135
UJI EFEKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL.) PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS L)
Juliet Tangka1), Jane Wuisan2), Michael Tumbol3) 1), 2), 3)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang II Manado
Abstract: An investigation of Test Hepatoprotector Effectiveness of Ethanol Extracts Leaf Avocado (Persea americana Mill) At the White Rat (Rattus norvegicus L.). This study aims to examine the effects of Ethanol Extracts hepatoprotector Avocado leaves contain flavonoids on animal studies of white rats. This study is purely experimental post-test design with Cotrol Group Design. Tests performed on each group of test animals are mice as negative control group I, group II as control CCl4, group III given the treatment EEDA 5%, group IV 10% EEDA given treatment and be given treatment group V EEDA 20% respectively of 3 mL orally 1 time a day. Data were analyzed descriptively and statistically using One Way Anova using significance level ρ <0.05 and then followed by post hoc test.
Avocado Leaf Extract Ethanol can normalize levels of SGOT, SGPT serum of white rats, CCl4-induced, but not to normalize the total serum bilirubin levels of white rats
induced CCl4. Effective concentration of ethanol extract of avocado leaves that can normalize levels of levels of SGOT, SGPT serum of white rats is induced CCl4 at
concentrations of 10%, p <0.05. Ethanol extract of avocado leaves do not already have the maximum effect as hepatoprotector.
Keywords: Hepatoprotector, Leaf Avocado.
Akhir-akhir ini perhatian dunia kedokteran terhadap oksidan makin meningkat, karena oksidan dapat meningkatkan kerusakan sel dan mendasari berbagai macam keadaan patologis seperti kanker, penyakit jantung koroner, rematik artritis, penyakit respiratorik, katarak, penyakit hati dan dicurigai berperan pada proses penuaan dini. Oksidan adalah senyawa yang dapat mengoksidasi senyawa lain, dalam pengertian kimia oksidan adalah akseptor (penerima elektron). Oksidan yang sangat berbahaya adalah bentuk radikal bebas. Dampak negatif radikal bebas antara lain mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel. Didalam tubuh radikal bebas dapat dihasilkan oleh aktivitas biokimia sepert stres oksidatif. Dalam keadaan fisiologis radikal bebas akibat stres oksidatif dapat diredam oleh antioksidan tubuh, namun pada keadaan patologis antioksidan tubuh tidak cukup untuk meredam radikal bebas yang berlebihan sehingga perlu
diberikan antioksidan yang berasal dari luar tubuh yang dapat meredam dampak negatif oksidan (Cochrane, 1991, Anonim, 2002).
Hati merupakan salah satu organ terpenting dan sangat kompleks dalam metabolisme tubuh. Hati sering menjadi organ sasaran karena terlibat dalam metabolisme zat-zat kimia yang bersifat toksik serta radikal bebas. Zat-zat toksik dan radikal bebas tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel, jaringan, makromolekul serta membran. Penyusun utama membran sel adalah lipid, protein dan karbohidrat. Lipid utama penyusun membran adalah fosfolipid. Asam lemak penyusun membran sel khususnya asam lemak rantai panjang tak jenuh (PUFA), amat rentan terhadap radikal bebas. Aktivitas dari radikal bebas tersebut dapat diredam oleh adanya suatu antioksidan. Pada dasarnya hepar yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh memiliki antioksidan yang cukup baik, tetapi karena induksi radikal
bebas dapat menyebabkan peroksidasi lipid dan akhirnya kematian sel, mengakibatkan kerja hati tidak maksimal sehingga perlu diberikan antioksidan yang berasal dari luar tubuh. Dalam berbagai tumbuhan obat banyak terkandung zat-zat yang berpotensi sebagai antioksidan yaitu flavonoid dan salah satunya terdapat pada daun alpukat (Nurwati, dkk. 2005, Tangka, dkk. 2006).
Pengkajian tentang potensi flavonoid sebagai antioksidan dari beberapa tanaman obat telah dilakukan. Beberapa fakta menunjukkan bahwa baik tanaman, makanan ataupun suplemen yang mempunyai kandungan senyawa fenol yaitu flavonoid mempunyai efek kardioprotektif karena merupakan antioksidan yang sangat kuat (dapat mencegah oksidasi LDL 20x lebih kuat dari vitamin E) juga berpotensi sebagai antioksidan pada pertumbuhan tumor. Penelitian yang mengkaji potensi flavonoid sebagai imunostimulator juga telah dilakukan dan dari hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa flavonoid dapat bekerja sebagai imunostimulan, tetapi penelitian yang mengkaji potensi antioksidan flavonoid sebagai hepatoprotektor masih kurang dibandingkan dengan senyawa kurkuminoid yang terkandung dalam rimpang kunyit, temu putih dan temulawak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka menurut kaidah keilmuan yang berlaku, segala informasi yang berhubungan dengan kandungan senyawa aktif dan mekanisme kerjanya menjadi sangat penting dalam upaya penapisan bahan alam sehingga perlu dilakukan kajian tentang efek antioksidan flavonoid yang terkandung dalam daun alpukat sebagai hepatoprotektor (Soedibyo, 1988, Nafisah, 2008).
Penggunaan antioksidan yang berasal dari luar tubuh, baik yang bersumber dari tanaman, makanan ataupun suplemen telah menjadi perhatian dari masyarakat dalam meningkatkan daya tahan tubuh atau mencegah penyakit dan mempercepat proses
kesembuhan suatu penyakit. Antioksidan vitamin C, E, dan karotenoid dalam makanan ataupun sebagai food suplemen adalah alternatif yang paling banyak dikenal dan dikonsumsi dibandingkan dengan antioksidan lainnya seperti flavonoid yang banyak terdapat pada tanaman obat, serta bagian tanaman yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Bagian tanaman alpukat (Persea americana Mill) yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya, sementara daunnya yang
masih muda dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat batu ginjal dan rematik. Hasil penapisan fitokimia
menunjukkan adanya golongan flavonoid, tanin katekat, kuinon, saponin dan steroid/triterpenoid pada daun alpukat (Anonim, 2006, Syamsuhidayat, dkk. 1991).
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas hepatoprotektor ekstrak etanol daun alpukat yang mengandung flavonoid pada tikus putih yang diinduksi CCl4. Karbon tetraklorida merupakan
xenobiotik yang lazim digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik retikulum CCl4
dimetabolisme oleh sitokrom P450 2EI (CYP2EI) menjadi radikal bebas triklormetil dan dengan oksigen akan membentuk triklormetilperoxi yang dapat menyerang lipid membran RE dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklormetil. Selanjutnya triklormetil menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostasis Ca2+ dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Hepatoksisitas ditandai dengan kenaikan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT, Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), bilirubin serta pemanjangan masa protrombin (Panjaitan, dkk. 2007).
Evaluasi hasil uji dilakukan dengan uji biokimiawi darah terhadap parameter klinik yang menyangkut pemeriksaan fungsi hati yaitu kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total
serta histopatologi organ hati hewan uji tikus (Tangka, dkk. 2009, Anonim, 2000). Hasil uji hepatoprotektor ekstrak etanol daun alpukat diharapkan dapat memberikan dan mendukung data ilmiah penelitian sebelumnya terutama yang dilakukan peneliti khususnya dalam mengkaji efektifitas tanaman obat yang mengandung flavonoid.
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk; 1) Mengkaji efek pemberian ekstrak etanol daun Alpukat (Persea americana Mill.) dalam menormalkan kadar SGOT, SGPT, bilirubin dan protein total serum tikus putih yang diinduksi dengan CCl4. 2) Mengkaji konsentrasi ekstrak
etanol daun Alpukat yang efektif dalam menormalkan kadar SGOT, SGPT, bilirubin dan protein total serum tikus putih yang diinduksi CCl4. 3) Mengkaji efek
hepatoprotektor ekstrak etanol daun Alpukat terhadap histopatologi organ tikus putih (Rattus norvegicus L) yang diinduksi CCl4.
METODE
Penelitian ini dikerjakan di Laboratorium Farmakologi dan Farmakognosi Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado pada bulan Juli 2010 - Oktober 2010. Bahan uji yang digunakan adalah Daun Alpukat yang diperoleh dari Sulawesi Utara. Subyek penelitian adalah Tikus putih jantan galur wistar usia ± 3 bulan berat ± 200 gram. Hewan diperoleh dari laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado. Ekstrak Etanol Daun Alpukat dibuat dengan menggunakan alat refluks dengan pelarut etanol 95% disain penelitian menggunakan rancang acak lengkap dengan Design Post Test With Control Group. Subjek dikelompokkan secara acak sedemikian rupa sehingga penyebaran bobot badan merata pada semua kelompok. Hewan uji dikelompokkan dalam 5 kelompok
dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kelompok tersebut terdiri dari: kelompok I, kelompok kontrol normal; Kelompok II, Kelompok perlakuan CCl4;
kelompok III, kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun Alpukat dosis 5% + CCl4; kelompok IV, kelompok
perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun Alpukat dosis 10% + CCl4; kelompok
V, kelompok perlakuan dengan pemberian
ekstrak etanol daun Alpukat dosis 20% + CCl4. Pemberian sediaan secara oral
setiap hari selama 3 hari dengan volume pemberian peroral sebanyak 3 ml. Induksi dengan CCl4 setelah 3 hari pemberian
perlakuan secara intraperitoneal dosis tunggal 0.1 ml/kg BB. Berat badan dan konsumsi makanan selama proses uji dikontrol sebaik mungkin karena dapat mempengaruhi manifestasi efek zat uji. Data dianalisis secara deskriptif dan uji statistik Anova one way dilanjutkan dengan Post Hoc Test
menggunakan analisis Tukey HSD dengan p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Pengambilan data penelitian dilakukan setelah hewan uji diberikan sediaan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Pengamatan parameter klinik (fungsi hati); 24 jam setelah induksi CCl4. Pemeriksaan biokimia darah
meliputi kadar SGOT, SGPT dan bilirubin Total. Pemeriksaan setelah kematian; Mengamati secara makroskopik (patologi) dan mikroskopik (histologi) organ yaitu hati. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 : Kadar SGOT dan SGPT Tikus
Kelompok n Kadar SGOT Kadar SGPT
(U/L) p (U/L) p Kontrol normal 5 34,60 ±11.459 - 35,40 ± 13,164 - Kontrol CCL4 5 43,80 ±13,773 0,123 41,60 ± 18,119 0,369 EEDA 5% 5 34,00 ± 7,141 0,102* 28.80 ± 5,070 0.072* EEDA 10% 5 28,60 ± 4,722 0,015* 26,40 ± 4,278 0,036* EEDA 20% 5 31,60 ± 3,847 0,046* 28,60 ± 4,879 0,068* Keterangan: n = Jumlah Hewan, U/l = Unit per Liter, p < 0,05 dinyatakan bermakna, *dibandingkan dengan Kontrol
CCL4 .SGOT = serum glutamat oksaloasetat transaminase, SGPT = serum glutamat piruvat transaminase
Tabel 2 : Kadar Bilirubin Darah Tikus Kelompok n Bilirubin (mg/dl) p Kontrol normal 5 0,1240 ±0,040 - Kontrol CCL4 5 0,1240 ±0,048 1,000 EEDA 5% 5 0,3600 ±0,267 0,009* EEDA 10% 5 0,3180 ±0,089 0,028* EEDA 20% 5 0,3120 ±0,023 0,032* Keterangan : n = Jumlah Hewan, U/l = Unit per Liter,
p < 0,05 dinyatakan bermakna,
*dibandingkan dengan kontrol normal dan kontrol CCL4
Tabel 3 : Indeks Organ hati tikus (makroskopik) Kelompok n Indeks organ (%) p Kontrol normal 5 0,0294 ±0,065 -
Kontrol CCL4 5 0,0354 ±0,042 0,077* EEDA 5% 5 0,0374 ±0,046 0,022* EEDA 10% 5 0,0360 ±0,063 0,054* EEDA 20% 5 0,0324 ±0,027 0,363* Keterangan : n = Jumlah Hewan, , p< 0,05 dinyatakan
bermakna, *dibandingkan dengan kontrol normal
Kontrol normal Kontrol CCl4 Kontrol CCl4
EEDA 5% + CCl4 EEDA 10% + CCl4 EEDA 20% + CCl4
Gambar 1. Hasil pemeriksaan mikroskopik organ hati (Histologi) Pembahasan
Suatu bahan yang akan digunakan oleh manusia baik sintetis maupun bahan alam yang berasal dari tanaman, diperlukan data efek farmakologi, maka dilakukan penelitian ini untuk mengkaji efek
hepatoprotektor ekstrak etanol daun Alpukat (Persea americana Mill.).
Metode ekstraksi secara refluks dengan menggunakan pelarut etanol 96% disesuaikan dengan sifat kandungan yang terdapat pada tanaman uji, agar dapat
mengekstraksi sebanyak mungkin zat aktif dari simplisia daun alpukat.
Pemeriksaan karakteristik ekstrak yaitu penentuan parameter golongan kandungan fitokimia bertujuan memberikan informasi adanya kandungan golongan kimia tertentu sebagai parameter mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Alpukat (Persea americana Mill.) mengandung flavonoid.
Pengujian hepatoprotektor dilakukan pada hewan uji yang sehat, hewan kontrol termasuk dalam penelitian dan mendapat perlakuan yang sama tetapi diberikan sediaan blanko dan Kontrol CCL4 Bentuk
sediaan uji, tingkatan dosis dan lama pemberian sebanding dengan pemberian pada manusia.
Faktor penting yang mempengaruhi keamanan suatu senyawa antara lain jumlah dosisnya. Pada penelitian ini digunakan dosis bertingkat 5%, 10% dan 20% pada tikus.
Pengujian menggunakan hewan uji tikus putih galur wistar dan pemberian sediaan uji dilakukan secara oral.
Hasil pengamatan bobot badan tikus menunjukkan profil perkembangan dan peningkatan bobot badan dengan profil yang hampir sama dengan semua kelompok dosis hewan uji dapat dilihat pada Lampiran.
Fungsi hati dapat dilihat dari pengujian biokimia darah. Pada pengujian serum transaminase asam glutamat oksaloasetat (SGOT) dan transaminase asam glutamat piruvat (SGPT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar SGOT dan SGPT tikus Kontrol CCL4 mengalami
peningkatan kadar dibandingkan dengan kontrol normal meskipun secara statistik peningkatan tersebut belum bermakna p>0,05. Karbon tetraklorida merupakan xenobiotik yang lazim digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik retikulum CCL4
dimetabolisme oleh sitokrom P450 2EI (CYP2EI) menjadi radikal bebas triklormetil dan dengan oksigen akan membentuk triklormetilperoxi yang dapat menyerang lipid membran RE dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklormetil. Selanjutnya triklormetil dapat menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostasis Ca2+ dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Hepatoksisitas ditandai dengan kenaikan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), bilirubin serta pemanjangan masa protrombin.
Aktifitas SGPT dan SGOT berkaitan erat dengan kondisi patologi hati, penurunan aktifitas enzim tersebut menunjukkan adanya perbaikan fungsi hati. Aktifitas enzim SGOT dan SGPT pada kelompok perlakuan rerata mengalami penurunan dibandingkan dengan kontrol normal dan secara statistik menunjukkan tidak berbeda bermakna atau sebanding dengan kontrol normal (p>0,05). Aktivitas enzim SGOT dan SGPT kelompok yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun alpukat dan induksi CCL4 lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol yang hanya diinduksi CCL4 dan perbedaan bermakna
yaitu pada kelompok yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun alpukat dosis 10% dan 20% untuk SGOT dan 10% untuk SGPT p<0,05. Hasil ini menunjukkkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun alpukat memiliki efek hepatoprotektor karena dapat mempertahankan aktifitas enzim SGOT dan SGPT pada saat terpapar karbontetraklorida. Flavonoid yang memiliki potensi sebagai antioksidan sesuai dengan mekanisme kerjanya dapat mencegah terjadinya kerusakan sel organ termasuk hati.
Pada pemeriksaan selanjutnya setelah kematian yaitu dengan mengamati secara makroskopik dan mikroskopik organ hati. Pemeriksaan makroskopik dilakukan secara organoleptik dan dengan menimbang bobot organ. Perbandingan bobot organ dengan
bobot badan dihitung sehingga diperoleh indeks organ dalam %. Indeks organ kelompok yang diberi sediaan uji dibandingkan terhadap indeks organ kelompok kontrol. Hasil pengamatan organ kelompok tikus kontrol CCL4 dan kelompok
yang diberi sediaan uji menunjukkan adanya perlemakan sel hati (hati tampak pucat) dibandingkan kontrol normal. Indeks organ tikus kontrol dan kelompok yang diberi sediaan uji rerata mengalami peningkatan (pembesaran organ) dibandingkan kontrol normal namun secara statistik tidak berbeda bermakna P< 0.05.
Gambar 2. Rerata Kadar SGOT
Gambar 3. Rerata Kadar SGPT
Pemeriksaan histologi organ hati untuk mengetahui hubungan antara efek yang terjadi dengan struktur organ yang mengalami paparan radikal bebas atau induksi dengan CCL4. Preparat histologi
dibuat dengan mengiris organ menggunakan mesin pemotong khusus (mikrotom) kemudian diletakkan diatas kaca objek, setelah dilakukan prosedur pewarnaan
menggunakan Hematoksilin-eosin (HE), kemudian ditutup dengan kaca penutup objek dan dilem menggunakan entellan. Preparat diamati dibawah mikroskop dan dilakukan pemotretan.
Gambar 4. Rerata Kadar Bilirubin Total
Gambar 5. Rerata Indeks Organ
Hasil pemeriksaan mikroskopik organ hati menunjukkan bahwa kelompok kontrol CCL4 dan kelompok yang diberi
sediaan uji mengalami pelemakan sel, meskipun kelompok yang diberi sediaan uji pada peningkatan konsentrasi EEDA lebih sedikit sel yang mengalami perlemakan dibandingkan kontrol CCL4
(Murray, dkk. 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Ekstrak etanol daun alpukat dapat menormalkan kadar SGOT, SGPT serum tikus putih (Rattus norvegicus L) yang diinduksi CCl4, namun belum dapat
tikus putih (Rattus norvegicus L) yang diinduksi CCl4.
Konsentrasi efektif ekstrak etanol daun alpukat yang dapat menormalkan kadar kadar SGOT, SGPT serum tikus putih (Rattus norvegicus L) yang diinduksi CCl4
yaitu pada konsentrasi 10%.
Makroskopik dan mikroskopik organ hati menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun alpukat belum memiliki efek maksimal sebagai hepatoprotektor.
Saran
Perlu dilakukan penelitian atau kajian lebih lanjut tentang efek pemberian ekstrak etanol daun alpukat terhadap kadar bilirubin serum tikus putih (Rattus norvegicus L) yang diinduksi CCl4.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji hepatoprotektor ekstrak etanol daun alpukat dengan metode induksi sebelum dan sementara perlakuan dan waktu pengujian yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Nurwati, I., Ikasari F., Wiryanto. 2005. Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus L) akibat pemberian asetaminofen. Biofarmasi UNS Surakarta, vol.3.No.2. hal 57-60 Nafisah, A., 2008. Uji Efektivitas Ekstrak
Herba Meniran (Phyllantus niruri L.) Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Kadar Bilirubin Total serum Tikus Putih (Rattus norvegicus L) . Abstrak. http://digilib.umm.ac.id.gdl.php. Diakses 1 Maret 2010
Cochrane C.G., 1991.Cellular Injury by Oxidants. The American Journal of Medicine (sppl 3c: 23s-30s)
Anonim, 2002. R & D system, Reactive
Oxygen Spesies.
http//.Rndsystem.com. Diakses 1 Maret 2010
Anonim, 2006. Side effect of Vitamin C & E. Scumdoctor.com, Diakses 1 Maret 2010
Tangka, J., Barung. E.N., Layuk, S., 2006. Efek Gingko Biloba Ekstrak Terhadap Jumlah Circulating Endothel dan Kadar Malondialdehyd Darah Tikus (Rattus norvegicus L) Yang Dipapar Asap Rokok Kretek Secara Kronis. JIK Infokes Poltekkes Manado, Vol.1. No.1. hal 77-84
Tangka, J., Barung, E.N., Wullur, A.C., 2009. Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Daun Johar (Cassia siamea Lamk.) Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) Proposal penelitian Risbinakes.Poltekkes Depkes Manado Panjaitan, R.G.H., dkk. 2007. Pengaruh
Pemberian Kabon Tetraklorida Terhadap Fungsi hati dan Ginjal Tikus. Makara Kesehatan, vol. 11.No.1. hal 11-16
Anonim, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. DepKes RI. Ditjen POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta
Syamsuhidayat SS, dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Soedibyo M. 1988. Alam sumber Kesehatan, Cetakan I. Jakarta, Balai Pustaka. Murray , R., Granner , D.K., Mayes P. A.,
Rodwell , V. W ., 2002, Biokimia Edisi 24 , EGC, Jakarta