• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pariwisata merupakan sebuah fenomena global yang saat ini sedang berkembang pesat hampir di seluruh belahan dunia. Pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan banyak dimensi dan sektor. Selain dapat menggerakkan perkonomian, pariwisata juga dapat merubah tatanan sosial dan budaya, serta turut serta dalam pelestarian lingkungan. Di sisi lain pariwisata dipandang mengandung “tonic & toxic” yakni dapat berdampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Sistem pengelolaan pariwisata yang baik diperlukan agar dapat memaksimalkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan (Baiquni, 2013).

Pernyataan diatas ditemukan juga di dalam RPJMN tahun 2010-2014 yang menyebutkan bahwa pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata memberi kontribusi devisa dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan Produk Domestik Bruto (PDB) beserta komponen-komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa. Dalam aspek lingkungan, pariwisata khususnya ekowisata seperti kekayaan, keunikan alam dan laut, serta alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional.

Kinerja sektor pariwisata nasional secara umum cukup baik. Dalam periode tahun 2005 hingga tahun 2008, jumlah kunjungan wisman meningkat dari 5 juta menjadi 6,4 juta, atau meningkat sebesar 28 persen; diikuti dengan peningkatan devisa dari USD 4,52 miliar menjadi USD 7,37 miliar, atau meningkat sebesar 63,05 persen. Jumlah wisatawan nusantara (wisnus) meningkat dari 198,4 juta menjadi 225 juta atau meningkat sebesar 13,41 persen; serta pengeluaran wisnus meningkat dari Rp 74,72 triliun menjadi Rp 123,17 triliun atau meningkat sebesar 68,84 persen (RPJMN 2010-2014)

(2)

2

Baiquni dan Susilawardani (2002) menyebutkan bahwa pembangunan pariwisata yang berkelanjutan didapatkan atau diturunkan dari konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata selalu sejalan dengan dengan pembangunan wilayah yang sama-sama melibatkan banyak dimensi seperti ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Tantangan yang muncul kemudian yakni bagaimana agar dapat menyeimbangkan berbagai dimensi tersebut dengan baik. Salah satu contohnya yakni bagaimana aspek ekonomi dan ekologi dapat berjalan beriringan dalam mengawal sebuah pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Kondisi demikian membuat suatu perubahan paradigma “Trilogi Pembangunan” yakni yang semula pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas menjadi pemertaan, pertumbuhan, dan sustainabilitas.

Ditengah dinamika ekonomi dunia yang tidak menentu menyebabkan krisis ekonomi, serta globalisasi, telah berkembang sebuah jenis wisata yang memberikan alternatif solusi terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Jenis wisata tersebut dikenal dengan ecotourism atau ekowisata. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi, dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar definisi tersebut, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Indonesia memiliki potensi keindahan serta kekayaan alam yang memiliki nilai tinggi dalam pasar wisata alam, khususnya ekowisata. Sebagai salah satu bentuk wisata yang sedang trend, ekowisata mempunyai ciri khas tersendiri yakni mengedepankan konservasi lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam memiliki potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah merupakan salah satu dari bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal tersebut terjadi karena telah muncul pergeseran paradigma kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata masal (mass tourism) ke wisata minat khusus yakni ekowisata (Nugroho, 2011).

(3)

3

Indonesia terletak di jalur Ring of Fire yakni barisan gunung api yang terbentuk akibat dari pertemuan antara dua lempeng Benua Australia dan Benua Asia. Keberadaan gunung api sebenarnya memberikan kerawanan serta menyimpan ancaman bencana. Akan tetapi di sisi lain gunung api memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Lahan yang subur membentang diantara lembah gunung api, sifat lapisan tanah yang baik untuk menyimpan air tanah, serta bentang lahan yang terbentuk memiliki keindahan dan keunikan tersendiri sebagai potensi pariwisata (Baiquni, 2012).

Keindahan dan keunikan obyek wisata terkadang menjadi tak cukup berarti bagi wisatawan apabila ternyata lingkungannya tidak sehat, tidak aman, dan tidak nyaman. Industri pariwisata yang pada dasarnya juga merupakan industri pelayanan juga harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi wisatawan. Orientasi pada pelayanan prima terhadap wisatawan diyakini akan membuat kenangan yang indah. Semua unsur kepariwisataan tergabung dalam satu kualitas obyek wisata. Jika obyek wisata tersebut memiliki keindahan obyek wisata, didukung dengan keamanan, kenyamanan, dan pelayanan yang berkualitas maka penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata tinggi. Obyek wisata yang berkualitas sangat diperlukan untuk meningkatkan kepuasan wisatawan saat berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Gunungapi Semeru merupakan salah satu obyek wisata di Propinsi Jawa Timur, termasuk ke dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Gunungapi Semeru memiliki puncak tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan air laut serta menjadi salah satu tujuan favorit bagi para wisatawan minat khusus ekowisata khususnya bagi para pendaki gunung serta pecinta alam. Banyaknya wisatawan yang datang ke Gunungapi Semeru merupakan suatu fenomena baru karena dilihat dari status Gunungapi Semeru yang masih aktif akan dapat menimbulkan bahaya sewaktu-waktu. Akan tetapi hal ini dapat ditutupi dengan menikmati kekayaan dan keindahan pemandangan alam serta suasana pegunungan yang jarang dijumpai di perkotaan. Keunggulan daya tarik wisata Gunungapi Semeru membuat kualitas obyek ini semakin baik sehingga menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Namun kemudian muncul

(4)

4

sebuah pertanyaan apakah semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Gunungapi Semeru terjadi karena obyek wisata ini memiliki kualitas yang baik sehingga menarik untuk dikunjungi atau tidak. Oleh karena itu perlu diteliti mengenai penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru.

Berdasarkan uraian di atas, mengingat masih kurangnya penelitian yang dilakukan di Gunungapi Semeru terutama yang dikaitkan dengan ilmu geografi khususnya geografi pariwisata, serta minimnya evaluasi mengenai kualitas obyek wisata yang seharusnya dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan pariwisata, maka penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Hasil dari evaluasi yang dilakukan dapat dijadikan sebagai arahan dalam pengelolaan dan pengembangan obyek wisata. Oleh karena itu peneliti mengangkat topik mengenai “Penilaian Wisatawan Terhadap Kualitas Obyek Wisata Gunungapi Semeru”

1.2Rumusan Masalah

Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa kecenderungan perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal itu disebabkan antara lain oleh perubahan struktur sosial ekonomi negara di dunia dan semakin banyak orang yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu, kepariwisataan telah berkembang menjadi suatu fenomena global, menjadi kebutuhan dasar, serta menjadi bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi. Pemerintah, dunia usaha pariwisata, dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar berwisata sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan. Pengembangan pariwisata dalam taman nasional lebih baik dihubungkan dengan kebijakan pengembangan yang sesuai dengan kondisi kawasan dan penilaian wisatawan dalam rencana pengelolaannya (Fandeli dan Nurdin, 2005).

Saat musim liburan dan even tertentu seperti tahun baru serta peringatan hari kemerdekaan Negara Indonesia banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Gunungapi Semeru. Pengelola harus memberikan pelayanan yang optimal

(5)

5

sehingga kualitas obyek wisata tetap terjaga. Akan tetapi wisatawan sebagai pihak yang menikmati keindahan obyek wisata kurang dapat memberikan penilaian, kritik, serta saran kepada pengelola baik terkait dengan obyek wisata itu sendiri maupun dari sisi lingkungan. Akibatnya, pengelolaan obyek wisata menjadi cenderung tanpa memperhatikan kondisi ekosistem sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan yang dapat mengurangi keindahan serta keberlanjutan obyek wisata.

Potensi alam dan kekayaan budaya Indonesia perlu dikelola secara hati-hati melalui kebijakan dan manajemen ekowisata yang benar. Pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang tidak tepat serta tidak mengacu pada evaluasi mengenai obyek wisata justru akan menurunkan kualitas obyek wisata tersebut. Perlu diteliti apakah pengembangan daerah tujuan wisata di Gunungapi Semeru sudah cukup baik untuk mendukung adanya kegiatan wisata. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana kualitas pada obyek wisata. Penelitian ini membantu melihat sejauh mana penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru yang nantinya dapat berfungsi sebagai pertimbangan dalam pengelolaan dan pengembangan obyek wisata pada masa yang akan datang.

1.3Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti menentukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Gunungapi Semeru?

2. Bagaimana penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru.

1.4Tujuan Penelitian

Pertanyaan penelitian di atas dijawab dengan menggunakan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Gunungapi Semeru.

(6)

6

2. Mengetahui penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru.

1.5Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) Geografi pada Program Studi Pembangunan Wilayah, Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pembnagunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

2. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan terkait pengembangan pariwisata secara berkelanjutan.

3. Sebagai sumber-sumber referensi bagi penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1.6Tinjauan Pustaka 1.6.1 Pariwisata

Pengertian wisata menurut Undang-Undang No. 10/2009 adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berikut pengertian lain dari beberapa hal terkait wisata dalam UU No. 10/2009 :

1. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

3. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

(7)

7

wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

4. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

5. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

6. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 7. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.

8. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. 9. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. 10.Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas kerja.

11.Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan kepariwisataan.

12.Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

(8)

8

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 14.Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

kepariwisataan.

Menurut Musanef (1996), ruang lingkup kegiatan pariwisata itu sendiri mencakup kegiatan-kegiatan yang meliputi :

1. Kegiatan yang berhubungan dengan angkutan dari tempatt asal wisatawan sampai ke tempat tujuan, selama di tempat tujuan dan kembali ke tempat asalnya.

2. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan, pengelolaan dan pengembangan atraksi, sarana dan prasarana pariwisata.

3. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan, pengelolaan dan pengembangan atraksi, sarana dan prasarana serta segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan.

Pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia (Kuntowijoyo, 1991 dalam Wardiyanta, 2006). Dilihat dari sisi kelembagaannya, periwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli, yakni wisatawan.

Sebagai sebuah substansi, pariwisata merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat, yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimilikinya. Priwisata dapat disoroti dari bermacam sudut pandang karena memiliki sifat kompleks. Kompleksitas yang terkandung dalam pariwisata antara lain pariwisata sebagai pengalaman manusia, pariwisata sebagai perilaku sosial, pariwisata sebagai perilaku geografis, pariwisata sebagai sumber daya, pariwisata sebagi bisnis, dan pariwisata sebagai industri (Smith, 1989 dalam Wardiyanta, 2006).

(9)

9

1.6.2 Ekowisata

Definisi mengenai ekowisata mengalami perkembangan dari waktu-waktu. Akan tetapi pada dasarnya perngertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi, dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar definisi tersebut, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Yoeti (2000) menyebutkan bahwa penyelenggaraan ekowisata memiliki perbedaan dengan pariwisata pada umumnya. Pariwisata jenis ini tidak menuntut tersedianya fasilitas akomodasi yang modern atau glamour dilengkapi dengan peralatan serba mewah serta bangunan artifisial yang berebihan. Pada dasarnya pengembangan ekowisata dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keaslian alam, memelihara keaslian seni budaya, serta terpeliharanya lingkungan hidup sehingga tercipta keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam sekitarnya.

Kebijaksanaan pengembangan ekowisata hendaknya dapat berpedoman pada hal-hal berikut :

1) Dalam pembangunan, prasarana dan sarana sangat dianjurkan dilakukan sesuai kebutuhan saja, tidak berlebihan, dan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di daerah tersebut.

2) Diusahakan agar penggunaan teknologi dan fasilitas modern seminimal mungkin.

3) Pembangunan dan aktivitas dalam proyek dengan melibatkan penduduk lokal semaksimal mungkin dengan tujuan meningatkan ekonomi masyarakat setempat.

4) Masyarakat setempat dihimbau agar tetap memelihara adat dan kebiasaanya sehari-hari tanpa terpengaruh kedatangan wisatawan yang berkunjung (Yoeti, 2000).

Direktorat Jendral Pariwisata dalam Yoeti (2000) telah menggariskan prinsip-pronsip pengembangan ekowisata sabagai berikut :

(10)

10

a. Kegiatan ekowisata harus bersifat ramah lingkungan, secara ekonomis dapat berkelanjutan dan serasi dengan kondisi sosial dan kebudayaan Daerah Tujuan Ekowisata (DTE).

b. Untuk menjamin konservasi alam dan keanekaragaman hayati sebagai sumber daya kepariwisataan utama, segenap upaya penting harus dilaksanakan untuk menjamin fungsi dan daya dukung lingkungan agar tetap terjaga.

c. Kegiatan ekowisata yang secara langsung mendukung pada upaya perlindungan alam dan kelestarian keanekaragaman hayati harus dipromosikan.

d. Harus ada tindakan pencegahan untuk menghindari dan meminimalkan dampak negatif keanekaragaman hayati yang disebabkan kegiatan ekowisata.

e. Pengembangan kegiatan ekowisata hendaknya selalu menggunakan teknologi ramah lingkungan.

f. Semua yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata, termasuk pemerintah swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) harus bertanggung jawab secara bersama untuk mencapai bentuk ekowisata yang berkelanjutan.

g. Konsep dan kriteria ekowisata berkelanjutan harus dikembangkan dan dikaitkan dengan program pendidikan dan pelatihan untuk pekerja di bidang pariwisata.

h. Masyarakat harus diberikan kemudahan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai manfaat perlindungan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati melalui bentuk ekowisata yang berkelanjutan.

1.6.3 Daerah Tujuan Wisata

Menurut Suwantoro (2004), terdapat unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata

(11)

11

yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan

pengembangannya meliputi 5 unsur : 1) Obyek dan daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang juga sering disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi dorongan wisatawan ke daerah tujuan wisata.

a. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara propesional sehingga menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.

b. Umumnya daya tarik wisata berdasarkan pada  Sumber daya yang dijadikan obyek wisata,  Aksesibilitas menuju kawasan wisata,  Ciri khusus,

 Sarana telekomunikasi, listrik, jalan, jembatan dan keamanan,  Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena

keindahan alam pegunungan pantai dan lain-lain,

 Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi dan lainnya.

Pembangunan pariwisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki. Dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan yang ada di kawasan wisata.

2) Prasarana wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Untuk kesiapan obyek wisata yang dikunjungi wisatawan dari daerah tujuan wisata, prasarana tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek wisata yang bersangkutan.

(12)

12

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu suasana pasarpun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus ditentukan atau disediakan adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata ersebut, harus disesuaikan dengan kebutuhan.

4) Tata laksana/infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sstem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan dibawah tanah.

5) Masyarakat/lingkungan

Masyarakat atau lingkungan tujuan wisata yang memiliki obyek dan daya tarik wisata akan mengundang wisatawan. Masyarakat, lingkungan, budaya merupakan salah satu daya tarik wisatawan, karena dari 3 (tiga) aspek tersebut sangat berkaitan erat dan bisa dijadikan modal dalam menciptakan wisata.

1.6.4 Kualitas Obyek Wisata

Obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan. Hal yang dimaksud berupa 1) yang berasal dari alam, pegunungan, hutan, dan lain-lain, 2) yang merupakan hasil budaya, misalnya museum, candi, galeri, 3) yang merupakan kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat keseharian, tarian, karnaval, dan lain-lain (Wardiyanta, 2006).

Dari waktu ke waktu kebutuhan wisatawan pada perjalanan berwisata yang berkualitas semakin meningkat. Dengan demikian secara langsung kualitas obyek wisata perlu ditingkatkan untuk memenuhi tuntutan dari kebutuhan wisatawan. Khususnya pada obyek wisata alam, kondisi kualitas

(13)

13

sumberdaya alam dan lingkungan menentukan kualitas obyek wisata. Hal tersebut mencakup daya dukung lingkungan yang akan menentukan kepuasan wisatawan. Douglass (1975) memberikan pengertian tentang daya dukung tempat wisata yakni jumlah wisatawan yang mengggunakan suatu areal untuk berwisata yang masih dapat didukung oleh areal tersebut dengan ditandai tanpa adanya perubahan pada kualitas obyek wisata.

Wagar dalam Douglas (1975) mendefinisikan kualitas obyek wisata merupakan tingkat yang normal dari suatu area wisata agar wisatawan dapat merasakan kenyamanan dari aspek psikologis dan kesegaran dari aspek jasmani. Dengan demikian suatu obyek wisata memiliki kualitas yang baik apabila wisatawan merasa nyaman saat berkunjung, sedangankan kualitas obyek wisata dikatakan buruk apabila wisatawan yang berkunjung merasa tidak nyaman.

1.6.5 Penilaian Obyek Wisata

Penilaian menurut arti kata Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan menilai, pemberian nilai. Penilaian oleh wisatawan dapat diartikan sebagai indikator atas pemberian nilai terhadap daya tarik obyek wisata, sarana wisata, prasarana wisata, infrastruktur, dan masyarakat/lingkungan yang terdapat di suatu obyek wisata sesuai dengan perasaan wisatawan tersebut. Penilaian yang dilakukan ini akan menjelaskan bagaimana perasaan wisatawan terhadap obyek wisata yang dikunjunginya. Penilaian ini dapat menjadi sebuah masukan bagi perkembangan suatu obyek wisata yang lebih baik lagi kedepannya. Pengembangan pariwisata dalam taman nasional lebih baik dihubungkan dengan kebijakan pengembangan yang sesuai dengan kondisi kawasan dan penilaian wisatawan dalam rencana pengelolaannya (Fandeli dan Nurdin, 2005).

1.7Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang penilaian wisatawan terhadap suatu obyek wisata alam. Secara umum, metode yang

(14)

14

digunakan penelitian ini sama dengan penelitan sebelumnya. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan beberapa variabel yang belum digunakan dalam penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya mengenai penilaian wisatawan terhadap obyek wisata.

Rujukan penelitian pertama yakni skripsi Hestara Cahya Murti tahun 2012 dengan judul “Penilaian Wisatawan Terhadap Pengembangan Obyek Wisata Batang Dolphin Center”. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor untuk penempatan lokasi Batang Dolphin Center, mengetahui penilaian wisatawan terhadap pengembangan objek wisata Batang Dolphin Center, dan mengetahui upaya pengembangan objek wisata Batang Dolphin Center. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan wawancara, kuesioner, dan wawancara mendalam. Sedangkan Teknik penarikan informan dengan accidental sampling dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah Ancaman bencana berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata BDC. Ancaman bencana juga mengganggu kenyamanan wisatawan. Permasalahan utama dalam pengembangan objek wisata Batang Dolphin Center adalah aksesibilitas dan ancaman bencana. Bentuk pengembangan yang perlu dilakukan oleh Batang Dolphin Center adalah perbaikan aksesibilitas, waterboom, wahana reptile, arena bermain, fun zoo, kafe, hotel, dan meningkatkan promosi.

Rujukan penelitian kedua yakni skripsi Muhammad Mahardi tahun 2013 dengan judul Penilaian Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi obyek/atraksi wisata untuk mendukung pengembangan Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan mengetahui penilaian wisatawan terhadap pengelolaan Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei atau wawancara untuk pengambilan data pengunjung. Penentuan ukuran sampel yang akan diambil dari populasi digunakan rumus Slovin dengan jumlah responden yang diambil adalah 100 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa obyek-obyek wisata yang dapat

(15)

15

dikembangkan berupa puncak Gunung Bagong, Song Gudel, Lorong Sumpitan, Sumber Mata Air Comberan, puncak Gunung Gedhe, puncak 7 KK, Gunung 5 jari. Penilaian wisatawan terhadap pengelolaan juga sangat berpengaruh karena pendapat dan masukan pengunjung merupakan salah satu acuan yang penting untuk diperhatikan. Penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata adalah baik (15,35), penilaian wisatawan terhadap ketersediaan fasilitas adalah baik (26,83), penilaian wisatawan terhadap pelayanan adalah cukup baik (12,29), dan penilaian wisatawan terhadap aksesibilitas adalah cukup baik (5,14).

Rujukan penelitian ketiga yakni skripsi Gangga Sotyadarpita tahun 2011 yang berjudul Penilaian Potensi Wisata Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu Berdasarkan Penilaian Wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi wisata secara umum dan terutama untuk mengetahui karakteristik wisatawan serta penilaian wisatawan tentang potensi wisata di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Metode sampling yang digunakan adalah snowball sampling berdasarkan populasi wisatawan selama tahun 2010-2011 dengan metode skoring dan kuantitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis data. Hasil dari penelitian ini yakni secara umum potensi wisata Pulau Sempu terletak pada banyaknya lokasi menarik yang didukung oleh keberagaman topografi, ekosistem, flora, dan fauna di dalamnya. Kebanyakan lokasi menarik terletak di kawasan pantai. Berdasarkan penilaian wisatawan, potensi wisata di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu memiliki keunggulan pada aspek keindahan, sedangkan kelemahannya terletak pada aspek keamanan, fasilitas, dan aksesibilitas.

(16)

16

No Judul Penelitian Penulis Tujuan Metode Hasil

1. Penilaian Wisatawan Terhadap

Pengembangan Obyek Wisata Batang Dolphin Center

Hestara Cahya Murti, 2012

1. Mengetahui faktor untuk penempatan lokasi Batang Dolphin Center

2. Mengetahui penilaian wisatawan terhadap pengembangan objek wisata Batang Dolphin Center

3. Mengetahui upaya pengembangan objek wisata Batang Dolphin Center

- Metode yang digunakan adalah observasi, dengan wawancara, kuesioner, dan wawancara mendalam.

- Teknik penarikan informan dengan accidental sampling dan analisis deskriptif kualitatif.

- Ancaman bencana berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata BDC. Ancaman bencana juga mengganggu kenyamanan wisatawan

- Permasalahan utama dalam pengembangan objek wisata Batang Dolphin Center adalah aksesibilitas dan ancaman bencana.

- Bentuk pengembangan yang perlu dilakukan oleh Batang Dolphin Center adalah perbaikan aksesibilitas, waterboom, wahana reptile, arena bermain, fun zoo, kafe, hotel, dan meningkatkan promosi.

2. Penilaian Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

Muhamad Mahardi, 2013

1. Mengidentifikasi potensi obyek/atraksi wisata untuk mendukung

pengembangan Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

2. Mengetahui penilaian wisatawan terhadap pengelolaan Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

- Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei atau wawancara untuk pengambilan data pengunjung

- Dalam menentukan ukuran sampel yang akan diambil dari populasi digunakan rumus Slovin.

- Jumlah responden yang diambil adalah 100 orang.

- Hasil penelitian menunjukan bahwa obyek-obyek wisata yang dapat dikembangkan berupa puncak Gunung Bagong, Song Gudel, Lorong Sumpitan, Sumber Mata Air Comberan, puncak Gunung Gedhe, puncak 7 KK, Gunung 5 jari

- penilaian wisatawan terhadap pengelolaan juga sangat berpengaruh karena pendapat dan masukan pengunjung merupakan salah satu acuan yang penting untuk diperhatikan.

- Penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata adalah baik (15,35), penilaian wisatawan terhadap ketersediaan fasilitas adalah baik (26,83), penilaian wisatawan terhadap pelayanan adalah cukup baik (12,29), dan penilaian wisatawan terhadap aksesibilitas adalah cukup baik (5,14).

(17)

17 3. Penilaian Potensi

Wisata Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu Berdasarkan Penilaian Wisatawan

Ganggaya Sotyadarpita , 2011

2 Mengetahui potensi wisata secara umum dan terutama untuk mengetahui

karakteristik wisatawan serta penilaian wisatawan tentang potensi wisata di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu

- Metode sampling yang digunakan adalah snowball sampling berdasarkan populasi wisatawan selama tahun 2010-2011.

- Metode skoring dan kuantitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis data.

- Secara umum potensi wisata Pulau Sempu terletak pada banyaknya lokasi menarik yang didukung oleh keberagaman topografi, ekosistem, flora, dan fauna di dalamnya. Kebanyakan lokasi menarik terletak di kawasan pantai.

- Berdasarkan penilaian wisatawan, potensi wisata di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu memiliki keunggulan pada aspek keindahan, sedangkan kelemahannya terletak pada aspek keamanan, fasilitas, dan aksesibilitas.

4. Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Obyek Wisata Gunungapi Semeru Yoga Noor Setiawan, 2015 1. Mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Gunungapi Semeru. 2. Mengetahui penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru.

- Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei dengan melakukan observasi, pembagian kuesioner, dan wawancara mendalam.

- Data utama diolah menggunakan skala likert dan tabel frekuensi

- Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

- Wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Gunung Semeru memiliki karakteristik yang sangat beragam. Secara garis besar karakteristik wisatawan yang datang yakni sebagai berikut : wisatawan berjenis kelamin laki-laki, wisatawan dengan umur antara 15-24 tahun, wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Malang/Lumajang, wisatawan dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat, wisatawan yang berstatus sebagai

pelajar/mahasiswa, wisatawan yang berkunjung dengan motif rekreasi, wisatawan yang menggunakan kendaraan umum, wisatawan yang melakukan pengorganisasian perjalanan oleh sendiri, wisatawan yang memilih Gunung Semeru sebagai tujuan utama, dan wisatawan yang baru sekali berkunjung ke Obyek Wisata Gunung Semeru.

- Penilaian yang dilakukan oleh wisatawan terhadap kualitas Obyek Wisata Gunung Semeru yakni secara umum masuk kedalam kategori baik. Akan tetapi masih banyak aspek-aspek penting yang perlu mendapat perhatian yang lebih serius dari pihak pengelola, yakni yang berkaitan dengan sarana prasarana wisata dan kebersihan di lingkungan obyek wisata.

(18)

18

1.8Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berawal dari munculnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005 tentang penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang di dalamnya terdapat obyek wisata alam Gunungapi Semeru. Gunungapi Semeru merupakan obyek wisata yang sedang banyak diminati wisatawan, khususnya setelah munculnya sebuah film mengisahkan tentang perjalanan mendaki ke puncak Gunungapi Semeru yang berjudul “5 cm”. Wisatawan merupakan suatu komponen yang turut mempengaruhi pada pengembangan obyek wisata. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mendeskripsikan seperti apa karakteristik wisatawan yang hadir, yakni dari aspek umur, jenis kelamin, daerah asal, pendidikan, status pekerjaan, motif beriwisata, moda transportasi yang digunakan, pengorganisasian, tujuan wisata, serta jumlah kunjungan.

Suwantoro (2004) menyebutkan bahwa dalam mengembangkan daerah tujuan wisata terdapat lima hal yang perlu diperhatikan, yakni obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur, serta masyarakat/lingkungan. Kelima hal tersebut kemudian akan dinilai oleh wisatawan sehingga akan mendapatkan sebuah penilaian wisatawan terhadap kualitas obyek wisata Gunungapi Semeru. Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat dijadikan dalam saran pengembangan kepada pihak pengelola obyek wisata Gunungapi Semeru.

(19)

19 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Wisata Alam Gunungapi Semeru Daerah Tujuan wisata Obyek dan daya tarik wisata Prasarana Wisata Sarana Wisata Tata Laksana/ infrastruktur Masyarakat/ lingkungan Kualitas Obyek Wisata Wisatawan Karakteristik Wisatawan Umur Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan Status Pekerjaan Motif Moda transportasi Pengorganisasian Tujuan wisata Jumlah kunjungan Penilaian Pengelola/ Kelembagaan

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Jenis- jenis puring diantaranya adalah puring kura, puring emping, puring walet, puring apel malang, puring anting, puring gelatik, puring jengkol, dan puring oscar.Tanaman

PSEKP selain merupakan institusi penelitian dan kebijakan di Indonesia yang sangat responsif dalam melakukan kajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dan telah banyak

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar matematika dengan model

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

guru setelah melaksanakan tugas hariannya sebagai pengajar. Selain itu juga terlihat dari tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas dan profesi yang diembannya. Akumulasi dari

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

"Ya Allah jadikanlah aku lebih baik daripada apa yang mereka sangkakan, dan jangan hukum aku lantaran apa yang mereka katakan, dan ampuni aku berkaitan dengan apa yang