan bahwa perdagangan merupakan salah satu jalan mencari rezeki yang diperintahkan oleh Allah dengan cara yang baik. Hal ini sesuai dengan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh antar negara untuk memenuhi kebutuhan negaranya satu sama lain. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa’ : 29, yang berbunyi

اَي اَهُّيَأ ََنيِذَّلا اوُنَمآ ََل اوُلُكْأَت َْمُكَلا َوْمَأ َْمُكَنْيَب َِلِطاَبْلاِب ََّلِإ َْنَأ ََنوُكَت َ ةَراَجِت َْنَع َ ضاَزَت َْمُكْنِم

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu… (An-Nisa’: 29).

Namun dalam teknis pertukaran barang dan jasa antar negara ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang komplek antara pengusaha heterogen yang mempunyai bahasa, kebudayaan, dan adat istiadat yang berbeda.

Pengutamaan ekspor telah di berlakukan pada tahun 1983 dimana sejak saat itu ekspor menjadi fokus utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.

Yogyakarta yang terkenal dengan istilah kota pelajar merupakan citra yang menjadi ciri khas kota Yogyakarta. Di Yogyakarta terdapat kurang lebih 116 perguruan tinggi yang tiap tahunnya menarik mahasiswa baru dari berbagai daerah di Indonesia sehingga meningkatkan jumlah penduduk yang ada di Yogyakarta. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka berbanding lurus dengan permintaan akan barang-barang kebutuhan.

(4)

Bertambahnya informasi juga akan mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang tersebut yang berkembang.

Isu yang berkembang saat ini adalah mudahnya akses informasi karena pengaruh perkembangan teknologi yang semakin maju sehingga merubah permintaan yang semula sederhana menjadi lebih kompleks dan beragam, hal ini mendorong perubahan pola hidup masyarakat yang semula apa adanya menjadi cenderung konsumtif.

Dengan adanya perubahan jaman, informasi, dan teknologi yang berkembang pesat merubah masyarakat menjadi orang-orang modern yang mempunyai kebutuhan tinggi namun menuntut fasilitas yang simpel dan mudah di capai dalam memenuhi kebutuhannya. Sandang atau pakaian merupakan kebutuhan primer manusia. Pada masa sekarang ini kebutuhan sandang manusia bukan hanya sekedar pakaian namun pakaian sudah menjadi fashion yang menjadi tolok ukur gaya hidup sehingga semakin baik kualitas pakaian tersebut berbanding lurus dengan gaya hidup seseorang.

Salah satu produk unggulan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah produk sandang dan kulit. Produk sandang dan kulit di Daerah Isitimewa Yogyakarta merupakan komoditi yang nilai ekspornya tinggi baik dalam bentuk kain, pakaian jadi, batik, kulit di samak, sarung tangan kulit, dan berbagai produk sandang dan kulit lainnya seperti asesoris pakaian, tas, ikat pinggang, dompet dan yang lainnya. Perkembangan produk tersebut di dukung dengan adanya berbagai perusahaan industri besar, menengah, dan kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(5)

Dengan meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan sandang maka para pengusaha tekstil dan pakaian jadi di Yogyakarta tidak hanya memenuhi kebutuhan barang sandang untuk domestik saja akan tetapi para pengusaha tersebut memperluas pasarnya hingga ke luar negeri. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan apabila ditinjau dari nilai ekspor bahwa di antara 20 komoditi utama terdapat 4 komoditi yang paling dominan, diantaranya yaitu Pakaian Jadi Tekstil, Mebel Kayu, Sarung Tangan Kulit dan Biji Vanilla. Gambar dibawah menunjukan komoditi Pakaian Jadi Tekstil memiliki nilai tertinggi pada tahun 2019.

Gambar 1. 1

Perkembangan Komoditas Ekspor di Yogyakarta Tahun 2019

Apabila dilihat dari perkembangan ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan negara tujuan utama, secara umum nilai ekspor pada periode tahun 2019 mengalami peningkatan di sebagian besar negara. Lima negara

(6)

tujuan ekspor yang mempunyai nilai ekspor tertinggi tahun 2019 adalah Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Belanda, dan Korea Selatan. Perbandingan nilai ekspor negara Amerika Serikat pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 18,39%, Jerman naik sebesar 13,01%, Jepang naik 18,54%, Belanda naik sebesar 0,13% dan Korea Selatan turun -7,50%. Beberapa negara yang menunjukkan adanya peningkatan baik volume dan nilai ekspor adalah ke negara Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Belanda, China, Malaysia, Swedia, dan UAE.

Seiring berjalannya waktu terjadi kontraksi pada komoditas pakaian jadi tekstil, sehingga dirasa perlu dilakukannya penelitian yang lebih mendalam pada komoditas ini, mengingat bahwa komoditas tekstil merupakan sub sektor dari komoditas industri yang menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah dan meningkatkan nilai PDRB serta menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor di Yogyakarta. Melihat arti penting sektor industri dan kontribusinya di harapkan adanya kebijakan - kebijakan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berupa kebijakan fiskal khususnya kebijakan perdagangan dalam sektor industri.

Bahan baku merupakan komponen dasar produksi dalam perusahaan penyedia barang. Bahan baku tersebut diolah dengan berbagai cara dan prosedur yang berbeda sehingga dapat menghasilkan barang dengan kualitas terbaik. Dengan kata lain bahan baku merupakan faktor produksi. Harga bahan baku beragam tergantung dari keterediaan bahan baku. Terbatasnya sumber daya alam dalam produksi tekstil menyebabkan pemerintah daerah

(7)

Yogyakarta mengimpor bahan baku untuk memenuhi permintaan yang tinggi akan ekspor tekstil. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir bahan baku tekstil mentah menjadi komoditas utama yang di impor dengan prosentase 67% dari total impor keseluruhan tiap tahunnya. Bayaknya permintaan ekspor akan tekstil menyebabkan pemerintah daerah mengintensifkan impor bahan baku mentah tekstil.

Mengingat bahan baku merupakan faktor produksi, maka secara langsung harga bahan baku dapat mempengaruhi harga tekstil pakaian jadi setelah produksi. Dengan demikian, maka harga produksi juga akan mempengaruhi volume tekstil yang akan di ekspor, karena jika harga barang tinggi, menyebebkan turunnya persaingan harga di pasar internasional dan negara calon pengekspor akan cenderung melirik barang harga murah dengan kualitas sama.

Biaya produksi yang mengakibatkan fluktuasi harga tekstil dan berdampak pada ekspor tekstil Yogyakarta dipengaruhi juga oleh kurs atau nilai tukar. Kurs dalam hal ini kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh pada industri di Yogyakarta karena industri di Yogyakarta masih menggunakan bahan baku impor. Selain itu alat pembayaran yang digunakan pada perdagangan internasional menggunakan mata uang asing yaitu dollar sehingga kurs digunakan pada saat dilakukan ekspor ke luar negeri.

Pergerakan nilai tukar juga akan berdampak pada eksportir maupun importir, misalnya pada saat terjadi depresiasi pihak eksportir akan

(8)

diuntungkan karena harga relatif produk ekspor menjadi lebih murah.

Sebaliknya, depresiasi rupiah merugikan pihak importir karena akan meningkatkan biaya impor. Depresiasi juga meningkatkan tingkat tekanan inflasi dimana apabila inflasi meningkat cukup signifikan maka akan berdampak negatife pada aspek aspek perekonomian termasuk tingkat suku bunga, pendapatan nasional dan tentunya ekspor-impor. Sama halnya dengan nilai tukar dan harga bahan baku yang mempengaruhi harga komoditas, apabila inflasi meningkat akan menyebabkan harga barang naik dan ekspor menurun.

Berdasarkan hasil analisis terdahulu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Vera Pradani Ayuningtyas, Karnowahadi (2016) menunjukkan hasil bahwa pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan kurs rupiah terhadap dollar (X1) da harga ekspor TPT Jawa Tengah (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor TPT Jawa Tengah. Namun secara individual variabel nilai tukar rupiah memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan dan variabel harga ekspor TPT secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor TPT di provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Maygirtasari (2015) menunjukkan hasil bahwa masing-masing secara individual yaitu variabel Produksi CPO domestik, harga CPO Internasional, dan nilai tukar rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Namun variabel harga CPO domestik secara individual berpengaruh negatif dan signifikan.

(9)

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Widhi & Meydianawathi (2014) menunjukkan variabel PDB Amerika Serikat berpengaruh positif dan signifikan, untuk variabel inflasi, investasi, dan kurs dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kerajinan ukiran kayu Indonesia ke Amerika Serikat.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Daerah Istimewa Yogyakarta dengan harapan penulis dapat memberikan sedikit kontribusi dalam pembangunan ekonomi Yogyakarta. Selain memberikan kontribusi, penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ekspor di Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan maka, penelitian ini akan di susun dengan judul “Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Tekstil Sebagai Komoditi Unggulan di Yogyakarta Tahun 2014 - 2020”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana pengaruh Harga Bahan Baku terhadap perkembangan ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 - 2020 ?

2. Bagaimana pengaruh Kurs rupiah terhadap perkembangan ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 - 2020 ?

(10)

3. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap perkembangan ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 - 2020 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana pengaruh harga

bahan baku terhadap ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana pengaruh kurs rupiah terhadap ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogakarta.

3. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana pengaruh inflasi terhadap ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah;

1. Bidang Teoritis/Akademis

Secara teoritis/akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dan memberikan pandangan secara eksplisit, kemudian dapat di lakukan penelitian lebih lanjut terhadap perkembangan ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Bidang Praktis

a. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai opsi untuk menentukan kebijakan yang akan diambil dalam mengembangkan ekspor tekstil dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah.

(11)

b. Bagi Perusahaan Tekstil

Dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengetahui risiko dan solusi guna meningkatkan performa perusahaan dalam produksi dan distribusi ekspor tekstil.

c. Bagi Peneliti

Dapat memberikan kontribusi pengetahuan sebagai mahasiswa ekonomi khususnya pada bidang perdagangan internasional dan meninjau perkembangan ekspor tesktil di Daerah Istimewa Yogyakarta.

d. Bagi kalangan akademik dan pembaca

Sebagai bahan tambahan literatur dan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai perkembangan ekspor tekstil di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga menggunakan analisa regresi linear sederhana, dimana analisa ini digunakan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari

yaitu hubungan dengan kepala rumah tangga merupakan variabel yang terpenting atau variabel pemilah utama disebut juga dengan simpul induk (parent node) dalam

Oleh karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

“Menurut Jumingan (2009, h.183) analisis titik impas (break event point) adalah suatu cara yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengetahui atau

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pandanus tectorius, asam asetat glasial, asam asetat anhidrida,. katalis asam sulfat, LiCl,

Fungsional pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jambi 3 YAZIRMAN, SE., M.Si Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi.. HUSAIRI,

menyatakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah kualitas dari proses pembelajaran dalam hal ini adalah dengan keberadaan Rintisan Sekolah

Suatu penelitian tidak akan pernah merupakan hasil yang bersifat final yang tak dapat diganggu gugat lagi Hasil penelitian seseorang harus tunduk pada penelitian orang lain