• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Situasi Perilaku Berisiko

dan Prevalensi HIV

di Tanah Papua

2006

Hasil STHP Tahun 2006

di Tanah Papua

Kerjasama

Badan Pusat Statistik

(2)

Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua 2006

Hasil STHP Tahun 2006

ISBN:

No. Publikasi:

Katalog BPS:

Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm

Jumlah halaman: 113 halaman

Tim Penyusun:

Pengarah:

Arizal Ahnaf, MA

Dr.

Nyoman

Kandun,

MPH

Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH

Editor:

Arizal

Ahnaf,

MA

Drs.

Rusman

Desiar,

MSi

Dr. Pandu Riono, MPH, PhD

Dr.

Pandu

Harimurti,

MPPM

Penulis:

Yeane Irmanigrum S., MA

J.

B.

Priyono,

MSc

Drs.

Ibram

Syahboedin,

MA

Togi

Siahaan,

DpSc

Ir.

Purwanto

Ruslam

Aang

Sutrisna

Asisten Penulis: Diyah Wulandari, SSi

Pengolah Data: Sugih Hartono, SSi

Aang

Sutrisna

Guy

Morineau

(3)

Kata Pengantar

Seperti kita ketahui, laporan AIDS dari Papua secara kumulatif sampai dengan akhir

bulan Maret 2007 merupakan kasus AIDS nomor 2 paling tinggi setelah Jakarta. Namun

bila dibandingkan dengan populasi penduduk maka case rate (jumlah kasus/jumlah

penduduk x 100.000) di Papua adalah 60,93 per 100.000 penduduk dan merupakan 15,39

kali lebih tinggi dibandingkan dengan rate nasional (3,96). Sedangkan di Irian Jaya Barat

sebesar 10,24 per 100.000 penduduk atau 2,59 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rate

nasional. Hal ini membuat Papua mempunyai proporsi kasus AIDS tertinggi

dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia.

Pada tahun 2006 Depkes dan Dinas Kesehatan Tanah Papua bekerjasama dengan,

KPA/KPAD, BPS, dengan didukung oleh World Bank dan USAID – FHI/ASA

melakukan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) di Tanah Papua, dengan jumlah

sampel kabupaten/kota sebanyak 10 Kabupaten/Kota. STHP ini mengambil kelompok

sasaran yaitu kelompok masyarakat umum, dan dilaksanakan pada bulan

September-Oktober 2006.

Hasil STHP 2006 menunjukkan bahwa prevalensi HIV pada penduduk Tanah Papua

sebesar 2.4 persen yang menggambarkan tingginya prevalensi HIV pada penduduk

dewasa 15-49 tahun dibandingkan pada penduduk wilayah lain di Indonesia, dan

tampaknya meluas ke semua wilayah Papua. Kondisi ini harus menjadi perhatian kita

semua dan perlu diupayakan strategi penanggulangan HIV dan AIDS secara intensif dan

khusus, agar tidak semakin berlanjut dan menjadi epidemi yang meluas (Generalized

Epidemic) seperti yang terjadi di Sub Sahara Afrika. Kita harus mengambil sikap dan

tindakan seperti yang dilakukan oleh negara tetangga kita, Thailand, yang membuktikan

bahwa upaya komprehensif dan terpadu dengan memobilisasi seluruh sumber daya yang

tersedia, ternyata mampu mengubah jalannya epidemi dan mencegah terinfeksinya

jutaan masyarakat dari HIV dan AIDS.

Saat ini merupakan momentum yang sangat strategis untuk mengaplikasikan “Bringing

Evidence into Action” dengan memanfaatkan Laporan STHP di Tanah Papua ini sebagai

(4)

Tanah Papua yang komprehensif dan mencapai sasaran yang diharapkan dengan

memobilisasi sumber daya pemerintah pusat, daerah, masyarakat maupun lembaga donor

secara optimal dalam kesatuan gerak untuk melakukan penanggulangan HIV dan AIDS

di Tanah Papua.

Hasil STHP pada masyarakat umum di Tanah Papua ini diharapkan dapat dimanfaatkan

secara optimal dalam penyusunan program-program penanggulangan HIV-AIDS. Sudah

waktunya Pemerintah Pusat maupun Daerah bersama sama dengan semua sektor yang

terkait untuk merencanakan respons yang sesuai dengan gambaran epidemi yang

tergambar dari Hasil Survei tersebut.

Kepada semua pihak yang terlibat dan berkontribusi, baik dalam pelaksanaan Survei

Terpadu HIV dan Perilaku di Tanah Papua maupun dalam penulisan laporan ini, kami

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga. Semoga upaya yang sudah kita lakukan ini

memberikan dampak positif bagi upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Tanah Papua

khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

.

Jakarta, April 2007

Departemen Kesehatan RI

Direktur Jenderal PP &PL

(5)

Kata Pengantar

Memperhatikan dugaan cukup tingginya prevalensi HIV/AIDS di kalangan masyarakat

umum di Tanah Papua, maka Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Direktorat

Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2ML)

-Departemen Kesehatan, serta dengan dukungan dana dan teknis dari Bank Dunia dan

Family Health International (FHI) melaksanakan survei perilaku dan surveilans HIV

secara terintegrasi pada pertengahan tahun 2006. Kegiatan ini dirancang untuk mewakili

Tanah Papua, yaitu mencakup Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dan disebut

“Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006” (STHP 2006).

Publikasi dengan judul “Situasi Perilaku Berisiko dan Prevalensi HIV di Tanah Papua

2006” ini disusun dari hasil STHP 2006. Publikasi ini memuat antara lain tingkat

pengetahuan dan perilaku berisiko penduduk terhadap penularan HIV, dan perkiraan

prevalensi penderita HIV di Tanah Papua. Sesuai rancangan sampel, tabulasi hasil survei

pada umumnya dapat disajikan menurut 3 (tiga) topografi wilayah, yaitu pegunungan,

pesisir sulit dan pesisir mudah.

Kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya STHP 2006, khususnya

kepada Bank Dunia dan FHI sebagai pendukung dana, dan seluruh anggota tim teknis

BPS, Depkes, Bank Dunia dan FHI yang berperan besar sampai dengan terbitnya

publikasi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Terima kasih disampaikan pula

kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), Komisi Penanggulangan AIDS

Daerah (KPAD), BPS, Dinkes, Universitas Cendrawasih, dan Lembaga Swadaya

Masyarakat lainnya di Tanah Papua yang telah membantu persiapan dan pelaksanaan

kegiatan di daerah.

Semoga publikasi ini memberi manfaat yang berarti bagi upaya pencegahan penularan

HIV/AIDS, khususnya di Tanah Papua.

Jakarta, April 2007

Badan Pusat Statistik

Deputi Bidang Statistik Sosial,

(6)
(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi v

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel viii

Gambar Peta Tanah Papua x

1. Situasi Risiko Penularan HIV di Indonesia dan Papua 1

2. Karakteristik Demografi 3

3 . Pengetahuan Tentang HIV/AIDS 9

4 . Perilaku Seks 19

5 . Perilaku Penggunaan Kondom 27

6 . Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS) 37

7 . Penyalahgunaan Narkoba 43

8 . Layanan Voluntary Consulting and Testing (VCT) 45

9 . Prevalensi HIV di Papua 49

Kesimpulan dan Saran 57

Lampiran-lampiran: 1. Serologi 63 2. Pemeriksaan Darah 65 3. Metodologi Survei 77 4. Kuesioner STHP06. WANITA 85 5. Kuesioner STHP06. PRIA 97

(8)

Daftar Gambar

Gambar Judul Gambar Halaman

3.1 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Berganti-ganti Pasangan Seks Lebih Mudah Tertular HIV dan Tahu Cara-cara Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan

10

3.2 Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Menghindari AIDS dengan Cara tidak Makan dari Alat Makan/Minum Penderita HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan

13

3.3 Persentase Penduduk yang Pernah Menghadiri Pertemuan dan Pernah Mendapatkan Buklet/Pamplet/Komik tentang HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan

15

4.1 Persentase Penduduk yang Pernah Melakukan Hubungan Seks menurut Hubungan Pertama Kali dan Jenis Kelamin

20 4.2 Persentase Penduduk Papua yang Seks Pertama Sebelum 15 tahun

menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

20

4.3 Persentase Perilaku Seks Berisiko menurut Jenis Kelamin 21 4.4 Persentase Perilaku Seks dengan Banyak Pasangan Menurut Jenis

Kelamin dan Kelompok Umur

22 4.5 Persentase Penduduk yang Melakukan Hubungan Seks pada Pesta

Adat, Seks Antri, dan Seks dalam Perjalanan

23 4.6 Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Alkohol sebelum

Melakukan Hubungan Seks

24 4.7 Persentase Penduduk yang Melakukan Anal Seks 24 4.8 Persentase Penduduk yang Memaksa/Dipaksa Melakukan

Hubungan Seks

25 5.1 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks

Terakhir menurut Jenis Kelamin

27 5.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks

Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan

28 5.3 Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks

dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan

29

5.4 Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

30

(9)

Gambar Judul Gambar Halaman 5.7 Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah

Diperoleh menurut Topografi Wilayah

32 5.8 Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh

Kondom menurut Sumbernya

33 5.9 Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh

Kondom dari Klinik dan Apotik/Toko Obat menurut Topografi Wilayah

33

5.10 Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Topografi Wilayah

34 5.11 Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah

Diperoleh menurut Daerah Tempat Tinggal

35 5.12 Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh

Kondom menurut Sumbernya dan Daerah Tempat Tinggal

35 5.13 Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut

Daerah Tempat Tinggal

36 6.1 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jenis Kelamin 38 6.2 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jumlah Pasangan

Seks

38 6.3 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Perilaku Seks

dengan Imbalan

39

9.1 Prevalensi HIV menurut Jenis Kelamin 49

9.2 Prevalensi HIV menurut Topografi Wilayah 50

9.3 Prevalensi HIV menurut Etnis Penduduk 51

9.4 Prevalensi HIV menurut Kelompok Umur 51

9.5 Prevalensi HIV menurut Umur Pertama Kali Berhubungan Seks 52

9.6 Prevalensi HIV menurut Pasangan Seks 53

9.7 Prevalensi HIV menurut Jumlah Pasangan Seks Setahun yang Lalu 53 9.8 Prevalensi HIV menurut Perilaku Seks Imbalan 54 9.9 Prevalensi HIV menurut Riwayat IMS Setahun yang Lalu 54 9.10 Prevalensi HIV Penduduk yang Melakukan Seks dengan Pasangan

Tidak Tetap menurut Riwayat Disirkumsisi

(10)

Daftar Tabel

Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Persentase Sebaran Penduduk menurut Topografi Wilayah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

3 2.2 Persentase Sebaran Penduduk menurut Suku, Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur

4 2.3 Persentase dan Rata-rata Umur Penduduk menurut Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur

4 2.4 Persentase Penduduk menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Jenis

Kelamin dan Kelompok Umur

5 2.5 Persentase Penduduk menurut Status Perkawinan, Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur

5 2.6 Persentase Penduduk Perempuan menurut Jumlah Kehamilan dan

Kelompok Umur

6 2.7 Persentase Penduduk menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur

6 2.8 Persentase Penduduk menurut Golongan Pendapatan per Bulan dan

Jenis Kelamin

7 3.1 Persentase Penduduk yang Pernah Mendapat Informasi tentang

HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

9 3.2 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa AIDS disebab oleh Virus

menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

10 3.3 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Menggunakan Kondom Dapat

Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

11

3.4 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Setia kepada Satu Pasangan Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

11

3.5 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Dengan Tidak Menggunakan Jarum Suntik Bekas Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

12

3.6 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Ada Obat yang dapat

Menyembuhkan HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

12

3.7 Persentase Penduduk yang Miskonsepsi Mengenai Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

(11)

Tabel Judul Tabel Halaman 3.9 Persentase Penduduk yang Pernah Mengenal Secara Pribadi Orang

yang Terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

15

3.10 Persentase Penduduk (Laki-laki) menurut Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan

16 3.11 Persentase Penduduk (Perempuan) menurut Sikap dan Perilaku

terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan

17 3.12 Persentase Penduduk (Laki-laki+Perempuan) menurut Sikap dan

Perilaku terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan

17 5.1 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan

Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

28

5.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

30

5.3 Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Topografi Wilayah 34 5.4 Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Daerah Tempat

Tinggal

36 6.1 Persentase Penduduk Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan Ketika

Mengalami Gejala IMS menurut Topografi Wilayah

40 6.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Alasan Mengobati Sendiri Ketika

Mengalami Gejala IMS menurut Topografi Wilayah

40 6.3 Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Obat yang Dipakai Ketika

Mengalami Gejala IMS dan Mengobati Sendiri menurut Topografi Wilayah

41

6.4 Persentase Penduduk Berdasarkan Fasilitas Kesehatan yang Digunakan pada Saat Terakhir Mengalami Gejala IMS, menurut Topografi Wilayah

41

7.1 Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Narkoba menurut Jenis Narkoba dan Topografi Wilayah

43 8.1 Persentase Penduduk yang Tahu Tempat Tes menurut Topografi

Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan

45 8.2 Persentase Penduduk yang Pernah Tes HIV, Tes Atas Kemauan

Sendiri, dan Menerima Hasil Tes menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan

46

8.3 Persentase Penduduk yang Pernah Konseling menurut Topografi Wilayah dan Pendidikan yang Ditamatkan

(12)

GAMBAR PETA TANAH PAPUA

Stratifikasi Wilayah Papua

01 15 26 19 13 12 24 14 04 17 16 02 07 11 06 03 21 10 05 20 22 18 25 23 09 08 71 27 72 01 15 26 19 13 12 24 14 04 17 16 02 07 11 06 03 21 10 05 20 22 18 25 23 09 08 71 27 72 01 15 26 19 13 12 24 14 04 17 16 02 07 11 06 03 21 10 05 20 22 18 25 23 09 08 71 27 72 PEGUNUNGAN PESISIR MUDAH PESISIR SULIT PEGUNUNGAN PESISIR MUDAH PESISIR SULIT

KODE KABUPATEN/KOTA

01 Merauke

02 Jayawijaya

03 Jayapura

04 Nabire

05 Fak Fak

06 Sorong

07 Manokwari

08 Yapen

09 Biak N

11 Puncak Jaya

12 Mimika

13 Boven D

14 Mappi

15 Asmat

16 Yahukimo

17 Peg.Bintang

18 Tolikara

19 Sarmi

21 Kaimana

22 Sorong Selatan

23 Raja Ampat

24 Tel Bintuni

25 Tel Wondama

26 Waropen

27 Supiori

71 Kota Jayapura

72 Kota Sorong

(13)

1

Situasi Risiko Penularan HIV di

Indonesia dan Papua

Situasi Epidemi HIV-AIDS di Indonesia

Tingkat Epidemi HIV di sebagian besar di Indonesia tergolong dalam tingkat terkonsentrasi pada subpopulasi berisiko tinggi. Data Surveilans Nasional HIV dan AIDS Departemen Kesehatan, mengindikasikan penularan terus meningkat. Sampai akhir tahun 2006 tingkat epidemi yang dilaporkan tertinggi pada penularan seks komersial adalah 22.8% di Sorong, sedangkan pada penularan akibat penggunaan alat suntik yang tidak steril lebih dari 50% di Pusat Rehabilitasi Napza RSKO Jakarta dan 68% pada penghuni Lembaga Pemasyarakatan Bekasi.

Kini Epidemi AIDS sudah meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Pada akhir tahun 2000 hanya 16 provinsi yang melaporkan kasus AIDS, akhir 2003 meningkat menjadi 25 provinsi, kemudian tahun 2006 ada 32 provinsi yang melaporkan kasus AIDS. Data yang ada mengindikasikan terjadi pula peningkatan jumlah kasus AIDS secara signifikan yang dilaporkan unit layanan kesehatan.

Laporan kasus AIDS secara kumulatif sampai Desember 2004 ada 2.682 orang, lalu meningkat 100 persen hanya dalam waktu setahun, tahun 2005 meningkat menjadi 5.321 orang dengan kasus AIDS. Peningkatan kasus AIDS terus terjadi, akhir September 2006 sudah terlaporkan sejumlah 6.871 kasus AIDS.

(14)

Situasi Epidemi HIV-AIDS di Papua

Beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat epidemi HIV-AIDS di Papua jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. Jumlah kasus AIDS di Papua jauh lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya. Prevalensi HIV tertinggi pada penjaja seks langsung yang dilaporkan berasal dari laporan sentinel di Tanah Papua.

Berbagai studi mengindikasikan bahwa perilaku seks pada masyarakat Papua cukup berisiko. Antara lain, hasil Studi Kualitatif Perilaku Seks di Papua (Uncen, 2002) mengindikasikan banyak masyarakat Papua yang mempunyai banyak pasangan dan sebagaian besar memulai hubungan seks pada umur yang muda.

Hasil Survei Perilaku pada pegawai negeri di Jayapura pada tahun 2003 menunjukkan bahwa sekitar 32 persen pegawai negeri lelaki di Jayapura membeli seks.

Beberapa survei kecil mengindikasikan bahwa kemungkinan penularan HIV sudah meluas ke masyarakat umum di Papua. Kenyataan tersebut mendorong perlu dilakukan survei yang besar dan pada populasi umum Papua untuk lebih memahami prevalensi HIV dan dinamika penularan di Papua

Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik -- dengan dukungan KPA nasional, KPA Papua dan KPA Papua Barat – telah melakukan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku Tahun 2006 (STHP2006) pada penduduk Tanah Papua diharapkan dapat memberikan gambaran lebih nyata tentang perilaku dan penyebaran HIV pada penduduk Papua. Penduduk Papua yang dimaksud dalam STHP2006 mencakup penduduk yang tinggal di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Dukungan dana diperoleh dari USAID -- melalui Proyek Aksi Stop AIDS yang dilaksanakan oleh Family Health International – serta Bank Dunia.

(15)

2

Karakteristik Demografi

Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku Tahun 2006 (STHP2006) pada penduduk Papua diharapkan dapat memberikan gambaran lebih nyata tentang perilaku dan penyebaran HIV pada penduduk Papua. Penduduk Papua yang dimaksud dalam STHP2006 mencakup penduduk yang tinggal di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pada bab ini akan disajikan beberapa data tentang karakteristik demografi penduduk yaitu umur, pendidikan, dan status perkawinan.

2.1 Sebaran Penduduk Berdasarkan Topografi Wilayah

Kondisi topografi Tanah Papua dalam STHP2006 dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu Pegunungan, Pesisir Mudah, dan Pesisir Sulit. Lebih dari 50 persen penduduk tinggal di Pesisir Mudah, kemudian sekitar 28 persen tinggal di Pegunungan, sisanya sekitar 20 persen tinggal di Pesisir Sulit.

Pola sebaran penduduk menurut topografi wilayah, jenis kelamin, dan kelompok umur seperti pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Persentase Sebaran Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Topografi Wilayah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jenis Kelamin Kelompok Umur Topografi

Wilayah Laki-laki

Perem-puan Total 15-24 25-39 40-49 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Pegunungan 28,5 27,8 28,2 28,1 28,1 28,2 28,2 Pesisir Mudah 50,8 52,0 51,4 51,4 51,4 51,3 51,4 Pesisir Sulit 20,7 20,2 20,4 20,4 20,4 20,5 20,4 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

(16)

Pola sebaran penduduk Papua per topografi wilayah menurut jenis kelamin dan kelompok umur menunjukkan kesamaan.

Karakteristik penduduk berdasarkan etnis, yaitu antara Non Papua dan Papua, menurut jenis kelamin dan kelompok umur, disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persentase Sebaran Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Etnis, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jenis Kelamin Kelompok Umur Etnis

Laki-laki

Perem-puan Total 15-24 25-39 40-49 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Non Papua 30,8 31,4 31,1 27,8 33,6 30,8 31,1 Papua 69,2 68,6 68,9 72,2 66,4 69,2 68,9

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Ada kesamaan pola sebaran penduduk menurut etnis antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, di mana penduduk Papua lebih besar dibandingkan Non Papua, yaitu masing-masing sekitar 69 persen penduduk Papua dan sekitar 31 persen penduduk Non Papua.

2.2 Umur dan Pendidikan yang Ditamatkan

Batasan umur penduduk yang dicakup dalam STHP2006 adalah 15-49 tahun. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata umur penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, yaitu 30,2 tahun untuk penduduk laki-laki, dan 29,5 tahun untuk penduduk perempuan. Persentase dan rata-rata umur penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur disajikan pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Persentase dan Rata-rata Umur Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Kelompok Umur Jenis Kelamin Persentase/Rata-rata

Umur 15-24 25-39 40-49 Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Persentase 33,5 44,9 21,6 100,0 Laki-laki

Rata-rata Umur (tahun) 19,5 31,6 44,1 30,2 Persentase 34,2 48,1 17,7 100,0 Perempuan

Rata-rata Umur (tahun) 19,6 31,4 43,7 29,5 Persentase 33,8 46,4 19,7 100,0 Total

(17)

Menurut tingkat pendidikan, penduduk laki-laki yang berpendidikan tamat SLTA dan Universitas sebesar 32,2 persen, sementara penduduk perempuan untuk tingkat pendidikan yang sama jumlahnya 26,3 persen. Di sisi lain, masih banyak penduduk yang tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD, yaitu untuk penduduk laki-laki persentasenya sebesar 29,2 persen, sementara untuk penduduk perempuan persentasenya jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 42,3 persen. Persentase penduduk berdasarkan pendidikan yang ditamatkan menurut jenis kelamin dan kelompok umur disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Pendidikan yang Ditamatkan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jenis Kelamin Kelompok Umur Pendidikan yang

Ditamatkan Laki-laki

Perem-puan Total 15-24 25-39 40-49 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD 29,2 42,3 35,5 31,0 34,4 45,7 35,5 SD dan SLTP 38,6 31,4 35,2 42,0 32,0 30,9 35,2 SLTA dan Universitas 32,2 26,3 29,4 27,0 33,6 23,4 29,4 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

2.3 Status Perkawinan

Sebanyak 2,5 persen penduduk laki-laki mengaku hidup bersama sedangkan pada penduduk perempuan yang mengaku hidup bersama jumlahnya mencapai 4,5 persen. Persentase penduduk yang belum menikah adalah sebesar 32,6 persen untuk laki-laki dan 21,6 persen untuk perempuan. Pada kelompok umur 40-49 tahun ada juga penduduk yang belum kawin, yaitu sebesar 2,0 persen. Persentase penduduk berdasarkan status perkawinan, jenis kelamin, dan kelompok umur, disajikan pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Status Perkawinan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jenis Kelamin Kelompok Umur Status

Perkawinan Laki-laki

Perem-puan Total 15-24 25-39 40-49 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Belum Kawin 32,6 21,6 27,3 63,2 12,0 2,0 27,3 Kawin Negara 33,2 38,0 35,5 13,2 45,0 51,4 35,5 Kawin Adat 29,8 32,4 31,0 19,1 36,4 38,8 31,0 Cerai Hidup 0,8 1,7 1,2 0,9 1,4 1,5 1,2 Cerai Mati 1,0 1,9 1,4 0,2 1,1 4,3 1,4 Hidup Bersama 2,5 4,5 3,4 3,4 4,1 2,0 3,4 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

(18)

Untuk penduduk perempuan ditanyakan lebih rinci mengenai riwayat kehamilannya, yaitu jumlah kehamilan yang pernah dialami, termasuk jumlah kehamilan yang mengalami keguguran. Pada penduduk perempuan di kelompok umur 15-24 tahun terdapat 8,5 persen sudah pernah hamil 4 kali atau lebih. Di sisi lain, penduduk perempuan pada kelompok umur 40-49 tahun yang belum pernah hamil sebesar 4,4 persen.

Tabel 2.6 Persentase Penduduk Perempuan Usia 15-49 Tahun menurut Jumlah Kehamilan dan Kelompok Umur

Jumlah Kehamilan 15-24 25-39 40-49 Total (1) (2) (3) (4) (5) 0 22,5 7,5 4,4 9,9 1 33,1 15,1 7,2 17,1 2 24,5 21,0 11,9 19,7 3 11,4 22,1 18,2 19,0 4+ 8,5 34,3 58,4 34,3 Total 100,0 100,0 100,0 100,0

2.4 Pekerjaan

Persentase terbesar penduduk bekerja sebagai petani, untuk penduduk laki-laki sebesar 40,2 persen, sementara untuk penduduk perempuan sebesar 38,6 persen. Ada perbedaan yang cukup signifikan untuk jenis pekerjaan “buruh/karyawan”, untuk penduduk laki-laki mencapai 25,0 persen, sementara untuk penduduk perempuan hanya sebesar 9,5 persen. Demikian juga penduduk yang “tidak punya pekerjaan”, untuk laki-laki sebesar 20,0 persen, sementara untuk perempuan mencapai 43,2 persen.

Tabel 2.7 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jenis Kelamin Kelompok Umur Jenis Pekerjaan

Laki-laki

Perem-puan Total 15-24 25-39 40-49 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Petani 40,2 38,6 39,4 29,4 43,0 48,3 39,4 Nelayan 6,1 1,6 4,0 3,2 4,0 5,1 4,0 Buruh/Karyawan 25,0 9,5 17,5 10,0 21,4 21,1 17,5 Pedagang 4,4 5,9 5,1 2,9 6,3 6,2 5,1 Lainnya 4,3 1,1 2,8 2,1 3,0 3,4 2,8 Tidak Punya 20,0 43,2 31,2 52,4 22,2 15,8 31,2

(19)

Sebagian besar penduduk yang bekerja, baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan, mempunyai pendapatan antara 101 ribu sampai 500 ribu rupiah. Penduduk laki-laki persentasenya sebesar 34,0 persen, sementara penduduk perempuan sebesar 28,6 persen. Sebanyak 34,9 persen penduduk tidak mempunyai pendapatan, sebanyak 23,2 persen penduduk laki-laki dan 47,4 persen penduduk perempuan.

Tabel 2.8 Persentase Penduduk Usia 15-49 Tahun menurut Golongan Pendapatan per Bulan dan Jenis Kelamin

Golongan Pendapatan per Bulan (Ribuan Rupiah)

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Punya Pendapatan 23,2 47,4 34,9

≤ 100.000 7,7 10,3 9,0

101.000 – 500.000 34,0 28,6 31,4 501.000 – 1.500.000 27,0 10,9 19,2

≥ 1.500.000 8,1 2,7 5,5

(20)

3

Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Pada bab ini dibahas tentang pengetahuan penduduk Tanah Papua terhadap HIV/AIDS. Pengetahuan yang benar terhadap HIV/AIDS sangat membantu untuk merubah perilaku berisiko penularan HIV/AIDS.

3.1. Persepsi yang benar terhadap HIV/AIDS

Ada sebesar 51,8 persen penduduk Tanah Papua yang pernah mendengar atau mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Penduduk laki-laki lebih banyak mendapat informasi dari pada penduduk perempuan, yaitu 55,5 persen berbanding 47,8 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi persentase penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS. Hal ini terjadi secara konsisten baik pada penduduk laki-laki maupun pada penduduk perempuan. Penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 26,3 persen yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sedangkan untuk yang tamat SD dan SLTP sebesar 54,7 persen, dan penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas mencapai 79,2 persen. Tabel 3.1 Persentase Penduduk yang Pernah Mendapat Informasi tentang HIV/AIDS

menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 29,5 23,9 26,3

SD dan SLTP 55,8 53,3 54,7

(21)

Penduduk Tanah Papua yang tahu bahwa penyebab AIDS adalah virus sebanyak 41,4 persen. Penduduk laki-laki yang tahu lebih banyak dari perempuan, yaitu 44,0 persen berbanding 38,6 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk semakin besar persentase yang mengetahui bahwa AIDS disebabkan oleh virus, baik pada penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan. Diantara penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya sebanyak 14,2 persen yang tahu HIV/AIDS disebabkan oleh virus, sedangkan dari yang tamat SD dan SLTP sebesar 41,9 persen, dan yang tamat SLTA ke atas mencapai 73,7 persen.

Tabel 3.2 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa AIDS disebabkan oleh Virus menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 15,7 13,1 14,2

SD dan SLTP 41,9 41,9 41,9

SLTA dan Universitas 72,1 75,8 73,7

Total 44,0 38,6 41,4

Salah satu penyebab penularan HIV adalah hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Ada 46,4 persen penduduk yang tahu bahwa dengan berganti-ganti pasangan akan mudah tertular HIV. Persentase penduduk laki-laki yang tahu hal ini (49,4 persen) sedikit lebih tinggi daripada penduduk perempuan (43,1 persen). Menurut tingkat pendidikan, maka yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 20,1 persen yang tahu, sedangkan untuk yang berpendidikan SD dan SLTP 48,8 persen, dan yang tamat SLTA ke atas mencapai 75,3 persen.

Gambar 3.1

Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Berganti-ganti Pasangan Seks Lebih Mudah Tertular HIV dan Tahu Cara-cara Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan

20.1 48.8 75.3 46.4 22 51.5 78.2 48.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

SD dan SLTP SLTA dan Universitas Total

(22)

Penduduk Papua yang mengetahui cara-cara penularan HIV sebesar 48,9 persen. Persentase penduduk laki-laki yang tahu penularan HIV ini lebih tinggi dari pada penduduk perempuan yaitu 52,3 persen berbanding 45,1 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan, besarnya persentase penduduk yang tahu cara-cara penularan HIV, untuk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, tamat SD dan SLTP, serta tamat SLTA ke atas masing-masing sebesar 22,0 persen, 51,5 persen, dan 78,2 persen.

Persentase penduduk yang tahu bahwa menggunakan kondom dapat terhindar dari tertular HIV sebesar 35,4 persen. Persentase penduduk laki-laki lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu 38,4 persen berbanding 32,1 persen. Menurut pendidikan, penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 10,6 persen yang tahu, sedangkan penduduk yang tamat SD dan SLTP 36,2 persen dan penduduk yang lulus SLTA ke atas mencapai 64,4 persen.

Tabel 3.3 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Menggunakan Kondom Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 13,8 8,2 10,6

SD dan SLTP 35,7 36,8 36,2

SLTA dan Universitas 64,0 64,8 64,4

Total 38,4 32,1 35,4

Setia terhadap satu pasangan adalah salah satu cara untuk menghindari penularan HIV. Sebanyak 45,3 persen penduduk Papua tahu bahwa setia terhadap satu pasangan akan dapat mengindari tertular HIV. Tingkat pengetahuan penduduk terhadap hal ini juga berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan.

Tabel 3.4 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Setia kepada Satu Pasangan Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 22,5 17,3 19,5

(23)

Menghindari penggunaan atau pemakaian jarum suntik bekas merupakan salah satu cara menghindari penularan HIV. Persentase penduduk yang mengetahui bahwa dengan tidak menggunakan jarum suntik bekas akan terhindar dari penularan HIV sebesar 39,1 persen, dengan komposisi menurut jenis kelamin adalah 41,3 persen penduduk laki-laki, dan 36,7 persen penduduk perempuan. Tingkat pengetahuan penduduk tentang hal ini menurut tingkat pendidikan adalah 14,0 persen untuk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 40,3 persen untuk yang tamat SD dan SLTP, dan 68,0 persen bagi yang tamat SLTA ke atas.

Tabel 3.5 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Dengan Tidak Menggunakan Jarum Suntik Bekas Dapat Terhindar dari Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 15,7 12,7 14,0

SD dan SLTP 39,1 41,9 40,3

SLTA dan Universitas 67,0 69,2 68,0

Total 41,3 36,7 39,1

3.2. Persepsi yang Salah tentang HIV/AIDS

Dari penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sebesar 16,1 persen berpendapat bahwa ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Persentase pada penduduk laki-laki dan penduduk perempuan adalah 15,2 persen berbanding 17,3 persen. Pengetahuan tentang adanya obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD (14,3 persen), penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP (20,0 persen), serta yang berpendidikan tamat SLTA dan Universitas (13,6 persen). Tabel 3.6 Persentase Penduduk yang Tahu bahwa Ada Obat yang dapat Menyembuhkan

HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 14,5 14,1 14,3

SD dan SLTP 19,7 20,5 20,0

SLTA dan Universitas 11,6 16,2 13,6

(24)

Dari penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS sebanyak 52,1 persen mempunyai pengetahuan dan pendapat yang salah (miskonsepsi) mengenai penularan HIV. Tidak ada perbedaan persentase yang berarti bila dibedakan menurut jenis kelamin dan menurut pendidikan.

Tabel 3.7 Persentase Penduduk yang Miskonsepsi Mengenai Penularan HIV menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 48,9 43,3 46,0

SD dan SLTP 53,6 55,0 54,2

SLTA dan Universitas 52,3 53,9 53,0

Total 52,2 52,0 52,1

Sebanyak 38,4 persen penduduk yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS menyatakan bahwa menghindari penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara tidak menggunakan alat makan dan minum penderita HIV/AIDS. Persentase penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sama sekitar 38 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan maka urutan tingkat pengetahuan penduduk tentang hal ini adalah 26,8 persen dari yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 39,4 persen dari yang tamat SD dan SLTP, dan 42,4 persen dari yang tamat SLTA dan Universitas.

Gambar 3.2

Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Menghindari AIDS dengan Cara tidak Makan dari Alat Makan/Minum Penderita HIV/AIDS menurut Pendidikan yang

Ditamatkan 26.8 39.4 42.4 38.4 5 10 15 20 25 30 35 40 45

(25)

3.3. Sumber Informasi tentang HIV/AIDS

Radio dan televisi adalah sumber informasi utama tentang HIV/AIDS kepada masyarakat di Papua. Kedua media ini digunakan oleh lebih dari 50 persen penduduk sebagai sumber informasi tentang HIV/AIDS.

Tabel 3.8 Persentase Penduduk yang Mendapatkan Informasi Mengenai HIV/AIDS menurut Sumber Informasi dan Pendidikan yang Ditamatkan

Sumber Informasi Tidak Sekolah/

Tidak Tamat SD SD dan SLTP

SLTA dan Universitas Total (1) (2) (3) (4) (5) 1. Radio 10,1 26,3 45,2 26,1 2. Televisi 5,0 24,7 53,9 26,3 3. Petugas Kesehatan 12,4 22,7 32,3 21,8 4. Surat Kabar/Brosur 2,1 16,1 42,4 18,9 5. Teman 9,3 18,3 21,4 16,0 6. Tokoh Agama 9,3 11,9 14,8 11,8 7. Guru 2,2 13,2 14,2 9,6 8. Petugas LSM 4,3 8,3 16,7 9,3 9. Anggota Keluarga 6,4 8,8 11,6 8,8 10. Tokoh Adat 3,8 3,9 3,3 3,7 11. Lainnya 0,4 1,9 3,4 1,8

Media lain yang menjadi sumber informasi HIV/AIDS bagi masyarakat Papua adalah petugas kesehatan. Ada 21,8 persen penduduk yang mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari petugas kesehatan. Kemudian surat kabar/brosur sebesar 18,9 persen, teman 16,0 persen, tokoh agama 11,8 persen, guru 9,6 persen, petugas LSM dan anggota keluarga masing-masing 9,3 dan 8,8 persen. Sementara itu, tokoh adat dan lainnya masing-masing hanya berkontribusi sebesar 3,7 persen dan 1,8 persen sebagai sumber informasi HIV/AIDS.

Penduduk Papua yang pernah menghadiri pertemuan mengenai HIV/AIDS hanya 16,2 persen. Tidak terdapat perbedaan persentase yang berarti antara penduduk perempuan dan penduduk laki-laki yang pernah menghadiri pertemuan ini. Makin tinggi pendidikan makin besar persentase yang menghadiri pertemuan mengenai HIV/AIDS. Hal ini terjadi baik untuk penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan. Dari 16,2 persen yang pernah menghadiri pertemuan tersebut ada 9 persen yang hanya sekali menghadiri pertemuan, 4 persen yang pernah menghadiri 2 kali pertemuan, dan 3 persen yang menghadiri pertemuan 3 kali dan lebih.

Penduduk Papua yang pernah menerima atau mendapatkan buklet/pamlet/komik tentang HIV/AIDS sebesar 17,0 persen. Persentase penduduk laki-laki yang pernah menerima atau mendapat buklet/pamlet/komik (18,6 persen) lebih tinggi dari persentase penduduk perempuan (15,4 persen). Menurut tingkat pendidikan, penduduk yang tidak

(26)

sekolah/tidak tamat SD ada 2,3 persen yang pernah menerima buklet/pamlet/komik, dan penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP sebesar 16,0 persen, sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas mencapai 36,1 persen.

Gambar 3.3

Persentase Penduduk yang Pernah Menghadiri Pertemuan dan Pernah Mendapatkan Buklet/Pamplet/Komik tentang HIV/AIDS menurut Pendidikan yang Ditamatkan

8.1 15.9 26.4 16.2 2.3 16.0 36.1 17.0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

SD dan SLTP SLTA dan Universitas Total

Pernah menghadiri pertemuan HIV Pernah mendapat buklet tentang HIV

3.4. Stigmatisasi terhadap ODHA

Penduduk Papua yang mengenal secara pribadi orang yang sudah terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) sebesar 6,7 persen. Menurut jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki yang mengenal secara pribadi ODHA ada 7,1 persen, sedikit lebih tinggi dari persentase penduduk perempuan yang mengenal ODHA secara pribadi yaitu 6,3 persen. Menurut tingkat pendidikan, persentase penduduk yang mengenal ODHA secara pribadi adalah 2,8 persen bagi penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD dan 6,5 persen penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP serta 11,7 persen penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas.

Tabel 3.9 Persentase Penduduk yang Pernah Mengenal Secara Pribadi Orang yang Terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 2,9 2,6 2,8

(27)

Sikap penduduk Papua yang mengenal ODHA secara pribadi terhadap penderita ini sangat bervariasi. Sikap yang paling besar persentasenya adalah menjauhi mereka yaitu mencapai 34,3 persen. Persentase penduduk laki-laki yang menjauhi ODHA lebih besar dari persentase penduduk perempuan (36,7 persen laki-laki dan 31,4 persen perempuan). Menurut tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah persentase penduduk yang menjauhi ODHA (57,3 persen penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, 43,2 persen penduduk yang berpendidikan tamat SD dan SLTP, serta 21,8 persen penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas). Hal ini terjadi baik untuk penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan.

Persentase terbesar kedua adalah memperlakukan ODHA sama seperti orang lain yaitu sebesar 28,3 persen. Persentase penduduk perempuan lebih besar dari pada persentase penduduk laki-laki yang memperlakukan ODHA sama dengan orang lain (32,1 persen perempuan dan 25,2 persen laki-laki). Menurut pendidikan, secara umum makin tinggi pendididikan makin besar persentase yang memperlakukan ODHA sama dengan orang lain, baik untuk penduduk laki-laki maupun untuk penduduk perempuan. Persentase penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD dan penduduk yang tamat SD dan SLTP yang memperlakukan ODHA sama dengan orang lain adalah masing-masing 13,6 dan 18,7 persen, sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas ada 39,0 persen. Penduduk yang merasa kasihan dengan ODHA ada 20,9 persen dan yang memberi perhatian khusus sebanyak 16,2 persen. Secara umum persentase penduduk laki-laki untuk keduanya lebih besar dari persentase penduduk perempuan. Untuk kedua indikator yang disebutkan terakhir ini pengaruh tingkat pendidikan tidak begitu nyata.

Tabel 3.10 Persentase Penduduk menurut Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan

Laki-laki

Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA

Tidak Sekolah/Tidak

Tamat SD

SD dan SLTP SLTA dan

Universitas Total

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Menjauh Darinya 56,0 44,7 25,2 36,7 2. Memperlakukan Sama 7,7 17,7 35,9 25,2

Seperti Orang Lain

3. Merasa Kasihan 18,3 21,2 19,4 20,0

Kepadanya

4. Memberikan 18,0 16,5 19,5 18,1

Perhatian Khusus

(28)

Tabel 3.11 Persentase Penduduk menurut Sikap dan Perilaku terhadap ODHA dan

Pendidikan yang Ditamatkan

Perempuan

Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA

Tidak Sekolah/Tidak

Tamat SD

SD dan SLTP SLTA dan

Universitas Total

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Menjauh Darinya 58,4 40,6 18,3 31,4 2. Memperlakukan Sama 18,5 20,4 42,2 32,1 Seperti Orang Lain

3. Merasa Kasihan 17,3 25,6 22,0 22,1 Kepadanya

4. Memberikan 5,9 13,5 16,6 13,8

Perhatian Khusus

Total 100,0 100,0 100,0*) 100,0

*) sebanyak 0,9 persen tidak menjawab

Tabel 3.12 Persentase Penduduk menurut Sikap dan Perilaku terhadap ODHA dan Pendidikan yang Ditamatkan

Laki-laki + Perempuan

Sikap dan Perilaku Terhadap ODHA

Tidak Sekolah/Tidak

Tamat SD

SD dan SLTP SLTA dan

Universitas Total

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Menjauh Darinya 57,3 43,2 21,8 34,3 2. Memperlakukan Sama 13,6 18,7 39,0 28,3 Seperti Orang Lain

3. Merasa Kasihan 17,7 22,8 20,6 20,9 Kepadanya

4. Memberikan 11,4 15,4 18,1 16,2

Perhatian Khusus

Total 100,0 100,0 100,0*) 100,0

*) sebanyak 0,4 persen tidak menjawab

(29)

4

Perilaku Seks

4.1 Hubungan Seks Berisiko Tinggi Tertular HIV/AIDS

4.1.1 Hubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dalam Setahun

Terakhir

Perilaku seks yang berisiko dapat menyebabkan seseorang terinfeksi HIV. Salah satu cara untuk menghindari terjangkit HIV adalah hanya berhubungan seks dengan satu pasangan saja. Perilaku seks sebagian kecil penduduk Papua cenderung berisiko untuk dapat terjangkit HIV. Hal ini tercermin dengan adanya penduduk yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap, mempunyai pasangan seks lebih dari satu atau melakukan hubungan seks dengan imbalan.

Sekitar 82 persen penduduk Papua pernah melakukan hubungan seks. Rata-rata umur penduduk Papua ketika pertama kali melakukan hubungan seks adalah pada saat berumur sekitar 19 tahun. Umur pertama kali berhubungan seks perempuan lebih muda dari pada laki-laki, yaitu 18,8 tahun berbanding 19,5 tahun.

Sebanyak 58,1 persen penduduk menyatakan pasangan seks pertamanya adalah istri/ suami, sedangkan yang melakukan hubungan seks untuk pertama kali dengan teman perempuan atau teman laki-laki sekitar 40 persen, dan dengan penjaja seks sebesar 1,6 persen. Perbedaan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan ketika pertama kali melakukan hubungan seks terlihat sangat signifikan. Sekitar 41 persen penduduk laki-laki untuk pertama kali melakukan hubungan seks dengan istrinya, sedangkan penduduk perempuan yang pertama kali melakukan hubungan seks dengan suami sekitar 76 persen.

(30)

Gambar 4.1

Persentase Penduduk yang Pernah Melakukan Hubungan Seks menurut Hubungan Pertama Kali dan Jenis Kelamin

41.4 54.7 3.0 75.8 23.8 0.1 81.9 82.6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pernah melakukan hubungan seks

Seks pertama kali dengan istri/suami

Seks pertama kali dengan teman

Seks pertama kali dengan penjaja seks Laki-laki Perempuan

Ada kecenderungan semakin banyak penduduk dengan usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seks pertama sebelum usia 15 tahun dibandingkan penduduk dengan kelompok umur yang lebih tua (Lihat Gambar 4.2). Kecenderungan ini jauh lebih tinggi pada penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki.

Gambar 4.2

Persentase Penduduk Papua yang Seks Pertama Sebelum 15 tahun menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% PERSEN Laki-laki Perempuan

(31)

Sebanyak 16,4 persen penduduk Papua melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada setahun terakhir. Penduduk laki-laki lebih banyak yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu 25,2 persen berbanding 7,1 persen. Lebih dari 20 persen penduduk laki-laki mengakui punya pasangan seks lebih dari satu selama setahun terakhir, sedangkan pada penduduk perempuan hanya sekitar 8 persen.

Gambar 4.3

Persentase Perilaku Seks Berisiko menurut Jenis Kelamin

25.2 4.0 50.6 21.4 7.1 41.3 6.3 7.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir

Seks dengan menerima imbalan

Seks dengan memberi imbalan

Pasangan seks lebih dari satu

Laki-laki Perempuan

Perilaku seks dengan imbalan dapat mendorong perluasan penularan HIV melalui kegiatan seks dengan banyak pasangan dan berganti. Yang dimaksud seks dengan imbalan adalah hubungan seks yang dilakukan dengan pasangan tidak tetap yang disertai dengan pemberian atau penerimaan imbalan baik berupa barang maupun uang.

Selama setahun terakhir, dari penduduk yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap sebanyak 41,2 persen diantaranya disertai dengan pemberian imbalan pada pasangan seksnya dan 11,9 persen disertai dengan penerimaan imbalan dari pasangan seksnya. Penduduk laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan memberi imbalan pada pasangan seksnya sebesar 50,6 persen dan 4,0 persen yang mendapat imbalan dari pasangan seksnya. Penduduk perempuan yang melakukan hubungan seks dengan memberi imbalan pada pasangan seksnya sebesar 6,3 persen dan 41,3 persen yang mendapat imbalan dari pasangan seksnya.

(32)

Gambar 4.4

Persentase Perilaku Seks dengan Banyak Pasangan Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 28% 12% 22% 7% 16% 6% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% Lelaki Perempuan Jenis Kelamin 15-24 25-39 40-49 Kelompok Umur

Persen penduduk Papua yang berusia lebih muda ternyata lebih banyak yang memiliki banyak pasangan seks dibandingkan penduduk yang lebih tua, terutama penduduk laki-laki (lihat Gambar 4.4)

4.1.2 Hubungan Seks dalam Pesta Adat dan Seks Antri

Pesta adat (diantaranya Bakar Batu dan Emaida) merupakan salah satu kegiatan budaya yang banyak dihadiri penduduk Papua. Lebih dari 25 persen penduduk laki-laki Tanah Papua pernah menghadiri pesta adat selama setahun terakhir, sedangkan di antara penduduk perempuan terdapat sekitar 17 persen yang pernah menghadiri pesta adat dalam setahun terakhir.

Dalam survei juga ditanyakan kepada responden tentang hubungan seks yang dilakukan pada saat menghadiri pesta adat. Pertanyaan ini ditujukan untuk mereka yang pernah melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir. Sebanyak 34,3 persen dari penduduk Papua yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir menyatakan melakukannya pada saat mereka menghadiri pesta adat; untuk penduduk laki-laki sebesar 30,8 persen, sedangkan untuk penduduk perempuan sebesar 56,1 persen.

4.1.3 Seks Antri

(33)

karena dilakukan dengan banyak pasangan seks. Survei ini juga menanyakan tentang seks antri. Pertanyaan seks antri hanya ditujukan pada responden yang mengaku pernah berhubungan seks dengan pasangan lain (selain dengan pasangan tetapnya) dalam setahun terakhir. Penduduk laki-laki yang melakukan hubungan seks antri selama setahun terakhir ada sekitar 5,4 persen, sementara penduduk perempuan sebesar 1,7 persen.

4.1.4 Hubungan Seks pada Saat Melakukan Perjalanan ke Luar Daerah

Perjalanan ke luar daerah/kota juga memungkinkan seseorang untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap. Pertanyaan tentang hubungan seks pada saat melakukan perjalanan ke luar daerah juga ditujukan pada responden yang pernah melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama setahun terakhir. Ada sekitar 44 persen penduduk melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap ketika melakukan perjalanan ke luar daerah/kota, penduduk laki-laki ada 46,4 persen dan penduduk perempuan dengan persentase lebih rendah, yaitu 31,7 persen.

Gambar 4.5

Persentase Penduduk yang Melakukan Hubungan Seks pada Pesta Adat, Seks Antri dan Seks dalam Perjalanan

30.8 5.4 46.4 56.1 1.7 31.7 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Hubungan seks pada pesta adat Hubungan seks antri Hubungan seks dalam perjalanan ke luar kota

Laki-laki Perempuan

4.1.5 Perilaku Minum Beralkohol Sebelum Berhubungan Seks

Pertanyaan mengkonsumsi minum beralkohol ditujukan pada responden yang pernah melakukan hubungan seks selama setahun terakhir. Penduduk Tanah Papua yang minum alkohol sebelum hubungan seks hanya 13,6 persen. Penduduk laki-laki yang biasanya mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum melakukan hubungan seks persentasenya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu 7,6 persen berbanding 0,9 persen. Sementara itu, persentase mereka yang selalu mengkonsumsi minuman

(34)

beralkohol sebelum melakukan hubungan seks jumlahnya dibawah 1 persen, yaitu 0,5 persen penduduk laki-laki dan 0,2 persen penduduk perempuan.

Gambar 4.6

Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Alkohol sebelum Melakukan Hubungan Seks

0.5 7.6 0.2 0.9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Selalu mengkonsumsi alkohol sebelum hubungan seks

Biasa mengkonsumsi alkohol sebelum hubungan seks

Laki-laki Perempuan

4.1.6 Seks Anal

Perilaku seks anal, baik terhadap pasangan tetap maupun pasangan tidak tetap merupakan salah satu dari perilaku seks berisiko yang dapat menyebabkan tertularnya virus HIV, apabila dilakukan tanpa menggunakan kondom. Persentase penduduk laki-laki di Papua yang melakukan hubungan seks anal dengan pasangan tetap sebesar 3,7 persen. Hal yang sama juga dilakukan oleh penduduk perempuan yaitu sekitar 3,1 persen. Sementara itu, penduduk yang melakukan hubungan seks anal dengan pasangan tidak tetap sebanyak 7,4 persen untuk penduduk laki-laki dan 6,7 persen untuk penduduk perempuan.

Gambar 4.7

Persentase Penduduk yang Melakukan Anal Seks

3.7 7.4 3.1 6.7 1 2 3 4 5 6 7 8

(35)

4.2. Kekerasan Seksual

4.2.1 Dipaksa Melakukan Hubungan Seks

Dari penduduk yang pernah melakukan hubungan seks selama setahun terakhir, sebanyak 9,2 persen melakukan hubungan seks dengan unsur pemaksaan. Persentase penduduk pria yang melakukan pemaksaan dalam melakukan hubungan seks sebesar 6,2 persen, sedangkan penduduk perempuan yang menyatakan mengalami tindakan pemaksaan untuk melakukan hubungan seks sebesar 12,4 persen. Dari perempuan yang mengalami tindakan pemaksaan, 84,4 persen dilakukan oleh pasangan tetap, 14,9 persen dilakukan oleh pasangan tidak tetap, dan 2,1 persen dilakukan oleh sekelompok laki-laki.

Gambar 4.8

Persentase Penduduk yang Memaksa/Dipaksa Melakukan Hubungan Seks 6.2 58.7 42.0 12.4 84.4 14.9 2.1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Memaksa/dipaksa hubungan seks Memaksa/dipaksa hubungan seks dengan

pasangan tetap

Memaksa/dipaksa hubungan seks dengan

pasangan tidak tetap

Memaksa/dipaksa hubungan seks dengan

sekelompok pria

(36)
(37)

5

Perilaku Penggunaan Kondom

Selain berpantang seks dan setia dengan satu pasangan saja, upaya lain untuk pencegahan terhadap penularan HIV adalah penggunaan kondom pada saat berhubungan seks.

5.1 Penggunaan Kondom pada Seks Terakhir

Penggunaan kondom saat berhubungan seks relatif sangat rendah. Data penggunaan kondom pada seks terakhir, tanpa membedakan jenis hubungan seks (dengan pasangan tetap, tidak tetap, atau dengan imbalan), menunjukkan bahwa hanya 2,8 persen penduduk Papua yang menggunakan kondom. Pada penduduk laki-laki sebesar 3,9 persen, sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 1,7 persen (Gambar 5.1)

Gambar 5.1

Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks Terakhir menurut Jenis Kelamin

3.9 1.7 2.8 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

(38)

Berdasarkan pendidikan, persentase pengguna kondom saat berhubungan seks terakhir pada penduduk yang berpendidikan tamat SLTA ke atas adalah sebesar 6,7 persen, sementara pada penduduk yang berpendidikan tamat SD/SLTP hanya 2,1 persen, dan dalam persentase yang relatif sangat kecil pada penduduk yang tidak sekolah atau tidak tamat SD yaitu 0,4 persen (Gambar 5.2).

5.2 Penggunaan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap

Berhubungan seks dengan pasangan tetap dinilai lebih aman agar tidak tertular penyakit kelamin dibandingkan berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap. Walaupun demikian, penggunaan kondom saat berhubungan seks tetap dianjurkan.

Tabel 5.1 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang

Ditamatkan Laki-laki Perempuan

Laki –laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 3,1 2,3 2,7 SD dan SLTP 10,3 0,0 6,1

SLTA dan Universitas 25,4 20,6 24,0

Gambar 5.2

Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan

0.4 2.1 6.7 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Tidak sekolah/Tidak tamat SD

(39)

Sebanyak 8,4 persen penduduk menyatakan menggunakan kondom pada saat berhubungan seks sebulan terakhir. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi persentase yang menggunakan kondom. Hal ini terlihat dari persentase yang menggunakan kondom sebulan terakhir pada penduduk pendidikan SLTA dan Universitas sebesar 24,0 persen, sementara persentase pada penduduk dengan pendidikan SD dan SLTP dan penduduk tidak sekolah/tidak tamat SD masing-masing sebesar 6,1 persen dan 2,7 persen.

Menurut jenis kelamin, terlihat kecenderungan penggunaan kondom pada penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan, yaitu 11,7 persen berbanding 4,2 persen. Pada Gambar 5.3 berikut terlihat bahwa hanya 1,8 persen penduduk Papua yang selalu menggunakan kondom pada saat berhubungan seks sebulan terakhir dengan pasangan tetapnya. Sebesar 2,6 persen penduduk pendidikan SLTA dan Universitas menyatakan selalu menggunakan kondom, pada penduduk dengan pendidikan SD dan SLTP 3,7 persen sedangkan pada penduduk tidak sekolah/tidak tamat SD tidak ada yang pasangan tetapnya selalu menggunakan kondom pada saat berhubungan seks sebulan terakhir.

Gambar 5.3

Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan

0.0 3.7 2.6 1.8 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

SD dan SLTP SLTA dan Universitas Total

5.3 Penggunaan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap

Sebanyak 17,9 persen penduduk Papua menggunakan kondom pada hubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama sebulan terakhir. Persentase pada penduduk laki-laki sebesar 17,9 persen, sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 17,8 persen (Tabel 5.2). Dibandingkan persentase penggunaan kondom dengan pasangan tetap (seperti dijelaskan sebelumnya), persentase penggunaan kondom ketika berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap relatif jauh lebih tinggi.

(40)

Pada Tabel 5.2 juga terlihat bahwa persentase penggunaan kondom saat berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada penduduk yang berpendidikan SLTA dan Universitas jauh di atas persentase penggunaan kondom pada penduduk pendidikan di bawahnya. Pada penduduk berpendidikan SLTA dan Universitas, persentasenya sebesar 49,8 persen, sedangkan pada penduduk pendidikan SD dan SLTP dan penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD, persentasenya masing-masing sebesar 10,9 persen dan 13,0 persen.

Tabel 5.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang

Ditamatkan Laki-laki Perempuan

Laki –laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 18,6 0,0 13,0 SD dan SLTP 11,5 0,0 10,9

SLTA dan Universitas 39,7 68,0 49,8

Total 17,9 17,8 17,9

Pada Gambar 5.4 ditunjukkan persentase penduduk yang selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap selama sebulan terakhir, yaitu sebesar 3,8 persen. Pada penduduk perempuan, persentasenya cukup tinggi yakni 8,4 persen; sementara pada penduduk laki-laki hanya 2,5 persen.

Gambar 5.4

Persentase Penduduk yang Selalu Menggunakan Kondom pada Seks dengan Pasangan Tidak Tetap Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin

2.5 8.4 3.8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(41)

5.4 Penggunaan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan

Di antara penduduk yang berhubungan seks dengan memberi imbalan, sebesar 14,1 persen menggunakan kondom pada saat berhubungan seks. Penggunaan kondom pada penduduk laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan seks penduduk perempuan, yakni 14,3 persen berbanding 8,8 persen.

Gambar 5.5

Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan menurut Jenis Kelamin

Tingkat pemakaian kondom pada seks dengan memberi imbalan mempunyai korelasi positif dengan tingkat pendidikan. Pada penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat SD dan SD dan SLTP persentasenya masing-masing hanya 6,3 persen dan 10,9 persen, maka pada penduduk yang berpendidikan SLTA dan Univ sebesar 33,3 persen (Gambar 5.6).

Gambar 5.6

Persentase Penduduk yang Menggunakan Kondom pada Seks dengan Memberi Imbalan menurut Pendidikan yang Ditamatkan

14.3 8.8 14.1 0 2 4 6 8 10 12 14 16

Laki-laki Perempuan Laki + Perempuan

6.3 10.9 33.3 0 5 10 15 20 25 30 35 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

(42)

5.5 Akses Terhadap Kondom

Pada bagian ini dijelaskan mengenai tingkat kemudahan memperoleh kondom dan pengetahuan penduduk terhadap sumber-sumber untuk memperoleh kondom. Penjelasan dibedakan menurut topografi wilayah (pegunungan, pesisir mudah, dan pesisir sulit), sedangkan sumber kondom difokuskan pada klinik, apotik/toko obat, kios, LSM dan lainnya.

5.5.1 Kemudahan Memperoleh Kondom

Sebanyak 16,6 persen penduduk Papua mengatakan bahwa kondom mudah diperoleh. Sebanyak 28,6 persen penduduk di pesisir mudah mengatakan bahwa kondom mudah diperoleh, sedangkan penduduk di pesisir sulit sebesar 6,6 persen, dan di pegunungan sebesar 2,0 persen.

Gambar 5.7

Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah Diperoleh menurut Topografi Wilayah

5.5.2 Sumber Memperoleh Kondom

Sebanyak 21,0 persen penduduk Papua mengetahui apotik sebagai sumber memperoleh kondom, diikuti Klinik (10,7 persen), sedangkan sumber lainnya (toko/kios, LSM, dan lainnya) hanya berkisar 1 sampai 4 persen (Gambar 5.8).

6.6 28.6 2.0 16.6 0 5 10 15 20 25 30 35 Pesisir Sulit Pesisir Mudah Pegunungan PAPUA

(43)

Gambar 5.8

Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom menurut Sumbernya

Gambar 5.9 berikut memperlihatkan persentase penduduk yang mengetahui sumber memperoleh kondom dari dua sumber yang banyak diketahui penduduk, yaitu klinik dan apotik/toko obat, dibedakan menurut topografi wilayah.

Gambar 5.9

Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom dari Klinik dan Apotik/Toko Obat menurut Topografi Wilayah

Penduduk di pesisir mudah dan pegunungan lebih mengenal apotik/toko obat sebagai sumber memperoleh kondom dibandingkan klinik; sebaliknya di pesisir sulit, penduduk lebih mengenal klinik dibandingkan apotik. Sebanyak 37,4 persen penduduk di pesisir mudah mengetahui bahwa apotik/toko obat merupakan sumber memperoleh kondom, dan 15,6 persen yang mengetahui bahwa sumber memperoleh kondom diperoleh dari klinik. Pola yang sama terlihat di daerah pegunungan, persentase penduduk yang mengetahui apotik/toko obat sebagai sumber memperoleh kondom lebih tinggi dibandingkan yang

10.7 21.0 3.2 2.8 1.5 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0

Klinik Apotik/Toko Obat Kios LSM Lainnya

3.8 15.6 7.8 4.5 37.4 2.3 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Pegunungan Pesisir Mudah Pesisir Sulit

(44)

mengetahui sumber kondom dari klinik, yakni 4,5 persen berbanding 3,8 persen. Penduduk di pesisir sulit justru lebih mengetahui klinik sebagai sumber memperoleh kondom dibandingkan apotik/toko obat dengan persentase 7,8 persen berbanding 2,3 persen. 5.5.3 Pengetahuan tentang Harga Kondom

Sebanyak 5,2 persen penduduk mengetahui harga kondom. Pengetahuan mengenai harga kondom berbeda cukup signifikan antara penduduk di pesisir mudah, pesisir sulit, dan pegunungan. Pada Gambar 5.10, terlihat bahwa penduduk di pesisir mudah lebih tahu tentang harga kondom dibandingkan penduduk di pesisir sulit dan pegunungan.

Gambar 5.10

Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Topografi Wilayah

Harga rata-rata kondom yang diketahui oleh penduduk adalah Rp 4.400 (empat ribu empat ratus) rupiah. Berdasarkan topografi wilayah, penduduk di pesisir mudah mengetahui harga sebuah kondom secara rata-rata adalah tiga ribu delapan ratus rupiah, penduduk di pesisir sulit mengetahuinya seharga delapan ribu tiga ratus rupiah, sementara penduduk di pegunungan mengetahuinya seharga enam ribu empat ratus rupiah.

Tabel 5.3. Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Topografi Wilayah

Harga Kondom (rupiah) *) Topografi Wilayah Rata-rata Median (1) (2) (3) Pegunungan 6.400 5.000 Pesisir Mudah 3.800 2.500 1.3 8.0 2.8 5.2 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 Pesisir Sulit Pesisir Mudah Pegunungan PAPUA

(45)

Kotak 5.1

Khusus pada bab ini disajikan data menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), untuk melihat adanya perbedaan pada kedua tipologi daerah tersebut. Secara metodologi, rancangan survei tidak disiapkan untuk estimasi menurut daerah perkotaan dan perdesaan.

Gambar 5.11

Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah Diperoleh menurut Daerah Tempat Tinggal

Gambar 5.12

Persentase Penduduk yang Mengetahui Sumber Memperoleh Kondom menurut Sumbernya dan Daerah Tempat Tinggal

5.1 34.8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Perdesaan Perkotaan 16.2 44.7 6.2 5.0 2.1 7.2 6.0 1.4 1.5 1.1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Klinik Apotik/Toko Obat Kios LSM Lainnya

(46)

Kotak 5.2

Gambar 5.13

Persentase Penduduk yang Mengetahui Harga Kondom menurut Daerah Tempat Tinggal

Tabel 5.4. Harga Kondom yang Diketahui Penduduk menurut Daerah Tempat Tinggal

Harga Kondom (rupiah) *) Daerah Tempat Tinggal

Rata-rata Median (1) (2) (3) Perkotaan 3.900 3.000 Perdesaan 5.600 5.000 *) Angka pembulatan 2.4 9.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perdesaan Perkotaan

(47)

6

Gejala Infeksi Menular Seksual

(IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada alat kelamin dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Beberapa IMS juga dapat ditularkan dari ibu yang menderita ke janin atau bayinya serta lewat kontak darah. Gejala-gejala IMS diantaranya adalah:

o Keluar cairan tidak normal dan atau sakit pada vagina (keputihan) o Keluar cairan tidak normal dan atau sakit pada penis

o Luka pada dan sekitar alat kelamin

o Nyeri perut bagian bawah pada perempuan o Pembengkakan testis (skrotum)

o Tumbuhan vegetasi

o Radang mata pada bayi baru lahir

6.1 Mengalami Gejala IMS

IMS merupakan ko-faktor yang memudahkan penularan HIV sehingga penderita lebih rentan terhadap HIV, atau dengan kata lain IMS akan mempermudah penularan HIV. Gejala IMS mudah dikenali pada laki-laki dibandingkan perempuan.

(48)

Gambar 6.1 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jenis Kelamin

Persentase penduduk laki-laki yang mengalami gejala luka/koreng di kelamin sebesar 3,7 persen, sementara penduduk perempuan sebesar 2,4 persen. Untuk gejala benjolan di kelamin, perbandingannya jauh lebih mencolok, penduduk laki-laki persentasenya sebesar 3,9 persen, sedangkan perempuan sebesar 1,2 persen. Penduduk laki-laki yang mengalami gejala kencing nanah sebesar 4,4 persen, sementara penduduk perempuan yang mengalami keputihan sebesar 7,7 persen.

Gambar 6.2 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Jumlah Pasangan Seks

3.7 3.9 4.4 2.4 1.2 7.7 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

Luka/koreng di kelamin Nyeri/sakit benjolan di kelamin

Kencing nanah Keputihan

Laki-laki Perempuan 2.2 1.8 2.2 7.0 9.1 8.4 14.3 18.6 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Luka/koreng di kelamin Nyeri/sakit benjolan di kelamin

(49)

Penduduk yang memiliki lebih dari satu pasangan seks menunjukkan persentase mengalami gejala IMS yang jauh lebih tinggi dibanding penduduk yang hanya memiliki satu pasangan seks. Perbedaan yang paling nyata adalah pada penduduk laki-laki yang mengalami gejala kencing nanah, di mana laki-laki yang memiliki satu pasangan seks yang mengalami gejala kencing nanah sebesar 2,2 persen sementara yang memiliki lebih dari satu pasangan seks sebesar 14,3 persen (lihat Gambar 6.2).

Gambar 6.3 Persentase Penduduk menurut Gejala IMS dan Perilaku Seks dengan Imbalan

Persentase penduduk laki-laki yang melakukan kegiatan seks dengan memberi/menerima imbalan yang mengalami gejala kencing nanah adalah sebesar 21,5 persen, sementara persentase penduduk perempuan yang melakukan kegiatan seks dengan imbalan yang mengalami gejala keputihan sebesar 28,5 persen. Persentase penduduk yang melakukan kegiatan seks dengan imbalan dan mengalami gejala luka atau koreng di kelamin, sebesar 12,3 persen sedangkan pada penduduk yang mengalami gejala luka atau koreng di kelamin, yang tidak melakukan kegiatan seks dengan imbalan persentasenya sebesar 2,5 persen.

6.2 Perilaku Pencarian Pengobatan IMS

Meski tidak selalu berkaitan langsung dengan upaya yang diambil dan cara yang ditempuh untuk menghindari penularan IMS atau HIV, mengetahui tentang cara menghindar dan kemana mencari pertolongan ketika terserang penyakit menular seksual, merupakan hal yang perlu diketahui oleh setiap orang, apalagi yang berisiko tinggi.

2.5 1.9 2.6 7.2 12.3 13.6 21.5 28.5 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0

Luka/koreng di kelamin Nyeri/sakit benjolan di kelamin

Kencing nanah Keputihan

Gambar

Gambar  Judul Gambar  Halaman 5.7  Persentase Penduduk yang Menyatakan bahwa Kondom Mudah
Tabel  Judul Tabel  Halaman
Tabel  Judul Tabel  Halaman 3.9  Persentase Penduduk yang Pernah Mengenal Secara Pribadi Orang
GAMBAR PETA TANAH PAPUA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap pembiayaan mudharabah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , tingkat bagi hasil berpengaruh signifikan dengan koefisien

Kecerdasan Spiritual dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dokter Moewardi Surakarta “ ini

Imam Bukhari dalam Sahihnya, Kitab Al- Buyu’, bab Tahmrin no 2019.. promosi para pemasar adalah untuk meyakinkan target pelanggan bahwa barang dan jasa yang ditawarkan

Nakon što je naposljetku nametnut visoki porez na sve proizvode bazirane na konoplji (izuzev proizvoda od sjemenki i vlakana) te je zabrana zakonodavstva sve više ograničavala

Letak perbedaan topik penelitian ini dengan topik penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian ini lebih melihat hubungan dukungan sosial dari

kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada

Program Implementasi ESD dalam kegiatan KKN-PPM ini menampung kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Oleh karena itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam