• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASESMEN PORTOFOLIO I GEDE SUDIRGAYASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASESMEN PORTOFOLIO I GEDE SUDIRGAYASA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Mulai kurikulum 2004, istilah asesmen (assessment) mulai diperkenalkan dalam konteks pembelajaran di sekolah, di mana sebelumnya untuk konteks ini digunakan istilah evaluasi (evaluation), penilaian (judgement), atau pengukuran (measurement). Rasional perubahan itu dikarenakan konotasi penilaian guru yang berkenaan dengan siswa adalah tes yang cenderung hanya berkaitan dengan kognitif siswa, padahal aspek afektif dan psikomotorik yang semestinya juga menjadi perhatian dan bahan penilaian. Dalam hal ini, penilaian adalah kegiatan guru setelah pelaksanaan pembelajaran, jadi orientasinya adalah hasil (product) belajar.

Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan empat pilar pendidikan yaitu: (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi pebelajar dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain,

ASESMEN PORTOFOLIO

(2)

kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survived dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini.

Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif, dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses. Disamping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses, terbuka peluang bagi pebelajar untuk mendapatkan umpan balik yang dapat digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik.

Penilaian yang dilaksanakan dengan berbagai macam cara dan berbagai aspek yang dinilai, menyangkut penilaian proses dan produk pembelajaran, disebut dengan asesmen otentik. Kata otentik bisa bermakna seobjektif-objektifnya, senyata-nyatanya, atau sebenar-benarnya sehingga hasil penilaiannya menjadi sangat akurat. Cara penilaian dengan asesmen otentik ini, salah satunya adalah pendekatan asesmen portofolio.

Asesmen/ penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju, portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas, daerah, maupun untuk penilaian secara nasional (Depdiknas, 2004).

Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengetahui lebih jauh mengenai asesmen portofolio kususnya dalam hal pembelajaran sains sehingga dengan informasi yang jelas diharapkan dapat dijadikan dasar yang benar dalam proses penerapannya menuju pembentukan pebelajar yang kompeten.

Asesmen Portofolio

Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara

(3)

guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.

Fajar (2004:47) mengemukakan bahwa ”portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan yang telah ditentukan”. Portofolio kelas banyak kegunaannya, diantaranya: dokumentasi perkembangan, catatan tampilan, alat untuk evaluasi diri dan refleksi, acuan profesi masa depan, dan pengalaman latihan. Kegunaan lain disebut sebagai „passportfolio‟, yang mengindikasikan bahwa portofolio digunakan untuk sertifikasi kompetensi untuk naik ke tingkat lanjut (melanjut). Menurut Paulson (dalam Sudrajat, 2008), portofolio merupakan ”kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri”.

Sedangkan Menurut Gronlund (1998 dalam Sudrajat, 2008) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan.

Menurut Eric Digest (2000), “Portfolio are used in various professionTogether art students assemble a portfolio for art class”. Portofolio merupakan kumpulan hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yangdiberikan, juga menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran (Mangoensaputro, 2004:1).

(4)

Sedangkan penilaian portofolio merupakan koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar. Pada penilaian portofolio dapat dijadikan sebagai alat untuk memvalidasi informasi tentang pemahaman siswa mengenai suatu konsep dan dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi rasa tanggung jawab dalam belajar dan memonitor diri sendiri dalam kegiatan belajar. Sedangkan menurut Suherman (2011) Asesmen portofolio adalah ”penilaian terhadap kumpulan berkas sebagai bukti fisik setiap aktivitas siswa selama dan sesudah pembelajaran, bisa berupa dokumen hasil tes, tugas-tugas, hasil karya, catatan tentang sikap-minat, ketrampilan, dan kompetensi siswa”.

Portofolio agar bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa yakni harus dapat memberikan gambaran autentik kepada guru tentang apa yang telah dipelajari siswa baik adanya kesulitan dan kendala yang dialami siswa dalam belajar dan jenis bantuan yang diharapkan siswa. Sebagai kumpulan karya siswa yang akan dinilai, penilaian portofolio mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Portofolio dapat menggambarkan perkembangan / kemajuan anak dalam satu bidang secara lebih komprehensif.

2. Portofolio memberikan kesempatan bagi anak untuk melakukan self-evaluation.

3. Merupakan bukti autentik yang menggambarkan kemampuan belajar anak. 4. Suatu bukti nyata yang berkesinambungan menggambarkan hubungan

antara proses kreatif anak, kemampuannya dan refleksi untuk periode tertentu.

5. Alat dalam proses belajar-mengajar yang menjembatani dan memudahkan dialog antara guru dan siswa.

Portofolio siswa untuk penilaian merupakan kumpulan produksi siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:

1. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis.

2. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan

(5)

3. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan

4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersangkutan

5. Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antarmata-pelajaran

6. Penyelesaian soal-soal terbuka

7. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya

8. Laporan kerja kelompok

9. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan komputer.

10.Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.

11.Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugas-kan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan)

12.Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan

13.Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.

14.Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran (Depdiknas, 2004).

Tujuan Portofolio

Dalam penilaian di kelas, portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:

1. Menghargai perkembangan yang dialami siswa

2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung 3. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik

4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi

(6)

5. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran

6. Bertukar informasi dengan orang tua, wali siswa, dan guru lain

7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri posistif pada siswa 8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri

9. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan (Depdiknas, 2003).

Elemen Penting Asesmen Portofolio

Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu: (1) sampel karya siswa, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka.

1. Sampel Karya Siswa

Sampel karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensisonal yang hanyha menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan.

Portofolio bersifat individual, dalam arti, dapat memenuhi tujuan kelas maupun tujuan siswa. Oleh karena itu tidak mungkin ada dua portofolio yang sama persis. Meski demikian perlu ditentukan cara menyusun sampel tersebut sehingga memudahkan proses asesmen dan pelaporannya (sharing) kepada orangtua maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Wyaatt III dan Looper(dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik.

Portofolio karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa. Mengingat portofolio bersifat

(7)

kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun guru (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis.

Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, baik yang berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan siswa sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan bagian dalam folder.

2. Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio

Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting. O‟Malley dan Valdez Pierce (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) bahkan mengatakan bahwa „self-assessment is the key to portfolio‟. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.

Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.

(8)

Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua siswa dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya.

Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat (brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkah-langkah selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya. 3. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka

Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi „rahasia‟ guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Dalam asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa harus jelas tujuan dan ranah belajar yang

(9)

hendak dicapai. McLaughin dan Voght (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) mengatakan dengan asesmen portofolio dimungkinkan menetapkan lebih dari satu ranah secara bersama-sama dan multidimensi. yaitu asesmen pada proses maupun konstruk. Proses melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif dalam membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder , atau pun kotak dimana bahan-bahan asesmen dikumpulkan.

Seperti telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasii tes objektif (bila masih dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan (koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan.

Perbedaan Tes dengan Portofolio

Beberapa perbedaan pokok antara tes sebagai suatu teknik atau alat

penilaian yang selama ini digunakan guru dengan penilaian portofolio sebagai salah satu inovasi dalam pelaksanaan penilaian, diantaranya yaitu:

No Tes No Asesmen Portofolio

1 Tes biasanya dilakukan untuk menilai

kemampuan intelektual siswa melalui penguasaan materi pembelajaran

1. Penilaian portofolio menilai seluruh

aspek perkembangan siswa baik intelektual, minat sikap, dan keterampilan.

2. Guru berperan sangat dominan dalam

proses penilaian sedangkan siswa berperan sebagai orang yang dinilai.

2. Peserta didik terlibat dalam proses

penilaian dengan menilai dirinya sendiri mengenai kemampuan beserta dalam perkembangannya.

3. Kriteria penilaian ditentukan satu untuk

semua.

3. Kriteria penilaian ditentukan sesuai

dengan kriteria siswa.

4. Keputusan berdasarkan penilaian

ditentukan sendiri oleh guru.

4. Proses penilaian beserta pengambilan

(10)

kolaboratif antara guru, siswa, dan orang tua.

5. Penilaian dilakukan dengan berorientasi

pada pencapaian hasil belajar.

5. Penilaian berorientasi pada kemajuan,

usaha yang dilakukan siswa termasuk pencapaian hasil belajar.

6. Penilaian merupakan kegiatan yang

terpisah dari proses pembelajaran.

6. Penilaian merupakan bagian integral dari

proses pembelajaran.

7. Penilaian melalui tes biasanya dilakukan

pada akhir program pembelajaran.

7. Penilaian portofolio dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung.

(Sumber: Hendrianto, 2009:2)

Keunggulan Menggunakan Penilaian Portofolio

Pengetahuan tidak datang dan masuk ke dalam benak siswa seperti hujan turun dan meresap ke dalam tanah. Untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus „berjuang‟ dengan mencerna informasi yang datang dari guru, informasi dari media cetak (bahan tertulis), informasi yang terkandung di dalam benda-benda yang dijumpainya, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus „aktif‟, atau „belajar secara aktif‟. Oleh karena itu, dalam kelas yang ideal, siswa harus melakukan „penyelidikan‟ memecahkan masalah, mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan benda-benda konkret, menggunakan media pembelajaran, mengerjakan hal-hal tersebut secara mandiri dan secara berkelompok, atau dengan bekerja sama dalam kelompok kecil, mengungkap-kan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan.

Agar siswa memahami materi pelajaran, siswa perlu:

1. Berusaha memecahkan masalah nyata yang sesuai dengan perkembangan dan pengalamannya;

2. Bekerja baik mandiri maupun dalam kelompok,

3. Melakukan berbagai kegiatan seperti: menganalisis masalah, menjelaskan masalah, membuat dugaan atau terkaan tentang pemecahan masalah, menilai kebenaran pemecahan masalah, melakukan eksplorasi yang relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.

4. Menggunakan pengetahuannya dalam menghadapi masalah-masalah nyata

(11)

5. Menggunakan berbagai alat bantu yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman materi pelajaran

6. Mengomunikasikan materi pelajaran secara lisan dan tertulis. 7. Mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran tersebut.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah “mulai dari konkret ke abstrak”. Prinsip itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi tentang suatu perkara yang dipilihkan oleh guru. Siswa akan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran dan penilaian, jika siswa juga ikut memilih hal yang harus dieksplorasi, sesuai dengan minatnya atau gaya belajarnya. Portofolio merupakan tempat bagi siswa untuk secara aktif memilih hal yang dieksplorasi, dan menunjukkan bukti tentang kompetensi siswa, di luar hasil tes. Dengan kata lain, di samping mengaktifkan siswa, portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas dirinya.

Tes yang lazim pada masa-masa lalu kebanyakan lebih menekankan pentingnya menilai pemahaman materi pelajaran daripada pengetahuan siswa tentang kaidah, algoritma, prosedur, dan cara berpikir. Dalam hal pembelajaran yang menuntut penguasaan materi serta pemilikan keterampilan dan sikap yang baik, akan lebih baik jika digunakan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah, bernalar, berkomunikasi, melakukan penyelidikan, dan berkreasi. Untuk maksud tersebut, portofolio merupakan salah satu instrumen yang cocok. Siswa SLTP, SMU, dan SMK tentu berpendapat bahwa materi pelajaran yang “penting” adalah materi yang diujikan atau yang sering muncul dalam tes. Dengan portofolio, yang semua isinya akan dinilai, siswa dapat diharapkan akan memberikan perhatian yang tinggi pula kepada bagian-bagian yang tidak diujikan atau tidak masuk dalam tes. Jika guru ingin agar siswanya suka melakukan penyelidikan atau melakukan eksplorasi, tidak sekedar menghafal, dan siswanya tidak mudah melupakan materi tertentu, maka penggunaan portofolio penilaian merupakan jalan yang cocok untuk maksud itu.

(12)

Belajar merupakan proses yang panjang. Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak masalah, dan sebagainya.). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.

Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut.

1. Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas

2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik

3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa 4. Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa

5. Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.

6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.

7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar

8. Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa

9. Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran

10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.

11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan

(13)

Kelemahan Menggunakan Penilaian Portofolio

Penggunaan portofolio juga memiliki kelemahan atau menghadapi kesulitan. Kelemahan atau kesulitan itu, antara lain:

1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa.

2. Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar.

Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya.

Bentuk-Bentuk Penilaian Portofolio

Adapun bentuk-bentuk penilaian portofolio di antaranya sebagai berikut : 1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala

bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya yang mencatat berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan dan lembar rekaman kejadiannya. 2. Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan

perkembangan yang hendak dicapai siswa.

3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa. 4. Respon-respon siswa terhadap pertanyaan.

5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan (Kintoko, 2005).

Model Asesmen Portofolio

Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan O‟Malley (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis dan Pelaporan. 1. Perencanaan

(14)

a. Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan)

b. Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.

c. Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. d. Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu

berupa pemberian umpan balik.

e. Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.

2. Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran)

a. Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa.

b. Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya.

c. Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.

d. Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri) e. Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri 3. Analisis dan pelaporan

a. Mengumpulkan folder

b. Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi c. Memadukan berbagai informasi yang ada

d. Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati e. Melaporkan hasil asesmen

Folder portofolio adalah sekumpulan bukti proses dan hasil belajar yang disimpan dalam suatu folder yang terbuat dari kantong plastik, amplop besar atau yang lain. Instrumen-instrumen portofolio di atas mengumpulkan informasi dari berbagai kegiatan kebahasaan yang telah dilakukan, dan disimpan dalam folder portofolio pebelajar. Informasi itu mencakup domain

(15)

kognitif (menjawab pertanyaan bacaan secara esai, membuat ringkasan dari apa yang dibaca, dan lain-lain), domain afektif (minat, kerjasama), dan psikomotor (karangan dan drama pendek).

Pada akhir masa pembelajaran ini, pebelajar akan menyetorkan foldernya kepada pengajar. Isi folder portofolio tersusun berturut-turut dari atas kebawah adalah:

1. Kata pengantar (B.Inggris: Cover Letter), yang isinya penilaian pebelajar terhadap kelebihan dan kekurangan dari portofolionya, dan dirinya sebagai pebelajar bahasa.

2. Daftar isi Portofolio

3. Entri/karya (termasuk karya terbaik hasil pilihan pebelajar dengan temannya, dan atau dengan pengajar), baik berupa naskah, rekaman, foto, dll.

4. Draf-draf untuk mencapai karya-karya tersebut di atas 5. Lembar evaluasi diri (misalnya, ceklis minat membaca)

6. Catatan-catatan pengajar (termasuk penilaian pengajar terhadap portofolio tersebut).

penilaian pengajar terhadap perkembangan dan prestasi pebelajar diberikan berupa skor (angka) maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas (dalam instrumen di atas ditunjukkan hanya komponennya saja). Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif (misalnya, jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah diskor 0).

Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja seperti asesmen portofolio, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap

(16)

kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi.

Untuk menilai suatu portofolio, Tierney, Carter, dan Desai (dalam Marhaen, AA. Istri N. 2OO6) menyarankan agar portofolio dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai raport, pengajar akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh pengajar. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Di dalam portofolio itu sendiri, perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

RUJUKAN

Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Portofolio KBK SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Online diakses di http://www.docstoc.com/?doc_id=64130209&download=1 didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Depdiknas. 2003. Sistem Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.

Fajar, arnie. 2004. Portofolio: dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Roesdakarya.

Hendrianto, Denni Andhita. 2009. Penilaian Portofolio. STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. Online diakses di http://digilib.uns.ac.id/-upload/dokumen/23070108200608141.doc didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Kintoko, 2005. Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio terhadap Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras pada Siswa Kelas 2

(17)

Semester I SMP Negeri 1 Bojong Pekalongan Tahun Ajaran 2005/2006. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Online di akses di http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH019c/2a0d7ba 1.dir/doc.pdf didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Marhaen, AA. Istri N. 2OO6. Asesmen Portofolio Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi.( Bahan Pelatihan Bagi Guru-Guru Kabupaten Badung dan Kota Denpasar Pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Tanggal 19 Oktober 2006) didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Roesdakarya

Sudrajat, Akhmad. 2010. Portofolio. Online diakses di http://sudrajat.wordpress-.com/2010/01/01/portofolio/ didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Suherman, Erman. 2011. Assesment Portofolio. Online diakses di http://educare-.efkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=11

didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Wakhinuddin, s. 2009. Pengertian portofolio (dalam konteks pendidikan). Online diakses di http://wakhinuddin.blogdetik.com/2009/01/01/pengertian-fortofolio/ didownload pada tanggal 10 oktober 2012

Referensi

Dokumen terkait

Simpanan Deposito (Time Deposit).. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan “Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

Dalam rangka peningkatan kerjasama pemberantasan Mafia Narkoba internasional, dilakukan Konferensi Penanggulangan Hukum Narkotika Internasional (International Drug

Sistem ini dibantu juga oleh Metode Single Exponential Smoothing untuk meramalkan kejahatan yang terjadi pada bulan berikutnya, dimana hasil yang diberikan adalah

pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumennya maka pedagang jagung bakar dapat lebih mengenal konsumennya, memberikan kebutuhan yang benar- benar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas panen, harga kedelai domestik, konsumsi dalam negeri memiliki pengaruh positif terhadap ketersediaan kedelai di Indonesia. Kata Kunci

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi investor dalam menanamkan modal investasinya di pasar modal khususnya yang berhubungan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai latihahan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dalam upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika pada materi