• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan literasi informasi siswa Sekolah Dasar melalui model Project-Based Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan kemampuan literasi informasi siswa Sekolah Dasar melalui model Project-Based Learning"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan Volume 1, Nomor 1, Desember 2019

Halaman 436 - 440

Kode: PLB501

Peningkatan kemampuan literasi informasi siswa Sekolah Dasar melalui

model Project-Based Learning

Sukirno

1

, Ary Kiswanto Kenedi

1

, dan Nelliarti

2

1)Universitas Samudra Jl. Meurandeh, Langsa Lama, Meurandeh, Langsa Lama, Kota Langsa, Indonesia 2)SDN 26 Singkarak, Jln Surau Durian Jorong Tampunik, Singkarak, X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Indonesia

Email: sukirno@unsam.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perubahan era menuju era teknologi informasi sehingga diperlukan upaya peningkatkan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar melalui model project based learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya peningkatan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar melalui model project based learning. Implikasi penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar.

Kata kunci: Literasi Informasi, project based learning, sekolah dasar

ABSTRACT

This research is motivated by the changing era towards the era of information technology so that efforts are needed to improve the information literacy skills of elementary school students. The purpose of this study was to determine the improvement of information literacy skills of elementary school students through the project-based learning model. This research is a class action research. The results of the study stated that there was an increase in the ability of information literacy of elementary school students through project-based learning models. The implications of this study can be used as a reference for improving the information literacy skills of elementary school students.

▸ Baca selengkapnya: kemampuan dasar literasi dan steam paud

(2)

1. PENDAHULUAN

Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 (Suwardana, 2018). Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia telah menjadikan Teknologi informasi sebagai sarana utama dalam proses kehidupan. Era revolusi industri 4.0 merupakan era perubahan masa dari era analog menuju era digital (Harto, 2108). Artinya pada era revolusi industri 4.0 masyarakat telah menjadikan teknologi informasi sebagai alat dalam mempermudah kehidupan masyarakat.

Era revolusi industri 4.0 memiliki keuntungan, dampak dan tantangan tersendiri bagi masyarakat. Keuntungan yang dapat diterima masyarakat di era revolusi industri antara lain revolusi industri 4.0 memiliki kajian untuk mempermudah kepentingan manusia, lingkungan dan kesejahteraan (Prasetyo & Trisyanti, 2018). Artinya Revolusi industri 4.0 berkembang untuk mempermudah aktivitas masayrakat dalam mencapai tujuan hidupnya. Era revolusi industri 4.0 akan mendorong individu dalam memgembangkan dirinya untuk memiliki banyak pengetahuan dan ketarampilan (Subekt, Taufiq, Susilo, Ibrohim, & Suwono, 2018). Hal ini dikarenakan era revolusi industri 4.0 memberikan kesempatan terbuka buat setiap individu untuk saling berkompetensi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menggunakan teknologi karena pada era revolusi industri 4.0 teknlogi menjadi suatu yang mudah di jangkau (Adiansah et al, 2019). Era revolusi industri 4.0 membuka lebar masyarakat untuk saling koneksi dan menjalin kerjasama dengan masyrakat negara lainya. Selain itu yan menjadi keuntungan dominan yang dapat dirasakan oleh masyrakat adalah era revolusi industri 4.0 memberi kesempatan luas bagi masyrakat untuk mengakses informasi dari mana saja dan kapan saja (Gazali, 2018).

Keterbukaan informasi inilah yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Keterbukaan informasi yang diberikan oleh revolusi industri 4.0 sangat memungkinkan masyarakat untuk dapat memperoleh informasi sangat cepat dari mana saja dan bisa diakses kapan saja. Masyarakat dapat mengakses sebuah informasi langsung setelah informasi tersebut dikelaurkan. Selain itu masyarkat juga dipermudah untuk menyebarkan informasi yang secara cepat yang bisa di akses oleh masyarakat lainya.

Keuntungan era revolusi industri 4.0 ini juga memiliki dampak terhadap pola prilaku masyarkat. Dengan keterbukaan akses informasi ini mengakibatkan masyarakat sukar untuk dapat menyaring informasi yang layak untuk dikonsumsi. Fakta menyatakan bahwa penyebaran informasi yang tidak benar (hoax) di Indonesia setiap hari meningkat (Marwan, 2016; Silalahi, Bestari, & Saputra 2018). Hal ini membuktikan bahwa lemahnya kemampuan masyarakat indonesia untuk memahami informasi secara menyeluruh. Kemampuan dalam memahami

informasi ini yang disebut dengan literasi informasi. Literasi informasi merupakan kemampuan individu dalam mengakses informasi yang bertujuan untuk memecahkan sebuah permasalahan (Pattah, 2014). Kemampuan literasi informasi perlu ditanamkan kepada setiap masayarakat. Hal ini dikarenakan lieterasi informasi dapat memgedukasi mindividu memahami informasi secara menyeluruuh dalam proses memecahkan masalah. Termasuk untuk siswa sekolah dasar.

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia (Kenedi et al, 2019). Oleh sebab itu pengembangan lietrasi informasi dapat dimulai disekolah dasar. Untuk itu maka peneliti melakukan observasi awal disalah satu kelas di sekolah dasar. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan tidak ditemukan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan lieterasi infromasi siswa karena guru hanya memberikan pembelajaran dengan metode konvensional sehingga pembelajaran menjadi satu arah. Oleh sebab itu peneliti meminta kerjasama guru untuk memberikan tes kemampuan awal siswa tentang kemampuan literasi infromasi. Berdasarkan hasil tes tersebut diperoleh skor kemapuan literasi siswa 55,00 dengan kategori rendah. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan literasi siswa sekolah dasar masih rendah.

Hal ini perlu dicarikan solusinya karena siswa sekolah dasar merupakan siswa yang melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebh tinggi. Proses pendidikan yang mereka jalani akan menuntut kemampuan literasi infromasi ini. Salah satu cara untuk meningkatkan kemapuan siswa adalah penggunaan model pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan kemampuan literasi siwa adalah model project-based learning (PjBL). PjBL merupakan pembelajaran yang menjadikan sebuah proyek sebagai landasan pembelajaran (Blumenfeld et al, 1991). Didalam pengerjaan proyek siswa dituntut untuk mencari, menganalis dan memutuskan informasi apa saja yang akan digunakan dalam menyelesaikan proyek yang akan dibawakan (Bell, 2010). Dalam PjBL informasi menjadi landasan utama dalam proses penyelesaian proyek. Siswa diberikan kebebasan untuk menemukan informasi yang diperlukan dalam proses penyelesaian proyek.

Oleh sebab itu penelitian ini perlu dilakukan agar dapat menyelesaikan permasalahan diatas. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan kemampuan literasi siswa sekolah dasar menggunakan model PjBL.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dikelas V. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemis dan MC Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada perencanaan dilakukan studi

(3)

pendahuluan kemampuan literasi informasi siswa sekolak dasar, pembuatan perencanaan pembejaran berupa RPP, penyusunan tes literasi informasi dan pembuatan lembar pengamatan. Pada tahap pelaksanaan guru melaksanakan pembelajaran dengan model PjBL yang telah ditetapkan. Pada tahap pengamatan guru dinilai dalam proses pemeblajaran menggunakan lembar pengamatan. Selain itu pada proses pengamatan dilaksanakan tes literasi informasi untuk mengukur kemampuan literasi informasi. Tahap refleksi bertujuan untuk menganalisi hasil observasi dan tes untuk kemudian diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipatif dan obeservasi aktivitas kelas, metode pengkuran tes dan metode dokumentasi. Teknik analisis data terbagi dua yaitu analisis data kuantitatif dan data kualitatif.

Indikator keberhasilan dilihat dari peningkatan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar yang berada pada katergori cukup yaitu antara 71 dan 80 dan persentase ketuntasan 80%.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dimulai dengan menyusun perencanaan penelitian yang diawali dengan studi pendahuluan mengenai kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar.Studi pendahulauan dilakukan dengan melakukan pengamatan dan tes kemampuan literasi informasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, tidak ditemukan upaya pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa. Hal ini dapat dilihat pada proses pembelajaran. Guru pada proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah yang tidak memberikan umpan balik kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi satu arah. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (Karim, 2011). Setelah melihat fakta tersebut, peneliti melakuakn uji kemampuan awal literasi informasi siswa sekolah dasar. Kemampuan awla ini bergunan untuk melihat kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan tes yang diberikan didapatkan skor siswa sekolah dasar sebesar 55,00. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar berada pada kategori rendah. Oleh sebab itu peneliti dan guru berkolaborasi untuk menyusun pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa sekoalh dasar. Berdasarkan kesepatakan dipilihal lah PjBl sebagai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya langkah peneliti adalah menyusun RPP. Penyusunan RPP bertujuan sebagai pedoman guru dalam proses pembelajaran. Dalam penyusunan RPP, pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dan langkah PjBL yaitu memulai dengan pertanyaan esensisal, pembuatan desain proyek, pembuatan jadwal, pemantauan kemajuan proyek, penilaian hasil dan refleksi (Abdullah, 2014). RPP dibuat untuk beberapa kali pertemuan agar dapat

diapakai untuk siklus selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen test literasi informasi untuk siswa sekolah dasar. Tes ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan indikator yang telah ditetapkan. Tes disusun berdasarkan indiaktor literasi informasi yaitu perumusan kebutuhan informasi, mengalokasikan dan mengevaluasi kualitas informasi, menyimpan dan menemu kembali informasi, menggunaan infromasi secara efektif dan efisien, serta mengkomunikasikan pengetahuan (Stevens & Campbell, 2008).

Setelah perencanaan di persiapakan, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan. Proses pembelajaran pada siklus 1 dimulai dengan memberikan pertanyaan mengenai lingkungan sekolah. Guru meminta siswa untuk menjelaskan mengenai kebersihan dilingkungan sekolah. Guru memancing siswa mengenai kebersihan sekolah yang telah mereka amati selama ini. Terlihat pada proses pembelajaran, siswa antusias menceritakan bagaimana tanggapan mereka mengenai kebersihan lingkungan sekolah. Selanjutnya guru meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Didalam kelompok, guru meminta siswa untuk membuat poster mengenai ajakan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Guru meminta siswa untuk membuat proses perencanaan dan jadwal proyek yang akan dikerjakan. Guru meminta siswa menyusun proyek yang dapat disajikan pada hari itu juga. Pada kegiatan selanjutnya siswa mengeksekusi proyek yang telah diatur. Siswa diberikan kebebasan oleh guru untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dari mana saja dan dimana saja. Pada kegiatan ini terlihat siswa merasa bingung untuk menemukan informasi yang diperlukan. Ada sebagian siswa yang buka buku pelajara,ada yang pergi kepustaka dan ada juga yang tetap didalam ruangan.

Setelah waktu yang diberikan berakhir, guru meminta siswa untuk kembali kedalam kelas dan meminta siswa untuk menyajikan dan mempresentasikan proyek yang telah dibuat. Guru juga meminta siswa untuk salaing memberikan respon terhadap hasil proyek yang telah dibuat. Pada proses nya terlihat siswa saling antusias dalam memberikan tanggapan. Setelahnya memberikan tanggapan, guru merefleksi pembelajaran dan memberikan tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar.

Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil tes literasi informasi dan lembar pengamatan aktivitas yang dilakukan ketika pelaksanaan pembelajaran tadi. Hasil tes menunukan rata-rata siswa mendapatkan skor 60,00 dengan tingkat ketuntasan belajar 40%. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan literasi siswa sekolah dasar masih berada pada kategori rendah. Setalh dilakukan analisis bersama peneliti dan guru ditemukan kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan tadi. Pada tahapan pemantauan kemajauan

(4)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kemampuan awal Siklus 1 Siklus 2

Literasi Informasi Tuntas

Tidak Tuntas

proyek guru tidak terlalu membimbing siswa. Oleh sebab itu siswa menjadi bingung informasi seperti apa yang dibutuhkan. Maka refleksi pada pertemuan ini adalah guru harus lebih membimbing siswa dan mengarahkan siswa bagaiamana proses mencari, menemukan dan menganalisis informasi.

Penelitian dilanjutkan pada siklus kedua dengan perencanaan yang telah dipersiapkan pada siklus 1. Materi pembelajaran diganti dengan lingkungan tempat tinggal. Pada awal pemeblajaran guru memberikan pertanyaan esensial mengenai kondisi lingungan tempat tinggal. Guru memancing respon siswa mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal. Terlihat siswa antusias dalam merespon setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya guru meminta siswa untuk duduk berkelompok. Dalam kelompok guru meminta siswa membuat poster mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal. Siswa diminta untuk mendesain dan menyusun proyek .yang diberikan. Terlihat siswa aktif dalam mengerjakan proyek yang diberikan. Guru memantau setiap proses proyek yang dikerjakan oleh siswa. Selain itu juga guru mengajarkan bagaiamana proses menemukan, mencari dan menganalis informasi. Terlihat setiap kelompok semangat mengerjakan proyek. Ada yang pergi ke pustaka, ke taman dan tidak ada kelompok yang berada didalam kelas. Selanjutnya guru meminta siswa untuk kembali kedalam kelas untuk menyajikan proyek yag diberikan. Guru meminta kelompok lain merespon. Terlihat poster yang dibuat siswa sangat menarik dan ajuh berbeda pada siklus 1. Siswa juga semangat dalam merespon setiap proyek yang disajikan. Setelahnya guru melakukan refleksi dan memberikan tes untuk mengukur kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar.

Tahapan selanjutnya guru dan peneliti berkolabrasi menganalisis hasil tes dan lembar aktivitas pembelajaran. Hasil tes menunjukan bahwa siswa mendapatkan skor rata-rata 85,00 dengan ketuntasan 90%. Berdasrakan aktivitas pengamatan juga terlihat bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencaan yang disusun. Oleh sebab itu berdasarkan kesepakatan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus 2. Hasil peningkatan kemampuan literasi informasi siswa dapat dilihat pada gambar 1.

Berdasarkan gambar 1 dapat kita simpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan literasi siswa

sekolah dasar menggunakan PjBL. Kemampuan literasi infromasi merupakan kemampuan akan kemelekan suatu informasi (Hasugian, 2009).

Kemampuan literasi informasi merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk mengetahui sebuah informasi kapan diperlukan dan digunakan sesuai dengan kebutuhan (Al Hamidy & Heriyanto, 2012). Literasi informasi juga dapat dikatakan juga sebagai kemapuan dalam mengakses dan mengolah informasi dalam proses pemebelajaran dalam upaya memecahkan masalah (Nurohman, 2014). Literasi informasi sangat perlu diajarkan ke siswa sekolah dasar karrena memiliki banyak manfaat. Unesco menyatakan bahwn literasi informasi menjadikan siswa mampu untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan kehidupanya, mampu meningkatkan kemam puan berpikir kritis dan meningkatkan rasa tanggung jawab (Bruce, 1997).

Literasi informasi juga bermanfaat dalam mengambil sebuah keputusan, menjadikan siswa sekolah dasar memahami pengetahuan secara menyeluruh, dan bahkan mampu meciptakan pengetahuan baru (Al Hamidy & Heriyanto, 2012).

Oleh sebab itu perlunya pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa tersebut. Berdasarkan penelitian diatas ditemukan bahwa PjBL mampu meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan bahwa PjBL merupakan pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai proses pembelajaram (Grant, 2002). Dalam proses menyelesaikan proyek, siswa diminta untuk menemukan informasi. Informasi digunakan untuk memecahakan masalah yang berhubungan dengan proyek. Siswa akan merumuskan infromasi seperti apa saja yang dibutuhkan dalam memecahkan proyek. Siswa akan dituntut untuk menemukan berbagai informasi. Setelahnya siswa akan mengakses informasi apa saja yang berkaita dengan proyek. Setelah menemukanya, siswa akan menggunakan informasi tersebut dalam menyelesaikan proyek. Setelah proyek selesai siswa akan menilai kembali apakah informasi yang digunakan sesuai dengan proyek. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa proses PjBL berkaiatan erat dengan informasi. Oleh sebab itu PjBL mampu meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa sekolah dasar.

(5)

4. SIMPULAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa model PjBL mampu meningkatkan kemampuan literasi infromasi siswa sekolah dasar.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada pihak sekolah yang bersedia melakukan penelitian kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Bumi

Aksara.

Adiansah, W., Setiawan, E., Kodaruddin, W. N., & Wibowo, H. (2019). Person in Environment Remaja Pada Era Revolusi Industri 4.0. Focus:

Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1), 47-60.

Al Hamidy, Y. D. I., & Heriyanto, H. (2012). Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Pada Layanan American Corner Di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang Menurut Association of College and Research Libraries. Jurnal Ilmu

Perpustakaan, 1(1), 25-33.

Bell, S. (2010). Project-based learning for the 21st century: Skills for the future. The clearing

house, 83(2), 39-43.

Blumenfeld, P. C., Soloway, E., Marx, R. W., Krajcik, J. S., Guzdial, M., & Palincsar, A.

(1991). Motivating project-based learning:

Sustaining the doing, supporting the

learning. Educational psychologist, 26(3-4), 369-398.

Bruce, C. (1997). The seven faces of information

literacy (p. 110). Adelaide: Auslib Press.

Gazali, E. (2018). Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Dunia Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0. OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

Islam, 2(2).

Grant, M. M. (2002). Getting a grip on project-based

learning: Theory, cases and

recommendations. Meridian: A middle school

computer technologies journal, 5(1), 83.

Harto, K. (2018). Tantangan dosen ptki di era industri 4.0. Jurnal Tatsqif, 16(1), 1-15.

Hasugian, J. (2009). Urgensi literasi informasi dalam kurikulum berbasis kompetensi di perguruan tinggi. Pustaha, 4(2), 34-44.

Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

kemampuan berpikir kritis siswa sekolah

dasar. Jurnal pendidikan, 1(1), 21-32.

Kenedi, A. K., Helsa, Y., Ariani, Y., Zainil, M., & Hendri, S. (2019). Mathematical Connection of

Elementary School Students to Solve

Mathematical Problems. Journal on Mathematics

Education, 10(1), 69-80.

Marwan, M. R. (2016). Analisis Penyebaran Berita Hoax di Indonesia. Universitas Gunadarma:

Depok.

Nurohman, A. (2014). Signifikansi literasi informasi (information literacy) dalam dunia pendidikan di era global. Jurnal Kependidikan, 2(1), 1-25. Pattah, S. H. (2014). Literasi informasi: peningkatan

kompetensi informasi dalam proses

pembelajaran. Khizanah al-Hikmah: Jurnal Ilmu

Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 2(2),

108-119.

Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi

Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan

Sosial. IPTEK Journal of Proceedings Series, (5), 22-27.

Silalahi, R. R., Bestari, P., & Saputra, W. T. (2018). Karakteristik Strategi Crowdsourcing Untuk Membatasi Penyebaran Hoaks Di Indonesia Studi

Kasus: Masyarakat Anti Fitnah

Indonesia. Metacommunication: Journal of

Communication Studies, 2(2).

Stevens, C. R., & Campbell, P. J. (2008). Collaborating with librarians to develop lower division political science students' information

literacy competencies. Journal of Political

Science Education, 4(2), 225-252.

Subekt, H., Taufiq, M., Susilo, H., Ibrohim, I., & Suwono, H. (2018). Mengembangkan Literasi Informasi Melalui Belajar Berbasis Kehidupan Terintegrasi Stem Untuk Menyiapkan Calon Guru Sains Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0: Revieu Literatur. Education and Human

Development Journal, 3(1).

Suwardana, H. (2018). Revolusi Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental. JATI UNIK: Jurnal

Ilmiah Teknik dan Manajemen Industri, 1(2),

Gambar

Gambar 1. Peningkatan Kemampuan Literasi Informasi Siswa Sekolah Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Bergerak dari beberapa latar belakang diatas Himpunan Mahasiswa Magister Akuntansi (HIMMA) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar dan perubahan aktivitas belajar siswa kelas X Program Keahlian

21 Penelitian lain menemukan bahwa dua per tiga pasien TB paru yang merokok secara signifikan memberikan gambaran kepositifan apusan sputum basil tahan asam

Berdasarkan dengan hasil dan proses penelitian “Analisis Harga Lahan di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Parameter yang diamati dalam penelitian preferensi makan burung rangkong badak yaitu diukur dari segi faktor pilihan pohon pakan burung rangkong badak dari segi

Asumsi tersebut didukung oleh hasil dari kajian morfometrik dengan analisis PCA menunjukkan bahwa populasi Jawa terpisah dari populasi Bali dengan garis singgungan

Dalam menghadapi permasalahan kepariwisataan perlu adanya dilakukan pengembangan pariwisata di Kabupaten Majalengka dan ditindaklanjuti dengan suatu upaya berupa

Sebelum kegiatan pengenalan diri peserta dikklat, yang terbaik dilakukan adalah mengenal ketua programlmanajer Diklaw dan diri Widyaiswara. Mengenal ketua program