• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kondisi Sosial. Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Agama. No Agama Jumlah. 1 Islam Hindu 8. 3 Kristen 0. 4 Budha 112 TOTAL 7.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "C. Kondisi Sosial. Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Agama. No Agama Jumlah. 1 Islam Hindu 8. 3 Kristen 0. 4 Budha 112 TOTAL 7."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DATA POTENSI HASIL HUTAN KAYU (HHK) DAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DESA REMPEK KECAMATAN GONDANG

KABUPATEN LOMBOK UTARA

LOKASI AREAL KEMITRAAN KEHUTANAN

1. LATAR BELAKANG

A. Kondisi Umum Masyarakat Rempek

Desa Rempek secara resmi berdiri sejak tanggal 26 Agustus 1960, dengan Rawijep sebagai Kepala Desa pertama. Semula, desa ini merupakan bagian dari desa Gondang. Namun dengan berbagai pertimbangan termasuk pertambahan jumlah penduduk serta jarak tempuh yang terlalu jauh dengan pusat pemerintahan, maka desa Rempek lantas memisahkan diri. Desa yang berpusat di Dusun Telaga Maluku ini membawahi 17 (tujuh belas) wilayah administratif dusun, yakni: Dusun Kuripan, Jelitong, Busur, Busur Barat, Soloh Atas, Soloh, Duria, Pancor Getah, Rempek Timur, Rempek, Dasan Banjur, Dasan Dangar, Telaga Maluku, Sejuik, Gelumpang Sanyar, Montong Pal dan Lempenge.

Rempek disepakati sebagai nama desa mengingat Dusun Rempek merupakan dusun tertua dibandingkan dusun lainnya. Selain itu, kata ‘Rempek’ juga memiliki makna yang dapat mewakili ciri wilayah itu. Rempek berasal dari bahasa lokal yang berarti duduk (nyelempek). Selain itu kata ini juga bisa berarti pohon berdahan pendek dengan ranting melebar. Karena itu bisa diasosiasikan dengan daerah yang dipenuhi pepohonan rindang nan sejuk. Pemberian nama ini sekaligus menunjukkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas anugerah alam yang penuh dengan kedamaian dan kesejukan. Disamping menyepakati nama, pemuka masyarakat dan tokoh agama waktu itu juga menyepakati sebuah lambang bertuliskan ‘SENGEH’ , yang mengandung makna bahwa dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, kita harus mempersiapkan diri. Kata ‘sengeh’ juga dapat berarti harum yang bermakna bahwa masyarakat harus menjaga nama baik desa ini dengan menjunjung tinggi nilai-nilai seperti norma dan adat istiadat.

B. Kondisi Geografis

Desa Rempek merupakan salah satu dari 5 (lima) desa di Kecamatan Gangga, terletak 13 Km dari ibu kota Kecamatan dan 19 Km dari ibu kota Kabupaten, Tanjung. Luas wilayah desa ini adalah 3.085,5 ha, yang terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 160 ha, setengah teknis 104 ha, tadah hujan 105 ha. Selain itu ada juga lahan perkebunan seluas sekitar 1.270 ha dan lahan kering seluas 374 ha. Desa yang berada

(2)

pada ketinggian 350-500 mdpl ini berbatasan langsung dengan kawasan hutan, terutama sepanjang garis batas sebelah selatan. Kawasan ini merupakan bagian penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Selain merupakan sumber pangan dan penghidupan masyarakat, juga merupakan sumber mata air yang dimanfaatkan untuk irigasi dan perpipaan air minum. Beberapa sumber mata air yang masih terdata antara lain: Mata Air Kuripan, Erat Panggung, Erat Peji, dan Erat Paok. Sementara di utara, desa ini berbatasan langsung dengan laut Jawa, meski aneka sumber daya laut belum menjadi sandaran penghidupan warga. Sebelah timur berbatasan dengan desa Sambik Bangkol dan sebelah barat berbatasan dengan desa Genggelang.

Curah hujan di kawasan ini masuk dalam kategori sedang, dengan rata-rata mencapai 250 mm, dengan persebaran yang cukup merata selama 6 bulan terhitung sejak Januari hingga Juni. Sementara itu, suhu permukaannya terhitung cukup sejuk dengan suhu rata-rata 25-35 °C.

C. Kondisi Sosial

Desa Rempek didiami oleh sekitar 7.419 jiwa (2.026 kk) yang terdiri dari 3.665 jiwa penduduk laki-laki dan 3.754 penduduk perempuan. Komposisi penduduknya sangat heterogen, tidak hanya ditempati masyarakat suku Sasak, tapi juga berbagai etnis seperti Jawa, Bali, juga Bima. Keberagaman ini mempengaruhi pola hidup dan sikap antar sesama warga untuk dapat hidup rukun dan saling menghargai perbedaan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya 3 (tiga) agama dengan harmonis secara berdampingan, yakni agama Islam, Hindu, dan Budha. Di samping itu, keberadaan pranata sosial dan peraturan lokal yang ada seperti Awik-awik gubuk juga turut member andil. Misalnya dalam pengelolaan sumberdaya alam, keberadaan Subak yang dipimpin seorang Pekasih dalam mengelola pendistribusian air irigasi pertanian sangat vital.

Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah 1 Islam 7.216 2 Hindu 8 3 Kristen 0 4 Budha 112 TOTAL 7.336

(3)

Masyarakat Desa Rempek mayoritas agama Islam dengan total 7.216, Agama Hindu total 8 KK, Budha 112 KK.

Sementara itu dari sisi fasilitas umum, di sektor pendidikan dan kesehatan sudah cukup memadai. Terbukti dengan keberadaan fasilitas pendidikan mulai tingkat TK/PAUD hingga SMA/MA. Jumlahnya pun sudah cukup memadai untuk lingkup desa. Di samping itu, fasilitas kesehatan dengan 17 titik posyandu dinilai sudah cukup mampu mengakomodir kebutuhan pelayanan kesehatan. Namun demikian fasilitas ibadah sepertinya belum merata, terutama bagi pemeluk agama selain agama Islam. Masjid dan mushalla terdapat di hampir semua dusun, sementara tak satu pun sarana ibadah untuk pemeluk agama lain. Hal ini dirasa perlu mendapatkan perhatian serius agar tercipta kebebasan melaksanakan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.

Tabel 2. Fasilitas Umum Desa No Jenis Fasilitas Jumlah

1 Pendidikan - Gedung TK/RA/PAUD 4 - Gedung SD/MI 4 - Gedung SMP/MTs 3 - Gedung SMA/MA 2 2 Kesehatan - Posyandu 17 - Polindes 1 - Pustu 1 - Ambulans Desa 1 3 Peribadatan - Masjid 13 - Mushalla 15 - Gereja 0 - Wihara 0 - Pura 0

(4)

Keberadaan sarana peribadatan tentu saja sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan masyarakat. Nilai-nilai transenden merupakan ruh yang cukup efektif menggerakkan masyarakat. Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam, keberadaan doktrin-doktrin agama turut memberi andil dalam usaha pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan. Karena itu, keberadaan institusi agama perlu diefektifkan dalam usaha-usaha pendampingan masyarakat.

D. Keadaan Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Desa Rempek masih mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan. Karena sebagaian besar penduduk Desa Rempek tinggal di sekitar kawasan hutan. Secara umum, tingkat kemiskinan di Kabupaten Lombok Utara terhitung paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain. Data statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase kemiskinan di KLU mencapai 43,14 %. Angka ini menurun di tahun berikutnya, yakni 39,27%. Sementara itu, di desa Rempek sendiri, dari total 7.336 jiwa warga, hampir separuhnya tergolong penduduk miskin, yakni sekitar 3.650 orang (49,8 %). Dengan komposisi sebagian besar penduduk bekrja di sektor pertanian (84 %), maka terbukti selama ini, sektor pertanian belum mampu mengangkat taraf hidup masyarakat desa Rempek.

2. KEADAAN AREAL KERJA KEMITRAAN KEHUTANAN

Ditinjau dari peta wilayah, dengan batas sebelah selatan adalah kawasan hutan, kawasan hutan yang ada di desa Rempek adalah Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL), dimana semua status kawasan tersebut berada dibawah pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Rinjani Barat dengan luasan ± 1.900 hektar tidak termasuk Hutan Lindung.

Sepanjang sejarah, Rempek terkenal dengan peta merahnya kaitan dengan kondisi pengelolaan hutan oleh masyarakat sejak tahun delapan puluhan, berbagai konflik sudah terjadi baik yang diakibatkan oleh masyarakat sendiri ataupun pemerintah terkait serta masyarakat luar yang masuk ke desa Rempek dengan tujuan mengambil garapan diwilayah kawasan hutan Rempek.

Beberapa persoalan yang dihadapi Rempek beberapa tahun terakhir bisa sedikit ditanggulangi sejak masuknya KPH Rinjani Barat di desa tersebut mengawali program pengkayaan pertama pada tahun 2012 dengan pola Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang seiring berjalannya waktu dirubah menjadi pola baru yaitu Kemitraan Kehutanan. Masyarakat desa Rempek secara umum, khususnya petani kawasan hutan yang ada sudah tiga puluhan tahun di hadapkan pada persoalan berat yang sama sekali belum

(5)

ada titik jelas penyelesaiannya. Bagaimana tidak, sejak adanya kawasan hutan produksi yang disertifikatkan melalui Prona menjadi Sertifikat Hak Milik (SHM) pada tahun 1984 oleh instansi terkait saat itu, berbagaimacam anggapan timbul dimasyarakat tentang status kepemilikan kawasan yang ada, sebagian masyarakat beranggapan sisa kawasan yang disertifikatkan pada tahun 1984 tersebut masih bisa disertifikatkan, namun disisi lain pihak kehutanan menganggap tanah yang sudah disertifikatkan seluas ± 86 hektar tersebut adalah cacat hukum, ditambah lagi cenderung ada pembiaran dari pihak Pemerintah saat itu dengan persoalan yang dihadapi masyarakat.

Ditengah persoalan yang simpang siur kaitannya dengan kedudukan kawasan hutan yang ada, masyarakat masuk mengambil garapan untuk ditanami karena faktor kekurangan ekonomi, pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan kebutuhan kayu masuk ke dalam kawasan hutan untuk menebang dan mengambil kayu yang ada, bahkan yang lebih parah lebih dari 200 Kepala Keluarga sudah tinggal menetap didalam kawasan hutan dengan 90% dari jumlah tersebut adalah rumah permanen. Atas dasar itulah, sejak 2010 terbentuknya KPHL Rinjani Barat di Propinsi Nusa Tenggara Barat, pada tahun 2012, KPH masuk melakukan pendekatan kepada masyarakat desa Rempek untuk memberikan pemahaman tentang peranan masyarakat dalam mengelola kawasan hutan dan menjaga kelestariannyaa dengan melakukan pengkayaan penanaman karet seluas 100 hektar tahap pertama. Setelah melalui proses sosialisasi yang begitu lama dengan didampingi LSM Samanta, begitu banyak tantangan yang ditemukan, berbagai persoalan yang dihadapi, di tengah proses tersebut, pada 31 Maret 2013 akhirnya KPH bekerjasama dengan Pemerintah Desa setempat membentuk Koperasi Serba Usaha Kompak Sejahtera sebagai lembaga pelaksana program Kemitraan Kehutanan sesuai P.39 tahun 2013 tersebut, dengan harapan program Kemitraan Kehutanan bisa merubah tingkat kesejahteraan masyarakat petani kawasan dengan tanpa merusak fungsi hutan itu sendiri, sehingga semua konflik yang ditimbulkan akibat dari kerusakan hutan itu sendiri bisa ditanggulangi tanpa ada pihak-pihak yang dirugikan.

Program Kemitraan Kehutanan yang kami maksud adalah Kerjasama antara masyarakat setempat dengan Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer hasil hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.

(6)

A. Tujuan

Adapun tujuan Koperasi dan KPH mengembangkan program kemitraan kehutanan di Desa Rempek adalah untuk mencapai terwujudnya masyarakat setempat, untuk mendapatkan manfaat secara langsung, melalui penguatan kapasitas dan pemberian akses, ikut serta dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari, dan secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab dan professional.

B. Lokasi Program

Lokasi program adalah Kawasan Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang ada di wilayah Desa Rempek dengan pelaku program adalah masyarakat setempat yang memiliki garapan dalam areal tersebut dengan dinaungi oleh Koperasi Serba Usaha Kompak sejahtera sebagai organisasi mitra KPH di tingkat tapak, luas areal yang direncanakan adalah 2000 hektar dengan target pengkayaan tahap pertama 600 hektar untuk lima tahun pertama, dengan potensi yang ada Hasil Hutan Kayu (HHK) serta Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang rata-rata adalah tanaman lokal hasil karya masyarakat sendiri dan cukup menghasilkan (data akan ditampilkan selanjutnya). C. Sistem Bagi Hasil

Dengan adanya kemitraan kehutanan, prinsip saling menguntungkan antara Pemerintah dan Masyarakat besar peluangnya untuk bisa diraih, hasil kesepakatan masyarakat dibawah koperasi kompak sejahtera untuk bagi hasil tersebut adalah 75% masyarakat dan 25% pemerintah untuk hasil hutan kayu, sedangkan untuk hasil hutan bukan kayu masyarakat 90% dan pemerintah 10%, pengurus koperasi memiliki keyakinan dengan besaran bagi hasil tersebut bisa memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan bisa meningkatkan anggaran pendapatan pemerintah dalam hal ini Pemda NTB, sehingga program NTB bersaing untuk mengambil manfaat dari pengelolaan Hutan dengan pola-pola yang ada dalam rangka mewujudkan peningkatan PAD bisa terwujud.

(7)

D. Hasil yang sudah dicapai

Adapun hasil pengkayaan yang sudah dicapai sejak 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Luas (Ha) Jumlah Penggarap (Orang) Luas (Ha) Jumlah Penggarap (Orang) Luas (Ha) Jumlah Penggarap (Orang) Luas (Ha) Jumlah Penggarap (Orang) 100 79 25 19 60 23 100 65 Tanaman : : Karet (HHBK)

Rajumas, Sengon, Udu (HHK)

Analisa Tegakan dalam garapan masyarakat peserta Kemitraan Kehutanan Desa Rempek .

Setelah melakukan proses pendataan potensi kawasan, koperasi mengumpulkan data tegakan dari 88 orang penggarap dengan jumlah luasan ± 155.90 hektar dari jumlah tersebut data potensi kayu yang terkumpul adalah 28.937.333 m³ dengan jenis kayu yang domain adalah dadap sejumlah 19.811.000 m³. kemudian data dari 98 orang penggarap dengan jumlah luasan ± 130.00 hektar dari jumlah tersebut data potensi kayu yang terkumpul ialah 9.126.333 m³.

(8)

3. HASIL HUTAN KAYU DAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU

A. Hasil hutan kayu (HHK) yang telah dicapai pada 4 (empat) tahun belakangan ini mengalami peningkatan disetiap tahunnya, hasil hutan kayu selama 4 (empat) tahun belakangan ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Jumlah Penggarap dalam 4 (empat) tahun terakhir

Berdasarkan tabel 3. Diatas dapat dilihat bahwa pada tiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah penggarap yang berada di Desa Rempek, dengan adanya peningkatan jumlah penggarap diawal tahun 2012 hingga di tahun 2015 akan sangat membantu masyarakat di Desa Rempek untuk mengolah maupun memproduksi hasil hutan kayu. Hasil potensi hutan kayu yang berada di Desa Rempek pada tahun 2012 memiliki jumlah penggarap sebanyak 8 (delapan) orang, dari 8 (delapan) orang penggarap, hasil hutan yang lebih dominan ialah pada hasil hutan kayu dadap sebanyak 243 pohon. Pada tahun 2013 penggarap di Desa Rempek berjumlah 18 orang, pada tahun ini hasil hutan kayu yang lebih dominan ialah Udu/Kalimuru dengan jumlah 1119 pohon. Pada tahun 2014 dan 2015 penggarap sejumlah 24 orang dan 57 orang. Pada tahun 2015 ini telah mengalami kepesatan yang baik bagi Desa Rempek dikarenakan adanya kesadaran dari masing-masing masyarakat yang ada di Desa Rempek tersebut. Pada tahun 2014 dan tahun 2015 hasil hutan kayu yang kebih dominan ialah Dadap sejumlah 416 sedangkan pada tahun 2015 hasil hutan yang lebih dominan ialah Dadap dengan jumlah 1250 pohon. Jika dilihat-dilhat hasilpotensi hutan kayu ditiap tahunnya yaitu pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami peningkatan baik dari segi jumlah penggarap dan jumlah potensi hasil hutan kayu yang ada di lahan Desa Rempek.

No Tahun Jumlah Penggarap

1. 2012 8 orang

2. 2013 18 orang

3. 2014 24 orang

(9)

B. HASIL HUTAN BUKAN KAYU

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang telah dicapai pada 4 (empat) tahun belakangan ini mengalami peningkatan disetiap tahunnya, hasil hutan kayu selama 4 (empat) tahun belakangan ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah Penggarap dalam 4 (empat) tahun terakhir

Berdasarkan tabel 4. Diatas dapat dilihat bahwa pada tiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah penggarap yang berada di Desa Rempek, dengan adanya peningkatan jumlah penggarap diawal tahun 2012 hingga di tahun 2015 akan sangat membantu masyarakat di Desa Rempek untuk mengolah maupun memproduksi hasil hutan bukan kayu. Hasil potensi hutan bukan kayu yang berada di Desa Rempek pada tahun 2012 memiliki jumlah penggarap sebanyak 8 (delapan) orang, dari 8 (delapan) orang penggarap, hasil hutan yang lebih dominan ialah pada hasil hutan bukan kayu kopi sebanyak 6525 pohon.

Pada tahun 2013 penggarap di Desa Rempek berjumlah 18 orang, pada tahun ini hasil hutan bukan kayu yang lebih dominan ialah Kopi dengan jumlah 9.050 pohon. Pada tahun 2014 dan 2015 penggarap sejumlah 24 orang dan 57 orang. Pada tahun 2015 ini telah mengalami kepesatan yang baik bagi Desa Rempek dikarenakan adanya kesadaran dari masing-masing masyarakat yang ada di Desa Rempek tersebut. Pada tahun 2014 dan tahun 2015 hasil hutan bukan kayu yang kebih dominan ialah Kopi sejumlah 22.664 pohon sedangkan pada tahun 2015 hasil hutan bukan kayu yang lebih dominan ialah Kopi dengan jumlah 34.290 pohon. Jika dilihat-dilhat hasil potensi hutan bukan kayu (HHBK) di Desa Rempek ditiap tahunnya yaitu pada tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami peningkatan baik dari segi jumlah penggarap dan jumlah potensi hasil hutan kayu yang ada di lahan Desa Rempek.

Jika dilihat-lihat pada hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada tahun 2012 hingga 2015, hasil untuk HHK lebih bervariasi yaitu pada 4 tahun potensi hasil hutan kayu yang lebih dominan ialah Dadap dan Udu/Kalimuru. Sedangkan pada haasil untuk HHBK pada tahun 2012 hingga 2015 yang dominan ialah Kopi. Sehingga

No Tahun Jumlah Penggarap

1. 2012 8 orang

2. 2013 18 orang

3. 2014 24 orang

(10)

Desa Rempek jika diamati memiliki potensi untuk menghasilkan dan member pemasukan pada lingkungan maupun pada masyarakat yang ada di Desa Rempek lainnya.

C. PEMANFAATAN UNTUK LINGKUNGAN

Dengan adanya jumlah lahan yang tiap tahun semakin bertambah pesat yakni pada tahun 2012 hingga 2015 yang mengalami kepesatan dari segi jumlah penggarap, jumlah potensi hasil hutan kayu dan potensi hasil hutan bukan kayu, serta dari luas lahan. Dengan adanya kesadaran masyarakat di Desa Rempek, masyarakat mampu membawa desanya lebih baik dari beberapa tahun belakangan ini menjadi lebih baik, seperti mampu memberi manfaat pada segi lingkungan. Dengan adanya lahan yang ditanami banyak jenis kayu atau pepohonan mampu memberikan cadangan oksigen bagi bumi, menyerap polusi yang ada, mampu mengurangi dampak erosi ketika hujan besar datang di desa tersebut, hingga mampu memberi kesejukan di Desa Rempek. Sehingga dengan adanya program kemitraan kehutanan di Desa Rempek telah mampu mencapai beberapa hasil seperti telah terwujudnya masyarakat setempat, telah mampu mewujudkan pengelolaan hutan lestari.

Adapun tujuan Koperasi dan KPH mengembangkan program kemitraan kehutanan di Desa Rempek adalah untuk mencapai terwujudnya masyarakat setempat, untuk mendapatkan manfaat secara langsung, melalui penguatan kapasitas dan pemberian akses, ikut serta dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari, dan secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab dan professional.

4. PERSENTASE HASIL HHK DAN HHBK

Dalam data potensi hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Desa Rempek dapat dilihat bahwa program kemitraan kehutanan di Desa Rempek dengan Koperasi dan KPH telah mampu menghasilkan beberapa tujuan yang ada seperti telah mampu mewujudkan masyarakat setempat untuk mulai memanfaatkan lahgan secara langsung, mampu mewujudkan pengelolaan hutan lestari dan secara perlahan telah mampu menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab, dan profesional. Berikut merupakan hasil data analisa potensi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu di Desa Rempek berdasarkan persentase dari tahun 2012 – 2015.

(11)

762 2477 1246 3280 7728 16511 36464 42548 T A H U N 2 0 1 2 T A H U N 2 0 1 3 T A H U N 2 0 1 4 T A H U N 2 0 1 5

HHK DAN HHBK

Jumlah HHBK

Berdasarkan grafik diatas mengenai HHK dan HHBK dapat disimpulkan bahwa data hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) tiap tahun mengalami penaikan. Pada tahun 2012 jumlah hasil hutan kayu sejumlah 762 pohon dan hasil hutan bukan kayu sejumlah 7.728 pohon, pada tahun 2013 hasil hutan kayu sejumlah 2.477 pohon sedangkan pada hasil hutan bukan kayu sejumlah 16.511 pohon. Pada tahun 2014 hasil hutan kayu sejumlah 1.246 pohon sedangkan pada hasil hutan bukan kayu sejumlah 36.464 pohon. Dan pada tahun 2015 didapatkan hasil hutan kayu sejumlah 3280 pohon dan hasil hutan bukan kayu sejumlah 42.548 pohon. Jika dilihat dan diamati data potensi hasil hutan kayu dan potensi hasil hutan bukan kayu tiap tahunnya mengalami peningkatan baik di segi HHK maupun HHBK, ini tidak luput dari peran lembaga kemitraan yang tak putus semangat untuk membangun kesadaran masyarakat di Desa Rempek, dan peran penting masyarakat terhadap hutan di Desa Rempek telah berkembang lebih baik, dan luput juga peran-peran lainnya.

Gambar

Tabel 1. Data Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 3. Jumlah Penggarap dalam 4 (empat) tahun terakhir
Tabel 4. Jumlah Penggarap dalam 4 (empat) tahun terakhir

Referensi

Dokumen terkait

Elkoga Radio adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, maka Elkoga Radio dituntut untuk memberikan pelayanan yang dianggap paling memuaskan bagi

Hasil perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM untuk membuat cetak biru sistem informasi sebagai pengembangan data, aplikasi, dan teknologi yang terintegrasi dalam

Ali, “Rekonfigurasi Jaringan Distribusi Radial Untuk Mengurangi Rugi Daya Pada Penyulang Jatirejo Rayon Mojoagung Menggunakan Metode Binary Particle Swarm

Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa

2012 Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (dana Tugas Pembantuan/TP dan Dekon) melalui program pengelolaan.. Upaya yang telah dilakukan Direktorat Budidaya Aneka

Memang tepat kiranya jika fenomena ini kita sebut dengan istilah ‘lokalisasi agama’, karena lokalisasi memang identik dengan pelacuran, dan tawar-menawar dengan ‘aqidah

BPHTB pada dasarnya dikenakan atas setiap perolehan hak yang diterima oleh orang pribadi atau badan hukum yang terjadi dalam wilayah hukum Negara Indonesia, yang

Senada dengan Erina, Wakil Rektor IV UNAIR, Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., mengatakan bahwa kerja sama dalam bidang pelayanan jasa penerbangan ini akan dijadikan satu