• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Risa Diah Noviani

NIM. R0206049

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ii

Risa Diah Noviani, R0206049, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari: _______, Tanggal: ___ Juli 2010

Pembimbing Utama Harninto, dr., MS, Sp.Ok. ... Pembimbing Pendamping Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 ... Penguji Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok. ... Surakarta, Juli 2010 Tim Skripsi Sumardiyono, SKM,M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 Ketua Program

D.IV Kesehatan Kerja FK UNS

Putu Suriyasa, dr., MS, PKK,Sp.Ok NIP. 19481105 198111 1 001

(3)

iii

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, Juli 2010

Risa Diah Noviani NIM. R0206049

(4)

iv

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. PB Lumbung dan PB Sri Mulyo merupakan industri kecil yang bergerak di bidang penggilingan padi. Industri ini memakai mesin-mesin yang bisingnya melebihi nilai ambang batas (NAB) 85 dBA. Intensitas kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan stres kerja bagi orang yang terpapar selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga kerja penggilingan padi di kecamatan Mojolaban.

Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik. Subjek penelitiannya adalah semua tenaga kerja PB Lumbung dan PB Sri Mulyo yang berjumlah 21 orang dengan teknik sampling yang digunakan purposive sampling yang syarat-syaratnya berjenis kelamin laki-laki, berusia 20-50 tahun, kondisi kesehatan baik atau sehat dan tidak dalam keadaan sakit. Subjek yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 17 orang. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga kerja menggunakan uji statistik fisher exact probability test.

Hasil uji statistik fisher exact probability test menunjukkan bahwa nilai signifikan adalah 0,030 (p>0,01 tetapi ≤0,05) yang berarti ada pengaruh yang signifikan intensitas kebisingan terhadap stres kerja tenaga kerja.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap stres kerja pada tenaga kerja. Sehingga bagi pekerja sebaiknya menggunakan ear plug saat bekerja untuk mencegah gangguan kesehatan yang dapat menimbulkan stres kerja akibat intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin penggilingan padi.

Kata kunci : Intensitas Kebisingan, Stres Kerja Kepustakaan : 25, 1995 – 2010.

(5)

v

SUKOHARJO. Thesis, Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret University Of Surakarta.

PB Lumbung and PB Sri Mulyo represent small industry which active in hulling of paddy. Industrial this wear machine which is its noise intensity exceed value float boundary NAB 85 dBA. Noise intensity exceeding NAB can cause stres work to one who is during 8 hour one day or 40 hour one week. So that the target of this research to know noise intensity influence to stres work at labour hulling of paddy in district of Mojolaban.

This research use research of analytic observasional. its Research Subjek is all PB Lumbung labour and PB Sri Mulyo amounting to 21 people with used by sampling technique is sampling purposive which is its conditions have of men gender to have, age to 20-50 year, condition of healthy or good health and do not in a state of pain. Subjek fulfilling the the criterion amount to 17 people, presented in the form of tabulation and to know noise intensity influence to stres work at labour use statistical test of testprobability exact fisher.

Result of statistical test of test probability exact fisher indicate that signifikan value is 0,030 ( p>0,01 but ≤0,05) meaning there is influence which is

noise intensity signifikan to stres work labour.

From this research can be concluded that noise intensity have an effect on to stres work labour. So that to worker better use moment ear plug work for to prevent health trouble which can generate stres work effect of generated noise intensity by machine hulling of paddy.

Keywords : Noise intensity, Stres work Bibiographies : 25, 1995 – 2010.

(6)

vi

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo” dengan baik.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, meskipun usaha keras untuk hal tersebut telah penulis upayakan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan maupun penyempurnaannya.

Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS., PKK. Sp.Ok., selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

vii

7. Pemilik penggilingan padi PB. Lumbung dan PB. Sri Mulyo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian. 8. Semua tenaga kerja penggilingan padi, atas segala bantuan dan dukungan

yang diberikan dalam pelaksanaan Penelitian.

9. Bapak, Ibu, dik Risti dan dik Pras tersayang serta orang terdekat yang penulis cintai atas segala doa, dukungan dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

10. Sahabatku Tyas Lilia Wardani, atas bantuan dan dukungannya selama ini serta teman-teman D.IV Kesehatan Kerja.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam pelaksanaan Penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juli 2010

(8)

viii HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii PERNYATAAN ... iii ABSTRAK ... iv ABSTRACT ... v KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 21

(9)

ix

C. Populasi Penelitian ... 22

D. Sampel Penelitian ... 23

E. Kerangka Konsep ... 24

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 24

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

H. Desain Penelitian... 27

I. Teknik Pengambilan Data ... 28

J. Pengumpulan Data ... 28

K. Instrumen Penelitian ... 29

L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 32

B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 33

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja ... 34

D. Hasil Pengukuran Stres Kerja pada Tenaga Kerja ... 35

E. Hasil Pengujian Fisher Exact Probability Test statistik Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja ... 36

BAB V. PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian ... 38

(10)

x

B. Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN

(11)

xi

Tabel 1.2 Hasil pengukuran intensitas kebisingan di dalam ruangan ... 34 Tabel 1.3 Hasil pengukuran intensitas kebisingan di luar ruangan... 34 Tabel 1.4 Hasil perhitungan pengukuran stres kerja tenaga kerja yang

terpapar kebisingan di atas 85 dB(A) ... 35 Tabel 1.5 Hasil perhitungan pengukuran stres kerja tenaga kerja yang

terpapar kebisingan di bawah 85 dB(A) ... 36 Tabel 1.6 Hasil uji Fisher Exact Probability Test ... 37 Tabel 1.7 Hasil pengukuran intensitas kebisingan dan stres kerja…………... 37

(12)

xii

Gambar 2 Kerangka Konsep ... 24 Gambar 3 Desain Penelitian ... 27

(13)

xiii

dan PB Sri Mulyo Kecamatan Mojolaban

LAMPIRAN B : Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan PB Lumbung dan PB Sri Mulyo Kecamatan Mojolaban

LAMPIRAN C : Uji Fisher Exact Probability Test

LAMPIRAN D : Surat Ijin Penelitian dari BAPEDDA Kabupaten Sukoharjo LAMPIRAN E : Formulir Bourdan Wierma Test

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dapat mengakibatkan bergesernya tenaga manusia untuk kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan lainnya. Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan yang menjadi kajian dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Di samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan, kesehatan kerja juga mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh limbah atau produk perusahaan tersebut, sedangkan upaya promotif berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan kerja, akan meningkatkan produktivitas kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materi maupun spiritual. Visi pembangunan kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan RI, 2002). Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta

(15)

2

prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Suma’mur P.K, 2009). Sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen kerja berupa kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi (Suma’mur P.K., 2009).

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Kebisingan selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi, efek pada pekerjaan dan reaksi masyarakat (Anhar Hadian, 2000).

Kondisi lingkungan kerja kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain. Kita meyakini bahwa suara dengan level intensitas yang tinggi mengakibatkan peningatan stress dan ketegangan. Kita memperkirakan bahwa penyakit yang berkaitan dengan stress kerja (hipertensi dan sebagainya) dapat meningkat karena adanya kebisingan.

(16)

3

Menurut Charles D, Spielberger (2001) dalam artikel Stres Kerja pengertian dan pengenalan, menyebutkan bahwa stres kerja adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Begitu pula Untuk Gibson et al (2000) dalam artikel Stres Kerja pengertian dan pengenalan, mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yang menitikberatkan pada lingkungan kerja. mendefinisikan stres kerja sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi antara kondisi stimulus lingkungan kerja dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan, termasuk didalamnya adalah lingkungan yang bising. Sedangkan dalam artikel Stres Kerja pengertian dan pengenalan Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan kerja dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda kondisinya, misalkan kondisi lingkungan dengan intensitas kebisingan.

(17)

4

Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain (Tarwaka dkk, 2004) Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan tidur, Gangguan reaksi psikomotor dan Kehilangan konsentrasi. Maka semakin tinggi tingkat kebisingan memungkinkan semakin tinggi stres kerja.

Dari survei awal diketahui bahwa proses kerja di penggilingan padi Mojolaban terbagi menjadi dua tempat kerja yaitu ruang masin penggilingan yang terpapar langsung kebisingan dan ruang menjemur gabah di luar ruangan mesin penggilingan, maka ruangan yang langsung terpapar mesin penggilinmgan akan memungkinkan pekerja terpapar oleh kebisingan yang melebihi NAB yaitu 94 dB(A) dari mesin-mesin penggilingan padi yang digunakan dalam waktu yang panjang, sehingga kemungkinan dalam masa kerja yang lama mengakibatkan karyawan mengalami stres kerja. Sedangkan di ruangan penjemuran gabah kebisingannya dibawah NAB yaitu 72 dB(A) memungkinkan sebagian kecil karyawan ada yang mengalami stres kerja pula dan sebagian besar tidak mengalami stres kerja.

(18)

5

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Adakah Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja. b. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui intensitas kebisingan di penggilingan padi Mojolaban.

2) Untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan terhadap stres kerja di penggilingan padi Mojolaban.

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa intensitas kebisingan mempengaruhi stres kerja.

(19)

6 b. Aplikatif

1) Diharapkan para tenaga kerja lebih memperhatikan kesehatannya dengan menggunakan waktu beristirahat yang diberikan dari pemilik penggilingan padi dengan baik.

2) Diharapkan pemilik penggilingan padi memperhatikan kesehatan para tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan memberikannya waktu istirahat dan memperhatikan intensitas kebisingan lingkungan kerja agar tidak melebihi NAB.

(20)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia Dwi P. Sasongko (2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur P.K., 2009). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendakibagi manusia (Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002).

Selain itu Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah (Budiman Chandra, 2007). Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmenaker (1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

(21)

Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi suara dan intensitas suara Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 16 – 20.000 Hz (Suma’mur PK, 2009). Sedangkan intensitas kebisingan yang dianjurkan berdasarkan Kep. Men. No. 51 tahun 1999 adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja/hari atau 40 jam seminggu.

b. Jenis-jenis Kebisingan

Menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005) di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap ( non-steady noise). Sedangkan kebisingan tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise) Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya. 2) Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).

Sementara itu, kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi :

(22)

1) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

2) Intermittent noise

Sesuai dengan terjemahannya, intermittent noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

3) Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

c. Pengaruh Intensitas Kebisingan

Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi dan ketidaktenangan (Sutaryono, 2002). Lebih dari itu Mike Wardhani,dkk (2004), menyatakan pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan (efek fisiologis) adalah kerusakan pada indra pendengar yang menyebabkan ketulian. Selain itu (Soeripto M, 2008) menyatakan kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel dan lain-lain. Yang dimaksud dengan stabilitas mental adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi atau bertindak normal. Kebisingan memang

(23)

tidak dapat menimbulkan mental illness, namun dapat memperberat problem mental yang sudah ada. Reaksi psikologis yang timbul dari kebisingan antara lain :

-Marah

-Mudah tersinggung -Gugup atau nervousitas -Jengkel atau annoyance

Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain (Tarwaka dkk, 2004) :

- Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan tidur - Gangguan reaksi psikomotor

- Kehilangan konsentrasi

- Gangguan komunikasi antara lawan bicara

- Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja

2. Stres Kerja

(24)

Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stres dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh Levi (dikutip Tarwaka, 2004). Menurut Charles D, Spielberger (2000) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyek-obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

b. Faktor Penyebab Stres Kerja

Ashar Sunyoto (2001), mengelompokkan faktor-faktor penyebab stres dalam pekerjaan yaitu :

1) Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan Meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising, vibrasi (getaran), higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup:

(a) Kerja shift atau kerja malam

Kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi, siang

(25)

dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan perut.

(b) Beban kerja

Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres.

(c) Paparan terhadap risiko dan bahaya

Risiko dan bahaya dikaitkan dengan jabatan tertentu merupakan sumber stres. Makin besar kesadaran akan bahaya dalam pekerjaannya makin besar depresi dan kecemasan pada tenaga kerja.

2) Peran individu dalam organisasi

Setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai yang diharapkan atasannya. Namun tenaga kerja tidak selalu berhasil memainkan perannya sehingga timbul:

(a) Konflik peran (b) Ketaksaan peran

Ketaksaan peran dirasakan jika seseorang tenaga kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau tidak merealisasikan harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu.

(26)

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih dan promosi yang kurang.

4) Hubungan dalam pekerjaan

Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisaasi.

5) Struktur dan iklim organisasi

Kepuasan dan ketidakpastian kerja berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang ditemui terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau barperan serta dalam organisasi.

6) Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa- peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan demikian memberikan tekanan pada individu. Isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya.

(27)

Stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauhmana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.

c. Gejala Stres Kerja

Menurut Ashar Sunyoto (2001) gejala-gejala stres di tempat kerja sebagai berikut:

1)Tanda-tanda suasana hati (mood )

Berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur malam hari, menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak enak dan gelisah, menjadi gugup.

2) Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletal)

Berupa jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat, mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja), kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku, menggagap ketika bicara, leher menjadi kaku.

3) Tanda-tanda organ-organ dalam badan (viseral)

Berupa perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak keringat, tangan berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan, mengalami kedinginan, wajah menjadi panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi berdering dalam kuping.

Carry Cooper dan Alison Straw (Dalam Dwi Retnaningtyas 2005) membagi gejala stres kerja menjadi tiga yaitu :

(28)

Gejala stres menyangkut fisik bisa mencakup: nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot tegang, pencernaan terganggu, mencret- mencret, sembelit, letih yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah

2) Gejala-gejala dalam wujud perilaku

Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku, mencakup:

(a) Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tak menarik, kehilangan semangat.

(b) Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat keputusan.

(c) Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat terhadap orang lain.

3) Gejala-gejala di tempat kerja

Sebagian besar waktu bagi pekerja berada di tempat kerja, dan jika dalam keadaan stres, gejala-gejala dapat mempengaruhi kita di tempat kerja, antara lain:

(a) Kepuasan kerja rendah (b) Kinerja yang menurun (c) Semangat dan energi hilang (d) Komunikasi tidak lancar (e) Pengambilan keputusan jelek

(29)

(f) Kreatifitas dan inovasi berkurang

(g) Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Gejala-gejala stres kerja dapat berupa letih dan lelah, kecewa, perasaan tidak berdaya, gangguan tidur, kegelisahan, ketegangan, kecemasan, cepat marah, kehilangan rasa percaya diri, perasaan kesepian atau keterasingan, makan terlalu sedikit, mudah tersinggung, berdebar-debar dan sulit berkonsentrasi (Bambang Tarupolo, 2002).

d. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

Adapun faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain adalah : 1) Faktor dari individu

a) Usia

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas (Margatan, Arcole,1996). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun sudah dianggap sebagai batas lanjut usia. Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan–lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal. Proses menjadi tua disertai kurangnya

(30)

kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat-alat tubuh, sistem kardiovaskular, hormonal (Suma’mur P.K., 2009). b) Jenis Kelamin

Adriana Pusparini dalam Sugeng Budiono A.M dkk (2003) menjelaskan bahwa kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata sekitar 2/3 dari pria. Sedang kemampuan untuk bergerak sekitar 35-80% tergantung pada tugas dan otot yang terlibat. Kebanyakan, namun tidak seluruhnya, pasien dengan keluhan letih saja tidak memiliki kelainan organik yang serius. Beberapa pasien mengalami sindrom kelelahan kronis, diartikan sebagai onset baru dari kelelahan yang persisten/kambuh tanpa ada kelelahan sebelumnya, yang tidak berkurang dengan istirahat dan cukup berat sampai dapat mengurangi kemampuan dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 50% dari semula, selama ≥ 6 bulan. Sindrom

ini mengenai wanita dua kali lebih sering daripada pria dan sangat umum ditemukan (Patrick Davey, 2005).

c) Status gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban

(31)

kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur P.K., 2009).

d) Kondisi kesehatan

Kondisi atau keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (Undang-undang No.23 Tahun 1992 Bab 1 pasal 1). e) Keadaan psikologis

Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Masalah psikologis dan kesakitan–kesakitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan masalah kejiwaan

2) Faktor dari luar a) Beban kerja

Setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan

(32)

kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut (Tarwaka, dkk. 2004). Begitu juga dengan oksigen, bahwa setiap individu mempunyai keterbatasan maksimum untuk oksigen yang dikonsumsi. Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat (Eko Nurmianto, 2003).

b) Lingkungan kerja (fisik) Kebisingan

Kebisingan dapat mengganggu konsentrasi pekerja pada pekerjaannya, terutama suara yang bernada tinggi, karena dapat menimbulkan reaksi psikologis dan kelelahan (Budiman Chandra, 2007). Eksposur terhadap kebisingan yang berlebihan dapat menimbulkan pengaruh pada perilaku seperti kehilangan konsentrasi, kehilangan keseimbangan dan disorientasi (berkaitan dengan pengaruh kebisingan pada cairan di dalam saluran semisirkular telinga dalam) dan juga kelelahan (John Ridley, 2003).

(33)

3. Hubungan antara Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja

Kondisi fisik di lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan psikologis diri seorang tenaga kerja. Salah satu kondisi fisik adalah suara bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran kita, juga dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologis kita. Dalam artikel Stres kerja pengertian dan pengenalan stres menurut Ivancevich & Matteson (2000) bependapat bahwa bising yang berlebih (sekitar 80 desibel) yang berulangkali didengar, untuk jangka waktu yang lamadapat menimbulkan stress.

(34)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

Intensitas kebisingan tinggi

Sensasi suara gemuruh dan berdenging Persyarafan otonom terganggu stimulasi nucleus ventralateralis thalamus Kelelahan mental Stres Kerja Faktor intern - Jenis kelamin - Usia - Beban kerja - Lingkungan kerja Faktor ekstern - Status gizi - Kondisi kesehatan - Psikologis

menguatkan sistem inhibisi yang berada pada thalamus

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah di rumuskan sebelumnya. Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 2002).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di penggilingan padi di kecamatan Mojolaban Sukoharjo, pada bulan Mei - Juni 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja penggilingan padi di kecamatan Mojolaban sebanyak 21 orang.

(36)

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari suatu populasi yang akan diteliti. Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling, yang berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004).

Populasi yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Jenis kelamin Laki-laki b. Usia 20-50 tahun c. Beban kerja d. Lingkungan kerja

Populasi tenaga kerja yang ada di penggilingan padi Mojolaban adalah 21 orang. Untuk mengambil sampel dari populasi yang ada yaitu dengan menggunakan purposive sampling atau pengambilan sampel sesuai kriteria inklusi diatas. Sehingga dari populasi yang berjumlah 21 orang tersebut terpilih 17 orang yang menjadi sampel untuk penelitian ini,

(37)

E. Kerangka Konsep

Variabel pengganggu terkendali - Jenis kelamin - Usia - Beban kerja - Lingkungan kerja Variabel bebas Kebisingan Variabel pengganggu tidak terkendali - Status gizi

- Kondisi kesehatan - Psikologis

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stres kerja.

3. Variabel Pengganggu

Variabel terikat Stres Kerja

(38)

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu: a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, beban kerja, dan

lingkungan kerja.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : status gizi, kondisi kesehatan dan keadaan psikologis.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas Kebisingan

Intensitas kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Alat ukur : Sound Level Meter Satuan : dB(A)

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kebisingan di atas 85 dB(A) dan kebisingan di bawah 85 dB(A).

Skala pengukuran : nominal 2. Stres kerja

Stres kerja adalah suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan.

(39)

Alat ukur : Kuasioner Bourdon Wiersma Test

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu stres (skor tingkat ketelitian yang terendah) dan tidak stres (skor tingkat ketelitian yang tertinggi).

Skala pengukuran : nominal 3. Usia

Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri tenaga kerja. Usia tenaga kerja yang diteliti yaitu sekitar 20-50 tahun.

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki.

5. Lama kerja

Lama kerja adalah waktu kerja dari tenaga kerja selama satu hari yang dapat diketahui dari observasi yang dilakukan selama penelitian, yaitu selama 7 (tujuh) jam kerja dalam sehari.

(40)

H. Desain Penelitian

Gambar 3. Desain Penelitian Keterangan :

X1 : subjek yang mengalami stres kerja yang bekerja di tempat yang mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dB(A).

X2 : subjek yang tidak mengalami stres kerja yang bekerja di tempat yang mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dB(A).

X3 : subjek yang mengalami stres kerja yang bekerja di tempat yang mempunyai intensitas kebisingan di bawah 85 dB(A).

X4 : subjek yang tidak mengalami stres kerja yang bekerja di

tempat yang mempunyai intensitas kebisingan di bawah 85 dB(A). Purposive sampling Subjek Intensitas Kebisingan di atas 85 dB(A) Intensitas Kebisingan di bawah 85 dB(A) Stres (X1) Tidak Stres (X2) Stres (X3) Tidak Stres (X4) Fisher Exact Probability Test Populasi

(41)

I. Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan pengambilan data primer yang meliputi intensitas kebisingan, pengukuran stres kerja, serta hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

J. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian mempersiapkan proposal penelitian. Pengumpulan data ini dimulai setelah proposal penelitian disahkan oleh pembimbing serta izin dari pemilik penggilingan padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Setelah mendapat izin dari pemilik penggilingan padi di kecamatan Mojolaban peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam penelitian ini.

(42)

b. Mewawancarai satu persatu tenaga kerja yang ada mengenai identitas diri serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja kaitannya dengan intensitas kebisingan.

c. Menentukan sampel penelitian.

d. Melakukan pengukuran intensitas kebisingan dan stres kerja. e. Merekap data perolehan hasil penelitian.

3. Tahap Penyelesaian

Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20

Satuan : dBA

Teknik pengukurannya adalah: a. Putar switch ke A.

b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur. d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST”

(43)

e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke sumber kebisingan.

f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama kerja.

g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil. 2. Kuasioner Bourdon wiersma test, yaitu test tentang pengukuran

kecepatan, ketepatan dan konstansi untuk mengetahui stres kerja dengan melingkari kelompok 4 titik tiap baris dan kolom pada formulir Bourdon wiersma.

Teknik pengukurannya adalah :

a. Subjek atau responden diminta untuk melingkari kelompok 4 titik dan harus ditekankan bahwa baris demi baris harus dikerjakan dari kiri ke kanan dan suruh mengerjakan dengan teliti dan cepat dalam batasan waktu tertentu (dengan waktu maksimal setengah menit dipersingkat mungkin secara seragam dalam melingkari tiap barisnya) serta tidak boleh ada kelompok 4 titik yang terlompati. b. Setiap baris diperiksa dan dihitung, penilaian ketelitian yaitu jumlah

kesalahan yang dihitung dari banyaknya kelompok 4 titik yang dilompati atas yang dicoret bukan kelompok 4 titik sehingga didapat skor nilai tingkat ketelitian.

3. Lembar hasil pengukuran, yaitu daftar yang berisi pencatatan data kebisingan.

(44)

5. Stopwatch, yaitu alat pengukur waktu yang digunakan untuk pengukuran kebisingan dan stres kerja.

L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Fisher exact probability test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 14.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan. (Luknis Sabri, 2008).

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PB Lumbung dan PB Sri Mulyo merupakan industri kecil yang bergerak di bidang penggilingan padi. PB Lumbung terletak di Dukuh Premban RT 02/6 Klumprit, Mojolaban. Pemilik penggilingan padi PB Lumbung ini adalah Bapak Hartono yang mendirikan penggilingan padi ini sejak tahun 2003. Dalam proses produksinya PB Lumbung menggunakan 5 unit mesin yang terdiri dari 2 unit mesin pecah gabah dan 3 unit mesin pemutih. Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam 08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu dan pada tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini semuanya adalah 12 orang.

PB Sri Mulyo terletak di Dukuh Candirejo RT 02/5 Klumprit, Mojolaban. Pemilik penggilingan padi PB Sri Mulyo ini adalah Bapak Sri Yanto yang mendirikan penggilingan padi ini sejak tahun 1992. Dalam proses produksinya PB Sri Mulyo menngunakan 3 unit mesin yang terdiri dari 1 unit mesin pecah gabah, 1 unit mesin pemutih dan 1 unit mesin wuluh. Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam 08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu minggu

(46)

industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu dan pada tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini semuanya adalah 9 orang.

Dari pengamatan yang peneliti lakukan selama penelitian dapat diketahui bahwa tenaga kerja yang ada tidak ada yang memakai masker, padahal pada tempat kerja tersebut kadar debu padinya cukup banyak. Selain itu kebisingan yang ditimbulkan dari semua mesin yang beroperasi cukup tinggi dan tenaga kerja tidak ada yang memakai ear plug, hal tersebut peneliti ketahui dari pengukuran yang peneliti lakukan.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur dan Jenis Kelamin

Dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata umur responden pada penelitian ini 38,47 tahun dengan umur minimal responden adalah 23 tahun dan umur maksimal responden adalah 49 tahun. Standar deviasi umur responden adalah 8,308. Sedangkan jenis kelamin dari tenaga kerja yang menjadi sampel adalah laki-laki sejumlah 17 orang. Adapun sebaran responden berdasar usia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

Umur (Tahun) Frekuensi Prosentase (%)

23 1 5,9 25 2 11,8 33 1 5,9 36 1 5,9 37 1 5,9 38 3 17,6 40 2 11,8 42 1 5,9 45 1 5,9 Bersambung...

(47)

Sambungan...

48 2 11,8

49 2 11,8

Jumlah 17 100

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Pengukuran intensitas kebisingan pada tempat kerja dilakukan dalam 8 (delapan) titik pengukuran. Pengukuran dilakukan di dalam ruang mesin penggilingan padi dan di luar ruangan yaitu di tempat penjemuran padi. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di dalam ruang.

No. Jam Leq (dBA)

1 08.30 92,23 2 09.30 91,44 3 10.30 93,52 4 11.30 94,72 5 13.30 96,80 6 14.30 96,32 7 15.30 91,61 Terendah Tertinggi 91,44 96,80

Tabel 1.3. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di luar ruang.

No. Jam Leq (dBA)

1 08.30 74,39 2 09.30 72,56 3 10.30 74,66 4 11.30 75,33 5 13.30 76,80 6 14.30 74,11 7 15.30 69,52 Terendah Tertinggi 69,52 76,80

intensitas kebisingan tertinggi didapatkan pada jam 14.30 WIB yaitu 96,80 dBA dan intensitas kebisingan terendah didapatkan pada jam 09.30

(48)

WIB yaitu 91,44 dBA. Dan intensitas kebisingan tertinggi didapatkan pada jam 13.30 WIB yaitu 76,80 dBA dan intensitas kebisingan terendah didapatkan pada jam 15.30 WIB yaitu 69,52 dBA.Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan. Selain itu selama penelitian dilakukan alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.

D. Hasil Pengukuran Stres Kerja pada Tenaga Kerja

Pengukuran stres kerja dilakukan setelah kerja. Pengukuran dilakukan terhadap tenaga kerja yang bekerja di dalam ruang mesin penggilingan padi yang mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dB (A) dan tenaga kerja yang bekerja di luar ruangan yaitu di tempat penjemuran padi yang mempunyai intensitas kebisingan di bawah 85 dB(A). Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.4. Hasil Pengukuran Stres Kerja Tenaga Kerja yang Terpapar Intensitas Kebisingan di Atas 85 dB(A)

Nama Skor (Tingkat ketelitian) Stres Tidak Stres

A 42 √ B 27 √ C 45 √ D 56 √ E 41 √ F 13 √ G 57 √ H 46 √

(49)

Tabel 1.5. Hasil Pengukuran Stres Kerja Tenaga Kerja yang Terpapar Intensitas Kebisingan di Bawah 85 db(A)

Nama Skor (Tingkat ketelitian) Stres Tidak Stres

I 6 √ J 10 √ K 24 √ L 22 √ M 13 √ N 7 √ O 9 √ P 20 √ Q 11 √

Pada tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan di atas 85 db(A) dengan skor (tingkat ketelitian) nilai tertinggi 57 dan terendah 13, didapatkan nilai tengahnya 35 sehingga untuk skor > 35 bahwa tenaga kerja mengalami stres kerja dan skor < 35 bahwa tenaga kerja tidak mengalami stres kerja. Sedangkan untuk tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan di bawah 85 db(A) dengan skor (tingkat ketelitian) nilai tertinggi 24 dan terendah 6, didapatkan nilai tengahnya 15 sehingga untuk skor > 15 bahwa tenaga kerja mengalami stres kerja dan skor < 15 bahwa tenaga kerja tidak mengalami stres kerja.

E. Hasil Pengujian Fisher Exact Probability test Statistik Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja

Untuk menganalisa pengaruh intensitas kebisingan terhadap stres kerja dapat diketahui dengan pengujian menggunakan program SPSS versi 14.0, yaitu sebagai berikut:

(50)

Tabel 1.6. Hasil uji fisher exact probability test stres kerja pada pekerja Variabel Value Exact Sig. (1-sided) contingency Kebisingan

Stres kerja

4,735 .044 .467

Bila dilihat dari hasil menunjukkan bahwa harga (X²) hitung 4,735 sedangkan harga (X²) tabel pada db = 2-1 : 1, exact test 1-sided yaitu 0,044 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,044. Hal ini berarti bahwa X² hitung > X². Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara intensitas kebisingan dengan stres kerja. Semakin tinggi intensitas kebisingan semakin meningkatkan stres kerja pada tenaga kerja.

Hasil pengukuran intensitas kebisingan terhadap stres kerja didapat hasil untuk tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan > 85 dB(A) yaitu 6 tenaga kerja mengalami stres kerja dan 2 tenaga kerja tidak stres kerja,

Sedangkan untuk tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan < 85 dB(A) yaitu 2 tenaga kerja mengalami stres kerja dan 7 tenaga kerja tidak mengalami stress kerja. Dengan data sebagai berikut, dalam prosentase :

Tabel 1.7. Hasil pengukuran intensitas kebisingan terhadap stres kerja

Kriteria Stres Kerja Tidak Stres Kerja

Terpapar bising > 85 dB(A) 75% 25% Terpapar bising < 85 dB(A) 22,25% 77,25%

(51)

39

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Pemilihan responden berjenis kelamin sama yaitu laki-laki, dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik responden yang hampir sama. Untuk homogenitas.

Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel adalah yang berusia 20-50 tahun dimana, kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas (Margatan, Arcole,1996). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun sudah dianggap sebagai batas lanjut usia.

Lama kerja tenaga kerja yang menjadi sampel adalah 8 jam per hari, dengan waktu istirahat selama 1 jam sehingga lama terpapar kebisingan selama 7 jam per hari.

Dengan menyamakan karakteristik responden tersebut dimaksudkan agar dapat diketahui stres kerja yang disebabkan oleh faktor kebisingan.

B. Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Intensitas kebisingan yang diperoleh dari 8 titik pengukuran selama sehari di dalam ruangan yang tertinggi adalah 96,80 dBA dan di luar ruangan yang tertinggi adalah 76,80 dBA. Berdasarkan Kepmenaker No KEP

(52)

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja yang menyebutkan bahwa Nilai Ambang Batas untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam dalam satu minggu adalah sebesar 85 dBA (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan pada tempat kerja tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Dalam bekerja semua tenaga kerja tidak memakai ear plug. Sehingga intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Dwi P. Sasongko (2000), bahwa kebisingan yang melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan tenaga kerja seperti gangguan komunikasi, psikologis, fisiologis, keseimbangan (pusing), dan ketulian. Sehingga untuk menghindari tersebut perlu adanya pengendalian. Pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan memakai alat pelindung telinga, seperti ear plug.

C. Analisis Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mendapatkan hasil bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap stres kerja. Dari hasil analisis data ditemukan terjadinya stres kerja pada tenaga kerja penggilingan padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. Hal ini terlihat dari pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan terhadap stres kerja, peneliti secara rinci mendapatkan bukti bahwa timbulnya stres kerja dengan

(53)

p value = 0,044. Dan nilai signifikan harus < 0,05, yang telah sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi Mursali, dr. (2007) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna/signifikan antara intensitas kebisingan dan stres kerja, maka ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga kerja.

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden adalah berjenis kelamin laki-laki dengan usia antara 20-50 tahun, dan lama kerja 7 jam per hari.

2. Intensitas kebisingan tempat kerja di dalam ruangan mesin penggilingan melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperkenankan, intensitas kebisingan tertinggi yaitu 96,80 dBA. Sedangkan untuk intensitas tertinggi di luar ruangan 76,80 dBA di bawah NAB.

3. Hasil pengujian statistik fisher exact probability menunjukkan bahwa : Didapatkan data p value yaitu 0,044 yang berarti p<0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan stres kerja.

Dengan besarnya pengaruh 0,467 atau 46,7% dilihat dari nilai (coefisien contingency).

(55)

B. Saran

1. Bagi tenaga kerja sebaiknya menggunakan alat pelindung telinga atau ear plug untuk mencegah stres kerja akibat intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin penggilingan padi.

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih teliti dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja lainnya.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mursali, dr. 2007, Hubungan Bising Dengan Stres Pada Pekerja di Perusahaan Pemintalan Benang BKM, Abstrak.

http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja. diakses 23 Juni 2010

Anhar Hadian, 2000, Bising Bisa Timbulkan Tuli, http://www.indomedia.com. Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Bambang Tarupolo. 2002. Warta Kesehatan Kerja Media Komunikasi Kesehatan Kerja edisi 2.

Benny L, Pratama dan Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002, Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra International Tbk.

Budiman Candra. 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC. Charles D, Spielberger, Gibson et al, 2000. Artikel Stres Kerja pengertian dan

pengenalan

http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian _dan_pengenalan.Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan_files\jour nal.pg, diakses 25 April 2010.

Carry Cooper dan Alison Straw. 1995. Stres Manajemen Sukses Dalam Sepekan. Editor: Fathudin. Jakarta: Kesaint Blanc.

Departemen Kesehatan RI, 2002, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI.

Dwi P. Sasongko, 2000, Kebisingan Lingkungan, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Dwi Retnaningtyas. 2005. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Di Bagian Linting Rokok PT Gentong Gotri Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Unnes.

Eko Nurmianto, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna Widya.

(57)

Luknis Sabri, Sutanto Priyo Hastono. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Margatan, Arcole. 1996, Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Solo: CV Aneka. Mike Wardhani, Suci Mahanani, Widhi Eviyanti. 2004. Editor Wahyu Purwanto. Evaluasi Kebisingan, Temperatur dan Pencahayaan.Proceding SeminarNasional Ergonomi 2. Yogyakarta. Patrick Davey. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005, Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupational Noise), Yogyakarta: Andi.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (prinsip-prinsip dasar), Jakarta: Rineka Cipta

Soeripto Moeljosoedarmo, 2008, Higene Industri, Jakarta: FKUI.

Sugeng Budiono A.M, R.M.S. Jusuf, Adriana Pusparini, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Suma’mur PK. PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sutaryono. 2002. Hubungan antara tekanan panas, kebisingan dan penerangan dengan kelelahan pada tenaga kerja di PT. Aneka Adho Logam Karya Ceper klaten, Skripsi. Semarang : UNDIP.

Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.

Tim Penyusun. 2007. Buku Pedoman Praktikum Kesehatan Kerja Semester ll. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

(58)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Konsep
Tabel 1.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Tabel 1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di dalam ruang.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Namun, percobaan perlakuan ancymidol pada cv Srinyonya pada berbagai taraf ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

Pembebanan atau gaya – gaya yang bekerja pada perletakan adalah beban mati bangunan atas, beban hidup. bangunan atas, beban hidup garis, gaya rem dan

Konvensionalitas birokrasi kejaksaan ini ternyata bukan hanya dalam penanganan perkara korupsi, tetapi menjadi karakter birokrasi kejaksaan pada umumnya... Keempat karakter ini

Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan sumbangan kerangka berpikir dalam bidang pengajaran di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan menulis argumentasi.. Selain itu,

Dengan adanya variasi range komposisi kitosan yang semakin kecil dipadu dengan tekanan kompaksi yang lebih besar, diharapkan didapat nilai kuat tekan yang semakin

Tahap IV direncanakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan di daerah Kopo Sayati sebesar 100 lt/dt, pada tahap IV ini tinggi tekan yang semula 40 m harus dinaikkan dengan pompa menjadi

Sedangkan pada uji kompaksi penambahan bahan stabilisasi merk “X” pada tanah asli dapat menurunkan kadar air optimum dan meningkatkan berat isi kering

[r]