• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI PEWARNA TEKSTIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI PEWARNA TEKSTIL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI PEWARNA TEKSTIL

V. Irene Meitiniarti dan Agna S. Krave

Prodi Biologi, Fak. Biologi UKSW, Jl. Diponegoro52-60, Salatiga

irene_meiti@yahoo.com

ABSTRAK

Peningkatan jumlah industri tekstil di Indonesia saat ini memberi pengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan, khususnya perairan. Salah satu efek negatifnya adalah efluen dari proses pewarnaan yang mengandung pewarna sintetik yang resisten terhadap degradasi microbial dalam pengolahan limbah. Oleh karena itu perlu dikembangkan metode pengolahan alternative menggunakan metode biologi dengan melibatkan bakteri yang mempunyai kemampuan degradasi tinggi terhadap pewarna. Untuk kepentingan tersebut, maka penelitian dengan tujuan mendapatkan isolat-isolat bakteri pendegradasi pewarna tekstil dengan kemampuan tinggi, perlu dilakukan.

Contoh diperoleh dari air limbah 3 industri tekstil yang terletak di daerah Salatiga dan sekitarnya. Air limbah yang telah diencerkan hingga 108 diinokulasikan secara taburan ke medium lempeng agar nutrien yang mengandung pewarna yang banyak digunakan di industri tekstil asal air limbah. Setelah inkubasi 24 jam di suhu ruang, koloni bakteri yang membentuk zona terang dimurnikan lebih lanjut. Isolat bakteri yang diperoleh diuji kemampuannya mendekolorisasi pewarna pada medium cair. Isolat bakteri yang mempunyai kemampuan degradasi pewarna tinggi dikarakterisasi sifat-sifat morfologi dan fisiologinya. Identifikasi bakteri dilakukan menggunakan Bergey’s manual determination.

Dalam penelitian ini diperoleh 10 (sepuluh) isolat bakteri dengan kemampuan tinggi mendegradasi berbagai jenis pewarna. Karakteristik bakteri ini adalah gram negatif, berbentuk batang dan termasuk dalam genus Shigella (S. sonnei) dan Proteus sp., famili Enterobacteriaceae.

Kata Kunci: isolasi, bakteri pendegradasi warna tekstil, Enterobacteriaceae.

ABSTRACT

Recently, the increasing of textile industry in Indonesia gives negative impacts for environmental quality, especially to water quality. One of these negative impacts is effluent of dyeing process, which contained synthetic dye was relatively resistant to microbial degradation on wastewater treatment (WWT). There was need to develop an alternative treatment used biological methods in waste water treatment involved high dye degrading bacteria. So, the objectives of this research was to isolate and characterize dye degrading bacteria with high perform.

Samples were taking from three waste water treatments of textile industries in around Salatiga. Waste water were diluted to 108 and inoculated by pour plate method in nutrient agar medium contained dye used mostly in textile industries. These medium incubated in room temperature during 24 hours. The bacterial colony with clear zone was purified. Perform of dye degrading were determined. The cultures of bacteria with high dye degrading perform were characterized by observing their morphological and physiological characteristics. Identification of these bacteria were guiding by Bergey’s manual determination.

In these research, we could isolate 10 isolates with high dye degrading perform. They are gram negative bacteria, rod shape, and classified as Shigella (S. sonnei) and Proteus sp., belong to familia Enterobacteriaceae

(2)

PENDAHULUAN

Hingga saat ini Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia masih memainkan peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Pada 2006, industri ini memberikan kontribusi sebesar 11,7 persen terhadap total ekspor nasional, 20,2 persen terhadap surplus perdagangan nasional, dan 3,8 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Hingga 2006, jumlah industri tekstil Indonesia mencapai 2.699 perusahaan, dengan total investasi Rp 135,7 triliun. Jumlah ini hanya mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 2,656 perusahaan. Lokasi industri TPT terkonsentrasi di Jawa Barat (57 persen), Jawa Tengah (14 persen), dan Jakarta (17 persen). Sisanya tersebar di Jawa Timur, Bali, Sumatera dan Yogyakarta (Miranti 2007).

Perkembangan industri tekstil saat ini selain memberi pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia, juga memberi pengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan (air dan tanah) di daerah industri tekstil tersebut berada. Meskipun beberapa di antaranya telah memiliki Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) namun banyak industri berskala kecil yang tidak memiliki IPAL (Farodlilah 2007). Hal ini berakibat buruk terhadap kualitas air sungai karena air menjadi berwarna gelap dan berbau. Selain itu juga tidak terlepas dari kenyataan bahwa umumnya bahan pewarna yang digunakan merupakan pewarna sintetik, yang mempunyai struktur kimia kompleks sehingga bersifat tahan terhadap biodegradasi.

Dalam industri tekstil, jenis pewarna yang paling banyak digunakan adalah pewarna azo yang merupakan pewarna sintetik terbesar yang paling banyak digunakan industri saat ini (Carliell et al. 1994). Selama proses pewarnaan tekstil diperkirakan sekitar 10-15 % pewarna tercuci dan masuk dalam limbah cair (Vaidya & Datye 1982). Padahal beberapa pewarna azo dan hasil degradasinya bersifat toksik, mutagenik atau karsinogenik, sehingga berpotensi membahayakan kesehatan (Chung et al. 1981; Sweeney et al. 1994).

Pewarna azo tidak mudah mengalami perubahan selama proses pengolahan air limbah secara biologi aerobik menggunakan lumpur aktif (Carliell et al. 1994) sehingga biasanya masih dijumpai dalam efluen dari unit pengolah limbah. Keberadaan pewarna azo dan hasil degradasinya di lingkungan berpotensi membahayakan kesehatan sehingga dibutuhkan metode pengolahan alternatif, antara lain metode biologi dengan melibatkan bakteri tertentu yang mempunyai kemampuan degradasi tinggi terhadap pewarna.

Walaupun secara umum pewarna azo bersifat “recalcitrants”, ada golongan mikroorganisme tertentu yang mampu menguraikan senyawa pewarna tersebut. Beberapa bakteri yang telah dilaporkan mampu mendekolorisasi beberapa pewarna azo pada umumnya termasuk genera Pseudomonas, Bacillus, dan Sphingomonas (Keck et al., 1997; Stolz, 1999; Suzuki et al., 2001; Zissi et al. 1997, Blümel et al. 1998; Chang et al. 2001). Chryseobacterium indologenes ID6016 dan Enterococcus faecalis ID6017 merupakan dua isolat bakteri yang mampu mendekolorisasi pewarna azo (Liem 1997). Beberapa pewarna yang dapat didekolorisasi oleh kedua isolat ini pada kultur campur, pH 7, kondisi statis adalah Amaranth (Oei & Meitiniarti, 1999;

(3)

Meitiniarti & Rahayu, 2002; Handayani et al 2007), Merah Reaktif (Mangimbulude et al., 2002), Kuning dan Biru Reaktif (Meitiniarti & Alexandra, 2001).

Degradasi pewarna oleh kultur campur umumnya lebih baik dibanding kultur tunggal (Fang et al. 2004) mengingat kemampuan tiap bakteri beragam dan macam pewarna yang digunakan juga beragam. Oleh karena itu penggunaan kultur campur bakteri atau mikroorganisme dalam proses degradasi pewarna lebih dianjurkan.

Bakteri-bakteri pendegradasi warna umum dijumpai di limbah yang mengandung pewarna (Coughlin et al 1997; Blümel et al. 1998). Dengan memperoleh berbagai isolat bakteri dapat dipilih isolat-isolat yang mempunyai kemampuan degradasi tinggi serta memungkinkan dibuat kultur campur bakteri pendegradasi pewarna. Pengolahan limbah yang mengandung pewarna secara biologi umumnya lebih sempurna jika dilakukan secara kultur campur.

Melihat pentingnya mendapatkan isolat-isolat bakteri pendegradasi pewarna azo dan potensi bakteri tersebut pada pengolahan air limbah tekstil, maka penelitian Isolasi dan

karakterisasi bakteri pendegradasi pewarna sebagai agen pendegradasi pewarna pada limbah tekstil ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan isolat-isolat bakteri pendegradasi

pewarna tekstil dari berbagai industri tekstil dengan kemampuan tinggi sehingga memungkinkan dibuat kultur campur bakteri pendegradasi pewarna.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dirancang dalam dua tahap, yaitu:

(i) melakukan inventarisasi jenis-jenis pewarna azo yang digunakan dalam proses pewarnaan tekstil dan

(ii) melakukan isolasi dan karakterisasi bakteri pendegradasi pewarna azo dari sampel limbah atau lumpur aktif limbah tekstil pada medium nutrien agar yang mengandung salah satu pewarna azo yang umum digunakan.

Bahan dan alat:

Sampel yang digunakan adalah air limbah dan lumpur aktif dari IPAL industri tekstil di beberapa kota di sekitar Salatiga. Bahan yang digunakan dalam isolasi dan pengujian adalah berbagai pewarna azo yang diperoleh dari industri tekstil. Bahan-bahan yang digunakan dalam identifikasi adalah bahan-bahan kimia untuk reagen dan medium pengujian bakteri yang diperoleh dari laboratorium.

Alat-alat yang digunakan adalah mikroskop, elektroforesis, peralatan gelas, autoklaf, inkubator, alat timbang, shaker, magnetic stirer, dan anaerobic jar.

Metode dan analisis:

Isolasi bakteri. Sampel limbah atau lumpur aktif limbah tekstil diencerkan menggunakan

(4)

(mulai 106 sampai 108) diinokulasikan pada medium nutrien agar yang mengandung pewarna tekstil dengan konsentrasi 80 mg/l. Media diinkubasikan pada suhu 37 ○C selama 48 jam. Koloni yang muncul dan membentuk zona terang dimurnikan lebih lanjut.

Identifikasi bakteri. Koloni yang telah dimurnikan, diidentifikasi lebih lanjut dengan

mengamati karakteristik morfologi dan fisiologinya. Berdasarkan sifat-sifat morfologi dan fisiologinya, ditentukan nama jenis (genera atau spesies) bakteri tersebut menurut Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology (Krieg & Holt 1984).

HASIL DAN DISKUSI

Hasil inventaris jenis-jenis pewarna yang digunakan di 3 (tiga) perusahaan tekstil yang ada di Salatiga, Ungaran, dan Sragen umumnya menggunakan pewarna azo. Macam warna yang terbanyak di masing-masing perusahaan tergantung pada jenis tekstil yang dihasilkan (Tabel 1). Sebagai contoh pada industri tekstil yang produk utamanya jeans, warna-warna yang banyak digunakan adalah biru dan hitam. Sebaliknya untuk industry tekstil yang menghasilkan produk utama berupa kain berbahan dasar katun atau polyester, warna-warna yang digunakan sangat beragam. Dari jenis-jenis pewarna yang beragam tersebut, warna yang banyak dipakai adalah merah dan kuning.

Tabel 1. Industri tekstil, jenis produk, dan jenis-jenis pewarna yang umum digunakan No Lokasi industry tekstil Produk Jenis pewarna yang banyak

digunakan

1 Ungaran Tekstil Hitam, biru, merah, kuning

2 Salatiga Katun Merah dan kuning

3 Sragen Poliester Merah dan kuning

Setelah dilakukan isolasi bakteri pendekolorisasi pewarna azo, dari sampel air limbah ke 3 industri tekstil tersebut dapat diperoleh 10 isolat bakteri. Ke 10 isolat bakteri ini mempunyai kemampuan degradasi yang tinggi terhadap berbagai pewarna. Ciri-ciri morfologi koloni dan sel, serta sifat gram nya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Dari karakteristik morfologi selnya, ke 10 isolat bakteri tersebut bersifat gram negatif dan berbentuk batang.

Kemampuan ke 10 (sebelas) isolat yang diperoleh tersebut secara umum dapat mendekolorisasi pewarna yang diuji (Tabel 3). Di antara 4 pewarna yang diuji, kuning paling mudah terdekolorisasi. Meitiniarti dan Alexandra (2001) juga melaporkan bahwa warna kuning lebih mudah didekolorisasi dibanding merah. Hal yang menarik terjadi pada warna biru. Pewarna biru yang diberi inokulum bakteri (semua isolat bakteri) menunjukkan perubahan menjadi kemerahan. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan perubahan pH dalam medium yang menyebabkan warna biru menjadi kemerahan.

(5)

Tabel 2. Ciri-ciri morfologi koloni dan sel, serta sifat gram ke10 (sepuluh) isolat yang diperoleh dari pabrik tekstil di Ungaran (sandi Un), Salatiga (sandi Sa), dan Sragen (sandi Sr)

Asal isolat

Pewarna Sandi Bentuk koloni Tepi koloni Sifat gram Bentuk sel Ungaran Hitam, Wenter Un1 Putih bundar

Berombak Negatif Oval/ batang pendek Biru, wenter Un2 Putih bundar

Berombak Negatif Oval/ batang pendek Merah Azo Un3 Kuning bundar

Berombak Negatif Batang

Kuning Azo

Un4 Putih bundar

Berombak Negatif Batang

Salatiga Merah Azo

Sa1 Putih bundar

Rata Negatif Batang

Merah Azo

Sa2 Kuning bundar

Beringgit Negatif Batang

Kuning Azo

Sa3 Putih bundar

Rata Negatif Batang

Sragen Merah Azo

Sr1 Putih Bulat

Beringgit Negatif Batang

Kuning Azo

Sr3 Kuning Bulat

Rata Negatif Batang

Kuning Azo

Sr4 Kuning

Mem-bulat

Berombak Negatif Batang

Di antara semua pewarna yang diuji, umumnya tidak terjadi perbedaan kemampuan dekolorisasi. Artinya isolat bakteri yang diisolasi dengan jenis pewarna tertentu juga mampu

(6)

mendekolorisasi pewarna lainnya. Namun jika dibandingkan bakteri berdasarkan pewarna asalnya, di antara ke empat jenis pewarna asal, bakteri yang berasal (diisolasi menggunakan) dari pewarna hitam dan biru lebih mudah mendekolorisasi pewarna merah atau kuning. Sebaliknya bakteri yang berasal dari pewarna merah atau kuning, lebih sulit mendekolorisasi pewarna hitam dan biru. Tabel 3. Kemampuan dekolorisasi pewarna azo oleh ke 10 (sepuluh) isolat

Asal isolat Pewarna asal Sandi Pewarna uji Pengamatan Keterangan T0 jam T24 jam Ungaran Hitam, Wenter

Un1 Merah Warna merah tua

menjadi merah muda

Kuning Warna kuning tua

menjadi kuning muda (warna lebih cerah).

Biru, wenter

Un2 Merah Warna merah tua

menjadi merah muda

Kuning Warna kuning tua

menjadi kuning muda (warna lebih cerah). Merah

Azo

Un3 Biru Warna biru tua

menjadi merah kebi- ruan (jadi lebih cerah)

Hitam Warna hitam menjadi

merah kehitaman (warna lebih cerah) Kuning

Azo

Un4 Biru Warna biru menjadi

merah kehitaman (warna lebih cerah)

Hitam Warna kuning

menjadi warna kuning muda kehitaman

(7)

Lanjutan Tabel 3. Asal isolat Pewarna asal Sandi Pewarna uji Pengamatan Keterangan T0 jam T24 jam Salatiga Merah Azo

Sa1 Hitam Warna Hitam menjadi

merah kehitaman

Biru Warna Hitam menjadi

merah kebiruan

Merah Azo

Sa2 Hitam Warna Hitam menjadi

merah kehitaman

Biru Warna Hitam menjadi

merah kebiruan

Kuning Azo

Sa3 Hitam Warna Hitam menjadi

hitam kemerah-merahan

Biru Warna Biru menjadi

biru kemerah-merahan

Sragen Merah Azo

Sr1 Hitam Warna hitam menjadi

berwarna cerah

Biru Warna biru menjadi

kemerahan (lebih cerah)

Kuning Azo

Sr3 Hitam Warna hitam tua

(8)

Lanjutan Tabel 3. Asal isolat Pewarna asal Sandi Pewarna uji Pengamatan Keterangan T0 jam T24 jam

Biru Warna biru menjadi

kemerahan (lebih cerah)

Kuning Azo

Sr4 Hitam Warna hitam tua

menjadi hitam muda

Biru Warna biru menjadi

kemerahan (lebih cerah)

Dari hasil uji fisiologi (tabel 4) dan identifikasi menggunakan Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology (Krieg & Holt 1984) dapat diketahui bahwa 7 isolat di antaranya termasuk dalam genera Shigella (yaitu Shigella sonnei) dan 3 isolat lainnya termasuk dalam genera Proteus. Ke semua isolat ini termasuk dalam familia Enterobacteriaceae.

(9)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis pewarna yang banyak digunakan di industri tekstil berbeda-beda tergantung pada jenis produk yang dihasilkan. Pada industry tekstil yang produknya berupa jean, warna yang banyak digunakan adalah biru dan hitam. Sedang pada industry yang produknya kain, warna yang banyak dipakai adalah merah dan kuning.

2. Dari hasil isolasi berhasil diperoleh 10 (sebelas) isolat bakteri yang mempunyai kemampuan mendegradasi berbagai jenis pewarna karena dalam waktu 24 jam telah terjadi dekolorisasi. 3. Dari ke 10 isolat tersebut, 7 isolat termasuk dalam genera Shigella (S. sonnei) dan 3 isolat

lainnya Proteus (Proteus sp.), yang semuanya tergolong fam. Enterobacteriaceae.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terlaksana atas pembiayaan dana internal UKSW.

DAFTAR PUSTAKA

Blümel, S., M. Contzen, M. Lutz, A. Stolz, and H-J. Knackmuss. 1998. Isolation of bacterial strain with the ability to utilize the sulfonated azo compound 4-carboxy-4’-sulfoazo-benzene as the sole source of carbon and energy. Appl. Environ. Microbiol. 64 (6): 2315-2317.

Carliell, CM., SJ. Barclay, N. Naidoo, CA. Buckley, DA. Mulholland, and E. Senior. 1994. Microbial decolourisation of a reactive azo dye under anarobic conditios. Water SA 21: 61-69.

Chang, J-S., C. Chou, Y-C. Lin, P-J. Lin, J-Y. Ho, and T.L. Hu. 2001. Kinetic characteristic of bacterial azo-dye decolorization by Pseudomonas luteola. Water Res. 35: 2841-2850 Chung, KT., GE. Fulk, and AW. Andrews. 1981. Mutagenicity testing of some commonly used

dyes. Appl. Environ. Microbiol. 42: 641-648

Coughlin, M.F., B.K. Kinkle, A. Tepper, and P.L. Bishop. 1997. Characterization of aerobic azo dye-degrading bacteria and their activity in biofilm. Water Sci. Technol. 36: 215-220

Fang, H., H. Wenrong, and L. Yuezhong. 2004. Biodegradation mechanism and kinetics of azo dye 4BS by a microbial consortium. Chemosphere 57: 293-301.

Farodlilah 2007. Hati-hati limbah batik. http://www.suaramerdeka.com/harian/0704/26/opi07 .htm Handayani, W., V.I. Meitiniarti, and K.H. Timotius. 2007. Decolorization of Acid Red 27 and

Reactive Red 2 by Enterococcus faecalis under a batch system. World J. Microbiol. Biotechnol. 23: 1239-1244.

Keck, A., J. Klein, M. Kudlich, A. Stolz, H-J. Knackmuss, and R. Mattes. 1997. Reduction ofazo dyes by redox mediators originating in the naphthalenesulfonic acid degradation pathway of Sphingomonas sp. strain BN6. Appl. Environ. Microbiol. 63: 3684-3690.

Krieg, N.R. & Holt, J.G.1984. Bergey’s manual of systematic bacteiology. Williams & Wilkins Co., Baltimore.

(10)

Liem, D.L. 1997. Identifikasi dan karakterisasi isolat-isolat bakteri pereduksi Amaranth yang diisolasi dari limbah industri tekstil. [Skripsi]. Fakultas Biologi, Univ. Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Mangimbulude, J.C., V.I. Meitiniarti, dan S. Haryanti. 2002. Efek beberapa macam kosubstrat terhadap degradasi merah reaktif oleh Brevibacterium sp. SWCU 96-I03 dalam kondisi aerob. Makalah dalam Seminar Nasional Pengembangan Biologi, FMIPA, UNNES. Semarang

Meitiniarti, V.I. dan S. Alexandra. 2001 Kemampuan dekolorisasi pewarna kuning, merah, dan biru reaktif oleh isolat SWCU 96-I03 pada kondisi anaerob. Seri Penelitian Fak. Biologi Vol. 4, No. 1.

Meitiniarti, V.I. dan Y.G.S.P. Rahayu. 2002. Pengaruh glukose dan ekstrak khamir terhadap pertumbuhan dan kemampuan dekolorisasi Amaranth oleh Brevibacterium sp. SWCU-96-I03. Seri Penelitian FB Vol. 5, No. 1 Maret 2002

Miranti, E. 2007. Mencermati kinerja tekstil indonesia : Antara potensi dan peluang. Economic Review . No. 209 . September 2007

Oei, I. dan V.I. Meitiniarti. 1999. Pengaruh penambahan glukosa dan pengocokan media terhadap pertumbuhan Brevibacterium sp. SWCU-96-I03 dan kemampuannya dalam menurunkan warna Amaranth. Seri Penelitian FB No. 2 Th. II Maret 1999

Sweeney, E.A., Chipman, J.K., Forsythe, S.J. 1994 Evidence for direct-acting oxidative genotoxicity by reduction products of azo dyes. Environmental Health Perspective 102: 119-122.

Vaidya, AA. and KV. Datye. 1982. Environmental pollution during chemical processing of synthetic fibers. Colourage 14: 3-10

Zissi, U., G. Lyberatos, and S. Povlou. 1997. Biodegradation of the p-aminoazobenzene by Bacillus subtilis under aerobic conditions. J. Ind. Microbiol. Biotechnol. 19: 49-55.

Gambar

Tabel 1. Industri tekstil, jenis produk, dan jenis-jenis pewarna yang umum digunakan  No  Lokasi industry tekstil  Produk  Jenis pewarna yang banyak
Tabel 2. Ciri-ciri morfologi koloni dan sel, serta sifat gram ke10 (sepuluh) isolat yang diperoleh dari  pabrik tekstil di Ungaran (sandi Un), Salatiga (sandi Sa), dan Sragen (sandi Sr)
Tabel 3. Kemampuan dekolorisasi pewarna azo oleh ke 10 (sepuluh) isolat  Asal
Tabel 4. Karakter fisiologi dan hasilidentifikasi ke 10 isolat bakteri

Referensi

Dokumen terkait

Conflicts. In this section, the conflicts and the causes of the conflicts faced by the main character are very important subject to describe what the author wants to show through

Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga (2) Mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total

Oleh karena itu, perlu dibangun sebuah sistem informasi berbasis web dengan fitur mobile pada 21 Laundry Padang yang nantinya diharapkan dapat menunjang aktivitas dan

A} Memperoleh asurans yang layak mengenai apakah laporan keuangan secara menyeluruh bebas dari salah saji yang material, yang disebabkan oleh. kecurangan atau kesalahan,

Karakteristik umpan, waktu, dan lokasi paling sedikit Culex tertangkap (saat sedang menghisap darah) adalah pada umpan manusia dan hewan (kambing) pada malam hari di

Berdasarkan Perhitungan Capital Budgeting, Peneliti hanya menggunakan salah satu perhitungan saja, yaitu ilustrasi perhitungan Net Present Value untuk mengetahui kelayakan terhadap

Industri Kecil ” ini adalah untuk mengetahui kualitas permukiman di sekitar industri kecil.. Fenomena