• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang banyak diminati masyarakat Indonesia saat ini adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran tersebut (Turana, 2009).

Data menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan pengobatan alternatif lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter. Di Australia sebesar 48,5% masyarakatnya menggunakan terapi alternatif, di Perancis sebesar 49% dan di Taiwan sebesar 90% pasien mendapat terapi konvensional yang dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina. Jika ditinjau dari segi jenis penyakit diketahui bahwa penggunaan terapi alternatif pada penyakit kanker bervariasi antara 9% sampai dengan 45% dan penggunaan terapi alternatif pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9% sampai 56%. Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 64% penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi alternatif (Turana, 2009).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, angka kesakitan penduduk secara nasional sebesar 33,24%, dari jumlah tersebut sebesar 65,59% memilih berobat sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern dan tradisional (termasuk berobat di klinik tradisional), sisanya sebesar 34,41% memilih berobat jalan ke puskesmas, praktek dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Hal ini menunjukkan minat

(2)

masyarakat terhadap pengobatan tradisional cukup tinggi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 2009).

Pengobatan alternatif yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization – WHO) sejak Tahun 1978 adalah pengobatan akupunktur. WHO merekomendasikan pengobatan akupunktur dalam pelayanan kesehatan di samping pengobatan kedokteran. Rekomendasi WHO ini disambut dengan akupunktur dalam sistem pelayanan kesehatan formal (Saputra, 2005).

Akupunktur adalah salah satu teknik pengobatan yang berasal dari Cina. Pengobatan akupunktur adalah suatu teknik penyembuhan dengan menusukkan jarum pada titik-titik tertentu di tubuh pasien, yang kemudian dikenal dengan nama titik meridian, dengan tujuan untuk menyeimbangkan unsur dingin (yin) dan panas (yang)

dalam tubuh pasien, sehingga pasien akan menjadi sehat kembali. Prinsip pengobatan akupunktur adalah keseimbangan antara kekuatan yin dan yang, karena semua bagian tubuh manusia berada di bawah pengaruh aspek yin dan yang (Sim, 1997).

Hasil penelitian Alabama Medical School Pain Clinic yang dikutip oleh Akib (2010) untuk efektivitas pengobatan akupunktur, menyatakan bahwa 300 kasus yang menderita nyeri mulai dari umur pasien 1 – 30 tahun, didapat angka keberhasilan 55%. Penelitian Hyodo M di Pain Clinic Osaka, Jepang, pada 10.000 kasus nyeri kronis dan saraf yang tidak menunjukkan hasil dengan terapi biasa (obat oral,

fisioterapi, operasi) didapat hasil penyembuhan 90% pada sakit tengkuk, 43% untuk

lumbago, 52% untuk cephalgia dan pada percobaan perbandingan antara akupunktur dan blok saraf didapat bahwa hasil akupunktur lebih baik untuk kasus-kasus sakit

(3)

tengkuk, cephalgia, nyeri sebagai gejala sisa trauma capitis, atypical fascial neuralgia, kaku bahu, neck shoulder, hand syndrome, spasme fascialis, traumatic, cervical syndrome dan sakit pada seluruh tubuh karena berbagai sebab.

Pengobatan akupunktur memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan mengonsumsi obat-obatan. Efek samping akupunktur hanya berupa efek samping minor (ringan). Hasil penelitian prospektif terhadap 66.000 pasien akupunktur, didapatkan efek samping antara lain perdarahan (3%), nyeri penusukan (1%), mengantuk (2-8%) dan bertambah beratnya gejala (1-3%) (Anonim, 2008).

Menurut Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) (2007), jumlah balai pengobatan tradisional sebanyak 10.774. Jumlah balai pengobatan akupunktur sebanyak 51 yang tersebar di antaranya, 20 berada di Medan, 1 berada di Tebing Tinggi, 2 berada di Pematang Siantar, 1 berada di Sibolga, 18 berada di Langkat, 8 berada di Deli Serdang dan 1 berada di Dairi.

Hasil wawancara peneliti dengan Prof. dr. Amri Amir SpF sebagai wakil ketua Perhimpunan Dokter Ahli Akupunktur Indonesia (PDAI) Sumatera Utara mengatakan bahwa dokter yang mengambil spesialis akupunktur terus meningkat, dapat dilihat dari tempatnya mengajar yakni dari 15 dokter pada awal pembukaan spesialisasi akupunktur Tahun 2004 terus meningkat menjadi 40 dokter pada Tahun 2010. Jumlah kunjungan pasien akupunktur di tempat praktek akupunktur milik Prof. dr. Amri Amir SpF juga mengalami peningkatan yakni pada awal Tahun 2004 hanya 2-3 kunjungan per hari kemudian di Tahun 2009 mampu mencapai 20 kunjungan pasien per harinya.

(4)

Pengobatan akupunktur terbagi dua yakni pengobatan akupunktur tradisional dan pengobatan akupunktur medik. Pengobatan akupunktur tradisional adalah pengobatan akupunktur di mana tenaga akupunktur (akupunkturis)nya tidak berasal dari pendidikan dokter atau dokter yang tidak mengikuti kursus akupunktur pada badan di bawah kolegium, yakni badan yang bertanggung jawab atas mutu pendidikan. Pengobatan akupunktur medik adalah pengobatan akupunktur di mana akupunkturisnya berasal dari dokter yang mengikuti kursus akupunktur dan memiliki sertifikat kompetensi yang telah disahkan oleh kolegium akupunktur Indonesia. Pengobatan akupunktur yang diberikan dalam pelayanan kesehatan formal di rumah sakit dan instansi pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pengobatan akupunktur medik. Pengobatan akupunktur tradisional hanya mendapat surat izin pengobatan tradisional (batra) dari dinas kesehatan, sehingga pengobatan akupunktur tradisional dinamakan batra akupunktur (Anonim, 2009).

Salah satu batra akupunktur di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang adalah Serumpun Bambu. Serumpun Bambu merupakan batra akupunktur yang terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dan telah berdiri sejak 21 April 1987 dengan izin Kejaksaan Tinggi Sumut No. B-205/DSP.5/08/2007 untuk pengobatan secara kebathinan/tradisional. Pada awal pendirian, batra ini tidak banyak menarik minat masyarakat untuk berkunjung, kemudian Tahun 1995 jumlah kunjungan pasien Serumpun Bambu telah berjumlah 5-10 kunjungan per hari, di Tahun 2003 mengalami peningkatan mencapai 5-100-150 kunjungan per hari dan Tahun 2009 jumlah kunjungan pasien mampu mencapai 200 kunjungan per hari. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.1. sebagai berikut :

(5)

Tabel I.1. Jumlah Kunjungan Pasien Batra Akupunktur di Serumpun Bambu Kecamatan Percut Sei Tuan pada Bulan Agustus-Desember Tahun 2009

No Bulan Jlh Kunjungan Pasien

1 Agustus 2.842 2 September 2.013 3 Oktober 3.118 4 November 3.753 5 Desember 3.588 Total 15.314

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien per bulan mencapai 2.000-3.800 kunjungan. Hal ini menunjukkan pemanfaatan batra akupunktur di Serumpun Bambu sangat tinggi. Padahal jika dilihat dari akupunkturisnya, akupunkturis Serumpun Bambu hanya memiliki pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) dan memiliki sertifikat akupunkturis yang belum disahkan oleh dinas kesehatan. Hal ini tidak sesuai dengan UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 60 ayat 1 yang menyatakan bahwa, setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Akupunkturis Serumpun Bambu, didapatkan bahwa akupunkturis memiliki kemampuan untuk mengobati segala penyakit, hal ini bertentangan dengan ketetapan WHO dalam dokumen

“Proposed Standart International Acupuncture Nomenclature” yang menyebutkan bahwa pengobatan akupnkutur kontra indikasi terhadap : (1) Penderita dalam keadaan hamil, (2) Penderita yang memakai pacu jantung (3) Menusuk di dekat daerah tumor ganas (4) Menusuk pada kulit yang sedang meradang (Saputra, 2005).

(6)

Jika dibandingkan dengan balai pengobatan akupunktur medik seperti poli akupunktur di Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Pirngadi Medan, berdasarkan laporan bulanan Tahun 2009, jumlah kunjungan pasien hanya mencapai 5 – 15 per harinya. Balai pengobatan akupunktur medik lainnya seperti praktek dokter bersama akupunktur Medistra Medan, berdasarkan hasil wawancara dengan dokter yang bersangkutan, jumlah kunjungan pasien pada Tahun 2009 hanya mencapai 5 – 20 per harinya.

Jika ditinjau dari segi lokasi, Serumpun Bambu terletak di daerah yang kurang strategis, yakni jauh dari pusat kota khususnya Kota Medan, namun pasien berasal dari berbagai daerah di Kota Medan bahkan di Sumatera Utara. Selain itu untuk mendapatkan kesembuhan, pasien tidak cukup hanya dengan satu kali kunjungan tetapi beberapa kali kunjungan pengobatan tergantung berat ringannya penyakit pasien.

Menurut Department Of Education and Welfare, USA yang dikutip oleh Damhar (2002), faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : (1) faktor regional dan residence, (2) faktor dari sistem pelayanan yang bersangkutan, (3) faktor adanya fasilitas kesehatan lain, (4) faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiodemografi (meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan), faktor sosiopsikologi (meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan), faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan.

(7)

Menurut Donabedian yang dikutip oleh Dever (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh : (1) interaksi antara konsumen dan penyedia pelayanan kesehatan (provider) yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural yang meliputi teknologi dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, (2) faktor organisasional yang meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografis, akses sosial, karakteristik, struktur dan proses, (3) faktor yang berhubungan dengan konsumen yang meliputi sosial demografi meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan sosial psikologi meliputi persepsi dan kepercayaan, (4) faktor yang berhubungan dengan produsen yang meliputi faktor ekonomi dan karakteristik penyedia pelayanan kesehatan.

Hasil wawancara peneliti terhadap beberapa pasien batra akupunktur di Serumpun Bambu menyatakan bahwa, mereka percaya pengobatan ini dapat mempercepat kesembuhan penyakitnya, pengobatannya alami, tidak melalui pengoperasian, tidak ada efek samping, biaya tidak mahal dan ingin mencoba metode pengobatan baru. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh sosiodemografi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) dan sosiopsikologi (persepsi dan kepercayaan) pasien terhadap pemanfaatan batra akupunktur di Serumpun Bambu Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

(8)

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh sosiodemografi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) dan sosiopsikologi (persepsi dan kepercayaan) pasien terhadap pemanfaatan batra akupunktur di Serumpun Bambu Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan pengaruh sosiodemografi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) dan sosiopsikologi (persepsi dan kepercayaan) pasien terhadap pemanfaatan batra akupunktur di Serumpun Bambu Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinkes Kabupaten Deli Serdang dalam penegakan kebijakan hukum mengenai persyaratan pendirian batra akupunktur.

2. Sebagai bahan masukan bagi batra akupunktur di Serumpun Bambu Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dalam memberikan pelayananan kesehatan kepada pasien.

3. Sebagai rekomendasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Gambar

Tabel I.1. Jumlah Kunjungan Pasien Batra Akupunktur di Serumpun Bambu  Kecamatan Percut Sei Tuan pada Bulan Agustus-Desember Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

manipulatif khusus yang berkaitan dengan kegiatan menggerakkan suatu benda (bola) dengan pengontrolan dan penguasaan yang terus menerus. • Keterampilan menggiring

The primary objectives of the seminar were to bring together leading and promising young researchers in the different communities to discuss scheduling problems that arise in

Selama mengikuti kuliah di PGSD, praktikan mendapat bekal berupa teori-teori mulai dari semester 1 sampai semester 6. Waktu yang cukup lama untuk mempelajari bagaimana

Bahwa dalam perkara ini Notaris tersebut dapat diduga telah melakukan kesewenangan- wenangan, kelalaian karena seharusnya Notaris tersebut selaku orang yang

The research aims to determine cow performance of Ongole Grade (OG) and Simmental Ongole Crossbred cow (SOC) in terms of feed consumption, body condition score (BCS) and post

Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran adalah bahasa Indonesia. Letak SMA N 1 Ngaglik yang berada di daerah Yogyakarta dan sebagian besar peserta didik yang

Cakupan misi kesenian sebesar 100% sampai tahun 2014 adalah melakukan 1 (satu) kali satu dalam 1 (satu) tahun melakukan pertukaran budaya, diplomasi atau

Pada hari ini, Senin tanggal Dua Puluh Dua bulan Oktober tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 10.00 WIB (11.00 WITA), sampai dengan pukul 14.00 WIB (15.00 WITA) telah