• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN GAMBIR GALAMAI (BLACK CUBE) MENGGUNAKAN OVEN MICROWAVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN GAMBIR GALAMAI (BLACK CUBE) MENGGUNAKAN OVEN MICROWAVE"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN GAMBIR GALAMAI (BLACK CUBE)

MENGGUNAKAN OVEN MICROWAVE

Afdhil Arel

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

ABSTRACT

Gambir is a dry extract from the leaves and twigs of Uncaria gambier (Hunter) Roxb. which have the mayor constituents are catechin and tannin. Traditionally, gambir used as batik dyes, leather tanning, eating betel concoction, antioxidant and antibacterial. In the market, there are different types of gambier such as gambier “Bootch“, mortars, “coin“ biscuit and “galamai“ (Black cube). Gambir galamai produced by used boiling back gambier to blackish brown with the aim to increase levels of tannins. The levels of tannins were analyzed by Lowenthal Procter method, while the catechin levels were analyzed by high-performance liquid chromatography. This study used a randomized block design in three factorial, water content of gambier (30%, 50%) the power of the microwave oven (5 A; 4,9A dan 4,5A) and processing time (90, 180 dan 270 seconds). The optimum conditions obtained in galamai gambier processing with power strength is 4.9 A, the water content of the starting material and time gambier 50% during 270 seconds (p>0.05).

Keywords : Tanin, Oven microwave, Black cube

PENDAHULUAN

Gambir adalah ekstrak kering daun dan ranting tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. yang telah dikeringkan (Reynolds, 1989). Ekstrak gambir diperoleh dengan cara proses perebusan, pengempaan, pengendapan, penirisan, pencetakan, dan pengeringan. Secara tradisional, rebusan daun muda digunakan sebagai obat diare, obat kumur-kumur pada sakit kerongkongan (Nazir, 2000) dan gambir juga dapat digunakan untuk obat penyakit sariawan, sakit kulit, (Bakhtiar. A, 1991). Menurut Hadad dkk. (2007) disebutkan bahwa kegunaan gambir antara lain untuk pewarna dalam industri batik, penyamak kulit, ramuan makan sirih, sebagai obat untuk luka bakar, dan digunakan pula sebagai bahan pembuatan permen.

Gambir mempunyai beberapa jenis olahan, yaitu gambir bootch, gambir coin, gambir superior, gambir brown cube, dan gambir galamai (Black cube) yang memiliki kadar katekin dan tanin yang terkandung di dalamnya berbeda-beda. Gambir galamai (Black cube) memiliki kandungan tanin yang tinggi dan nilai jual yang dua kali lebih tinggi dari gambir biasa (Suparno dkk, 2010).

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat sebagai adstringen, antidiare, antibakteri dan anti oksidan (Yesi, dkk 2008). Tanin juga digunakan sebagai penyamak kulit dan sangat berguna diindustri tekstil (Suparno, dkk 2010).

Berdasarkan kebutuhan industri yang berbeda terhadap komposisi gambir perlu dilakukan suatu diversifikasi produk berupa gambir galamai yang memiliki kadar tanin yang tinggi (Harrizal, 1995; Putra, 2001). Cara pembuatan gambir galamai dilakukan dengan mengubah komposisi katekin gambir menjadi tanin melalui proses pemanasan. Melalui pemanasan dapat terjadi proses polimerasi kondensasi yang menyebabkan katekin akan kehilangan molekul air yang diikuti oleh penggabungan monomer-monomer katekin yang membentuk tanin (Cowd, 1991; Juniartis, 1998). Pada penelitian Zen, (2013) yang membuat gambir galamai dengan menggunakan “presto” (pemanasan bertekanan), hasilnya dapat meningkatkan kadar tanin dan penurunan kadar katekin gambir galamai pada pemanasan 5 jam tanpa pengadukan. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan gambir galamai (Black cube) menggunakan Oven Microwave dengan memvariasikan waktu dan kekuatan Oven

(2)

Microwave. Pengaruh waktu dan kekuatan Oven microwave terhadap kadar tanin dalam pembuatan gambir galamai akan dianalisis menggunakan metoda Lowenthal-Procter. Sedangkan kadar perlakuan dengan oven microwave dianalisis dengan Kromatografi cair kinerja tinggi.

METODOLOGI

Alat

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah boiler, steamer, alat kempa hidrolik, oven, Microwave oven (Ivonic), Cool drying,

labu ukur, timbangan, tangki pengendapan, corong, alumunium foil, Erlenmeyer, saringan kain, kertas saring, cetakan gambir berukuran 25 cm x 25 cm dan tebal 1 cm, pipet tetes, cawan penguap, desikator, gelas piala, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu, WaterTM 486High Performance Liquid Cromatography,

Digital clamp meter, Infra Red termometer.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan: daun gambir segar, standar katekin, Kalium Permanganat 0,1 N, larutan Natrium klorida jenuh, serbuk kaolin, larutan gelatin, indigokarmin, Asam sulfat, asam oksalat, etanol 96%, aquadest, acetonitril, etil asetat, asam asetat glasial, metanol.

Pembuatan Gambir

Sebanyak 100 kg daun gambir dikukus selama 3 – 4 jam, kemudian daun gambir dikempa dengan kempa hidrolik. Filtrat hasil kempa dimasukkan ke dalam tangki pengendapan, dan didiamkan selama 24 jam. Endapan ditiriskan selama 24 jam dan disaring. Hasil saringan ini dicetak dan dikempa dengan kempa hidrolik, kemudian dipotong menggunakan pisau dengan ukuran 4 cm x 4 cm x 1 cm lalu dikeringkan menggunakan Cool drying selama 72 jam.

Pengujian Kadar Katekin (SNI, 2000)

1. Persiapan larutan standar katekin

Ditimbang 50 mg katekin standar dengan seksama dan dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml (larutan induk). Larutan induk mengandung katekin dengan kadar 1

mg/ml, dari larutan induk ini dipipet 2 ml dan diencerkan dengan etil asetat dalam labu ukur 50 ml.

2. Persiapan larutan contoh

Ditimbang 50 mg gambir yang didapat dengan seksama dan dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml (larutan induk). Larutan induk mengandung katekin dengan kadar 1 mg/ml, dari larutan induk ini dipipet 2 ml dan diencerkan dengan etil asetat dalam labu ukur 50 ml.

3. Pengukuran larutan

Pengukuran larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 279 nm

Pembuatan Kurva Kalibrasi Katekin dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Katekin standard ditimbang sebanyak 25 mg dilarutkan dengan etil asetat dalam labu ukur 25 ml. kemudian dibuat kurva kalibrasi katekin dengan 5 konsentrasi yaitu konsentrasi 100 µg/ml, 150 µg/ml, 200 µg/ml, 250 µg/ml, 300 µg/ml dengan memipet secara berturut-turut 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,25 ml, 1,5 ml dimasukkan ke dalam labu 5 ml.

Kondisi Analisis

Kromatografi cair kinerja tinggi WaterTM 486, pengukuran dilakukan dengan menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm menggunakan fase gerak aie suling : metanol : asetonitril : etil asetat : asam asetat glasial (89 : 1 : 6 : 3 : 1) dengan kecepatan alir 1 ml/menit.

Penetapan kadar tanin pada gambir

(Sudarmadji, 1997)

Uji Kadar tanin dilakukan dengan metoda

Lowenthal-Procter

Sebanyak 1 g gambir ditambah 80 ml air suling, dipanaskan selama 30 menit, kemudian didinginkan dan dicukupkan 100 ml dengan aquades, kemudian disaring (Filtrat 1). Filtrat 1 di pipet sebanyak 2 ml dan ditambah dengan 5 ml larutan indigokarmin dan 150 ml aquadest kemudian dititrasi dengan larutan Kalium permangant 0,1 N sampai berwarna kuning emas (A ml). Selanjutnya, dipipet 20 ml filtrat 1, ditambah berturut-turut 10 ml larutan gelatin, 20

(3)

ml larutan Natrium klorida jenuh, 2 gram serbuk kaolin kemudian digojok kuat-kuat selama beberapa menit dan disaring (Filtrat 2). Filtrat 2 dipipet sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan dengan larutan indigokarmin sebanyak 5 ml dan 150 ml air suling kemudian dititrasi dengan larutan Kalium permanganat 0,1 N sampai berwarna kuning emas (B ml) Standarisasi larutan Kalium permanganat dengan asam oksalat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel berupa daun dan ranting gambir segar yang berasal dari perkebunan rakyat di daerah Siguntua Mudo, Pesisir Selatan. Daun dan ranting gambir sebanyak 100 kg di rebus selama 3-4 jam kemudian dikempa. Filtrat hasil

kempa diendapkan pada tangki pengendap selama 24 jam. Pasta ditiriskan selama 24 jam, kemudian dihitung rendemen dari pasta gambir tersebut. Hasil rendemen yang didapat adalah 22,55 %. Pasta kemudian dikempa dengan kempa hidrolik, di potong menggunakan pisau dengan ukuran 4cm x 4cm x 1cm, selanjutnya gambir hasil cetakan. Kemudian dikeringan dengan Cool Drying selama 72 jam

Hasil organoleptis gambir yang diperoleh dengan cara pengeringan Cool Drying berbentuk biskuit berwarna kuning, bau khas yang lebih kuat dari pengeringan oven.

Kadar air yang didapat pada gambir dengan pengeringan Cool drying adalah 16,227 % ± 3,893, diikuti dengan oven biasa 5,716 % ± 0,543. Kadar katekin pada pengeringan Cool drying menggunakan spektrofotometer UV adalah 97,85 %. Dan menggunakan Oven biasa kadar katekin yang diperoleh adalah 88,28 %. Kadar katekin pengeringan cool drying dengan kromatografi cair kinerja tinggi 90,08 %. Sedangkan kadar taninnya 1,08%. Pada penelitian ini untuk pembuatan gambir galamai, gambir yang digunakan adalah gambir dengan pengeringan cool drying karena memiliki kadar katekin yang tinggi.

Pengujian kadar katekin dengan kromatografi cair kinerja tinggi, didapatkan persamaan regresi linearnya y = a + bx adalah a = 102495, b = 8937 dan r = 0,995. Hasil kadar katekin yang didapat pada kekuatan 5 A kadar air 30%, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik

adalah 84,87%, 46,86%, 10,35%. Kekuatan 5 A kadar air 50%, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik adalah 47,66%, 23,4%, 13,94%. Pada kekuatan 4,9 A kadar air 30%, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik adalah 43,46%, 27,78%, 4,69%. Kekuatan 4,9 A kadar air 50%, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik adalah 45,04%, 39,6%, 8,01%. Kekuatan 4,5 A kadar air 30%, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik adalah 45,48%, 41,93%, 5,92%. Kekuatan 4,5 A kadar air 50%, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik adalah 41,56%, 36,96%, 13,96%.

Gambar 1. Digram Batang Kadar Katekin pada Kadar Air 30%

Gambar 2. Digram Batang Kadar Katekin pada Kadar Air 50%

Pengujian kadar tanin dengan metode

lowenthal procter pada kadar air 30% kekuatan 5 A, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik menghasilkan kadar tanin berturut-turut adalah 4,25%, 10,63%, 12,75%. Kadar air 30% kekuatan 4,9 A, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik menghasilkan kadar tanin berturut-turut

0 50 100 1 2 3 Pe rs en ta se Waktu (detik)

Kadar Katekin 30 %

0 10 20 30 40 50 1 2 3 Pe rs en ta se Waktu ( detik)

Kadar Katekin 50%

90 180 90 180 90 180 5 A 4,9 4,5 90 180 90 180 90 180 5 A 4,9 4,5

(4)

adalah 8,5%, 14,88%, 19,13%. Kadar air 30% kekuatan 4,5 A, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik menghasilkan kadar tanin berturut-turut adalah 6,38%, 10,63%, 21,26%. Kadar air 50% kekuatan 5 A, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik menghasilkan kadar tanin berturut-turut adalah 4,25%, 10,63%, 14,88%. Kadar air 50% kekuatan 4,9 A, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik menghasilkan kadar tanin berturut-turut adalah 2,13%, 21,26%, 25,5%. Kadar air 50% kekuatan 4,5 A, waktu 90 detik, 180 detik, 270 detik menghasilkan kadar tanin berturut-turut adalah 10,63%, 17,01%, 23,4%.

Gambar 3. Digram Batang Kadar Tanin pada Kadar Air 30%

Gambar 4. Digram Batang Kadar Tanin pada Kadar Air 50%

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kondisi optimum pembuatan gambir galamai (Black cube) menggunakan oven microwave yang menghasilkan kadar tanin

tinggi diperoleh pada kondisi kekuatan oven microwave daya 4,9 A, kadar air bahan awal gambir 50 % dan waktu selama 270 detik.

Saran

Disarankan untuk menghitung derajat polimerisasi tanin yang terbentuk dan uji aktifitas famakologinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim Standard Nasional Indonesia Gambir, 2000. SNI 01-3391-2000. Badan Standarisasi Nasional.

Bakhtiar, A. 1991, Manfaat Tanaman Gambir, Makalah Penataran Petani dan Pedagang Pengumpul Garnbir di Kec. Pangkalan 50 Kota, 29-30 Nopember 1991. FMIPA Unand, Padang.

Cowd, M. A., 1991. Kimia Polimer. Penerjemah : Firman J. G. Harry. Bandung : Penerbit ITB

Hadad, EA., Ahmadi, NR., Herman., Supriadi., Hasibuan, A., 2007, Teknologi Budidaya dan Pengolahan Gambir, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri.

Harizal, 1995. Pengaruh Pemotongan dan Lama Perebusan terhadap Rendemen dan Mutu Gambir yang Dihasilkan, Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti Padang. Juniartis, 1998. Optimasi Ekstraksi Gambir

untuk Mendapatkan Kadar Tanin yang Maksimal. Jurnal Kimia No. IV.1 : hal. 47-50.

Nazir. N, 2000, Gambir, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Diveriikasinya, Padang, Yayasan Hutanku.

Putra, S.C., 2001. Pengaruh Penundaan Olah pada Beberapa Tipe Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap Rendemen dan Mutu yang Dihasilkan. (Skripsi). Padang : Fakultas Pertanian Unand.

Reynolds, F., 1989, Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty-nine Edition, The Pharmaceutical Press, London.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suherdi, 2007.

Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty.

0 10 20 30 1 2 3 Pe rs e n ta se Waktu (detik)

Kadar Tanin

0 10 20 30 1 2 3 P e rs e n ta se Waktu (detik)

Kadar Tanin

90 180 90 180 90 180 5 A 4,9 4,5 90 180 90 180 90 180 5 A 4,9 4,5

(5)

Suparno O., Covington, A. D., dan Evans, C. S., 2010. Teknologi Baru Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan : Penyamakan Kombinasi Menggunakan Penyamak Nabati, Naftol dan Oksazolidin. Jurnal teknologi industri pertanian. 18(2), 79-84. Yesi, D., Ratih, H., Dewi, M. A., dan Agustin,

R., 2008. Penentuan jumlah tanin total pada daun jati belanda (Guazoma ulmifolia lamk) dan daun sambaing darah (Excoeceria bicolor hassk). Secara kolorometri dengan pereaksi biru prusia. Artocarpus, vol. 8 no. 2 : 106-109. Zen, H., 2013. Skripsi Sarjana Farmasi. Fakultas

Gambar

Gambar 1. Digram Batang Kadar Katekin pada  Kadar Air 30%
Gambar 3. Digram Batang Kadar Tanin pada  Kadar Air 30%

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pengeringan jamur tiram dengan menggunakan oven gelombang mikro ( microwave oven ), meliputi penurunan kadar air,

Suhu pennukaan baban pada pengeringan lada putih dengan oven gelombang mikro mampu mencapai titik yang tinggi dibandingkan dengan suhu permukaan bahan pada

Hal ini menunjukkan bahwa setelah proses pengeringan edible film maka ada senyawa katekin yang berbentuk kristal di dalam matriks edible film, semakin tinggi

Telah diteliti proses biotransformasi katekin menggunakan isolat mikroba endofit yang diisolasi dari daun tanaman gambir ( Uncaria gambir Roxb.) berupa jamur endofit yaitu

Hal ini karena seiring dengan semakin tinggi suhu dan lamanya waktu yang digunakan selama pengeringan maka akan semakin meningkatkan kadar abu dari ikan asin sepat

Penelitian pemanfaatan tanin dan katekin gambir telah banyak dilakukan. Namun, belum dilaporkan penelitian yang mengkaji pemanfaatan limbah padat pengolahan gambir. Tujuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan gambir dapat dilakukan dengan cara sederhana dan menggunakan peralatan tradisional serta Gambir yang dihasilkan dari pengolahan

Data dan Hasil Analisis Ragam Kadar Bahan Tidak Larut Dalam Alkohol Pada Gambir Bubuk Berdasarkan Perbedaan Umur Simpan Daun Gambir Kering………… Data dan Hasil