Latar Belakang
Hak asasi manusia telah menjadi bahasa sehari-hari dan telah digunakan baik dikalangan birokrasi,
militer maupun dikalangan masyarakat umum. Ia bukan lagi milik eksklusif para penggiat/aktivis hak
asasi manusia maupun kalangan lawyer. Juga bukan lagi menjadi semacam “kata kotor” dalam leksikon
politik kita. Gejala ini tentu sangat menggembirakan dan kita berharap mampu memberi peluang dan
mengkristalkan ke arah pembentukan human rights culture di masyarakat, dimasa depan.
Pengembangan wacana hak asasi manusia yang sehat akan sangat mendukung bagi terwujudnya
harapan yang disebut di muka. Salah satu media yang sangat penting dalam usaha pengembangan
wacana itu adalah pendidikan hak asasi manusia atau sekolah HAM bagi kalangan mahasiswa, sebagai
entitas masyarakat sipil yang memiliki daya intelektualitas dan tanggung jawab moral guna berperan
aktif untuk memajukan peradaban bangsa yang berprinsip pada nilai-nilai kemanusiaan.
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) telah membuka “Sekolah Hak
Asasi Manusia untuk Mahasiswa (SeHAMA)”. Sekolah ini akan digunakan sebagai media pendalaman
kemampuan hukum dan HAM serta teknik-teknik advokasi bagi mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu.
Pelatihan ini diadakan dengan tujuan agar para mahasiswa sebagai entitas yang penting dalam
perjuangan HAM bisa mengembangkan diri sekaligus terlibat aktif memperjuangkan hak asasi manusia.
Dalam pelatihan ini, akan dibahas seputar konsep dasar dan nilai-nilai filosofis hak asasi manusia,
mahasiswa juga akan diajak untuk mengetahui kondisi bagaimana penegakan hak asasi manusia di
lapangan dengan melaksanakan live in ke beberapa tempat terjadinya kasus-kasus pelanggaran
HAM/korban. Lebih lanjut, dalam SeHAMA juga akan dielaborasi konsep transitional justice dan security
sector reform sebagai bagian dari bingkai penegakan hak asasi manusia.
Tujuan
Peserta memiliki pengetahuan soal HAM dan nilai nilai yang terkandung didalamnya
Peserta memiliki pemahaman dasar mengenai nilai-nilai dan prinsip-prinsip pokok HAM, serta ruang lingkup permasalahan HAM baik tingkat nasional maupun internasional
Peserta mampu menginternalisasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip HAM agar bisa secara konkrit diterapkan dalam keseharian
Peserta mampu mengembangkan motivasi dan komitmen untuk melibatkan diri secara aktif untuk memperjuangkan hak asasi manusia
Materi-Materi Pelatihan
I. Teori dan Konsepsi tentang HAM A) Latar Belakang
Perspektif HAM tidak lahir dari ruang hampa (ahistoris) sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Perspektif HAM lahir dari upaya manusia dalam mendefinisikan ’kemanusiaan’ dalam suatu konteks sistem sosiopolitik dan kultur tertentu. Konsepsi HAM selalu terbentuk karena adanya perbenturan antara kesadaran kolektif (collective consciousness) dengan sebuah praktik empirik tertentu -secara dialektis- sepanjang sejarah manusia (historis). Melalui perspektif HAM manusia menemukan sudut pandang baru dalam memandang relasi sosial, sistem kemasyarakatan, dan otoritas negara. Dengan memahami locus dan momentum evolusi peradaban manusialah, maka perspektif HAM bisa lebih bermakna dan kontekstual dalam memahami masalah-masalah kemasyarakatan di Indonesia.
B) Tujuan
1 Peserta mengenal konsepsi-konsepsi dan kosa kata umum tentang HAM 2 Peserta mengenal akar teoritik dalam perspektif HAM
3 Peserta memahami konteks evolusi diskursus HAM
II. HAM sebagai Instrumen dan Mekanisme Hukum Internasional
A) Latar Belakang
Pasca-PD II, komunitas internasional mulai mengadopsi gagasan-gagasan HAM menjadi instrumen hukum internasional sejak dikumandangkannya Universal Declaration of Human Rights pada 10 Desember 1948. Sejak saat itu proliferasi HAM sebagai instrumen hukum internasional mengalami pembesaran dan perluasan yang luar biasa. HAM ’dirumahkan’ menjadi konvensi-konvensi dan segera diratifikasi banyak negara. Hingga kini, tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak meratifikasi suatu konvensi HAM. Sebagai sebuah prinsip dan norma, HAM kemudian juga diinstitusionalisasikan di berbagai mekanisme internasional atau regional. Tidak berhenti di situ, HAM juga kemudian diadopsi menjadi seperangkat norma hukum di tingkat nasional, baik itu ditegaskan oleh konstitusi atau produk perundang-undangan lainnya. HAM segera menjadi peradaban universal, paling tidak dalam konteks normatif. Peradaban HAM ini juga segera menerpa Indonesia setelah tumbangnya Orde Baru. Indonesia menginkorporasikan norma-norma HAM dalam konstitusi, undang-undang, dan membangun mekanisme HAM nasional khusus.
B) Tujuan
1 Peserta memahami HAM sebagai instrumen dan mekanisme hukum internasional 2 Peserta memahami mekanisme nasional HAM di Indonesia.
III. Mengenal Ketrampilan Advokasi berbasis HAM A) Latar Belakang
Mengikuti evolusi normatif HAM, gagasan HAM kemudian segera menjadi rujukan moral dan politis bagi para korban-korban kekerasan, kelompok tertindas (organisasi petani, buruh, urban poor, kelompok minoritas, atau indigenous people). HAM seolah-olah menjadi rujukan ideologis dan digunakan sebagai instrumen perjuangan bagi para kelompok tertindas dan kaum marginal. HAM di satu sisi sebagai suatu rujukan cita-cita moral ideal kemudian berbaur dengan berbagai metode perjuangan. Pada titik ini HAM kemudian menjelma menjadi suatu metodologi advokasi yang diperlengkapi dengan berbagai pilihan strategi dan taktik.
B) Tujuan
1 Peserta mengenal prinsip-prinsip dasar dan metode investigasi berperspektif HAM 2 Peserta mengenal model-model dan teknik advokasi HAM
IV. Membangun ’Sense’ dan Perspektif HAM yang Berorientasi pada Korban
A) Latar Belakang
Meski banyak upaya untuk mengembangkan perspektif HAM yang ’rasional’ dan ’ilmiah’, diskursus HAM justru ’mendunia’ karena empati dan ’sense’ banyak orang tergugah oleh pengalaman derita para korban pelanggaran HAM atau cerita teladan kepahlawanan para pejuang HAM. Dunia marah karena terjadinya praktik genosida di masa PD II, di Balkan pasca-Tembok Berlin roboh, di Rwanda di mana nyaris satu juta orang dibantai hanya dalam 3 bulan, ’ladang pembantaian’ di
Kamboja, dan juga pembantaian massal di Indonesia pada 1965-66. Dunia tergugah oleh keberanian Martin Luther King, Nelson Mandela, Aung Sang Suu Kyi, termasuk juga Munir.
B) Tujuan
1 Peserta memiliki pemahaman ’khusus’ lewat pengalaman langsung bertemu dengan para korban pelanggaran HAM
2 Peserta terbangun ’sense-nya’ dalam bertemu dengan mereka yang menjadi korban pelanggaran HAM
V. Mengenal Persoalan Transitional Justice A) Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri pasca tumbangnya rezim Soeharto berbagai ruang kebebasan sipil semakin terbuka dan negara secara formal mengadopsi HAM sebagai salah satu sumber acuan kebijakan. Sayangnya perubahan tersebut belum menyentuh secara langsung para komunitas korban yang dalam sistem lama mengalami penderitaan luar biasa, namun di dalam sistem yang baru masih terabaikan. Persoalan bagaimana menata sistem keadilan di masa kini berdasarkan problem masa lalu merupakan salah satu tema HAM yang paling kontekstual dan aktual di negeri-negeri yang sedang menjalani transisi demokrasi. Tema ini pun tetap kontekstual di Indonesia di mana pengalaman pahit di masa lalu ternyata belum juga menjadi modal pembelajaran bagi masa depan. Masyarakat belum bisa menarik suatu korelasi masalah antara pengabaian terhadap pelanggaran HAM masa lalu dengan problem reformasi negara saat ini.
B) Tujuan
1 Peserta mengenal konsep-konsep kunci dasar transitional justice
2 Peserta mengenal agenda-agenda utama transitional justice: truth seeking, justice, reparation, dan institutional reform
3 Peserta bisa mengidentifikasi persoalan-persoalan pokok transitional justice dalam konteks Indonesia
VI. Mengenal Security Sector Reform
A) Latar Belakang
Salah satu akar masalah dari pelanggaran HAM yang terjadi di masa Orde Baru adalah begitu represifnya aktor-aktor sektor keamanan, yang mencakup militer, kepolisian, dan intelijen. Di era Reformasi, salah satu agenda yang menonjol selain upaya perbaikan legislasi yang lebih pro-HAM adalah dengan menata ulang institusi-institusi keamanan dan pertahanan. Agenda ini lebih dikenal sebagai Reformasi Sektor Keamanan (Security Sector Reform) yang didasari pada prinsip demokrasi, kontrol sipil (civilian oversight), supremasi hukum, dan penghormatan terhadap HAM. Selama lebih dari 10 tahun RSK berjalan, berbagai kemajuan –di tingkatan legislasi dan institusi-telah berjalan, namun di lain pihak masih terdapat agenda lain yang tidak berjalan.
B) Tujuan
1 Peserta mengenal konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar Security Sector Reform
Peserta
ٛ Peserta SeHAMA adalah mahasiswa dari semua disiplin ilmu yang sudah memenuhi 100 SKS yang berasal dari Jabodetabek dan luar daerah Jabodetabek
ٛ Peserta dibatasi 30 orang dan akan dilakukan seleksi dalam penerimaannya
Metode Pelatihan
Metode ini menggunakan metode partisipatif. Dimana para peserta dapat berpartisipasi secara aktif dalam belajar selama pelatihan. Kegiatan-kegiatan dalam pelatihan ini akan dipimpin fasilitator meliputi: ceramah singkat, diskusi kelompok, pemutaran film dan latihan (studi kasus)
Adapun Proses dalam SeHAMA
Pembukaan
Pada pembukaan akan dijelaskan secara singkat mengenai maksud dan tujuan pelatihan, serta hal-hal teknis yang menyangkut penyelenggaraan pelatihan
Kontrak belajar
Dalam sesi ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum pelaksanaan, alur proses secara keseluruhan, bahan belajar yang digunakan, tujuan dan harapan yang ingin dicapai, serta kontrak belajar untuk menjaga keberlangsungan proses pelatihan
Penyampaian materi
Materi akan diberikan sebanyak 33 materi. Di mana peserta berkewajiban untuk menghadiri pelatihan minimal 70 % waktu kehadiran. Setiap peserta juga diwajibkan untuk mengerjakan tugas-tugas pelatihan paska penyampaian materi. Di samping itu, peserta diharapkan bisa melakukan mengorganisir dirinya secara berkelompok untuk bekerjasama dalam mengerjakan tugas-tugas pelatihan.
Live in
Metode ini merupakan ajang internalisasi para peserta terhadap para korban/keluarga korban pelanggaran HAM. Sekaligus nanti para peserta melakukan pencatatan, inventaris persoalan yang dihadapi para korban. Mulai dari kondisi sosial, masalah ekonomi, politik dan kasusnya
Investigasi lapangan
Investigasi lapangan dilakukan untuk menguji sampai sejauh mana pemahaman peserta dengan materi investigasi. Peserta ditantang untuk mendapatkan bahan dari kasus yang sudah ditentukan. Keberhasilan peserta akan terlihat melalui bagaimana proses tersebut dilakukan, mulai dari penggalian data, temuan-temuan di lapangan dan bagaimana membuat sebuah laporan
Action plan
Rencana tindak lanjut
Kegiatan ini dilakukan untuk menyusun rencana yang berkaitan dengan tindak lanjut paska pelatihan, baik individu maupun kelompok. Rencana dan agenda kegiatan yang disusun merupakan rencana kegiatan yang berdampak pada penghormatan, perlindungan dan penegakan HAM
Evaluasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan respon balik dari peserta mengenai keseluruhan proses pelatihan yang telah dilakukan, baik yang menyangkut metode belajar, materi dan bahan ajar, waktu belajar, narasumber dan fasilitator serta pengorganisasian pelatihan
Materi SeHAMA
Materi yang akan dipelajari dalam pelatihan dasar HAM ini mencakup 33 sesi materi. Masing- masing sesi 120 menit. Materi pelatihan ini dibagi dalam tiga kategori: pertama, wawasan Konsep dasar tentang masyarakat dan hak asasi manusia. Kedua,wawasan praktis berupa kasus-kasus yang terjadi. Ketiga, pendalaman lewat terjun ke kantong-kantong korban pelanggaran HAM. Selain itu, peserta juga ditantang untuk merumuskan strategi advokasi atau tindak lanjut dari hasil studi lapangan tersebut.
Pelaksanaan
Pelaksanaan Sekolah Hak Asasi Manusia untuk Mahasiswa (SeHAMA) 2009 KontraS akan dilaksanakan pada: Hari/Tanggal : Senin – Rabu, 13 – 29 Juli 2009 Waktu : Pkl. 10.00 – 17.30 wib Tempat : Wisma KontraS
Jl. Borobudur No. 14 Menteng, Jakarta Pusat 10320
Informasi Kegiatan
Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut dari kegiatan Sekolah HAM Mahasiswa (SeHAMA) 2009 KontraS, bisa menghubungi :
1 Kantor KontraS Office : Jl. Borobudur No. 14 Menteng Jakarta Pusat 10320 – Indonesia Phone : 021 3926983 / 021 3928564 Fax. : 021 3926821 Email : panitia_sehama@yahoo.com
Website : www.kontras.org
2 Kontak Puri Kencana Putri : 0817 5455 229 Kusnadi : 021 9620 2271
Penutup
Demikian TOR ini dibuat serta diharapkan memberikan gambaran umum terkait dengan kegiatan Sekolah Hak Asasi Manusia (SeHAMA) 2009 KontraS.
KURIKULUM SEKOLAH HAM UNTUK MAHASISWA (SeHAMA) 2009
NO. HARI & TANGGAL WAKTU/ DURASI MATERI UTAMA POKOK BAHASAN TUJUAN
Gambaran umum isu HAM di Indonesia 13.00 – 15.00
(2 jam) Pembukaan
Penjelasan maksud tujuan acara
Agar peserta paham tujuan pelatihan
Kontrak Belajar Kesepakatan alur pelatihan antara
peserta panitia Adanya SOP pelatihan
Menginventaris konsep-konsep dan kata kunci HAM utama lewat pembongkaran cara pandang peserta
Mengetahui kosa kata dan pemahaman peserta awal Menginventaris pemahaman mentah para
peserta Mengetahui kebutuhan strategis pelatihan 1 Senin, 13 Juli 2009 (2 jam) 15.30 – 17.30
Pengenalan Konsep HAM Dasar 1
Memetakan the Universe of Human
Rights
Peserta paham cakupan dari HAM HAM sebagai suatu konsepsi filosofis
HAM sebagai instrumen legal 10.00 – 12.00
(2 jam)
Pengenalan Konsep HAM Dasar 2
HAM sebagai fakta politik dan sosiologis
Pemahaman akan "dunia" HAM yg lebih maju dari sesi 3
13.00 – 15.00
(2 jam) Pemutaran film
Memperkuat pemahaman dan sense tentang HAM
Ada empati atau simpati terhadap masalah HAM 2 Selasa, 14 Juli 2009 15.30 – 17.30
(2 jam) Diskusi film Memahami konteks kontingensi HAM
Adanya pemahaman historis tentang HAM
Memahami konteks sosial, ekonomi, dan politik evolusi HAM
10.00 – 12.00 (2 jam)
Pelanggaran HAM dan relasi individu-negara
Membedakan pelanggaran HAM,
pelanggaran berat HAM dengan tindakan yang lain
Peserta paham tentang definisi pelanggaran HAM
13.00 – 15.00 (2 jam)
Instrumen HAM Internasional Dan Hukum Humaniter Internasional
Charter dan Treaty instrument Perbedaan dan kemiripan Hukum HAM dan
Humaniter Internasional
Peserta punya
pemahaman dasar soal kewajiban HAM
internasional suatu negara & Peserta memiliki pemahaman dasar soal hukum humaniter 3 Rabu, 15 Juli 2009 15.30 – 17.00 (1,5 jam) Mekanisme HAM
Internasional Treaty Based dan Charter Based Bodies
Peserta punya
pemahaman dasar soal mekanisme HAM internasional
10.00 – 12.00 (2 jam)
Mekanisme dan Instrumen HAM Nasional dan
kunjungan
Legislasi HAM nasional dan mekanisme HAM nasional
13.00 – 15.00 (2 jam)
Kunjungan ke Komnas
Perempuan Mengetahui sistem kerja lembaga negara
15. 00 – 17.30 (3 jam)
Kamisan 4 Kamis, 16 Juli 2009
19.00 – 21.00
(2 jam) Evaluasi I Mereview materi-materi sebelumnya
5 Jumat, 17 Juli 2009
09.30 – 11.30 (3 jam)
Investigasi HAM 1; Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip investigasi Prinsip-prinsip HAM dalam investigasi
13.00 – 17.30 (3 jam)
Investigasi HAM 2;
Merencanakan Investigasi
Prinsip-prinsip investigasi Prinsip-prinsip HAM dalam investigasi Merancang dan mempersiapkan suatu investigasi lapangan
19.00 – 21.00 (2 jam)
Evaluasi II Mereview materi-materi sebelumnya
6 Sabtu – Minggu, 18 – 19 Juli 2009 24-48 jam Investigasi 3; Turun Lapangan dan Mengenal Korban
Mempraktikkan suatu investigasi lapangan
10.00 – 13.00 (3 jam)
Evaluasi III; Presentasi Hasil Turun Lapangan
Temuan-temuan investigasi, hambatannya, dan bagaimana sikap/perasaan peserta 7 Senin, 20 Juli
2009 14.00 – 17.30
(2 jam) Metode-metode Advokasi 1; audiensi, lobi dan negosiasi
Teknik membuat laporan HAM di berbagai format
10.00 – 12.00 (2 jam)
Metode-metode Advokasi 2; Urgent Appeal, Surat Keluhan, siaran pers
Teknik membuat SP
13.00 – 15.00 (2 jam)
Metode-metode Advokasi 3; Paralegal
Fungsi dan peran paralegal dalam gerakan HAM
15.30 – 17.30 (3 jam)
Metode-metode Advokasi HAM; Kampanye Populer (HLH)
Menggunakan teknologi alternatif dalam kampanye HAM populer
8
2009 Selasa, 21 Juli
19.00 – 21.00 (2 Jam)
Evaluasi IV Mereview materi-materi sebelumnya
9 Rabu, 22 Juli 2009 10.00 – 13.00 (3 jam) Metode-metode Advokasi 4; Kampanye berbasis audiovisual
Menggunakan teknologi audio-visual dalam kampanye HAM
15.30 – 17.30 (2 jam)
Isu-Isu HAM Pokok Indonesia I (Keadilan Transisional); Impunitas dan Hak Korban Isu-Isu HAM Pokok Indonesia I (Keadilan Transisional); Prosekusi dan Komisi Kebenaran
mengenal hak-hak korban mengenal mekanisme penyelesaian masalah masa lalu
Peserta memahami salah satu masalah utama HAM saat ini Peserta mengetahui dan memahami mekanisme
penyelesaian masa lalu yang tersedia
10.00 – 12.00 (24-48 jam)
Isu-Isu HAM Pokok Indonesia I (Keadilan Transisional); Testimoni Korban
memahami perspektif korban secara langsung bisa berempati dgn komunitas korban 13.00 -15.00 (2 jam) Testimoni korban pelanggaran EKOSOB 10 Kamis , 23 Juli 2009 15.00 – 17.30 Kamisan 09.30 – 11.30 (2 jam)
Reformasi Intelijen Memahami reformasi intelijen; kemajuan, hambatan dan kecenderungan ke depan 12 Jumat, 24 Juli
2009
13.30 – 16.00 (2 jam)
13
Sabtu 25 Juli 2009
07.00 - selesai
Wisata bahari onrouse Ansos masayarakat sekitar
14 Minggu 26 Juli 2009 Free 10.00 – 12.00 (2 jam)
Isu-Isu HAM Pokok
Indonesia II (Security Sector Reform); Reformasi TNI
memahami reformasi TNI; kemajuan, hambatan dan kecenderungan ke depan 13.00 – 15.00
(2 jam)
Isu-Isu HAM Pokok
Indonesia II (Security Sector Reform); Reformasi Polisi
memahami reformasi Polri; kemajuan, hambatan dan kecenderungan ke depan
16.00 – 18.00 (2 jam)
Isu-Isu HAM Pokok Indonesia III; Pluralitas (keagamaan) dan Kewarganegaraan
Masalah pokok kebangsaan, negara-warga, relasi antar kelompok dalam masyarakat
15 Senin, 27 juli 2009
19.30 – 21.00
(2 jam) Evaluasi V 10.00 – 12.00
(2 jam) Post test Mengetahui transformasi kesadaran HAM
13.00 – 14.30
(1,5 jam) Evaluasi keseluruhan
Personal feedback
Ada ikatan baru antara KontraS dengan para
peserta 16 Selasa, 28 Juli 2009
14.30 – 15.30
(1 jam) RTL
-Input SEHAMA 2009 -Jaringan mahasiswa
19.00 –