• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : dinamika, persatuan petani pemakai air, lahan pasang surut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : dinamika, persatuan petani pemakai air, lahan pasang surut"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA KELOMPOK PERSATUAN PETANI PEMAKAI AIR DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

(The Dynamics Of Water User Farmers Group In Tidal Swamp Land) Yanti Rina D.

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Banjarbaru email ; tuha13@yahoo.co.id HP 08125109941

ABSTRAK

Pengelolaan air di lahan rawa pasang surut merupakan kunci sukses keberhasilan usahatani. Namun dalam pelaksanaannya diperlukan suatu kelembagaan yang berperan untuk pengaturan dan pemeliharaan jaringan sehingga air dapat dimanfaatkan petani dengan baik. Kelembagaan persatuan petani pemakai air (P3A) merupakan kelompok pengelolaan air yang perannya cukup penting namun kurang mendapat perhatian. Untuk mengetahui keragaan dinamika kelompok P3A di lahan rawa pasang surut, maka dilakukan penelitian dengan metode survei di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011. Jumlah sampel sebanyak 200 orang dari 10 buah kelompok P3A di lahan rawa pasang surut. Data dianalisis dengan Korelasi Peringkat Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika kelompok P3A di lahan rawa pasang surut berada pada tahap sedang.Unsur-unsur dinamika yang perlu ditingkatkan adalah pengembangan dan pemeliharaan kelompok P3A, suasana kelompok dan desakan kelompok. Produktivitas lahan dan efektifitas kelompok P3A dapat ditingkatkan dengan cara mendinamiskan kelompok Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) karena terdapat hubungan antara unsur-unsur dinamika kelompok P3A dengan produktivitas lahan dan efektifitas kelompok. Unsur-unsur dinamika yang berhubungan erat dengan produktivitas lahan adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, kesatuan kelompok dan pengembangan dan pemeliharaan kelompok. Produktivitas padi dicapai berkisar 3-7 ton per hektar. Demikian pula unsur-unsur dinamika yang berhubungan erat dengan efektivitas kelompok P3A adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, kesatuan kelompok, fungsi tugas kelompok dan pengembangan dan pemeliharaan kelompok. Semakin tinggi dinamika kelompok, semakin tinggi produktivitas dan efektifitas kelompok. Penyuluh diharapkan dapat membantu anggota kelompok P3A untuk memiliki ketua kelompok P3A yang memiliki sikap seperti kosmopolit, persepsi sosial, memiliki minat dan keyakinan untuk mencapai tujuan.

Kata kunci : dinamika, persatuan petani pemakai air, lahan pasang surut

PENDAHULUAN

Lahan pasang surut merupakan sumberdaya alam dibalik berbagai kekurangannya, seperti keasaman lahan tinggi, miskin hara (Widjaja-Adhi et al.,1992), dan intensitas gangguan hama penyakit dan gulma yang tinggi (Ismail et al., 1994), memiliki keunggulan dalam hal ketersediaan air. Pada saat lahan kering dan tadah hujan, bahkan sebagian lahan irigasi tak mungkin lagi diusahakan karena kekurangan air, lahan pasang surut masih mungkin diusahakan dengan berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(2)

Pengembangan lahan pasang surut untuk pertanian tidak mudah dilakukan karena selain kendala dan masalah teknis tersebut di atas, masalah sosial ekonomi dan kelembagaan merupakan masalah yang cukup berat untuk dihadapi. Masalah pengelolaan air merupakan kunci sukses keberhasilan usaha pertanian di lahan rawa pasang surut. Bagi lahan pasang surut tipe C, ketersediaan air di musim kemarau sangat diperlukan, sedangkan di lahan tipe A dan B ketersediaan air pada musim hujan perlu dikelola untuk menghindari kebanjiran.

Penguatan kelembagaan air merupakan salah satu strategi untuk mendukung pengembangan tanaman pangan di lahan rawa pasang surut. Upaya pemberdayaan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air telah dilakukan baik oleh lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (non pemerintah), maupun lembaga dari luar negeri (seperti Bank Dunia), namun hasilnya ternyata belum memuaskan. Umumnya strategi pemberdayaan yang dilakukan kurang memperhitungkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air. Pada tahun 1984 pemerintah mengeluarkan INPRES No. 2 tahun 1984 yang memberikan arah kepada seluruh instansi terkait untuk membimbing organisasi petani. Selanjutnya kebijakan tersebut dijabarkan dalam bentuk organisasi petani yang menangani pengelolaan air irigasi disebut P3A. P3A dapat disebut suatu kelompok berdasarkan hamparan.

Menurut Saptana et al. (2001) bahwa dalam pembentukan organisasi Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) oleh pemerintah dalam hal ini dinas Pekerjaan Umum dan Perum otoritas cenderung mengejar target dan pembentukannya melalui pendekatan proyek dan tidak melalui proses sosial yang matang, sehingga program selesai namun keberadaan kelembagaan pengelolaan air irigasi tidak berlanjut. Pembentukan kelembagaan pengelolaan air irigasi tidak didasarkan pada budaya setempat, tidak melalui proses sosial yang matang, bersifat sentralistik dan hanya ditujukan untuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dan tidak diarahkan menjadi lembaga ekonomi pedesaan yang mandiri khususnya dalam menghadapi otonomi daerah. Dampak dari pembentukan kelembagaan pengelolaan air demikian menyebabkan mematikan atau memudarkan kelembagaan lokal yang sudah terbentuk

Jumlah kelompok P3A di lahan rawa pasang surut Kabupaten Barito Kuala sebanyak 65 buah, sedangkan di Kabupaten Banyuasin 300 buah. Berdasarkan Inpres No 3 Tahun 1999 dan PP 77 tahun 2001 tentang pembaharuan pengelolaan irigasi, terjadi perubahan yang sangat mendasar dimana kewenangan dalam kegiatan Operasionalisasi dan Pemeliharaan mulai dari saluran primer, sekunder dan tertier dilimpahkan kepada P3A/P3A Gabungan dengan pendanaan yang berasal dari iuran pengelolaan air (IPPAIR dan iuran P3A).

Kenyataan di lahan pasang surut Kalimantan Selatan bahwa P3A belum efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi jaringan irigasi pada saluran sekunder sebagian cukup baik, namun pengaliran air ke saluran tersier kurang lancar. Adanya sawah yang diberokan disebabkan (1) tiadanya jaringan drainase yang efektif untuk membuang air pada musim hujan, (2) tidak sesuainya desain dan kualitas jaringan irigasi sehingga air tidak sampai ke sawah dan (3) status pemilikan lahan bukan oleh petani domisili (Zuraida et al., 2000).

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(3)

Strategi pendekatan pengelolaan air di lahan pasang surut, peranan kelompok pemakai air dengan dinamikanya dan pola partisipasi petani merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan upaya pelembagaan teknologi baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan dinamika kelompok P3A di lahan rawa pasang surut.

METODE

Penelitian dilakukan dengan metode survei pada tahun 2011. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan memiliki kelompok P3A yang aktif. Lokasi tersebut adalah di Desa Karang Buah, Karang Dukuh Kecamatan Belawang, Desa Danda Jaya Kecamatan Rantau Badauh dan Desa Anjir Pasar Kota II Kecamatan Ajir Pasar Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan, Desa Telang Karya Kecamatan Muara Telang, Desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Responden dipilih secara purposive sebanyak 200 orang pada 10 kelompok P3A.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Data primer meliputi identitas petani, usahatani padi, organisasi P3A, dinamika kelompok, identitas kepemimpian (ketua P3A), kosmopolit dsb. Pengumpulan data primer dilakukan melalaui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur.

Untuk menilai dinamika kelompok P3A, dilakukan berdasar pada pendapat Rusidi (1987), yaitu menilai unsur-unsur dinamika kelompok menurut karateristiknya. Dinamika kelompok diukur melalui efektivitas kelompok yaitu keberhasilan dalam mencapai tujuan

Metode analisis yang digunakan antara lain :

1. Untuk melihat tingkat dinamika kelompok dari nilai skor yang diperoleh. Skor dinamika terendah 0 dan tertinggi 210, jika jumlah nilai empiris 0-70 disebut dinamika rendah, 71-140 disebut dinamika sedang dan 141-210 disebut dinamika tinggi

2. Untuk mengukur efektifitas kelompok dilihat dari produktivitas, moral dan kepuasan. Produktivitas diukur dengan tercapainya tujuan kelompok. Semangat dan sikap anggota kelompok digunakan untuk mengukur moral (dilihat dari merasa bangga berasosiasi dengan kelompoknya). Keberhasilan anggota mencapai tujuan pribadi dipakai untuk mengukur kepuasan anggota. Skor efektifitas terendah 0 dan tertinggi 90,

3. Untuk mengukur sifat (karakteristik) pribadi pemimpin yang dapat dianggap berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai kelompok diukur dengan : (a). Pendidikan, usia, pengalaman/pengetahuan bertani semuanya diukur dalam jumlah tahun (b) Sikap pribadi pemimpin, diukur dalam skala interval meliputi : 1). Persepsi sosial, apakah pemimpin akan mengerti terhadap anggota apabila mendapatkan musibah gagal panen, bencana lainnya. Sangat mengerti, mengerti dan tidak mengerti, 2). Kosmopolit, yaitu hubungan pemimpin dengan sumber informasi: a) Kontak dengan penyuluh (PPL) yaitu selain waktu penyuluhan, hanya waktu penyuluhan dan tidak pernah, b). Kontak dengan media massa, seringkali,

kadang-Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(4)

kadang, tidak pernah, 3). Pandangan/keyakinan bahwa tujuan akan tercapai, sangat yakin dan tidak yakin, dan 4). Minat untuk mencapai tujuan kelompok, sangat berminat dan tidak berminat. Dengan demikian nilai tertinggi adalah untuk sikap 12 dan terendah 4

4. Untuk melihat hubungan antara dinamika kelompok, dan kemampuan Produksi dan efektifitas kelompok menggunakan analisis korelasi Peringkat Spearman (Siegel, 1988) N 6∑ di2 i=1 rs = 1 - --- (1) N3-N Keterangan :

rs = nilai hubungan atau koefisien korelasi di = simpangan/selisih ranking

N = jumlah sampel

Bila ada dua atau lebih kasus yang bernilai sama, maka peringkatnya dirata-ratakan (Walpole, 1974). Dalam menguji keberartian (signifikansi) koefisien korelasi tersebut, akan dibandingkan dengan nilai dalam Tabel. Hipotesis di tolak apabila rs < nilai kritis dalam Tabel dengan taraf nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Kepemimpinan Kelompok P3A

Untuk mengukur sifat pribadi pemimpin P3A yang dapat dianggap berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai kelompok adalah sikap pribadi pemimpin meliputi persepsi sosial dan kosmopolit. Berdasarkan hasil skor dari sifat pribadi pemimpin kelompok P3A menunjukkan bahwa sikap pribadi pemimpin dapat dikatagorikan memiliki sifat baik (Tabel 1)

Tabel 1. Skor Sifat Pribadi Pemimpin Kelompok P3A Di Lahan Rawa Pasang surut Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, 2011.

No. Kelompok P3A

Skor sikap pemimpin P3A Skor

terendah Skor tertinggi Persepsi sosial Kosmopolit Jumlah skor 1. Sri Rezeki 4,20 3,75 7,95 4 12 2. Bina Usaha 3,60 4,20 7,80 4 12 3. Timbul Jaya 4,60 3,70 8,30 4 12

4. Tirta Guna K.I 4,60 5,00 9,60 4 12

5. Tirta Guna K.II 4,60 5,20 9,80 4 12

6. Tirta Guna K.III 4,60 4,20 8,80 4 12

7. Tirta Guna K.IV 4,40 4,20 8,60 4 12

8. Air Mas 3,60 4,25 7,85 4 12

9. Karya Tani 3,60 4,50 8,10 4 12

10 Sumber Rezeki 4,60 5,02 9,62 4 12

Rerata 4,24 4,40 8,64 4 12

Sumber : Analisis data primer, 2011

Ket : Skor < nilai 4 = sifat pemimpin tidak baik, 4—8 = sifat pemimpin kurang baik, 8—12 = sifat baik

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(5)

Keragaan Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok P3A merupakan buah dari kepemimpinan kelompok P3A. Oleh karena itu secara operasional dinamika kelompok P3A merupakan penjabaran dari kepemimpinan kelompok P3A. Acuan yang diperhatikan dalam mendinamiskan kelompok P3A adalah unsur-unsur dinamika yaitu tentang tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi kelompok, fungsi tugasnya, kesatuan atau kekompakan kelompok, pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok atau iklim kelompok dan desakan kelompok. Dengan memperhatikan ke tujuh unsur dinamika kelompok P3A tersebut maka akan diketahui efektifitas kelompok, dalam hal ini efektifitas dalam mencapai tujuan. Nilai dinamika kelompok P3A menurut unsur-unsurnya di desa penelitian Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Dinamika Kelompok P3A Menurut Unsur-Unsurnya Di Lahan Rawa Pasang Surut Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, 2011

Kelompok P3A Tujuan Strukt ur Kesatuan Fungsi Tugas Banglihara an

Suasana Desakan Jumlah

Sri Rezeki 21,10 23,47 18,55 17,40 9,40 16,20 6,00 112,12 Bina Usaha 21,10 21,25 18,30 19,05 10,25 14,25 6,50 110,70 Timbul Jaya 20,20 21,60 18,80 17,95 9,10 19,75 6,00 113,40 T.G. Karya 1 24,60 26,50 27,30 26,00 12,60 11,80 1,50 130,30 T.G.Karya II 25,80 25,85 27,50 25,30 14,55 10,75 1,50 131,25 T.G.Karya III 24,00 24,00 18,70 17,00 9,00 17,50 7,5 117,70 T.G.Karya IV 25,70 24,57 18,75 16,90 12,20 20,00 1,5 119,62 Air Mas 24,00 22,60 18,75 16,82 9,20 20,00 6,00 117,37 Karya Tani 24,50 23,25 18,70 18,30 10,80 16,25 6,25 118,06 S. Rezeki 24,50 23,87 22,55 22,40 11,75 18,5 5,50 129,07 Rata-rata 23,55 23,70 20,79 19,71 10,88 16,50 4,82 119,90 Skor Maks 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00 210,00

Sumber : Analisis data primer, 2011

Ket : Skor 0-70 disebut dinamika rendah, 71-140 disebut dinamika sedang dan 141-210 disebut dinamika tinggi

Hasil penelaahan dari 10 kelompok P3A contoh hasil skor dinamika rata-rata menunjukkan bahwa skor dinamika kelompok P3A belum sesuai harapan. Dalam nilai skor seperti pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai kelompok P3A di lahan rawa pasang surut diperoleh nilai skor 119,9 dari nilai 210 atau 57 %. Jika berdasarkan katagori yang ditetapkan maka dinamika kelompok P3A di lahan rawa pasang surut dalam skala 71-140 yang berada dinamika sedang.

Menurut komposisi unsur-unsur dinamika dari tertinggi sampai terendah dari skor maksimal berturut-turut adalah struktur kelompok (79,0%), tujuan kelompok (78,5%), Kesatuan kelompok (69,3%), fungsi tugas (65,7%), suasana kelompok (55,0%), Pengembangan dan pemeliharaan kelompok (36,27%) dan desakan kelompok (16,07%). Dari kenyataan tersebut dapat diperinci hal-hal apa dari unsur-unsur tadi yang menggambarkan kelemahan dinamika kelompok P3A. Hal ini dapat dilihat pada nilai yang berada di bawah nilai rata-rata keseluruhan. Pada unsur pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok dan desakan kelompok memiliki nilai di

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(6)

bawah rata-rata (57%). Pada unsur pengembangan dan pemeliharaan kelompok pada masalah dalam tumbuhnya norma (peraturan-peraturan) yang memiliki nilai tinggi (10,5%), namun pembagian tugas dan tersedianya fasilitas untuk pelaksanaan kegiatan masih rendah. Demikian pula dengan ketegangan yang terlalu rendah tidak mendorong kepada kesungguhan kegiatan-kegiatan kelompok P3A. Hal tersebut merupakan tantangan bagi pembinaan oleh pihak terkait.

Hubungan Dinamika Kelompok dengan Produktivitas dan Efektivitas Kelompok Menurut Wong (1979) menyatakan bahwa peningkatan produksi dan efektifitas kelompok dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kerjasama antara anggota di dalam kelompok sehamparan, karena pada kelompok P3A sehamparan anggotanya aktif berpartisipasi dan bekerjasama dalam kegiatan kelompok. Kelompok P3A di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan memiliki produktivitas padi berkisar 5,4–5,6 ton/ha lebih tinggi dibandingkan produktivitas yang dicapai oleh anggota kelompok P3A Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan yaitu padi unggul berkisar 2,2-3,0 ton/ha dan padi lokal 3-3,4 ton/ha, hal ini disebabkan adanya perbedaan kesuburan lahan, kondisi sarana tata air seperti gorong-gorong, pintu air dan sebagainya.

Hasil analisis hubungan antara dinamika kelompok dan unsur-unsurnya dengan tingkat produktivitas padi dan efektifitas kelompok P3A disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Koefisien Korelasi Dinamika Kelompok Dan Unsur-Unsurnya Terhadap Produktivitas dan Efektifitas kelompok P3A di lahan rawa pasang surut Kal Sel dan Sum Sel, 2011.

No. Unsur-unsur dinamika

kelompok

Produktivitas Efektifitas kelompok

1. Tujuan kelompok 0,7660*** (3,360) 0,7878*** (3,6186)

2. Struktur kelompok 0,7669*** (3,400) 0,8181*** (4,0221)

3. Kesatuan kelompok 0,6061* (2, 155) 0,7545** (3,2516)

4. Fungsi Tugas kelompok 0,0303 (0,085) 0,6242* (2,2599)

5. Pengembangan dan pemeliharaan kelompok 0,6606** (2,509) 0,6104** (2,5970) 6. Suasana kelompok -0,1606 (-0,465) 0,2000 (-0,5775) 7. Desakan kelompok -0,6000 (-2,121) - 0,6484 (-2,4089) 8. Dinamika kelompok 0,8909*** (5,550) 0,8787*** (5,207)

Sumber : Analisis data primer, 2011 Keterangan :

*) Hubungan nyata pada tingkat kepercayaan 90% (T.Tab 1,860) **)Hubungan nyata pada tingkat kepercayaan 95% (T.Tab 2,306) ***)Hubungan nyata pada tingkat kepercayaan 99% (T.Tab 3.355) Angka dalam kurung merupakan nilai t hitung

Tabel 3 menunjukkan bahwa korelasi (rs = 0,8909) antara dinamika kelompok P3A dengan produktivitas padi, nyata pada p < 0,01, korelasi antara dinamika kelompok dengan efektifitas kelompok (rs = 0,8787) nyata pada p < 0,01. Ini berarti semakin tinggi dinamika kelompok semakin tinggi produktivitas padi yang dicapai kelompok. Demikian pula semakin tinggi dinamika maka semakin tinggi efektifitas kelompok.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(7)

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa tujuan kelompok mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas dengan antara tujuan kelompok dengan efektivitas kelompok Hal ini sesuai dengan pendapat Cartwright dan Zander (1959) bahwa yang penting dari sebuah kelompok adalah tujuannya, karena semakin banyak anggota kelompok yang mengetahui tujuannya semakin banyak anggota yang memiliki semangat kerja tinggi sehingga semakin tinggi produktivitas dan efektifitas kelompok

Struktur kelompok P3A adalah pengorganisasian atau pengaturan terhadap anggota kelompok P3A untuk mencapai tujuan. Terdapat hubungan antara struktur kelompok dengan produktivitas lahan, struktur kelompok dengan efektivitifitas kelompok. Artinya kelompok P3A yang memiliki produktivitas dan efektivitas yang tinggi, teknik pengambilan keputusan dan besarnya anggota yang dapat dijangkau atau diterima aspirasinya berbeda dengan kelompok P3A yang memiliki produktivitas dan efektivitas kelompok yang rendah.

Kesatuan kelompok ditentukan oleh kepemimpinan, homogenitas kelompok. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kesatuan dengan produktivitas dan kesatuan dengan efektifitas kelompok Dengan demikian berarti semakin tinggi tingkat kesatuan kelompok, semakin tinggi produktivitas dan efektifitas kelompok yang dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Wong (1979) bahwa tingginya produktivitas dan efektifitas kelompok dipengaruhi oleh tingkat kerjasama anggota dalam kelompok.

Kelompok P3A yang dinamis akan melakukan usaha-usaha yang dapat memberikan kepuasan terhadap anggota, sehingga ada motivasi anggota untuk melakukan kegiatan kelompok P3A seperti mengatur air, membersihkan saluran tersier. Terdapat hubungan fungsi tugas kelompok dengan efektifitas kelompok. Demikian juga pada pengembangan dan pemeliharaan kelompok. Ini berrati semakin tinggi pengembangan dan pemeliharaan kelompok P3A, maka semakin tinggi produktivitas dan efektivitas kelompok P3A.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dinamika kelompok P3A di lahan rawa pasang surut berada pada tahap sedang.Unsur-unsur dinamika yang perlu ditingkatkan adalah mengembangkan dan memelihara kelompok P3A, tekanan kelompok dan desakan kelompok.

2. Produktivitas lahan dan efektifitas kelompok P3A dapat ditingkatkan dengan cara mendinamiskan kelompok Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A) karena terdapat hubungan antara unsur-unsur dinamika kelompok P3A dengan produktivitas lahan dan efektifitas kelompok. Unsur-unsur dinamika yang berhubungan erat dengan produktivitas lahan adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, kesatuan kelompok dan pengembangan dan pemeliharaan kelompok. Produktivitas padi dicapai 3-7 ton per hektar. Demikian pula unsur-unsur dinamika yang berhubungan erat dengan efektivitas kelompok P3A adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, kesatuan kelompok, fungsi kelompok dan pengembangan dan pemeliharaan kelompok. Semakin tinggi dinamika kelompok, semakin tinggi produktivitas dan efektifitas kelompok.

3. Penyuluh diharapkan dapat membantu anggota kelompok P3A untuk memilih ketua kelompok P3A yang memiliki sikap seperti kosmopolit, persepsi sosial, memiliki minat dan keyakinan untuk mencapai tujuan.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(8)

Saran

Pembinaan kelompok P3A oleh instansi terkait lebih diutamakan pada unsur dinamika kelompok yang masih memiliki nilai rendah seperti pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok dan desakan kelompok

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan saudara Budi Raharjo, STP, MSi dan Ir.Yanter Hutapea, MS BPTP Sumatera Selatan dan rekan peneliti dan staf teknis Balittra atas partisipasinya dalam mengumpulkan data.

DAFTAR PUSTAKA

Cartwright. D and Zander. 1959. Group Dynamic Research and Theori. 2d, New York. Happer and Row Publisher.

Ismail, I.G., T. Alihamsyah, IPG. W. Adhi, Suwarno, T.Herawati, R. Taher, dan D.E. Sianturi (eds), 1994. Sewindu (1985-1993) Penelitian Pertanian di Lahan Rawa, Kontribusi dan Prospek Pengembangan, Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa-Swamps II, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dep. Pertanian, Jakarta.

Rusidi, 1978. Dinamika Kelompok Tani Dalam mencapai Tujuannya. Studi kasus di Desa Amansari kecamatan Rengasdengklok Kabupaten karawang. Tesis Magister Sain. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Siegel,S and N.John Castellan, Jr. 1988. Nonparametric Statistics For The Behavioral Sciences. Secon Edition. Mc-Graw-Hill Book Company, New York

Saptana, Hendiarto, Sunarsih, dan Sumaryanto. 2001. Tinjauan historis dan perspektif pengembangan kelembagaan irrigáis di era otonomi daerah. Dalam Dalam Forum penelitian agro ekonomi. 19(2):50-65. Pusat Penelitian Dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor

Walfole, Ronal E. 1974. Introduction to Statistics. 2 nd Edition. Macmilan Publishing Co. New York. Collier Macmilan Publisher London.

Wong John. 1979. Group Farming In Asia. Singapore. University Press Singapore Widjaja-Adhi, I.P.G., Nugroho, Didi Ardi dan A.S. Karama, 1992. Sumberdaya lahan

pasang surut, rawa dan pantai: Potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Dalam S.Partohardjono dan M.Syam (Eds). Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Pasang Surut dan Lebak. Risalah Pertemuan Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa. Puslitbangtan. Bogor.

Zuraida, R, R.Galib, Y.Rina, Noorginayuwati, S. Saragih, H. Sutikno dan D. Ismadi. 2000. Studi Prospek Dan Kendala Pemanfaatan Jaringan Irigasi Riam Kanan. Laporan akhir. IP2TP Banjarbaru

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Gambar

Tabel  1.  Skor  Sifat  Pribadi  Pemimpin  Kelompok  P3A  Di  Lahan  Rawa  Pasang  surut  Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, 2011
Tabel  2.  Nilai  Dinamika  Kelompok  P3A  Menurut  Unsur-Unsurnya  Di  Lahan  Rawa  Pasang Surut Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, 2011
Tabel  3.  Koefisien  Korelasi  Dinamika  Kelompok  Dan  Unsur-Unsurnya  Terhadap  Produktivitas  dan  Efektifitas  kelompok  P3A  di  lahan  rawa  pasang  surut  Kal  Sel dan Sum Sel, 2011

Referensi

Dokumen terkait

 Jika antibiotik peroral tidak dapat digunakan , diberikan antibiotik secara parenteral, seperti sefotaksim, atau seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan dengan pemberian

Tujuan utama dari layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah adalah untuk membantu agar peserta didik dapat : (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir

Asal, Alamat Sekolah : Sman 1 Palas, Jalan Raya Palas Aji Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Sekolah, Lulus Sekolah :

Negara-negara pihak harus memastikan hak siapapun yang berada dalam penahanan penjagaan (custody) untuk berkomunikasi dengan segera dengan perwakilan yang tepat dan terdekat dari

Dalam tata bahasa Inggris word order digunakan sebagai metode penyusunan kata menjadi kalimat yang benar dan mengindari ambiguitas makna kata atau pada kalimat

Dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengkajinya dalam skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam di Indonesia Tentang Faktor Penyebab Perceraian

Workshop pengawasan lalu lintas produk hewan non pangan Workshop kewaspadaan bahan baku pakan ternak asal hewan Workshop penerapan hygiene sanitasi pengolahan limbah bulu ( 2 bakorwil

Jurnal Ilmiah Nasional terakreditasi A dari Kemristekdikti yang diterbitkan dalam salah satu bahasa PBB, terindeks di DOAJ dengan indikator green thick (centang dalam