• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar sesamanya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar sesamanya."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kondisi di Negara saat ini, masyarakat dihadapkan pada kondisi ekonomi yang semakin sulit dimana tingkat persaingan hidup semakin tinggi . Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri bahkan berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar sesamanya. Manusia adalah makhluk social yang hidup bersaing dan bekerja sama untuk memperoleh sesuatu apa yang manusia tersebut inginkan. Persaingan ini menimbulkan gejala social dimasyarakat, untuk mengatur itu maka masyarakat memerlukan hokum sebagai tata tertib untuk menjaga hubungan antar sesama manusia dalam kehidupan social. Hukum menjaga keutuhan hidup agar terwujud suatu keseimbangan psikis dan fisik dalam kehidupan, terutama kehidupan kelompok social.

Pada perubahan zaman saat ini persaingan untuk memperoleh hidup yang layak memerlukan persaingan yang cukup berat sehingga antar sesame manusia tidak bekerja sama lagi melainkan saling bersaing untuk mendapatkan materi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.1 Perubahan-perubahan ini selalu dengan timbulnya kepentingan-kepentingan baru untuk kelangsungan hidupnya memerlukan perlindungan terhadap gangguan-gangguan yang mungkin datang dari sesama manusia. Perlindungan ini oleh negara diberi dalam bentuk pengeluaran segala peraturan hukum.

1

(2)

2

Dihadapkan dengan perkembangan yang demikian pesat. Bidang-bidang hukum tertentu melepaskan diri dari induknya dan berdiri sendiri sebagaimana halnya ilmu hukum itu sendiri lepas dari induknya yaitu filsafat. Demikianlah suatu masyarakat yang moderen menghendaki hukum.

Berawal dari pemikiran bahwa manusia merupakan srigala bagi manusia lain (Homo homimi lupus), selalu mementingkan diri sendiri dan tidak mementingkan keperluan orang lain maka diperlukan suatu norma untuk mengatur kehidupannya. Hal tersebut penting sehinngga manusia tidak selalu saling berkelahi untuk menjaga kelangsungan hidupnya, tidak selalu berjaga-jaga dari serangan manusia lain.2

Dalam era globalisasi saat ini kejahatan dalam masyarakat telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita tentang peristiwa kejahatan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Kejahatan tersebut antara lain pencurian, perampokan dan pembunuhan yang dilakukan dengan memakai senjata api. Adanya kejahatan-kejahatan tersebut menimbulkan rasa tidak aman dalam masyarakat sehingga setiap individu berusaha untuk menciptakan rasa aman dan perlindungan pada dirinya masing-masing dengan meminta perlindungan kepada pihak yang berwenang yakni Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kejahatan menggunakan senjata api menjadi kebiasaan yang saat ini sering terjadi. Lalu apa yang sebenarnya terjadi, sehingga di bumi Indonesia ini banyak orang sipil yang memiliki senjata api. Keiningnan tersebut dipicu karena keinginan sesorang untuk mempersenjatai dirinya agar merasa aman dari gangguan manusia lain. Definisi senjata api ialah senjata yang mampu melepaskan keluar satu atau sejumlah proyektil dengan bahan peledak akibat

2

(3)

3

perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar didalam alat tersebut.3 Senjata api ilegal adalah senjata yang tidak sah beredar di kalangan sipil, senjata yang tidak diberi izin kepemilikan, atau senjata yang telah habis masa berlaku izinnya.

Menurut hemat penulisan alasan utama penggunaan senjata api tersebut adalah karena benda tersebut mudah dibawa dan digunakan, serta mempunyai kemampuan melukai lawan secara cepat. Maka karena kemudahan tersebut, justru menyebabkan beberapa oknum menyalahgunakan kepemilikan senjata api dengan menggunakan senjata api tanpa ijin atau mengedarkan senjata api di masyarakat secara ilegal. Yang dimaksud dengan ilegal disini adalah tidak legal, atau tidak sah menurut hukum.

Maka alasan inilah yang membuat pengaturan senjata api secara umum telah di atur oleh Negara yang dituangkan dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang senjata api yang sebagaimana bunyinya “Barang siapa tanpa hak memaksukan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba, memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyarahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau menegluarkan dari Indonesia suatu senjata api, munisi, atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara selama-lamanya dua puluh

3

Diakses Ivan Lanin, pengertian Senjata Api , Artikel, http://id.wikipedia.org/wiki/senjata api,

(4)

4

tahun”.4 Maka pelaku kejahatan atau seseorang yang memiliki senjata api tanpa izin dapat dikenakan pasal tersebut.

Saat ini maraknya perampokan bersenjata api membuat aparat kepolisian meningkatkan pengawasan terhadap kepemilikan senjata api (senpi) ilegal yang digunakan para pelaku kejahatan bersenjata api. Polisi kini tengah memburu para pelaku perdagangan senpi tersebut. Senjata api yang diperoleh pelaku kejahatan biasanya rakitan. Kepolisian tentunya akan mengintensifkan penelusuran, penyelidikan dan pengawasan terhadap perdagangan gelap senjata api ilegal.

Sebagai bukti acuan bahwa kepemilikan dan peredaran senjata api ilegal yang terjadi di kota Malang adalah sebagaimana diberitakan dalam satu artikel berikut ;

Malang - Pelaku perampokan bersenjata api menyekap tujuh orang di rumah Jalan Tebo Tengah Nomor 10 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Sukun Kota Malang, Kamis, 1 Maret 2012 dini hari. Pelaku menggondol perhiasan emas seberat 370 gram dan uang Rp 15 juta. "Perampokan terjadi pukul 2 dini hari," kata korban, Pety, 30 tahun, Jumat, 2 Maret 2012. Beruntung pelaku tak melukai ketujuh korban. Korban yang disandera adalah pasangan Ahmad Nur Ali dan Pety beserta ibunya Anis dan kedua anaknya Zaky dan Rizki serta dua pekerja. Korban ditemukan selamat dengan mulut diplester dan tangan terikat tali rafia. Pelaku perampokan masuk melalui pintu dapur rumah. Caranya dengan mencongkel pintu dapur dan masuk ke ruang utama. Menurut keterangan korban ada tiga orang perampok bertopeng dan bersenjata api yang berhasil menguasai rumahnya. Kepala Kepolisian Resor Malang Kota, Ajun Komisarus Besar Polisi Teddy Minahasa Putra, mengaku tengah menurunkan tim untuk memburu pelaku serta menyelidiki kasus perampokan tersebut dan hasilnya setelah 7 hari dilakukan pengejaran terhadap pelaku akhirnya pelaku berhasil ditangkap dirumah salah satu pelaku yang diketahui berinisial TW beralamat di jalan Polean, dirumah pelaku ditemukan sejumlah barang bukti hasil kejahatan yang belum sempat terjual yaitu emas seberat 370 gram dan sepucuk senjata api jenis revolver tanpa dilengkapi surat-surat yang di duga sebagai alat untuk mengancam

4

(5)

5

para korbannya. Namun, sayangnya saat dilakukan penangkapan kedua teman pelaku berhasil melarikan diri.5

Berdasarkan kasus tersebut diatas, dapat terlihat bahwa peredaran dan kepemilikan senjata api ilegal memang sedang terjadi di kota Malang. Maka Kepolisian Resort Malang Kota sebagai bagian dari Polri berkewajiban pula untuk menjalankan tugas sebagaimana tersebut diatas termasuk pula tugas untuk mengatasi masalah peredaran dan kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang.

Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai fungsi melaksanakan salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat. Supaya fungsi Kepolisian itu dapat terwujud maka polisi harus melengkapi tugas dan wewenang. Dalam Pasal 13 UU No.2 Tahun 2002 diatur mengenai tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia. Adapun tugas Kepolisian adalah:6

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, b. Menegakan hukum,

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Sejauh ini pihak Kepolisian memang cukup gencar melakukan tindakan perlawanan terhadap maraknya kepemilikan senjata api tentunya pemilik senjata api ilegal. Tetapi saat ini banyak kejahatan yang menggunakan senjata api sebagai senjata untuk melindungi diri dalam melakukan kejahatan atau kasus yang berhubungan dengan senjata api ilegal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan maraknya peredaran dan kepemilikan senjata api dalam masyarakat antara lain, rasa ketidakpercayaan masyarakat

5

Malang, Perampok Bersenjata Api Sekap Keluarga, Artikel, http://www.tempo.com, diakses 7

mei 2012. 6

Lihat pasal 13 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

(6)

6

kepada aparat keamanan Indonesia, khususnya dalam hal ini Polri, dalam menciptakan rasa aman serta begitu mudahnya akses untuk memperoleh senjata api ilegal.7

Menurut penulis dengan semakin banyak terjadinya kejahatan yang menggunakan senjata api. Maka Polri akan mengawasi secara ketat kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang, apa kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan bagaimana prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota.

Maka dari itu peneliti, dalam hal ini akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis yuridis sosiologis terhadap penanggulangan kepemilikan senjata api ilegal oleh Kepolisian Resort Malang Kota” (studi di Kepolisian Resort Malang Kota).

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih terarah sasaran sesuai dengan judul yang telah peneliti kemukakan di atas, peneliti memberikan batasan masalah atau identifikasi masalah agar tidak jauh menyimpang dari apa yang menjadi pokok bahasan. Jadi mengacu pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka menjadi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang ?

7 Sukiswantoro, Kepemilikan Senjata Api Bagi Warga sipil, Artikel, http://www.google.com,

(7)

7

2. Apa kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang ?

3. Bagaimana prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis prosedur perizinan kepemilikan senjata api.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis prosedur perizinan kepemilikan senjata api.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan/manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti, dalam hal ini mengenai upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam manerapkan ilmu yang diperoleh.

(8)

8 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi : a. Bagi peneliti

Untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan (SH) di bidang ilmu pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu juga untuk menambah khazanah pengetahuan serta meningkatkan ilmu di bidang hukum pidana.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang adanya realitas hukum mengenai Kepemilikan Senjata Api ilegal secara jelas yang semakin marak terjadi.

c. Bagi Aparat Penegak Hukum

Sebagai pedoman untuk melaksanakan suatu peraturan perundang-undangan dengan baik, berdasarkan asas-asas yang ada, serta memberikan gambaran kepada aparat penegak hukum mengenai bagaimana selama ini kinerja aparat kepolisian dalam menangani upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang, sehingga dengan tulisan ini para aparat penegak hukum akan bisa memperbaiki kinerjanya lagi menjadi lebih baik apabila masih dirasakan kurang.

d. Bagi Pemerintah

Sebagai informasi untuk lebih giat dan tanggap lagi dalam pengawasan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang telah

(9)

9

mereka buat sehingga aturan perundang-undangan yang mereka buat benar-benar dilaksanakan dengan baik.

E. Metode Penelitian

Analisa adalah uraian, kupasan mengenai suatu soal. Yuridis adalah peraturan perundang-undangan, sedangkan sosiologis adalah menurut kenyataan yang ada dimasyarakat. Jadi analisis yuridis sosiologis bisa diartikan uraian, kupasan mengenai suatu persoalan yang diuraikan menurut kaidah hukumnya kemudian dibenturkan dengan keadaan yang ada dimasyarakat. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.

1. Metode Pendekatan

Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu pembahasan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan juga berkaitan dengan teori-teori hukum, serta dengan melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat.8 Penelitian dilakukan dengan mengolah dan menganalisa Undang-Undang dalam bidang khususnya yang berkaitan dengan masalah upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di Kota Malang, kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota.

8

(10)

10 2. lokasi Penelitian

Sehubungan permasalahan yang diangkat oleh penulis memilih, maka penulis memilih Kepolisian Resort Malang Kota yang beralamat di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.19 Kota Malang sebagai lokasi penelitian. Penulis memilih lokasi tersebut dikarenakan tersedianya data-data yang ada dalam permasalahan misalnya kasus kepemilikan senjata api ilegal di kota malang, mengenai upaya penanggulangan oleh polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota malang, kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota yang sangat diperlukan penulis, sehingga diharapkan mampu menjawab segala permasalahan yang telah diuraikan diatas.

3. Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Data Primer

Sumber bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diambil langsung dari sumber pertama.9 Dalam mengumpulkan bahan hukum primer ini penulis melakukan teknik pengumpulan bahan hukum dengan cara meminta data-data atau dokumen yang diperlukan, dokumentasi dan melakukan wawancara yaitu dengan AKP James Hutajulu yang menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Malang Kota dan AKP Imam Solikin, Selaku kasat Intelkam Polresta yang dalam wawancara tersebut akan membahas tentang bagaimana upaya penanggulangan oleh polri terhadap

9 Amarudin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo

(11)

11

kepemilikan senjata api ilegal di kota malang, kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota. Penelitian ini dilakukan dan mengambil data mulai bulan juni 2012 sampai bulan November 2012. b. Data sekunder

Data sekunder berupa bahan-bahan pustaka yang terdiri dari: 1) Bahan hukum primer,meliputi :

a. UU Darurat No. 12 Tahun 1951 tantang Senjata Api

b. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Skep Kapolri No. Pol: Skep / 82 / II / 2004 tentang Pelaksanaan

Pengawasan dan Pengendalian Senjata NonOrganik TNI / POLRI. 2) Bahan hukum sekunder, meliputi literatur-literatur yang terkait dengan

upaya penanggulangan oleh polri terhadap senjata api illegal di Kota Malang sehingga menunjang penelitian yang dilakukan.

4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data penelitian ini merupakan proses pencarian dan perencanaan sistematis terhadap semua data penelitian yang telah dikumpulkan agar peneliti memahami apa yang akan dikemukakan dan dapat menyajikan pada orang lain dengan jelas. Teknik pengumpulan data ini adalah dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi daftar pertanyaan (questioner) yang disesuaikan dengan kebutuhan jenis data termasuk menyebutkan pula:

(12)

12 a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan tanya jawab dengan maksud tertentu oleh kedua belah pihak yang nantinya akan mendapatkan sejumlah informasi. Wawancara ini nantinya ditempat yang sudah dipilih oleh peneliti yaitu Polres Malang Kota dan nantinya mendapatkan subjek yang tepat untuk melakukan wawancara yaitu dengan AKP James Hutajulu yang menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Malang Kota dan AKP Imam Solikin, Selaku kasat Dit Intelkam Polres Malang Kota yang dalam wawancara tersebut akan membahas tentang bagaimana upaya penanggulangan oleh polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota malang, kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota.

b. Dokumentasi

Merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan cara pengambilan gambar secara runtut mengenai objek penelitian yang hubungannya dengan upaya penanggulangan oleh Polri terhadap peredaran kepemilikan senjata api illegal di kota Malang.

c. Partisipasi Aktif

Peneliti melakukan penelitian dan mencari informasi melalui mengikuti kegiatan polri dalam melakukan razia/operasi kepemilikan senjata api ilegal dan penertiban surat-surat kendaraan bermotor.

(13)

13 5. Teknik Analisa Data

Setelah melakukan pengumpulan data, baik yang berasal dari studi lapangan maupun studi kepustakaan telah dipandang cukup, maka penulis menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif yang sebagaimana mendeskripsikan yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata, diteliti dan dipelajari secara utuh dan mendalam mengenai permasalahan bagaimana upaya penanggulangan oleh polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota malang, kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota yang dikaji kemudian mendasarkan pada teori yang ada dalam kepustakaan dan peraturan perundang – undangan, yaitu Surat Keputusan Kapolri No.Pol : Skep/82/II/2004 tanggal 16 februari 2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata NonOrganik TNI / POLRI., Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang senjata api dan Pasal 13 UU No.2 Tahun 2002 diatur mengenai tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini akan diurai tentang latar belakang, yakni memuat alasan atau factor dorongan yang menjadi pentingnya dilakukan suatu penelitian berdasarkan atas permasalahan yang ada pada rumusan masalah,

(14)

14

meliputi pertanyaan yang terfokus dan terspesifikasi terhadap masalah yang akan diteliti serta merupakan dasar pemilihan judul penelitian hukum. Adapun tujuan dari penelitian, memuat pertanyaan singkat tentang apa yang hendak dicapai dalam penelitian hukum ini. Manfaat penelitian, merupakan uraian mengenai kegunaan secara praktis dan teoritis. Metode penelitian, yang menguraikan tentang metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan. Teknik pengumpulan data dan teknik menganalisa data penelitian, serta sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian senjata api dan senjata secara umum, tinjauan yuridis serta tugas, wewenang dan kedudukan Polri.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, yaitu Kepolisian Resort Malang Kota. Pembahasan profil singkat responden penelitian, pembahasan dan hasil penelitian terhadap rumusan masalah, yaitu upaya penanggulangan oleh polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota malang, kendala yang dihadapi dalam upaya penanggulangan oleh Polri terhadap kepemilikan senjata api ilegal di kota Malang dan prosedur perizinan kepemilikan senjata api oleh Kepolisian Resort Malang Kota. BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan peneliti dari hasil penelitian hukum, dan juga berisikan pembahasan bab-bab sebelumnya secara ringkas, dan juga berisi

(15)

15

rekomendasi peneliti terhadap permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian hukum ini dan diharapkan juga bermanfaat bagi semua orang.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika

p2 : cek keamanan, format YYmmddHHiiss<sum> (12 digit format tanggal dan jumlah tiap karakter).. Output yang dikirimkan berupa

3D printing is called as additive manufacturing technology where a three dimensional object is created by laying down successive layers of material.. It is also known as rapid

Hasil pengembangan aplikasi, proses diagnosa meliputi proses input kondisi pasien, pemeriksaan/pencarian kasus terdahulu yang mirip dengan kasus baru (retrieve),

Tidak terpenuhinya nilai OEE di perusahaan tersebut karena nilai dari Quality Rate pada pperusahaan tersebut yang sangat rendah yaitu sebesar 50,1%sehingga perlu dilakukan

Ruseffendi mengatakan dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga akan bermanfaat sebagai berikut. a) Proses belajar mengajar menjadi termotivasi. b) Konsep

(1998) dalam Nurwahyuni (2001), perbanyakan tanaman jeruk secara in vitro melalui kultur jaringan memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah dapat menghasilkan bibit