REFERAT REFERAT
REAKSI KUSTA
REAKSI KUSTA
Oleh : Oleh : dr. DONI KRISTANTO dr. DONI KRISTANTO PPDS 1PPDS 1 ILMU KESEHATILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINAN KULIT DAN KELAMIN FAKUL
FAKULTTAS KEAS KEDOKTERAN DOKTERAN UNIVERUNIVERSITAS BRSITAS BRAWAWIJAYIJAYA MALANGA MALANG RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG
RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG !"1#
II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN Peny
Penyakiakit t kuskusta ta mermerupakupakan an salsalah ah satsatu u penypenyakiakit t menmenulaular r krokronik nik yanyang g disdisebaebabkan bkan oleolehh ku
kumamann Mycobacterium Mycobacterium leprae leprae (M (M leprae)leprae) yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke org
organ an lailain n keckecuali susunuali susunan an sarsaraf af puspusat. Penyakat. Penyakit it kuskusta ta dikdikenal juga enal juga dengdengan an namnamaa Morbus Morbus Hansen
Hansen atatauau leleprpra.a. IstIstilailah h kuskusta ta berberasal dari asal dari bahbahasa asa sansanseksekerterta, a, yakyaknini kukushshththaa yang berartiyang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum
kumpulan gejala-gejala kulit secara umum1, 141, 14..
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut) saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Penyakit saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. asalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai masalah sosial, asalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, dan psikologis
ekonomi, dan psikologis1,141,14..
IIII.. EEPPIIDDEEMMIIOOLLOOGGII
!ampai saat ini epidemiologi penyakit kusta belum sepenuhnya diketahui secara pasti. !ampai saat ini epidemiologi penyakit kusta belum sepenuhnya diketahui secara pasti. Pe
Penyanyakikit t kukuststa a tetersrsebebar ar di di seselulururuh h duduninia a teterurutatama ma di di daedaerarah h trtropopis is dan dan susubtbtroropipis. s. "a"apatpat menyerang semua umur, frek#ensi tertinggi pada kelompok umur antara $%-&% tahun dan lebih menyerang semua umur, frek#ensi tertinggi pada kelompok umur antara $%-&% tahun dan lebih sering mengenai laki-laki daripada #anita
sering mengenai laki-laki daripada #anita',14',14..
enurut * ('%%'), diantara 1'' negara yang endemik pada tahun 1+& dijumpai 1% enurut * ('%%'), diantara 1'' negara yang endemik pada tahun 1+& dijumpai 1% negara telah mencapai target eliminasi kusta diba#ah 1 per 1%.%%% penduduk pada tahun '%%%. negara telah mencapai target eliminasi kusta diba#ah 1 per 1%.%%% penduduk pada tahun '%%%. Pa
Pada da tatahun hun '%'%% % * * menmencacatatat t mamasisih h ada ada 1& 1& negnegarara a yayang ng memelalaporporkakan n 1%%1%%% % atatau au lelebibihh penderita baru selama tahun '%%. /ima belas negara ini mempunyai kontribusi +40 dari seluruh penderita baru selama tahun '%%. /ima belas negara ini mempunyai kontribusi +40 dari seluruh penderita baru didunia. Indonesia menempati urutan prealensi ketiga setelah India, dan 2ra3il penderita baru didunia. Indonesia menempati urutan prealensi ketiga setelah India, dan 2ra3il1414..
"i
"i InIndodonenesisia a penpendederirita ta kuskusta ta teterdrdapaapat t hamhampipir r padpada a seselulururuh h prpropopininsi si dedengangan n polpolaa penyebaran yang tidak merata. eskipun pada pertengahan tahun '%%% Indonesia secara nasional penyebaran yang tidak merata. eskipun pada pertengahan tahun '%%% Indonesia secara nasional sudah mencapai eliminasi kusta namun pada tahun tahun '%%' sampai dengan tahun '%% terjadi sudah mencapai eliminasi kusta namun pada tahun tahun '%%' sampai dengan tahun '%% terjadi peningkatan
peningkatan penderita penderita kusta kusta baru. baru. Pada Pada tahun tahun '%% '%% jumlah jumlah penderita penderita kusta kusta baru baru di di IndonesiaIndonesia sebanyak 1.+'1 orang. Propinsi terbanyak melaporkan penderita kusta baru adalah aluku, sebanyak 1.+'1 orang. Propinsi terbanyak melaporkan penderita kusta baru adalah aluku, Papua, !ula#esi tara dan !ula#esi !elatan dengan prealensi lebih besar dari '% per 1%%.%%% Papua, !ula#esi tara dan !ula#esi !elatan dengan prealensi lebih besar dari '% per 1%%.%%% penduduk.'
prealensi ,'' per 1%%.%%% penduduk sedangkan pada tahun '%11, tercatat 1+.$1 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka prealensi ,%$ per 1%%.%%% penduduk 14.
III. ETIOLOGI $ PATOGENESIS
Penyebab kusta adalah . leprae, yang ditemukan pada tahun 1$ oleh 5.6mauer ansen di 7or#egia. 8uman bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1- 9m, lebar %,$ 9m dan bersifat obligat intraselluler. 8uman kusta tumbuh lambat, untuk membelah diri membutuhkan #aktu 1'-1$ hari dan mencapai fase plateau dari pertumbuhan pada hari ke '%-4%. :umbuh pada tempratur '-$%o; (1-o<)$.
Pada tahun 1+% !hepard berhasil menginokulasikan ./eprae ke dalam telapak kaki mencit yang telah diambil tymusnya dengan diikuti iradiasi (+%% r), sehingga kehilangan respon imun sellulernya akan menghasilkan granulomagranuloma penuh basil yang menyeluruh, terutama di daerah yang dingin, yaitu hidung, cuping telinga, kaki, dan ekor.!ebenarnya ./eprae mempunyai patogenitas dan daya inasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman jauh lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. 8etidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh respon imun yang berbeda, oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik, gejala-gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selulernya
daripada intensitas infeksinya$.
=espon imun pada penyakit kusta sangat kompleks, dimana melibatkan respon imun seluler dan humoral. !ebagian besar gejala dan komplikasi penyakit ini disebabkan oleh reaksi imunologi terhadap antigen yang dimiliki oleh . leprae. >ika respon imun yang terjadi setelah infeksi cukup baik, maka multiplikasi bakteri dapat dihambat pada stadium a#al sehingga dapat mencegah perkembangan tanda dan gejala klinis selanjutnya$.
. leprae merupakan bakteri obligat intraseluler, maka respon imun yang berperan penting dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi adalah respon imun seluler. =espon imun seluler merupakan hasil dari aktiasi makrofag dengan meningkatkan kemampuannya dalam menekan multiplikasi atau menghancurkan bakteri$,14.
=espon imun humoral terhadap . leprae merupakan aktiitas sel limfosit 2 yang berada dalam jaringan limfosit dan aliran darah. =angsangan dari komponen antigen basil tersebut akan mengubah sel limfosit 2 menjadi sel plasma yang akan menghasilkan antibodi yang akan
membantu proses opsonisasi. 7amun pada penyakit kusta, fungsi respon imun humoral ini tidak efektif, bahkan dapat menyebabkan timbulnya beberapa reaksi kusta karena diproduksi secara berlebihan yang tampak pada kusta lepromatosa.
IV. GEJALA KLINIK
8eakuratan mendiagnosis penyakit kusta merupakan suatu dasar yang sangat penting yang berkaitan dengan epidemiologi kusta, pengobatan dan pencegahan kecacatan pada pasien kusta. "iagnosis yang tidak adekuat (under-diagnosis) akan menyebabkan penularan kuman kusta berlanjut serta penyakit kusta pada pasien kusta bertambah parah sedangkan jika diagnosis yang dilakukan terlalu berlebihan (oer-diagnosis) akan mengakibatkan pemberian pengobatan menjadi tidak tepat contohnya pemberian antibiotika yang terlalu banyak. 8eadaan ini dapat menyebabkaan pengumpulan data statistik dari epidemiologi pasien kusta menjadi tidak akurat.
ntuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tanda cardinal, yaitu?
1. 2ercak kulit yang mati rasa
2ercak hipopigmentasi atau erimatosa, mendatar (makula) atau meninggi (plak). ati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu dan rasa nyeri. '. Penebalan saraf tepi
"apat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu?
a. 5angguan fungsi sensoris? mati rasa
b. 5angguan fungsi motoris? paresis atau paralisis
c. 5angguan fungsi otonom? kulit kering, retak, edema dan pertumbuhan rambut yang terganggu
$. "itemukan 2:6
2ahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. 8adang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau syaraf .
Pada tahun 1+', * mengembangkan klasifikasi untuk memudahkan pengobatan di lapangan. "alam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi menjadi ' tipe yaitu tipe Pausibasiler (P2) dan ultibasiler (2). !ampai saat ini "epartemen 8esehatan Indonesia
menerapkan klasifikasi menurut * sebagai pedoman pengobatan penderita kusta. "asar dari klasifikasi ini berdasarkan manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan bakteriologi14.
:abel 4.1 Perbedaan Pausibasiler dan ultibasiler
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
:es serologi merupakan tes diagnostik penunjang yang paling banyak dilakukan saat ini. !elain untuk penunjang diagnostik klinis penyakit kusta, tes serologi juga dipergunakan untuk diagnosis infeksi . leprae sebelum timbul manifestasi klinis. ji laboratorium ini diperlukan untuk menentukan adanya antibodi spesifik terhadap . leprae di dalam darah. "engan diagnosis yang tepat, apalagi jika dilakukan sebelum timbul manifestasi klinis lepra diharapkan dapat mencegah penularan penyakit sedini mungkin4.
Pemeriksaan serologis kusta yang kini banyak dilakukan cukup banyak manfaatnya, khususnya dalam segi seroepidemiologi kusta di daerah endemik. !elain itu pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis kusta pada keadaan yang meragukan karena tanda-tanda klinis dan bakteriologis tidak jelas. 8arena yang diperiksa adalah antibodi spesifik terhadap basil kusta maka bila ditemukan antibodi dalam titer yang cukup tinggi pada seseorang maka patutlah dicurigai orang tersebut telah terinfeksi oleh .leprae. Pada kusta subklinis seseorang tampak sehat tanpa adanya penyakit kusta namun di dalam darahnya ditemukan antibodi spesifik terhadap basil kusta dalam kadar yang cukup tinggi4,&.
6. ji </6-62! (<luorescent leprosy 6ntibodi-6bsorption test)
ji ini menggunakan antigen bakteri . leprae secara utuh yang telah dilabel dengan 3at fluoresensi. asil uji ini memberikan sensitiitas yang tinggi namun spesiisitasnya agak kurang karena adanya reaksi silang dengan antigen dari mikrobakteri lain.
2. =adio Immunoassay (=I6)
ji ini menggunakan antigen dari . leprae yang dibiakkan dalam tubuh 6rmadillo yang diberi label radio aktif.
;. ji /P6 (ycobacterium leprae particle agglutination)
ji ini berdasarkan reaksi aglutinasi antara antigen sintetik P5/-1 dengan antibodi dalam serum. ji /P6 merupakan uji yang praktis untuk dilakukan di lapangan, terutama untuk keperluan skrining kasus seropositif.
". 6ntibodi monoklonal (ab) epitop /*4 dari protein $&-k"a .leprae menggunakan . leprae sonicate (/!) yang spesifik dan sensitif untuk serodiagnosis kusta. Protein $&-k"a . leprae adalah suatu target spesifik dan yang utama dari respon imun seluler terhadap . leprae, merangsang proliferasi sel : dan sekresi interferon gamma pada pasien kusta dan kontak.
@. ji @/I!6 (@n3yme /inked Immuno-6ssay)
ji @/I!6 pertama kali digunakan dalam bidang imunologi untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu en3im yang berfungsi sebagai penanda.
"alam perkembangan selanjutnya, selain digunakan sebagai uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan suatu antibodi atau antigen dengan menggunakan antibodi atau antigen spesifik, teknik @/I!6 juga dapat diaplikasikan dalam uji kuantitatif untuk mengukur kadar antibodi atau antigen yang diuji dengan menggunakan alat bantu berupa spektrofotometer .
Prinsip uji @/I!6 adalah mengukur banyaknya ikatan antigen antibodi yang terbentuk dengan diberi label (biasanya berupa en3im) pada ikatan tersebut, selanjutnya terjadi perubahan #arna yang dapat diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu. Pemeriksaan ini umumnya menggunakan plat mikro untuk tempat terjadinya reaksi.
VI. REAKSI KUSTA
=eaksi kusta adalah suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta yang ditandai dengan terjadinya reaksi radang akut (neuritis) yang kadang-kadang disertai dengan
gejala sistemik. =eaksi kusta dapat merugikan pasien kusta, oleh karena dapat menyebabkan kerusakan syaraf tepi terutama gangguan fungsi sensorik (anestesi) sehingga dapat menimbulkan kecacatan pada pasien kusta. =eaksi kusta dapat terjadi sebelum mendapat pengobatan, pada saat pengobatan, maupun sesudah pengobatan, namun reakis kusta paling sering terjadi pada bulan
sampai satu tahun sesudah dimulainya pengobatan&,.
=eaksi kusta dapat dibagi atas dua kelompok yaitu+,14? 1. =eaksi kusta tipe 1 (=eaksi =eersalA ==)
=eaksi imunologik yang sesuai adalah reaksi hipersensitiitas tipe IB dari ;oomb C 5el ("elayed :ype ypersensitiity =eaction). =eaksi kusta tipe 1 terutama terjadi pada kusta tipe borderline (2:, 22, 2/) dan biasanya terjadi dalam bulan pertama ataupun sedang mendapat pengobatan. Pada reaksi ini terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman kusta dikulit dan syaraf pada pasien kusta. al ini berkaitan dengan terurainya .leprae yang mati akibat pengobatan yang diberikan.
6ntigen yang berasal dari basil yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit : disertai perubahan imunitas selular yang cepat. "asar reaksi kusta tipe 1 adalah adanya perubahan
keseimbangan antara imunitas selular dan basil. "iduga kerusakan jaringan terjadi akibat langsung reaksi hipersensitiitas seluler terhadap antigen basil.'4 Pada saat terjadi reaksi, beberapa penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan ekspresi sitokin pro-inflamasi seperti :7<-D, I/-1b, I/-, I<7-E dan I/-1' dan sitokin immunoregulatory seperti :5<-F dan I/-1% selama terjadi aktiasi dari makrofag. 6ktiasi ;"4G limfosit (:h-1) menyebabkan produksi I/-' dan I<7-E meningkat sehingga dapat terjadi lymphocytic infiltration pada kulit dan syaraf. I<7E dan :7<-D bertanggung ja#ab terhadap terjadinya edema, inflamasi yang menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang cepat.
:abel .1 5ambaran =eaksi 8usta :ipe 1
'. =eaksi tipe ' (=eaksi @ritema 7odosum /eprosumA@7/)
=eaksi kusta tipe ' terutama terjadi pada kusta tipe lepromatous(2/, //). "iperkirakan &%0 pasien kusta tipe // "an '&0 pasien kusta tipe 2/ mengalami episode @7/. mumnya terjadi pada 1-' tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy (":). @7/ diduga merupakan manifestasi pengendapan kompleks antigen antibodi pada pembuluh darah. :ermasuk reaksi hipersensitiitas tipe III menurut ;oomb C 5el. Pada pengobatan, banyak basil kusta yang mati dan hancur, sehingga banyak antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi Ig5, Ig dan komplemen ;$ membentuk kompleks imun yang terus beredar dalam sirkulasi darah dan akhirnya akan di endapkan dalam berbagai organ sehingga mengaktifkan sistem komplemen 2erbagai macam en3im dan bahan toksik yang menimbulkan destruksi jaringan akan dilepaskan oleh netrofil akibat dari aktiasi komplemen. Pada @7/, dijumpai peningkatan ekspresi sitokin I/-4, I/-&, I/ 1$ dan I/-1% (respon tipe:h-') serta peningkatan, I<7-E dan:7<-D. I/-4, I/-&,
I<7-E,:7<-D bertanggung ja#ab terhadap kenaikan suhu dan kerusakan jaringan selama terjadi reaksi @7/1%.
=eaksi @7/ cenderung berlangsung kronis dan rekuren. 8ronisitas dan rekurensi @7/ menyebabkan pasien kusta akan tergantung kepada pemberian steroid jangka panjang11,1'.
5ambar .1 !pektrum =eaksi 8usta == dan @7/
6da kalanya petugas kesulitan untuk membedakan antara reaksi tipe 1 dan tipe ', dan untuk membedakannya bisa dilihat pada table berikut1',1$ ?
:abel .$ Perbedaan =eaksi :ipe 1 dan '
ntuk mengetahui perbedaan reaksi ringan dan berat pada reaksi tipe 1 dan ' dapat dilihat pada table berikut 1',1$?
:abel .4 Perbedaan =eaksi =ingan-2erat Pada =eaksi 8usta :ipe 1 dan '
VII. PENATALAKSANAAN
:ujuan utama program pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita serta mencegahkan timbulnya cacat. ntuk mencapai tujuan itu sampai sekarang strategi pokok yang dilakukan masih didasarkan atas deteksi dini dan pengobatan penderita, yang tampaknya masih
tetap diperlukan #alaupun nanti aksin kusta yang efektif telah tersedia. !ejak dilaporkan adanya resistensi terhadap dapson baik primer maupun sekunder, pada tahun 1+ * memperkenalkan pengobatan kombinasi yang terdiri paling tidak dua obat antikusta yang efektif 14.
Program ulti "rug :herapy (":) dimulai pada tahun 1+1, yaitu ketika kelompok !tudi 8emoterapi * secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan rejimen ":-*. =egimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofasimin. !elain itu mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan ": dimaksudkan juga untuk mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat (dro-out) yang cukup tinggi pada masa monoterapi dapson. "isamping itu diharapkan juga dengan ": dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan1&.
=egimen pengobatan ": di Indonesia sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh * =egimen tersebut adalah sebagai berikut14,1?
.1. :ipe P2
ntuk kusta tipe P2, terdiri atas kombisnasi rifampisin dan dapson. a. >enis dan obat untuk orang de#asa?
1. =ifampicin %% mgHbulan dan ""! 1%% mg H hari ditelan di depan petugas. '. ""! 1%% mg H hari diminum di rumah.
b. >enis dan dosis obat untuk anak-anak ? 1. ""! 1-' mg H kg berat badan
'. =ifampisin 1%-1& mg H kg barat badan c. /ama pengobatan
/ama pengobatan untuk penderita tipe P2 adalah selama -+ bulan.
.'. :ipe 2
ntuk kusta tipe 2, terdiri atas kombinasi rifampisin, dapson, klofa3imin (lamprene). a. >enis dan dosis obat untuk orang de#asa?
1. /amprene $%% mg H bulan '. =ifampisin %% mg H bulan $. ""! 1%% mg H bulan
1. ""! 1%% mg H hari '. /amprene &% mg H hari
8edua obat ini diminum di rumah. b. "osis /amprene untuk anak-anak?
mur diba#ah 1% tahun ? 2ulanan ? 1%% mg H bulan arian ? &% mg H ' kali H minggu
mur 11 14 tahun ? 2ulanan ? '%% mg H bulan arian ? &% mg H $ kali H minggu
c. /ama pengobatan ' tahun
!etelah pengobatan dihentikan (=elease from :reatmentH=<:) penderita masuk dalam masa pengamatan (control) yaitu? penderita dikontrol secara klinik dan bakterioskopik minimal sekali setahun selama & tahun untuk penderita kusta multibasiler dan dikontrol secara klinik sekali setahun selama ' tahun untuk penderita kusta pausibasiler. 2ila pada masa tersebut tidak ada keaktifan, maka penderita dinyatakan bebas dari pengamatan (=elease from ;ontrol H=<;).
.$ Penatalaksanaan =eaksi 8usta
!ebagian besar pasien reaksi dapat ditangani oleh petugas pengelola program kusta di
purkesmas. 7amun, adakalanya harus dirujuk. al itu tergantung pada1'?
• :ipe reaksi yang dialami dan berat ringannya reaksi tersebut
• 6daHtidaknya komplikasi atau kontra indikasi yang dapat mempengaruhi penanganan
reaksi
• *bat yang tersedia
• :ingkat kemampuan penanganan yang tersedia
!ebelum memulai penanganan reaksi, terlebih dahulu lakukan identifikasi tipe reaksi yang dialami serta derajat reaksinya. al ini dapat dinilai dari hasil kesimpulan pemeriksaan pada formulir pencatatan pencegahan cacat (P*"), seperti ?
• 6danya lagoftalmos baru terjadi dalam bulan terakhir
• 6danya nyeri raba saraf tepi
• 6danya kekuatan otot berkurang dalam bulan
• 6danya rasa raba berkurang dalam bulan terakhir
• 6danya bercak pecah atau nodul pecah
2ila terdapat salah satu dari gejala diatas berarti ada reaksi berat dan perlu diberikan obat anti reaksi. *bat anti reaksi terdiri atas ?
• Prednison (untuk reaksi tipe 1 dan ')
*bat ini digunakan untuk penangananHpengobatan reaksi. ;ara pemberiannya dapat dilihat pada pengobatan reaksi berat (tabel .1)
• /ampren (ntuk reaksi tipe ')
*bat ini dipergunakan untuk penangananHpengobatan reaksi @7/ yang berulang (steroid dependent). ;ara pemberiannya, dapat dilihat pada tabel pengobatan reaksi berat (:abel .1)
• :halidomid (ntuk reaksi tipe ')
*bat ini tidak dipergunakan dalam program
BII.$.1:atalaksana =eaksi =ingan
Prinsip pengobatan reaksi ringan1'
• 2erobat jalan, istirahat di rumah
• Pemberian analgetikHantipiretik, obat penenang bila pe rlu • ": diberikan terus dengan dosis tetap
• enghindariHmenghilangkan factor pencetus
BII.$.':atalaksana =eaksi 2erat
Prinsip pengobatan reaksi berat1'
• Imobilisasi localHistirahat di rumah
• Pemberian analgetikHantipiretik, obat penenang bila perlu • ": tetap diberikan dengan dosis todak berubah
• enghindariHmenghilangkan factor pencetus
• emberikan obat anti reaksi (Prednison, /ampren)
• 2ila ada indikasi ra#at inap pasien dikirim ke rumah sakit
• =eaksi tipe ' berat yang berulang diberikan prednisone dan lampren
Pengobatan reaksi berat dapat dilihat pada tabel .1
;atatan untuk pemberian prednisone?
1. Pemberian prednisone harus diba#ah penga#asan dokter puskesmasHpetugas kabupaten dan harus dicatat pada formulir ealuasi pengobatan reaksi berat
'. 8ondisi pasien yang mungkin merupakan kontra indikasi pemberian prednisoneJ :2, kencing manis, tukak lambung berat, infeksi sekunder pada luka di tangan atau kaki yang memburuk. >ika kondisi tersebut berat, maka pengobatan reaksi harus di unit rujukan (rumah sakit rujukan)
$. ntuk reaksi, prednisone diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan, kecuali jika keadaan terpaksa dapat diberikan secara dosis terbagi, misalnya 'K4tabletHhari
4. Perlu diingat bah#a prednisone bisa menyebabkan efek samping yang serius. *leh karena itu pasien harus mematuhi aturan pemberian prednisone. :idak boleh dihentikan tiba-tiba karena dapat menyebabkan rebound phenomena ("emam, nyeri otot, nyeri sendi, malaise). !ementara efek samping pemakaian jangka panjang adalah ? gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, mudah infeksi, perdarahan atau perforasi pada pasien tukak lambung,
osteoporosis, cushing syndrome ? moon face, obesitas sentral, jera#at, pertumbuhan rambut berlebihan, timbunan lemak supraklaikuler
a
b
5ambar .1 !kema Pemberian Prednison (a) dan /ampren (b) ;atatan untuk pemberian lampren lepas ?
1. /ampren lepas diberikan pada penderita @7/ berat, berulang (setelah terjadi L ' episode). !ehingga terdapat ketergantungan terhadap steroid (steroid dependent)
'. /ampren diberikan dalam dosis tunggal, pagi hari sesudah makan, kecuali jika keadaan terpaksa dapat diberikan secara dosis terbagi, misalnya $K 1 tabletHhari atau 'K1 tabletHhari
.$.$ Indikasi =ujukan Pasien =eaksi 8e =umah !akit
2erikut adalah kondisi reaksi yang sebaiknya dilakukan di unit rujukan1',14,1? 1. @7/ melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis
'. =eaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau neuritis
$. =eaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang lebih berat, misalnya hepatitis, ", hipertensi, tukak lambung berat
VIII. KOMPLIKASI
%.1 Ker&'()(* S+(r(, Te-
!yaraf tepi yang terserang akan menunjukkan berbagai kelainan yaitu1',1?
• 7.fasialis? lagoftalmos, mulut mencong • 7.trigeminus? anestesi kornea
• 7.aurikularis magnus
• 7.radialis? tangan lunglai (drop #rist)
• 7.medianus? anestesi dan paresisHparalisis otot tangan jari I, II, III, dan sebagian jari IB.
8erusakan 7.ulnaris dan 7.medianus menyebabkan jari kiting (clo# toes) dan tangan cakar (cla# hand)
• 7.peroneus komunis? kaki semper (drop foot)
• 7.tibialis posterior? mati rasa telapak kaki dan jari kiting (cla# toes
%.! Ke/(/(0(* K&'0(
8usta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacatnya. ;acat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. 7amun, orang-orang yang cacat akibat kusta MdicapN seumur hidup sebagai Mpenderita kustaN #alaupun sembuh dari penyakit.
!ementara sebenarnya hampir semua cacat dapat dicegah1+.
;acat yang timbul pada penyakit kusta dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu1',14?
1. 8elompok cacat primer
8elompok cacat primer adalah kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktifitas
penyakit, terutama kerusakan akibat respons jaringan terhadap M. leprae. :ermasuk cacat primer
adalah?
a. ;acat pada fungsi syaraf sensorik, misalnya anestesiJ fungsi syaraf motorik, misalnya
claw hand, drop foot, claw toes, lagoftalmos dan cacat pada fungsi otonom dapat
menyebabkan kulit menjadi kering, elastisitas berkurang, serta gangguan refleks asodilatasi.
b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit berkerut dan berlipat-lipat (misalnya fesies leonina, blefaroptosis, ektropion). 8erusakan folikel rambut menyebabkan alopesia atau madarosis, kerusakan glandula sebasea dan sudorifera menyebabkan kulit kering dan tidak elastik.
c. ;acat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta dapat terjadi pada tendon, ligamen, sendi, tulang ra#an, testis, tulang, dan bola mata.4
8elompok cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan syaraf (sensorik, motorik, otonom). 6nestesi akan memudahkan terjadinya luka akibat trauma mekanis atau termis yang dapat mengalami infeksi sekunder dengan segala akibatnya. 8elumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan menggenggam atau berjalan juga memudahkan terjadinya luka. "emikian pula akibat lagoftalmus dapat menyebabkan kornea kering sehingga mudah timbul keratitis. 8elumpuhan syaraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. 6kibatnya kulit mudah
retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder 1',14.
I. KESIMPULAN
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke organ lain kecuali susunan saraf pusat, selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut) saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis.
=eaksi kusta adalah suatu episode akut di dalam perjalanan klinik penyakit kusta yang ditandai dengan terjadinya reaksi radang akut (neuritis) yang kadang-kadang disertai dengan gejala sistemik. =eaksi kusta dapat menyebabkan kerusakan syaraf tepi terutama gangguan fungsi sensorik (anestesi) sehingga dapat menimbulkan kecacatan pada pasien kusta. =eaksi kusta dapat terjadi sebelum mendapat pengobatan, pada saat pengobatan, maupun sesudah pengobatan, namun reakis kusta paling sering terjadi pada bulan sampai satu tahun sesudah
dimulainya pengobatan.
. DAFTAR PUSTAKA
1. "juanda 6. Ilmu Penyakit 8ulit dan 8elamin. @disi 4. >akarta. @5;.'%%&.p.$
'. c"ougall 6;, lrich I. /eprosy. In? <reedberg , @isen 6O, olff 8, 6usten 8<, 5oldsmith /6, 8ate !I, et al, editors. <it3patricks dermatology in general medicine. th ed. 7e# Qork? c5ra#-illJ 1++$.p.1-+4
$. /ock#ood "7>, 2ryceson 6". /eprosy. In ? ;hampion =, 2urton >/, 2urns "6, 2reathnach !, editor. =ook. ilkinsonH@bling :eKtbook of "ermatology. th ed. /ondon ? 2lack#el scienceJ 1++.p.'+.
4. >ames ", 2erger :5, *dom =2. 6ndre#s "isease of :he !kin ;linical "ermatology. th ed. Philadelphia? .2. !ounders ;ompanyJ '%%%.p.4%1
&. !ila =, ;astro ;=. ycobacterial Infection. In? 2olognia >lR, >orisso >/, =apini =P, editor. "ermatology. /ondon? osbyJ'%%$.p.114&-&'
. oschella !/. /eprosy. In ? oschella !/, urley >, editor. "ermatology. 'nd ed. Philadelpia? .2. !ounders ;ompanyJ 1+&.p.+&-%
. 6miruddin ". Ilmu Penyakit 8usta. akassar? Penerbit asanuddin niersity PressJ '%%$.p.1%1-1$
. 6nonym. @arly "etection and :reatment of =eersal =eaction nder <ield ;onditions. SonlineT 1++ 7o 1' Scitied. '%% >uni %&TJ $ screen. 6ailable from ###.ilep.org.uk
+. !hien >, /iu . *ccurrence and management of leprosy reaction in ;hina in '%%&.SonlineT '%%+ Scited '%%+ march '$T. 6ailable from ? ###.#ebspa#ner.com
1%. usting =;, ed./eprosy.'nded. 7e# Qork? ;hudchill /iingstoneJ 1++4.p. 1%1-$
11. Pra#otoRfaktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya reaksi kusta. SonlineT.'%1% Scited '%%TJ 6ailable from? ###.journalepidemiology.com
1'. "epartemen 8esehatan =I, "irektorat >enderal Pemberantasan Penyakit enular dan Penyehatan /ingkungan, 2uku Pedoman 7asional Pemberantasan Penyakit 8usta.1th ed. >akartaJ'%%&.p.1-'
1$. 6gusni I. Imunopatogenesis =eaksi =eersal pada Penyakit /epra. In? 6ndriani ", :riestiana#ati , editors. edia "ermato-Benereologica Indonesia 'th ed. >akartaJ '%%1.p.'-4.
14. /ubis. 8usta. SonlineT. '%1$. Scited !eptember th '%1'T. 6ailabel from ?
http?HHrepository.usu.ac.idHbitstreamH1'$4&+H$$'1H4H;hapter0'%II.pdf
1&. "aili !, enaldi !/, isnu I. 8usta. Penyakit ulit yang umum di !ndonesia, sebuah Panduan n2ergambar. Indonesia. >akarta Pusat ? P: edical ultimedia IndonesiaJ'%%&. P.&1-&+.
1. !aunderson P, 5ebre !, 2yass P. @7/ reactions in the multibacillary cases of the 6<@! cohort in central @thiopia? incidence and risk factors. /eprosy =eie#. '%%%J%J$1-'4
1.isnu I, adilukito 5. Pencegahan cacat lepra. In? !jamsoe- daili @!, enaldi !/, Ismiarto !P, 7ilasari ,editors. /epra. 'nded. >akarta? 2alai Penerbit <8IJ '%%$.p.+%6nonym. odul Program
Pengendalian Penyakit 8usta untuk ;o6ss. Pusat /atihan 8usta 7asional. akassar.'%1%.p 4-&%.
1. @rnest >". /eprosy.SonlineT.'%%+ 6ug ' Scited '%1% <eb %&T. 6ailable from? =/?http?HH###.medlineplus.com