• Tidak ada hasil yang ditemukan

STBM. Lebih Bersih, Lebih Sehat. Lebih Bersih, Lebih Sehat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STBM. Lebih Bersih, Lebih Sehat. Lebih Bersih, Lebih Sehat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(2)

Penyusun

Buklet ini dikembangkan oleh tim Water and Sanitation Program yang terdiri dari Nilanjana Mukherjee, Deviariandy Setiawan, Djoko Wartono, Amin Robiarto, Ari Kamasan, Wano Irwantoro dan Effentrif dengan kontribusi editorial Yosa Yuliarsa. Tim mengucapkan terima kasih  atas kontribusi berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan TSSM (Total Sanitation and Sanitation Marketing) di Provinsi Jawa Timur.

Peer reviewers: Zainal Ilyas Nampira dari Direktorat Penyehatan Lingkungan - Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Linkungan - Kementerian Kesehatan, Maraita Listyasari dari Direktorat Permukiman dan Perumahan - Bappenas.

Kontak kami

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

wspeap@worldbank.org sekretariat@stbm-indonesia.org

(3)

Kita tidak bisa

mentoleransi

(4)

Indonesia kehilangan

US$6,3 miliar

atau Rp56

triliun per tahun akibat buruknya sanitasi dan

kebersihan.

Setiap tahun tercatat sekitar 121.100 kasus diare

yang memakan

korban lebih dari 50.000 jiwa

akibat kondisi sanitasi yang buruk.

Biaya kesehatan per tahun akibat sanitasi buruk

mencapai Rp139.000 per orang atau

Rp31 triliun

secara nasional.

Air limbah yang tidak diolah menghasilkan

6 juta

ton kotoran manusia

per tahun yang dibuang

langsung ke badan air, sehingga biaya pengolahan

air bersih menjadi semakin mahal.

Enam puluh persen penduduk perdesaan

tidak

mempunyai akses terhadap sanitasi yang layak dan

menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi.

(5)

Apakah kita sudah

peduli pada kondisi

higiene dan sanitasi

yang buruk?

Pemutakhiran data global pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa 63 juta

penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS) di sungai, kali,

danau, laut atau di daratan. Mayoritas pelaku praktik buang air besar sembarangan

tinggal di desa-desa.

Hanya 38,4% dari penduduk perdesaan yang memiliki akses pada sanitasi yang

layak. Akses sanitasi di perdesaan tidak bertambah secara berarti selama 30 tahun

terakhir. Pemerintah Indonesia telah mengindikasikan bahwa target Tujuan

Pembangunan Milenium (Millennium Development Goal – MDG) untuk sanitasi

sebagai suatu sasaran yang “memerlukan perhatian khusus” karena tidak berada pada

jalur yang benar. Dengan hanya tersisa tiga tahun lagi sampai tahun 2015, kita harus

menemukan metode-metode yang lebih cepat, murah dan berkelanjutan untuk

(6)

Dapatkah provinsi dan kabupaten Anda memperkirakan

kerugian yang diderita akibat sanitasi buruk?

Suatu perhitungan sederhana menunjukkan bahwa kerugian karena higiene dan

sanitasi yang buruk mencapai US$191 juta (Rp1,75 triliun) untuk tingkat provinsi

per tahun, atau US$15,75 juta (Rp145 miliar) untuk kabupaten per tahun, diukur

dengan nilai tukar tahun 2006.

Sebaliknya, tahukah Anda betapa menguntungkannya

investasi dalam perbaikan sektor sanitasi?

Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization - WHO) tahun

2005 menyebutkan bahwa setiap US$1 yang diinvestasikan untuk perbaikan

sanitasi memberikan imbal hasil (

return

) paling sedikit sebesar US$8. Analisis

ekonomi lainnya menunjukkan fakta yang sama, meskipun angka-angka imbal

hasil bervariasi. Tentu saja imbal hasil tersebut tidak langsung, melainkan diperoleh

dari penghematan biaya, produktivitas yang meningkat, lebih sedikit kerugian, dan

sebagainya.

(7)

Higiene dan sanitasi yang baik di kabupaten atau provinsi berarti:

• bayi-bayi lebih sehat, yang pertumbuhannya tidak terganggu oleh penyakit

yang disebabkan oleh lingkungan;

• pekerja lebih produktif;

• anak-anak lebih sehat, dan mempunyai lebih banyak waktu dan energi untuk

belajar serta berkembang secara optimal;

• air sungai berkualitas lebih baik, dengan biaya pengolahan yang lebih rendah

bagi konsumsi manusia;

• lokasi yang lebih menarik bagi para investor industri;

• usaha pariwisata yang lebih menguntungkan karena adanya pantai-pantai,

hutan-hutan, dan sungai-sungai yang bersih dan bebas polusi.

(8)

Dana

pemerintah dan

donor terlalu kecil untuk

menutup kesenjangan

akses sanitasi yang layak

di perdesaan, atau

untuk memenuhi

sasaran-sasaran

MDG.

Dibutuhkan investasi lebih dari US$600

juta setiap tahun selama tahun

2005-2015 agar Indonesia dapat mencapai

target MDG di bidang sanitasi. Diban-

dingkan dengan kebutuhan, investasi

pemerintah di sektor sanitasi, termasuk

dana-dana dari donor, rata-rata hanya

US$27 juta per tahun. Sebagian besar

dana investasi digunakan untuk

pem-bangunan prasarana kota. Dengan jumlah

sedemikian kecil dan hanya bergantung pada

investasi sektor publik, kemungkinan

diperlu-kan lebih dari 100 tahun untuk mencapai target

MDG!

Untuk mencapai target MDG di bidang sanitasi, harus

ditemu-kan cara-cara untuk mempercepat dan memperluas investasi,

terutama dari sektor rumah tangga dan swasta.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pengadaan jamban bersubsidi untuk

be-berapa rumah tangga terpilih di masyarakat sebenarnya menghambat kemajuan sebab

rumah lainnya kemudian akan memutuskan untuk tidak menginvestasikan dana

me-reka sendiri, karena berharap akan memperoleh bantuan subsidi sejenis dari

peme-rintah. Kita tidak dapat meneruskan pendekatan lama seperti menyebarkan beberapa

jamban bersubsidi, kalau berjuta-juta rumah tangga masih kekurangan akses terhadap

sanitasi. Anggaran pemerintah yang terbatas harus digunakan lebih bijaksana, dan

secara inovatif, untuk memancing investasi yang jauh lebih besar dari sumber-sumber

nonpemerintah, seperti rumah tangga dan sektor swasta domestik. Hal ini

membu-tuhkan strategi untuk membebaskan daya pengeluaran konsumen dan kekuatan pasar

sambil meyakinkan bahwa pasar sanitasi lokal berkembang dengan mekanisme yang

mempertimbangkan kelompok masyarakat.

Strategi baru Pemerintah Indonesia yang dirancang untuk tujuan tersebut adalah

Sa-nitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang diluncurkan pada tahun 2008, untuk

meningkatkan cakupan nasional secara cepat menuju SANITASI TOTAL.

(9)

Pendekatan baru untuk perluasan cakupan sanitasi perdesaan - Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Institusionalisasi

Peningkatan penyediaan sanitasi Peningkatan kebutuhan sanitasi Peningkatan lingkungan yang kondusif

(10)

STBM

merupakan

ke-sempatan untuk

mem-bebaskan kabupaten Anda

dari BAB sembarangan dalam

beberapa tahun ke depan. TETAPI,

hal ini akan terwujud bila Anda

mendukung dengan strategi

yang tepat, seperti

dipapar-kan di dalam dokumen

strategi STBM.

Dengan dukungan pengembangan kapasitas STBM dari pemerintah pusat, Anda

dapat meningkatkan permintaan konsumen akan sanitasi yang layak di provinsi atau

kabupaten Anda, dan mendorong pasar lokal untuk menawarkan lebih banyak opsi

kepada rumah tangga miskin untuk mendapatkan akses terhadap sanitasi yang layak.

Bila hal ini terjadi, masyarakat lokal akan tampil ke depan menginvestasikan sumber

daya mereka sendiri untuk memperbaiki fasilitas sanitasi, dan dengan cepat menuju

dusun, desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi yang bebas dari BAB sembarangan.

Sebagai tambahan, jika terbangun kebijakan yang mendukung dan lingkungan

kelem-bagaan yang menunjang STBM di kabupaten, maka manfaat sanitasi akan menjadi

permanen. Masyarakat akan melakukan lebih dari sekedar menjadi suatu masyarakat

yang bebas dari buang air besar sembarangan, namun menjadi masyarakat SANITASI

TOTAL dimana setiap rumah tangga melaksanakan perilaku higiene dan sanitasi

sebagai kunci untuk menjaga kesehatan, produktivitas, dan kemakmuran masyarakat

terhadap aktivitas ekonomi, termasuk pariwisata.

(11)

OD ODF SANITASI TOTAL - Adanya proses pemicuan - Adanya Komite/”Natural leaders” - Adanya Rencana Aksi - Adanya peman-tauan terus menerus - Tersedianya paso-kan - 100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status ODF (terverifikasi) - Adanya rencana untuk merubah perilaku higiene lainnya - Ada aturan dari

masyarakat untuk menjaga status ODF - Adanya

peman-tauan dan verifikasi secara berkala - Terjadinya peningkatan kualitas sarana sanitasi - Terjadinya perubahan perilaku higiene lainnya di masyarakat - Adanya upaya pemasaran dan promosi aktif - Adanya

peman-tauan dan evalu-asi Masyarakat sudah mempraktikkan perilaku higiene sanitasi secara berkelanjutan Rangk aian P erubahan P erilak u Peningk atan Kualit as Sanit asi Lingk ungan

Diterbitkan oleh Sekretariat STBM

TANGGA PERUBAHAN PERILAKU

Visi STBM

Perbaikan Sarana + Perilaku Higiene

(12)

“Semua ini bukanlah fiksi. Hal ini sudah terjadi di

provinsi Jawa Timur, tempat Pemerintah Indonesia

menguji coba operasionalisasi STBM pada skala provinsi

selama tahun 2008-2010. Silakan lihat apa yang terjadi

di kabupaten-kabupaten provinsi Jawa Timur ketika

diterapkan pendekatan STBM”

“Lebih dari 1,5 juta masyarakat miskin dapat akses

jamban layak dalam periode 2008 - 2011,

tanpa subsidi”

Sejak tahun 2009, kabupaten yang sudah melaksanakan STBM sesuai dengan

kapasitas mereka, melembagakan prinsip dan pendekatan STBM dengan

baik, mendapatkan hasil yang nyata serta pembiayaan program yang lebih

efektif, seperti terlihat pada grafik penilaian kinerja. Kabupaten Bojonegoro

memenangkan JPIP award pada tahun 2011, Kabupaten Jombang pada

tahun 2010 dan Kabupaten Lumajang tahun 2009. Jawa Pos Institute Pro-

Otonomi di Jawa Timur telah mulai melakukan evaluasi kinerja kepemerin-

tahan kabupaten menurut azas-azas STBM. Hal ini kemungkinan besar akan

diperluas ke provinsi-provinsi lain, dengan JPIP atau dengan badan regional

sejenis lainnya.

(13)

Rata-rata investasi masyarakat yang tumbuh per tahun per daerah Rp 1 juta investasi pemerintah

di 29 kabupaten di Jawa Timur (periode 2008 - 2011)

Rata-rata penambahan rumah tangga yang akses ke jamban sebagai hasil intervensi program STBM

di Jawa Timur (periode 2008 - 2011) BOJONEGORO GRESIK MAGETAN MALANG TRENGGALEK LUMAJANG PACITAN MOJOKERTO JEMBER LAMONGAN SAMPANG PAMEKASAN BLITAR PONOROGO PROBOLINGGO SITUBONDO JOMBANG NGANJUK NGAWI KEDIRI TULUNGAGUNG SUMENEP BANGKALAN BANYUWANGI BONDOWOSO PASURUAN MADIUN SIDOARJO TUBAN BOJONEGORO GRESIK MAGETAN MALANG TRENGGALEK LUMAJANG PACITAN MOJOKERTO JEMBER LAMONGAN SAMPANG PAMEKASAN BLITAR PONOROGO PROBOLINGGO SITUBONDO JOMBANG NGANJUK NGAWI KEDIRI TULUNGAGUNG SUMENEP BANGKALAN BANYUWANGI BONDOWOSO PASURUAN MADIUN SIDOARJO TUBAN 37 28 17 14 13 12 11 10 6.6 6 6 5 5 5 5 4.7 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

(14)

0 500 1000 1500 2000 2500

Hasil Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan TSSM di Jawa Timur (2008-2011)

1. Peningkatan akses 2. Perubahan perilaku secara kolektif

Jumlah orang yang meningkat

aksesnya ke jamban sehat

Jumlah Or

ang (r

ibu)

Jumlah Komunitas yang sudah mencapai ODF (Open Defecation Free)*

Jumlah K

omunit

as

*) ODF/SBAB (Stop Buang Air Besar Sembarangan)

0 300 600 900 1200 1500 Jun 2008 Jun 2009 Jun 2010 Jun 2011 Des 2008 Des 2009 Des 2010 Des 2011 Jun 2008 Jun 2009 Jun 2010 Jun 2011 Des 2008 Des 2009 Des 2010 Des 2011

Hasil Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan TSSM

di Jawa Timur (2008-2011) - Peningkatan akses

(15)

0 500 1000 1500 2000 2500

Hasil Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan TSSM di Jawa Timur (2008-2011)

1. Peningkatan akses 2. Perubahan perilaku secara kolektif

Jumlah orang yang meningkat aksesnya ke jamban sehat

Jumlah Or

ang (r

ibu)

Jumlah Komunitas yang sudah mencapai ODF (Open Defecation Free)*

Jumlah K

omunit

as

*) ODF/SBAB (Stop Buang Air Besar Sembarangan)

0 300 600 900 1200 1500 Jun 2008 Jun 2009 Jun 2010 Jun 2011 Des 2008 Des 2009 Des 2010 Des 2011 Jun 2008 Jun 2009 Jun 2010 Jun 2011 Des 2008 Des 2009 Des 2010 Des 2011

Hasil Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan TSSM

di Jawa Timur (2008-2011) -

Perubahan perilaku secara kolektif

(16)

Malang Sidoar jo Bojonegor o Kedir i Madiun Blitar Lamong an Ngawi Tuban Gresik Bondo woso Banyuw angi Mojok erto Jember SampangBangk alan Situbondo Pacitan Jombang Tulung agung Pasuruan Sumenep MagetanNganjuk Probolinggo Trengg alek Pamek asan Ponor ogo 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Skor Luma jang

PENILAIAN KINERJA KABUPATEN DI JAWA TIMUR PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

(periode tahun implementasi 2009)

Rasio peningkatan akses per 1 juta investasi program Rasio komunitas ODF per 1 juta investasi program Nilai rasio investasi program

% peningkatan akses ke jamban sehat % progress ODF (terhadap baseline) Progress pemicuan (terhadap baseline) % anggaran sanitasi non-konstruksi Anggaran sanitasi daerah

(17)

STBM berarti suatu perubahan besar dari cara kita

melaksanakan program-program sanitasi sebelumnya.

Dari pengalaman pelaksanaan berbagai proyek sanitasi selama 30 tahun

sebelum-nya, Pemerintah Indonesia menyadari bahwa memberikan subsidi kepada beberapa

rumah tangga untuk konstruksi belum tentu berdampak pada perbaikan perilaku

sanitasi mereka, dan hal itu juga tidak merangsang anggota masyarakat lainnya

untuk berinvestasi di bidang sanitasi. Akibatnya, akses terhadap sanitasi tetap rendah

dan mayoritas masyarakat tetap terus mengotori lingkungan dengan BAB

semba-rangan. Meskipun subsidi dimaksudkan untuk menolong rumah tangga yang paling

miskin, subsidi tersebut seringkali tidak sampai kepada kelompok miskin.

Dengan demikian, STBM menyatakan bahwa dana pemerintah tidak boleh dipakai

untuk memberikan subsidi rumah tangga (individu dan

on-site

). Dana subsidi ini

harus digunakan untuk pengembangan pendekatan yang telah terbukti sangat efektif

dalam memperbaiki perilaku sanitasi masyarakat, dan untuk meningkatkan investasi

masyarakat dalam memperbaiki sanitasi.

(18)

Jalan Menuju Sanit

asi T

ot

al

ponen

STBM

Yang dapat dilak

uk

an oleh se

tiap k

abupat

en

(bimbing

an t

eknis, pelat

ihan

, sumber

-sumber

peng

et

ahuan dan bahan y

ang t

elah diuji coba di lapang

an

,

semuany

a t

er

sedia pada P

emer

int

ah Indonesia)

Yang t

idak boleh dilak

uk

an at

au

ber

hent

i melak

uk

an

(s

tr

at

egi-s

tr

at

egi k

on

vensional y

ang

tidak ber

hasil)

taan AAN asi 1. Pemicuan S TBM pada tingk at k omunit as. 2. Penelitian f or matif meng enai per ilak u k onsumen untuk mengidentifik asi sebab-sebab or ang melak uk an B AB sembar ang

an, sebab-sebab mer

ek a ber pindah dar i B AB sembar ang an k

e jamban, sebab-sebab mer

ek a ber in ves tasi dalam k epemilik an f asilit as sanit asi. 3. Kam pany e media k omunik asi ber dasar kan penelitian f or matif, deng an menggunak an motiv asi y

ang ada untuk mengubah

per ilak u. 4. Mena w ar

kan opsi-opsi untuk tindak

an k onsumen (misalny a desain y ang berbeda/bia ya/pilihan pemba yar an untuk membangun at au meningk atk an f asilit as, ber kait an deng an pena w ar an pasar seper ti di jelask an di ba w ah ini. 1. Ber fok us pada k ons tr uk si jamban

alih-alih pada per

ubahan per ilak u. 2. “P endek at an mendidik”, member it ahu masy ar ak at apa y ang mer ek a har us ker jak an. 3. Mem pr omosik an “k esehat an” sebag ai manf aat sanit asi satu-satuny a. 4. Mem pr oduk si bahan-bahan Inf or masi, Eduk asi, dan K omunik asi (Inf or mation,

Education, and Communication - IEC) tan

pa penelitian y ang t epat untuk me -mahami y ang diingink an par a k onsumen, pr oduk apa y ang ber sedia mer ek a ba yar , dan apa y ang memudahk an mer ek a untuk ber in ves

tasi di bidang sanit

asi. 5. Mene tapk an sasar an untuk k ons tr uk si jamban, at au k omunit as dan k ecamat an yang B AB sembar ang an. T ar ge t k apan masy ar ak at ak an t erbebas dar i B AB sembar ang an hany a dit entuk an oleh komunit as sendir i, sebag ai pencer minan ny at a dar i per mint aan k omunit as ak an per ubahan. perbaiki an - asi 1. Penilaian pasar pr

ovinsi untuk membandingk

an opsi-opsi

sanit

asi apa sa

ja y

ang ada deng

an k

einginan dan k

esediaan

konsumen miskin dan tidak miskin untuk memba

yar . 2. Meng embangk an suatu kisar an opsi y ang diingink an dan ter jangk au untuk semua k at egor i k onsumen di pr ovinsi. 3. Peng embang an k at

alog pilihan sanit

asi la yak , untuk membantu k onsumen memilih. 4.

Pembinaan pengusaha lok

al dan pelatihan tuk

ang bangunan untuk pilihan t eknologi deng an jaminan k ualit as. 1. Meng

ambil alih fungsi peny

edia la

yanan

dan tidak membiar

kan pasar ber

fungsi deng an bebas. 2. Meny ediak an uang tunai at au subsidi mat er ial k epada r umah t angg a. 3. Membat asi pilihan k onsumen dan menghambat peng embang an pasar an lok al deng an meny ediak an subsidi mat er ial dar i dana pemer int ah at au pr oy ek . tak an GKUN GAN G MENDU -G 1. Mener apk an k ebi jak an lok al untuk melak sanak an S TBM di kabupat en melalui siner

gi semua sumber dana pr

og ram at au pr oy ek sanit asi per desaan. 2. Meng embangk an k er angk

a pendanaan khusus dalam angg

ar

an

pemer

int

ah untuk sanit

asi berbasis masy

ar ak at. 3. Meny ediak

an dana pembangunan dan peningk

at an k apasit as lok al deng an me todologi S TBM untuk pencip taan per mint aan, perbaik an pasok an pasar , pemant

auan berbasis masy

ar ak at dar i k eluar an dan hasil pr og ram sanit asi (misalny a v er ifik asi Bebas dar i B AB sembar ang an/ODF). 4. Membuat analisis t ent ang ef ektifit as pembia yaan dar i masuk an, k eluar

an, dan hasil pr

og ram sanit asi dalam pelapor an k ema juan pr og ram k abupat en. 5. Memf or mulasik an R encana S tr at egis Multi T ahun untuk pelak sanaan S TBM di k abupat en (t er masuk sasar an int er vensi tahunan, s tr at egi pelak sanaan, per kir aan angg ar an t ahunan dan t enag a k er ja, ser ta jadw al t er encana dar i k egiat an y ang mencak up selur uh k abupat en). 1. Mene tapk an sasar an dan t angg al untuk komunit as at au k ecamat an bebas dar i BAB sembar ang

an, dan sebag

ainy a. Sasar an-sasar an ini har us dit entuk an oleh k omunit as sendir i. 2. Membolehk an pr og ram-pr og ram pember i

subsidi dapat dit

er usk an di pr ovinsi at au k ecamat

an, meskipun tidak sejalan

deng an pelak sanaan pendek at an S TBM.

(19)

Jalan Menuju Sanit

asi T

ot

al

Yang dapat dilak

uk

an oleh se

tiap k

abupat

en

(bimbing

an t

eknis, pelat

ihan

, sumber

-sumber

peng

et

ahuan dan bahan y

ang t

elah diuji coba di lapang

an

,

semuany

a t

er

sedia pada P

emer

int

ah Indonesia)

Yang t

idak boleh dilak

uk

an at

au

ber

hent

i melak

uk

an

(s

tr

at

egi-s

tr

at

egi k

on

vensional y

ang

tidak ber

hasil)

1. Pemicuan S TBM pada tingk at k omunit as. 2. Penelitian f or matif meng enai per ilak u k onsumen untuk mengidentifik asi sebab-sebab or ang melak uk an B AB sembar ang

an, sebab-sebab mer

ek a ber pindah dar i B AB sembar ang an k

e jamban, sebab-sebab mer

ek a ber in ves tasi dalam k epemilik an f asilit as sanit asi. 3. Kam pany e media k omunik asi ber dasar kan penelitian f or matif, deng an menggunak an motiv asi y

ang ada untuk mengubah

per ilak u. 4. Mena w ar

kan opsi-opsi untuk tindak

an k onsumen (misalny a desain y ang berbeda/bia ya/pilihan pemba yar an untuk membangun at au meningk atk an f asilit as, ber kait an deng an pena w ar an pasar seper ti di jelask an di ba w ah ini. 1. Ber fok us pada k ons tr uk si jamban

alih-alih pada per

ubahan per ilak u. 2. “P endek at an mendidik”, member it ahu masy ar ak at apa y ang mer ek a har us ker jak an. 3. Mem pr omosik an “k esehat an” sebag ai manf aat sanit asi satu-satuny a. 4. Mem pr oduk si bahan-bahan Inf or masi, Eduk asi, dan K omunik asi (Inf or mation,

Education, and Communication - IEC) tan

pa penelitian y ang t epat untuk me -mahami y ang diingink an par a k onsumen, pr oduk apa y ang ber sedia mer ek a ba yar , dan apa y ang memudahk an mer ek a untuk ber in ves

tasi di bidang sanit

asi. 5. Mene tapk an sasar an untuk k ons tr uk si jamban, at au k omunit as dan k ecamat an yang B AB sembar ang an. T ar ge t k apan masy ar ak at ak an t erbebas dar i B AB sembar ang an hany a dit entuk an oleh komunit as sendir i, sebag ai pencer minan ny at a dar i per mint aan k omunit as ak an per ubahan. 1. Penilaian pasar pr

ovinsi untuk membandingk

an opsi-opsi

sanit

asi apa sa

ja y

ang ada deng

an k

einginan dan k

esediaan

konsumen miskin dan tidak miskin untuk memba

yar . 2. Meng embangk an suatu kisar an opsi y ang diingink an dan ter jangk au untuk semua k at egor i k onsumen di pr ovinsi. 3. Peng embang an k at

alog pilihan sanit

asi la yak , untuk membantu k onsumen memilih. 4.

Pembinaan pengusaha lok

al dan pelatihan tuk

ang bangunan untuk pilihan t eknologi deng an jaminan k ualit as. 1. Meng

ambil alih fungsi peny

edia la

yanan

dan tidak membiar

kan pasar ber

fungsi deng an bebas. 2. Meny ediak an uang tunai at au subsidi mat er ial k epada r umah t angg a. 3. Membat asi pilihan k onsumen dan menghambat peng embang an pasar an lok al deng an meny ediak an subsidi mat er ial dar i dana pemer int ah at au pr oy ek . 1. Mener apk an k ebi jak an lok al untuk melak sanak an S TBM di kabupat en melalui siner

gi semua sumber dana pr

og ram at au pr oy ek sanit asi per desaan. 2. Meng embangk an k er angk

a pendanaan khusus dalam angg

ar

an

pemer

int

ah untuk sanit

asi berbasis masy

ar ak at. 3. Meny ediak

an dana pembangunan dan peningk

at an k apasit as lok al deng an me todologi S TBM untuk pencip taan per mint aan, perbaik an pasok an pasar , pemant

auan berbasis masy

ar ak at dar i k eluar an dan hasil pr og ram sanit asi (misalny a v er ifik asi Bebas dar i B AB sembar ang an/ODF). 4. Membuat analisis t ent ang ef ektifit as pembia yaan dar i masuk an, k eluar

an, dan hasil pr

og ram sanit asi dalam pelapor an k ema juan pr og ram k abupat en. 5. Memf or mulasik an R encana S tr at egis Multi T ahun untuk pelak sanaan S TBM di k abupat en (t er masuk sasar an int er vensi tahunan, s tr at egi pelak sanaan, per kir aan angg ar an t ahunan dan t enag a k er ja, ser ta jadw al t er encana dar i k egiat an y ang mencak up selur uh k abupat en). 1. Mene tapk an sasar an dan t angg al untuk komunit as at au k ecamat an bebas dar i BAB sembar ang

an, dan sebag

ainy a. Sasar an-sasar an ini har us dit entuk an oleh k omunit as sendir i. 2. Membolehk an pr og ram-pr og ram pember i

subsidi dapat dit

er usk an di pr ovinsi at au k ecamat

an, meskipun tidak sejalan

deng an pelak sanaan pendek at an S TBM.

(20)

Tahukah Anda tentang Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat?

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah suatu pendekatan yang

menekankan pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dengan

melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang berperan aktif

dalam proses pengambilan keputusan.

Tujuan STBM

Terciptanya suatu kondisi sanitasi total dalam upaya mengurangi penyakit

berbasis lingkungan.

Indikator STBM

Menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan

lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.

(21)

Apa sajakah lima pilar perubahan perilaku?

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air sembarangan.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)

Suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air

yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta

pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 5 (lima) kunci;

keamanan pangan yakni: (i) menjaga kebersihan, (ii) memisahkan pangan

matang dan pangan mentah, (iii) memasak dengan benar, (iv) menjaga pangan

pada suhu aman, dan (v) menggunakan air dan bahan baku yang aman.

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Proses pengelolaan sampah yang aman pada tingkat rumah tangga dengan

mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang.

Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,

pemro-sesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang

tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk

menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan

penyakit berbasis lingkungan.

(22)

Strategi STBM

a. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif

Menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, melalui

dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk

didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi

pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.

b. Peningkatan Kebutuhan

Upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku

yang higienis dan saniter.

c. Peningkatan Penyediaan atau Pasokan Sanitasi

Meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap

produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka

dan mengembangkan pasar sanitasi.

d. Pengelolaan Pengetahuan

Pengelolaan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, hasil studi dan riset agar

pihak yang berkepentingan memiliki akses yang mudah, cepat dan murah.

e. Pembiayaan

Sinergi sumber daya untuk mendukung, dan penguatan pendekatan STBM

dengan fokus nonsubsidi untuk pembangunan sarana individu (

on-site system

)

f. Pemantauan dan Evaluasi

Agar dapat mengukur perubahan dalam pencapaian program dan

mengidentifi-kasi pembelajaran yang dapat dipetik selama pelaksanaan.

(23)

Apakah Anda siap untuk mengubah provinsi

atau kabupaten Anda dengan bantuan dari

STBM?

jika ya..

Silahkan menghubungi

Sekretariat STBM Nasional untuk

bantuan teknis, pengembangan kapasitas,

alat bantu dan cara penggunaannya.

(24)

Sekretariat STBM-Nasional

Direktorat Penyehatan Lingkungan

Direktorat Jenderal PP dan PL

Kompleks Perkantoran Kementerian Kesehatan

Jl. Percetakan Negara no. 29

Telp: (021) 424 7608 ekstensi 182

Fax: (021) 42886822

email: sekretariat@stbm-indonesia.org

Gambar

Grafik penilaian Kinerja Kabupaten di Jawa Timur untuk bidang sanitasi tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Pada sub bab selanjutnya akan dibahas ekspansi deret Maclaurin yang digunakan dalam menyelesaikan fungsi pembangkit momen, momen dan fungsi karakteristik dari distribusi

Globalisasi yang terjadi di segala bidang termasuk pendidikan dan teknologi semestinya dapat ditanggapi secara positif oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti halnya perguruan

Berdasarkan teori Allport tentang ciri-ciri individu yang menerima diri, N kurang memiliki gambaran yang positif tentang dirinya; cukup mampu meregulasi emosinya; dapat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Kepala Desa Nomor

; Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan, menyusun jadwal kegiatan

Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 6,140 dan nilai F tabel pada tingkat pengujian 95% adalah 3,48, dengan membandingkan F hitung dan F

Kelemahan Bubble Sort adalah pada saat mengurutkan data yang sangat besar akan mengalami kelambatan luar biasa, atau dengan kata lain kinerja memburuk cukup signifikan... ketika

Assauri (2004) mengatakan, perencanaan dan pengendalian produksi adalah penentuan dan penetapan kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan