• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat. dan Teologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Filsafat. dan Teologi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat

Filsafat

dan Teologi

dan Teologi

Filsafat

dan Teologi

(2)

Filsafat

Filsafat

dan Teologi

dan Teologi

Filsafat

Filsafat

dan Teologi

dan Teologi

(3)
(4)

PILAR-PILAR PENDONGKRAK

BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS

DALAM BUKU SENI MERAWAT JIWA

Dismas Kwirinus

Mahasiswa Strata 1 (Semester VII) di STFT Widya Sasana, Malang Abstract:

The consistency of the author describes many things about the fifteen themes in his book that human beings in life are still aware of their nature as intelli-gent animals. Pius Pandor explained the biographies and teachings of the great Greek philosophers, medieval, modern, and contemporary philosophers in order to specifically distinguish these themes, but the basic framework re-mains in Greek philosophers, especially Aristotle. The main purpose of this book is to take the reader slowly to understand and love philosophy. Under-stand and love philosophy with criticism and wisdom. Criticism means that philosophy is here to raise our awareness so as not to be carried away in the safe zone of life, but to dare to explore the dark alleys of life in a zone of challenge. While wisdom means that philosophy offers both depth and breadth of thinking horizons in the oceans of life.

Keywords: Curiosity, happiness, rationality, humility, love, wisdom Abstrak:

Konsistensi penulis memaparkan banyak hal mengenai lima belas tema dalam bukunya bahwa manusia dalam hidup tetap menyadari kodratnya sebagai binatang berakal budi. Pius Pandor memaparkan biografi serta ajaran para filsuf besar Yunani, filsuf abad pertengahan, modern, sampai dengan

Telaah Buku

Judul Buku : Seni Merawat Jiwa Tinjauan Filosofis Penulis : Pius Pandor

Penerbit : Obor Tahun Terbit : 2014

Tebal : xxi + 229 halaman ISBN : 978-979-565-695-1

(5)

kontemporer untuk membedakan secara spesifik tema-tema itu, namun kerangka dasarnya tetap pada filsuf Yunani, terutama Aristoteles. Tujuan utama dari buku ini berusaha untuk mengantar pembaca secara perlahan memahami dan mencintai filsafat. Memahami dan mencintai filsafat dengan kritik dan kebijaksanaan. Kritik berarti filsafat hadir untuk membangkitkan kesadaran kita agar tidak terhanyut dalam zona aman kehidupan, tetapi berani menelusuri lorong-lorong gelap kehidupan dalam zona tantangan. Sedangkan kebijaksanaan berarti filsafat menawarkan kedalaman sekaligus keluasan cakrawala berpikir dalam mengarungi samudera kehidupan. Kata Kunci: Rasa ingin tahu, kebahagiaan, rasionalitas, kerendahan hati, cinta, kebijaksanaan

Buku Seni Merawat Jiwa menjadi utuh dan sempurna karena didasarkan atas enam pilar yang saling menghubungkan antar-bagian. Rasa ingin tahu, kebahagiaan, rasionalitas, kedalaman hati, cinta dan kebijaksanaan merupakan pilar-pilar yang menunjukkan keutuhan dan konsistensi logis yang merangkum seluruh isi buku ini. Dalam perkembangannya, filsafat berkembang dari rasa ingin tahu manusia, suatu naluri yang membuat manusia hidup lebih baik lagi (pp. 12). Kebahagiaan sebagai tujuan hidup manusia dapat terbentuk dalam filsafat (pp. 63). Sebagai sebuah keilmuan dan alat mencapai kebijaksanaan, filsafat dapat dengan sederhana dicintai dan dipraktikkan. Melalui filsafat, saya dapat dengan dalam merenungkan diri sendiri dan kehidupan, bakat dan keinginan terdalam pun dapat terbentuk, misalnya dengan metode dialektika Sokrates seperti yang dijelaskan dalam buku ini yang dapat saya terapkan dalam dialog dengan diri sendiri. Buku Seni Merawat Jiwa menjelaskan filsafat sebagai kebijaksanaan dapat ditemukan dalam proses berpikir rasional dan rasionalitas dapat memancing kepekaan hati nurani sebagaimana dijelaskan dalam bagian Jendela Pengenalan. Gabungan keduanya dapat menjadi sarana transformasi untuk melahirkan ke-bijaksanaan. Rasa ingin tahu menjadi pilar dalam berfilsafat dan dengan keinginan teguh, kita mengembangkan dan menjawab rasa ingin tahu. Kita telah memulai selangkah lebih baik dalam berfilsafat.

Dalam buku ini penulis memperkenalkan ketiga tokoh besar filsafat Yunani. Tiga filsuf besar Yunani itu sadar betul rasionalitas merupakan sarana untuk menjadi bijak. Dalam salah satu bagian dari buku ini Sokrates menyatakan bahwa proses menemukan kebenaran perlu diuji dengan dia-log, menggalinya menjadi sebuah kebenaran sejati, sehingga dapat menjadi pegangan dan menjawab kepentingan orang tertentu (pp. 188). Sedangkan Plato dalam buku ini menjelaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab negara, kebijakan adalah hasil akhir pendidikan agar tercipta seorang filsuf yang bisa memimpin negara dengan baik. Untuk bisa mencapai tahap itu, rasionalitas diasah melalui pendidikan. Akademi Plato menjadi tempat

(6)

tumbuhnya rasionalitas tersebut. Namun, Aristoteles dalam buku ini menyadari hal-hal di sekitar sering terjadi ketidakadilan dan keganjilan dan filsuf bertugas untuk memberi perhatian pada hal itu.

Menurut Pius Pandor rasionalitas perlu dikembangkan dengan banyak membaca dan berdiskusi. Hal ini sangat esensial dalam melanjutkan langkah ketika kita ingin berfilsafat dan belajar filsafat. Ajaran-ajaran pokok para filsuf yang dijelaskan dalam buku ini dapat menjadi sarana kita untuk memancing perkembangan rasio kita. Saya mengambil contoh dari buku ini logika ala Aristoteles misalnya, yang memiliki keunggulan dalam sistematis, suatu pemahaman yang mampu disusun secara sistematis dapat lebih mudah dilihat celah dan kekurangannya. Dalam penyusunan teks yang diterangkan oleh Aristoteles misalnya, kita dapat memperhatikan kapasitas kita dengan melihat persiapan yang dilakukan sebelum melakukan retorika atau berdialog. Melakukan urutan atau sistematis, pada bagian pengantar, isi dan penutup pada teks-teks dialog menunjukkan cara kita berfilsafat kemudian dilengkapi kemampuan kita menganalisis pandangan serta bukti-bukti yang menyertai. Sekali lagi, rasionalitas menjadi bagian penting untuk memulai filsafat. Para filsuf juga mencontohkan bahwa filsafat tidak hanya berbicara mengenai rasio, namun juga kedalaman hati (pp. 109). Maka buku ini menggambarkan kemampuan refleksi adalah bagian penting dalam melanjutkan langkah dalam berfilsafat. Buku ini mengingatkan kita bahwa bagaimana Plato begitu sakit hati ketika harus menyaksikan gurunya dihukum mati dengan minum racun. Suatu keputusan yang tidak dilandasi keadilan. Dalam refleksinya, Plato menggabungkannya dengan kemampuan realitas dan metodologi Sokrates yang menjelaskan pentingnya keterbukaan pandangan. Melalui dialog guanya, Plato menyampaikan pesan tentang cahaya kebenaran yang perlu diperjuangkan dan hati yang dalam dan bersihlah yang mampu mencapai hal tersebut. Maka hati juga perlu disertakan ketika kita mempelajari naskah-naskah filsafat atau menyelami kedalaman pikiran serta konteks ajaran Sokrates, Plato dan Aristoteles untuk bisa merasakan perjuangan mereka dalam mengusahakan keadilan. Dan hal itu berhasil dipaparkan oleh Pius Pandor dalam buku ini.

Dua pilar terakhir merupakan pilar emas dalam buku Seni Merawat Jiwa, yaitu cinta dan kebijaksanaan. Filsafat melatih kita untuk mencintai seseorang dengan utuh. Dengan filsafat, kita dapat melihat pencintaan tidak sebatas seks, namun juga hubungan yang dalam dan bermakna. Demikian diungkapkan dalam salah satu bagian yang dijelaskan dalam buku ini. Kita bisa melatih diri kita untuk mencintai secara mendasar, serta cinta orang tua kepada anaknya. Ketulusan cinta dapat terbentuk dengan adanya filsafat. Dengan mencari tahu orang lain, kita tidak hanya terjebak pada perasaan cinta sebatas permukaan, namun juga lebih dalam mengenai kekuatannya, sehingga kita bisa siap menerima kelebihan sekaligus kekurangan orang lain (pp. 82). Inilah kebijaksanaan.

(7)

Dalam buku ini cinta dan kebijaksanaan memiliki hubungan yang koheren satu dengan yang lainnya. Mencintai sesama dengan benar menjadikan kita sebagai manusia bijak yang tahu menentukan prioritas, mampu membaca gerakan zaman yang terus berubah, berkarakter dan memiliki pemahaman yang utuh tentang kehidupan. Manusia yang mengutamakan kebijaksanaan biasanya selalu menawarkan gagasan pemikiran kreatif, inspiratif dan inovatif (pp. 198). Secara alamiah setiap manusia memiliki intuisi yang mengiringi kita untuk melakukan proses berpikir yang rasional dan rasa kedalaman hati, sebagai proses yang dipercaya sebagai cara menemukan kebenaran dalam filsafat. Dan pada akhirnya mencapai kesempurnaan dalam cinta dan kebijaksanaan. Keenam pilar inilah yang berhasil dielaborasi penulis buku Seni Merawat Jiwa sehingga menjadi keutuhan dan konsistensi logis seluruh isi buku.

Kritis dan Bijaksana sebagai Tujuan Belajar Filsafat

Konsistensi penulis memaparkan banyak hal mengenai lima belas tema dalam buku Seni Merawat Jiwa bahwa manusia dalam hidupnya tidak menyadari kodratnya sebagai binatang berakal budi. Hanya dalam kerangka rasionalitas itulah, kita berbicara tentang mengenal diri, mengenal yang lain, mencari kebenaran, memperjuangkan keadilan, menggapai kebahagiaan, menjalankan cinta sejati, melakukan moralitas otentik, membangun hati nurani, bersahabat yang tulus, membangun kedamaian, menjadi manusia bebas, dialogis dan bijaksana.

Pius Pandor memaparkan biografi serta ajaran para filsuf besar Yunani, filsuf abad pertengahan, modern sampai dengan kontemporer untuk membedakan secara spesifik tema-tema itu, namun kerangka dasarnya tetap pada filsuf Yunani, terutama Aristoteles. Tujuan utama dari buku ini berusaha untuk mengantar pembaca secara perlahan memahami dan mencintai filsafat. Selain memahami cerita para filsuf, kita juga diharapkan dapat memahami kebijaksanaan yang tertuang dalam ajaran para filsuf, tidak secara kaku menjalankannya tapi tetap kontekstual dalam permasalahan sehari-hari yang kita temui. Terakhir, penulis mengharapkan kita dapat bahagia dengan hidup yang dianugerahkan kepada kita. Meski tidak terlihat luar biasa atau sangat datar, pada dasarnya memaknai hidup adalah langkah utama untuk merayakan kehidupan. Berikut adalah beberapa tujuan belajar filsafat menurut Pius Pandor dalam bukunya Seni Merawat Jiwa.

Sebagai kritik filsafat menawarkan pemikiran yang mendalam, menukik dan meluas. Mendalam bermakna bahwa filsafat merupakan sebuah perziarahan intelektual yang menuntut pengabdian diri untuk menemukan akar atau hakikat dari sesuatu. Orang terbiasa berpikir mendalam biasanya tidak mudah terpukau pada apa yang sekedar tampilan tetapi berani masuk ke dalam wilayah kedalaman. Menukik bermakna berfilsafat menuntut keberanian untuk memasuki lorong-lorong gelap kehidupan yang penuh

(8)

dinamika dan gejolak. Di sini filsafat berperan ibarat obor yang menerangi ziarah hidup kita. Akhirnya, meluas bermakna filsafat mengantar kita masuk dalam zona keterbukaan seluas kenyataan. Dalam zona ini, filsafat tidak menawarkan solusi instan dan jawaban mutlak atas persoalan-persoalan kehidupan, tetapi selalu menggugat, mempertanyakan, menyangsikan dan mengubah dirinya sendiri hingga tahu apa artinya hidup dan bagaimana seharusnya menghayati kehidupan dengan lebih bermutu (pp. 219).

Sebagai kebijaksanaan, filsafat menawarkan model berpikir inspiratif, kreatif dan eksploratif di tengah budaya instan yang digerakkan logika waktu pendek. Inspiratif karena pemikiran-pemikiran para filsuf dalam rentan sejarah filsafat selalu membawa kesegaran baru, ironis dan tajam. Kreatif karena cenderung pemikiran mereka selalu menampilkan hal-hal baru, tak terduga dan melampaui bidikan kita. Inilah yang menantang kita untuk menelaahnya lebih lanjut. Eksploratif karena buah-buah refleksi yang mereka lakukan merupakan pematangan dan penggambaran akal budi yang tiada henti dalam mencapai kehidupan pada konteks ini (pp. 220).

Jadi sebagai kritik, filsafat hadir untuk membangkitkan kesadaran kita agar tidak terhanyut dalam zona aman kehidupan, tetapi berani menelusuri lorong-lorong gelap kehidupan dalam zona tantangan. Sedangkan sebagai kebijaksanaan, filsafat menawarkan kedalaman sekaligus keluasan cakrawala berpikir dalam mengarungi samudera kehidupan (pp. 220). Mempelajari filsafat membantu kita mengetahui nilai-nilai dan keutuhan hidup, membuat kita menghargai bahwa hidup hanya sekali dan penghargaan akan hidup perlu dirayakan dengan salah satunya melalui filsafat.

Pengaruh Plato dan Aristoteles bagi Penulis

Sebelum saya menunjukkan di mana letak pengaruh kedua filsuf ini terhadap penulis, terlebih dahulu saya akan menunjukkan beberapa perbedaan pemikiran Plato dan Aristoteles yang kemudian mempengaruhi penulis buku ini. Adapun beberapa perbedaan pemikiran Plato dan Aristoteles adalah sebagai berikut: NO 1 2 3 4 5 6 PLATO Political Idealism Bapak filsafat politik Metode deduktif utopian Kewajiban (nature) Philosophical method ARISTOTELES Political Realism

Bapak ilmu politik Metode induktif Best possible state Hak (aktivitas)

Scientific and analytical

(9)

Kekhasan yang membedakan antara Plato dan Aristoteles menurut buku ini adalah karakter Plato yang cenderung berpikir abstrak dan idealis, terlebih pada hal-hal yang sulit dinalar oleh orang kebanyakan, misalnya dunia ide yang mengawang-awang dan sulit dilihat realitasnya. Hal tersebut berbeda dengan Aristoteles yang karakter berpikirnya pragmatis dan mengamati permasalahan sehari-hari yang lebih praktis dan solutif. Menurut saya penulis buku Seni Merawat Jiwa memiliki karakter berpikir yang pragmatis dan mengamati realita kehidupan sehari-hari yang lebih praktis dan solutif. Namun, dari buku-buku karya Pius Pandor yang saya baca selalu memiliki kebaharuan baik dari argumentasi-argumentasi filosofisnya maupun penyoalan terhadap realita kehidupan sehari-hari. Tulisan Pius Pandor lebih praktis dan solutif sehingga mudah dicerna oleh para pembaca.

Peran Logika dalam Menyusun Argumentasi Filosofis

Dalam buku ini saya menemukan beberapa hal penting terkait peran logika dalam menyusun argumentasi filosofis. Buku ini hadir sebagai buku yang memiliki ciri khas berkutat dengan logika. Argumentasi filosofis tertata dengan rapi karena buku ini berangkat dari pola berlogika yang sistematis, kritis dan historis.

Logika membentuk pola berpikir sistematis berarti setiap pelajaran filsafat menghargai karya filsafat. Misalnya mula-mula mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang terdiri dari beberapa cabang filsafat. Setelah itu kita mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang lain, kemudian mempelajari teori nilai atau filsafat nilai, pembagian lebih pada sistematika filsafat, membahas setiap cabang dan sub cabang serta aliran. Berlogika seperti ini terpusat pada isi argumentasi filosofis, bukan pada tokoh atau periode. Logika membentuk pola berpikir kritis. Logika pada tahap ini digunakan untuk mereka yang mempelajari filsafat secara lebih intens. Mahasiswa haruslah sedikit banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. Pola berlogika seperti ini digunakan oleh banyak akademisi antara mahasiswa filsafat, yang dalam

7 8 9 10 11 12

Keharusan mengerjakan sesuatu (keahlian)

Hubungannya dengan kewajiban Moral dan philosophical

Keunggulan individu mengerjakan sesuatu

spiritual Related inner self

Reward (proposition to what contributes) Hubungannya dengan hak

Legal

Sesuatu yang sepatutnya diterima Practical, virtue in action, goodness in prac-tice

From the soul related to action

(10)

pengajarannya dapat menggunakan pola berlogika sistematis atau historis. Prosesnya adalah dengan mengamati argumentasi filosofisnya kemudian memberikan kritik berupa sanggahan atau dukungan terhadap ajaran tersebut.

Akhirnya peran logika dalam menyusun argumentasi filosofis adalah membentuk pola berpikir historis. Pola berlogika seperti ini bila diterapkan dengan mempelajari filsafat dan mengikuti sejarahnya. Buku ini cenderung menggunakan pola berpikir historis dengan mengenali biografi atau sejarah hidup para filsuf terutama filsuf-filsuf besar Yunani, yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles melalui budaya mereka, pola ajaran dan kesamaan pemahaman serta pola ajaran mereka atau pun pola argumentasi filosofis yang mereka terapkan dalam berfilsafat. Dengan pola berpikir historis ini kita dapat mengambil bagian dalam hidup, sederhana dan dekat dengan keseharian yang kadang tidak kita sadari bahwa dengan melibatkan filsafat sesuatu menjadi lebih penting karena makna yang di hadirkan melalui filsafat.

Jadi peran logika menurut penulis buku Seni Merawat Jiwa mengantar kita untuk menyusun argumentasi filosofis dengan pola berpikir yang sistematis, kritis dan historis.

Kritik dan Rekomendasi atas Isi Buku Seni Merawat Jiwa

Secara keseluruhan isi buku ini sangat baik dan mudah dimengerti. Penulis perlu memberi catatan kecil atau catatan pinggir di setiap bagian jika perlu diberi gambar ilustrasi sehingga pembaca lebih mudah memahami apa yang hendak disampaikan pada bagian tersebut. Bahasa yang digunakan oleh penulis sangat menarik dan lancar. Catatan kecil bagi penulis ialah perlu memperhatikan beberapa term atau kata yang harus diberi penjelasan lebih lanjut terutama istilah-istilah filsafat, sehingga pembaca yang tidak berlatar belakang ilmu filsafat dapat memahami istilah tersebut.

Rekomendasi bagi pembaca buku Seni Merawat Jiwa ialah bahwa buku ini layak dibaca oleh siapa pun, baik mahasiswa/mahasiswi yang berlatar belakang ilmu filsafat maupun oleh masyarakat umum. Dengan pola berpikir historis buku ini telah mencuri perhatian pembaca untuk dapat mengambil bagian dalam hidup, sederhana dan dekat dengan keseharian yang kadang tidak kita sadari bahwa dengan melibatkan filsafat sesuatu menjadi lebih penting karena makna yang di hadirkan melalui filsafat. Buku ini sangat membantu pembaca untuk berpikir kritis dan logis dalam memahami fenomena hidup sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Sikap dan perilaku gizi responden dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut : sebagian besar siswa mempunyai frekuensi makan yang baik, >2x dalam sehari, yaitu 135 orang ( 66,50

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Data-data yang disajikan dalam penyusunan laporan keuangan ini bersumber dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran, Surat Pertanggungjawaban

Guru perlu juga mengosongkan sedikit ruang pada daerah kanan atas kertas (Lihat daerah yang diberi kotak pada Gambar 3!). Daerah tersebut digunakan untuk

menggunakan sebuah kanel audio digital S/PDIF untuk keluaran audio digital dari motherboard Anda ke kartu grafi s jika Anda ingin menyambungkan sebuah tampilan HDMI kepada kartu grafi

Menurut Soewarso (2000:11-13) dalam bukunya yang berjudul Cara-cara Penyampaian Pendidikan Sejarah Untuk Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Bangsanya “kurang

Keberhasilan LAPAN dalam penguasaan Iptek penerbangan dan antariksa (pengembangan model/informasi sains antariksa dan atmosfer, rancang bangun satelit mikro dan