• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PROGRAM P2 KUSTA dr. Faiq.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN PROGRAM P2 KUSTA dr. Faiq.doc"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PROGRAM KUSTA

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN DAERAH

PUSKESMAS WONGSOREJO

Jalan Raya Situbondo No. 04 WONGSOREJO

BANYUWANGI Telp. 0333 461486

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim

(2)

Segala puji bagi Allah SWT , Pedoman kegiatan Program Kusta Puskesmas Wongsorejo Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi telah selesai disusun.

Pedoman ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan program Kusta di Puskesmas Wongsorejo sebagai unit penyelenggara pelayanan publik.

Selain itu, penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara pelaksanaan program Kusta di Puskesmas Wongsorejo bagi seluruh staf Puskesmas Wongsorejo.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan Puskesmas Wongsorejo dan pihak – pihak lain yang berkepentingan.

Wassalam

Kepala UPT Puskesmas Wongsorejo

Ns.H.M.SHADIQ S.Kep,MM.Kes NIP 19641110 198502 1 002

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. sasaran

D. Ruang Lingkup Pedoman E. Batasan Operasional

(3)

BAB II STANDART KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia B. Distribusi ketenagaan

C. Jadwal Kegiatan BAB III STANDART FASILITAS A. Denah Ruang

B .Standart Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Lingkup Kegiatan

B. Metode

C. Langkah Kegiatan BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN BAB VII KESELAMATAN KERJA BAB VIII PENGENDALIAN MUTU BAB IX PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae.Kusta dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks.Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,ekonomi,budaya,keamanan dan ketahanan nasional.

Penyakit Kusta pada umumnya terdapat di negara negara yang sedang berkembang,sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.

Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian,kepercayaan yang keliu terhadap Kusta dan cacat yang ditimbulkannya.

(4)

Dengan kemajuan tekhnologi dibidang promotif,pencegahan,pengobatan serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit Kusta,maka penyakit kuta sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit Kusta,maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas penyakit Kusta.Selain itu juga harus diperhatikan rehabilitasi medis & rehabilitasi sosial ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mantan penderita Kusta.

B. Tujuan

1) TUJUAN JANGKA PANJANG

a. Menurunkan transmisi penyakit Kusta pada tingkat tertentu sehingga Kusta tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

b. Mencegah kecacatan pada semua penderita barunyang ditemukan melalui pengobatan dan perawatan yang benar.

c. Menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah pemahaman masyarakat terhadap penyakit Kusta melalui penyuluhan secara intensif.

2) TUJUAN JANGKA PENDEK

a. Mengintensifkan penemuan dan diagnosis penderita didaerah endemik tinggi dan kantong kantong Kusta di daerah endemik rendah.

b. Mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat yang adekuat dengan dukungan sistem rujukan ke Rumah Sakit Umum & Rumah sakit Khusus untuk penderita yang mengalami komplikasi dan membutuhkan rehabilitasi medis.

c. Melaksanakan pengelolaan program pengendalian Kusta dengan srategi pengendalian Kusta sesuai endimisitas daerah dan didukung dengan kegiatan kegiatan

penunjangnya.

d. Menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru menjadi kurang dari 5 %.

e. Memberikan pengobatan yang adekuat sehingga tercapai angka kesembuhan (RFT Rate) lebih dari 90 %.

f. Menurunkan proporsi penderita cacat pada mata,tangan,kaki setelah RFT kurang dari 5 %.

Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat kepada penyandang cacat Kusta.

C. Sasaran

- Petugas Kusta

(5)

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Kusta adalah pelayanan di dalam gedung dan luar gedung. Pelaksanaan pelayanan Kusta di jaringan Puskesmas Wongsorejo di sesuaikan dengan sarana prasarana dan tenaga yang tersedia .Pelayanan Kusta di Puskesmas

Wongsorejo meliput ikegiatan yang dimulai dari pemeriksaan rasa raba sampai dengan pemberian obat MDT sesuai dengan tipe penyakitnya.

E. Batasan Operasional

1) PENEMUAN PENDERITA SECARA PASIF

Penderita datang ke puskesmas atas kemauan sendiri atau saran orang lain. 2) PENEMUAN PENDERITA SECARA AKTIF

Dilaksanakan melalui :

a. Pemeriksaan kontak, meliputi:

 Penemuan penderita baru di keluarga penderita

 Kontak intensif dilakukan pada penderita yang dalam pengobatan  Penderita yang sudah RFT dan jika ada penderita baru.

b. School survey ( anak sekolah,masyarakat )

(6)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pengelola program Kusta petugas yang telah mendapat pelatihan program Kusta. Petugas pelaksana adalah petugas pelaksana yang telah memenuhi standar kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat pelatihan sesuai dengan tugasnya.

No Jenis Ketenagaan Kompetensi ( Ijazah) KompetensiTambahan ( Pelatihan ) Jumlah 1 Fungsional Perawat S1 Keperawatan Pelatihan BCLS Pelatihan Kusta Pelatihan pengobatan rasional 1 B. Distribusi Ketenagaan

Petugas program Kusta 1 orang dengan standart minimal sudah melakukan pelatihan tentang program Kusta.

C. Jadwal Kegiatan

- School Survey : dilakukan setiap 1x setahun

- Kontak Intensif : dilakukan setiap 1x setahun ,atau bila ada penderita Kusta baru

- Penyuluhan Kusta : dilakukan setiap 2x setahun

BAB III

STANDAR FASILITAS A. DENAH RUANG

Poli P2 Kusta di gedung puskesmas Wongsorejo, dan hanya terdiri dari 1 ruangan dimana ruang pemeriksaan dan pengobatan menjadi satu. Tidak ada tempat tidur pasien.

Peralatan poli p2 Kusta adalah sejumlah alat pemeriksaan yang dipergunakan untuk melaksanakan pelayanan di poli p2 Kusta.

B.Standart Fasilitas

(7)

1. Tensi meter 2. Stetoskop 3. Termometer 4. Timbangan Badan b. Bahan Habis Pakai

1. Kapas 2. Handscoon 3. Masker c. Perlengkapan

1. Tempat sampah medis yang dilengkapi dengan injakan pembuka dan penutup 2. Tempat sampah non medis tertutup

d. Mebeler

1. Kursi kerja 2. Lemari arsip 3. Meja tulis 1/2 biro e. Pencatatan dan Pelaporan

1. Buku register pelayanan 2. Status penderita

3. Kartu monitoring

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan 1 Promosi Kusta 2 Pencegahan Kusta 3 Penemuan pasien Kusta 4 Pengobatan pasien Kusta B. Metode

I. DIAGNOSIS

Untuk menetapkan diagnosis penyakit Kusta perlu dicara tanda utama ( Cardinal Sign ), yaitu :

a. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa.

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf,akibat dari

peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer),gangguan fungsi bisa berupa : 1. Gangguan Fungsi sensoris : mati rasa

(8)

2. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese) atau kelumpuruhan (paralise)

3. Gangguan fungsi otonom.

c. Adanya Bakteri Tahan Asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit.

 Seseorang dinyatakan sebagai penderita Kusta bilamana terdapat satu dari tanda tanda utama diatas.

II. KLASIFIKASI Dibagi menjadi 2 Tipe :

a) Paucibacillary (PB) b) Multibacillary (MB)

TANDA UTAMA PB MB Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5

Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi

( Gangguan fungsi bisa berupa kurang / mati rasa atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan

Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf

Sediaan Apusan BTA Negatif BTA positif

III. PEMERIKSAAN KLINIS

Untuk memeriksa seseorang yang dicurigai Kusta harus dilakukan : 1. Anamnesa

Pada anamnesa ditanyakan secara lengkap mengenai riwayat penyakitnya : a) Kapan timbul bercak / keluhan yang ada?

b) Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama (apakah ada riwayat kontak) ?

c) Riwayat pengobatan sebelumnya ? 2. Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Pandang

Perhatikan adakah bercak atau lesi di kulit,kelainan dan cacat pada tangan atau kaki.

(9)

Gunakan sebuah kapas yang dilancipkan untuk memeriksa rasa rasa.Untuk memeriksa anastesi pada telapak tangan dan kaki kurang tepat bila diperiksa dengan kapas,gunakan bolpoint.

c) Pemeriksaan saraf

Raba dengan teliti saraf tepi berikut : saraf aurikularis magnus,saraf

ulnaris,s.radialais,s.peroneus,s.tibialis posterior.Perhatikan raut muka penderita untuk melihat adakah nyeri pada saat diraba.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan BTA mikroskopis untuk menegakan diagnosa bila pemeriksaan rasa raba hasilnya meragukan. Pemeriksaan BTA diambil dari kerokan jaringan yang ada didekat telinga.

b. BTA dari kerokan jaringan setelah diambil oleh petugas laborat di kirim ke PRM ( Puskesmas Rujukan Mikroskopis ) untuk di periksa BTA

V. PENGOBATAN

MDT (Multi Drug Therapy ) adalah kombinasi dua atau lebih obat anti Kusta,yang salah satunya terdiri dari rifampisin sebagai anti Kusta yang sifatnya bakterisid kuat dengan obat anti Kusta lain yang bisa bersifat bakteriostatik

Regimen MDT yang dianjurkan oleh WHO adalah : 1.Penderita Pauci baciler ( PB )

 Dewasa :

Pengobatan bulanan : Hari pertama (dosis yang diminum didepan petugas) 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg ( 600mg )

1 tablet Dapsone (DDS 100 mg )

Pengobatan harian : Hari ke-2 – 28 ( dibawa pulang ) 1 Tablet Dapsone (DDS 100 mg )

1 Blister untuk 1 bulan

Lama pengobatan : 6 Blister diminum selama 6 – 9 bulan. 2.Penderita Multi Baciler ( MB )

 Dewasa

Pengobatan Bulanan : Hari pertama ( Dosis yang diminum di depan petugas ) 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg ( 600 mg )

3 Kapsul Lamprene @ 100 mg ( 300 mg ) 1 Tablet Dapsone ( DDs 100 mg )

Pengobatan Harian : Hari ke 2 – 28 1 Tablet Lamprene @ 50 mg 1 Tablet Dapsone ( DDS 100 mg ) 1 Blister untuk 1 bulan.

(10)

Lama pengobatan : 12 blister diminum selama 12 – 18 bulan. DOSIS MDT MENURUT UMUR

TIPE PB < 5 TAHUN 5 - 9 TAHUN 10- 14 TAHUN >15 TAHUN KETERANGAN Rifampisin Berdasar kan BB 300 mg/bl 450 mg / bl 600 mg / bl Minum didepan petugas DDS 25 mg/hr 50 mg / hr 100 mg / hr Minum didepan petugas 25 mg/hr 50 mg / hr 100 mg / hr Minum dirumah TIPE MB < 5 TAHUN 5 - 9 TAHUN 10-14 TAHUN >15 TAHUN KETERANGAN Rifampisin Berdasar kan BB 300 mg/bl 450 mg / bl 600 mg / bl Minum didepan petugas DDS 25 mg /hr 50 mg / hr 100 mg / hr Minum didepan petugas 25 mg/hr 50 mg / hr 100 mg / hr Minum dirumah Clofazimine ( Lamprene ) 100 mg/bl 150 mg/bl 300 mg/bl Minum didepan petugas 50 mg 2 x semingg u 50 mg setiap 2 hr 50 mg/hr Minum dirumah

DOSIS MDT bagi Anak di bawah 10 Tahun :

 Rifampisin : 10 – 15 mg / kg BB

 DDS : 1 – 2 mg / kg BB

 Clofazimine : 1 mg / kg BB

VI. REAKSI KUSTA

Reaksi Kusta merupakan suatu episode mendadak dalam perjalanan kronis penyakit Kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan ( seluler respon ) atau reaksi antigen – antibodi ( Humoral Respons ) dengan akibat merugikan penderita,terutama pada saraf tepi yang bisa menyebabkan gangguan fungsi ( cacat ) yang ditandai dengan peradangan akut baik dikulit maupun saraf tepi.

Faktor pencetus terjadinya reaksi Kusta misalnya : a. Penderita dalam keadaan kondisi lemah.

(11)

c. Sesudah mendapat imunisasi.

d. Infeksi ( seperti malaria,infeksi pada gigi,bisul,dll ) e. Stress fisik & mental.

f. Kurang gizi. JENIS REAKSI :

 REAKSI TIPE 1

GEJALA REAKSI RINGAN REAKSI BERAT

1.KELAINAN KULIT

Tambah aktif,menebal merah,teraba panas dan nyeri tekan.Makula yang menebal dapat sampai membentuk plaque

Kelainan membengkak sampai ada yang pecah , merah,teraba panas & nyeri tekan.Ada kelainan kulit baru,tangan dan kaki membengkak,sendi sakit 2.SARAF TEPI Tidaka ada nyeri tekan saraf &

gangguan fungsi

Nyeri tekan, dan / atau gangguan fungsi,misalnya kelemahan otot

 REAKSI TIPE 2

GEJALA REAKSI RINGAN REAKSI BERAT

(1) (2) (3)

1.KELAINAN KULIT

Nodul merah yang nyeri tekan,jumlah sedikit,biasanya hilang sendiri dalam 2-3 hari

Nodul,nyeri tekan,ada yang pecah (ulseratif),jumlah banyak,berlangsung lama 2.KEADAAN

UMUM

Tidak ada demam atau demam ringan

Demam ringan sampai berat

3.SARAF TEPI Tidak ada nyeri raba ataupun

gangguan fungsi

Ada nyeri raba,dan atau gangguan fungsi

4.ORGAN TUBUH

Tidak ada gangguan Terjadi peradangan pada organ –

organ tubuh

Mata = Iridosiklitis Testis = Epididyoorchitis Ginjal = Nefritis

Sendi = Arthritis

Kelenjar limfe = Limfadenitis Gangguan pada tulang,hidung & tenggorokan

PENATALAKSAAN REAKSI Untuk Reaksi Ringan :

(12)

1.Berobat jalan,istirahat dirumah.

2.Pemberian analgetik/antipiretik,obat penenang bila perlu. 3.Mencari dan menghilangkan faktor pencetus.

4.MDT tetap diberikan dengan dosis tidak diubah Untuk Reaksi Berat :

1. Immobilisasi lokal / istirahat dirumah. 2. Pemberian analgesik,sedatif.

3. Reaksi tipe 1 & tipe 2 berat diobati dengan prednison sesuai protap 4. MDT tetap diberikan dengan dosis tidak berubah.

5. Mencari & menghilangkan faktor pencetus.

6. Bila ada indikasi rawat inap penderita dikirim ke RS.

7. Reaksi tipe 2 berat berulang diobati dengan prednison dan lamprene. SKEMA PEMBERIAN PREDNISON

 DEWASA

Reaksi tipe 1 dan tipe 2 berat

 2 Minggu I : 40 mg/hr ( 1 x 8 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu II : 30 mg/hr ( 1 x 6 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu III : 20 mg/hr ( 1 x 4 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu IV : 15 mg/hr ( 1 x 3 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu V : 10 mg/hr ( 1 x 2 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu VI : 5 Mg/hr ( 1 x 1 tab ) pagi hari setelah makan

Kasus reaksi berat pada bumil & penderita dengan komplikasi penyakit lain harus dirujuk ke Rumah Sakit.

 ANAK

Untuk pengobatan reaksi berat pada anak harus dikonsultasikan ke dokter atau dirujuk,karena steroid dapat mengganggu proses pertumbuhan.

Dosis maksimum prednison pada anak tidak boleh melebihi 1 mg/kgBB. Minimal pengobatan 12 minggu/3 bulan.

VII. MANAJEMEN PROGRAM KUSTA

- Monitoring dan evaluasi program pengendalian Kusta - Pengelolaan logistik program pengelian Kusta. VIII. PENGENDALIAN KUSTA KOMPREHENSIF

- Kelompok rentan

- Kelompok rentan : Diabetes melitus, ibu hamil - Kusta Anak

IX. MENGHITUNG DAN ANALISA INDIKATOR Angka penemuan penderita baru

Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode x 100.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama

Angka kesembuhan ( RFT ) rate MB

(13)

Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode kohor yang sama

Angka kesembuhan RFT rate PB

Jumlah penderita PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan x 100% Jumlah seluruh penderita baru PB yang mulai MDT pada periode kohor tahun yang sama.

Prevalensi dan angka prevalensi

Jumlah penderita Kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama

C. Langkah Kegiatan

- School Survey : penemuan penderita baru di sekolah

- Kontak intensif : penemuan penderita Kusta baru di keluarga

BAB V LOGISTIK

A. Pengelolaan logistik

1. Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan Kebutuhan MDT Kusta dilakukan terpadu dengan perencanaan obat program lainnya yang berpedoman pada :

- Jumlah penemuan pasien pada tahun sebelumnya

- Perkiraan jumlah penemuan pasien yang di rencanakan - Sisa stok yang ada

- Perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi 2. Tingkat UPK ( Unit Pelayanan Kesehatan )

(14)

UPK menghitung kebutuhan tahunan, tribulan, dan bulanan sebagai dasar permintaan ke Kabupaten / Kota.

B. Pengadaan Obat MDT Kusta

Pengadaan obat MDT menjadi tanggungjawab pusat mengingat obat MDT Kusta merupakan obat yang sangat esensial .

C. Pemantauan Mutu obat MDT Kusta

Mutu obat MDT diperiksa melalui pemeriksaan pengamatan fisik obat meliputi :

- Kebutuhan kemasan dan wadah

- Penandaan / label termasuk persyaratan penyimpanan - Leaflet dalam bahasa Indonesia

- Monor batch dan tanggal kadaluwarsa baik di kemasan dan box .

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

 Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

 Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

(15)

 Pelayanan poli P2 Kusta memperhatikan keselamatan pasien dengan cara :

a. Identifikasi Potensi

- Kemungkinan kesalahan identifikasi tipe penyakit Kusta - Kemungkinan kesalahan penulisan nama pada kartu penderita

- Kemungkinan pengulangan pemeriksaan POD pada penderita Kusta

- Kemungkinan kesalahan pencatatan hasil pemeriksaan penderita Kusta

- Kemungkinan kesalahan penyerahan obat MDT Kusta

b. Pencegahan terjadinya kesalahan

- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien. - Petugas dalam melakukan pelayanan harus sesuai dengan SOP.

- Monitoring secara berkala oleh Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo.

c. Pelaporan

- Setiap adanya kesalahan pelayanan poli P2Kusta dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo.

- Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan poli P2 Kusta dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo.

d. Penanganan/tindak lanjut

- Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tinjauan Manajemen Hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung program Kusta.

(16)

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Tujuan

- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi

diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko

tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpajan

- Cuci tangan yang kurang benar.

- Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

- Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan yaitu :

- Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

- Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan kuman penyakit.

(17)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di program P2 Kusta Puskesmas Wongsorejo dalam adalah penemuan penderita Kusta baru hasil 100%. Penemuan penderita Kusta baru dimaksud adalah penemuan penderita Kusta dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Indikator mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian indikator mutu dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

(18)

BAB IX PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dalam pelaksanaan kegiatan program Kusta di UPT. Puskesmas Wongsorejo. Keberhasilan kegiatan program Kusta merupakan keberhasilan upaya menekan angka kecacatan akibat Penyakit yang dapat dicegah dengan penemuan penderita Kusta baru sejak dini.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengukuran gain maksimum antena wajanbolic ini dilakukan dengan cara membandingkan level sinyal maksimum yang diterima modem USB 3G dengan level sinyal maksimum yang

Evaluasi kegiatan dilakukan setelah acara selesai dilaksanakan dari evaluasi meliputi keberlangsungan kegiatan bahwa secara teknis acara berlangsung lancar tidak ada kendala,

Mempunyai dek atau dek untuk penerimaan dan penanganan yang dirancang dan di tata sedemikian rupa sehingga cukup luas untuk melakukan penanganan, penampungan, dan pemisahan

Budidaya pem%esa&#34;an lele me&#34;upakan sala! satu a&#34;a untuk mendapatkan keuntungan yang le%i!.. BAB

2. Lakukan wiring untuk input module seperti pada gambar di bawah ini. Sumber tegangan DC yang digunakan didapat dari tegangan output DC pada PLC. 2) Wiring output. Lakukan

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada, agar mendapatkan temuan yang berfokus dan guna mendalami permasalahan, maka penelitian ini

Perseroan menargetkan pada kuartal I-2012, pendapatan perseroan naik 8-10% dengan ditopang oleh kenaikan volume produksi dan penjualan.. Sumber:

Setelah melakukan pengumpulan data, baik yang berasal dari studi lapangan maupun studi kepustakaan telah dipandang cukup, maka penulis menggunakan metode analisa