• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan bersosialisasi, mereka langsung atau tidak langsung selalu melibatkan orang lain. Dengan hal itulah manusia membentuk kelompok-kelompok dan organisasi tertentu, guna melakukan aktivitas yang mereka sepakati. Begitu juga halnya dengan organisasi yang mereka bentuk akibat bersosialisasi. Setiap organisasi yang mereka ciptakan membutuhkan pengelolaan yang baik demi kelangsungan organisasi manusia itu sendiri.

Pengelolaan atau manajemen ialah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok atau orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (Terry dan Rue 2000:1). Dengan kata lain, keberhasilan suatu lembaga juga ditentukan oleh manajemen yang diterapkan oleh pengelola dan kemampuan untuk mengelola, yang setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan berkesenian. Manusia yang terlibat di dalamnya membutuhkan sistem pengolaan agar prosesnya terjadi secara teratur, terpadu, dan mencapai sasaran yang tepat. Untuk mengkaji seni, manusia menggunakan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi tari, antropologi teater, musikologi, dan etnomusikologi.

Etnomusikologi adalah studi tentang musik sebagai peristiwa budaya (R.Supanggah 1995:64). Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu, merupakan fusi atau gabungan dari dua induk ilmu yaitu etnologi (antropologi) dan musikologi. Penggabungan ini sendiri telah menimbulkan dampak yang kompleks dalam perkembangan etnomusikologi. Jika kemudian ia berfusi lagi dengan ilmu lain, katakanlah arkeologi, maka akan terjadi sesuatu perkembangan yang menarik. Dalam konteks etnomusikologi, bidang musikologi selalu dipergunakan dalam

(2)

mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum- hukum internalnya sendiri--sedangkan etnologi memandang musik sebagai bagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).

Dari kutipan paragraf di atas, menurut Merriam para pakar etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih pembahagian ilmu, untuk itu selalu dilakukan percampuran dua bagian keilmuan yang terpisah, yaitu musikologi dan etnologi. Kemudian menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampur kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih

(3)

sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas.

Hal tersebut telah disarankan secara tentatif oleh Nettl yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran"etnomusiko-logi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersem-hkan teknik analisis suara musik. Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin dasar yaitu etnologi dan musikologi, walau terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya.

Lebih jauh, perkembangan etnomusikologi sekarang cenderung mempergunakan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin ilmu. Selain fusi induknya dua ilmu yaitu musikologi dan etnologi, etnomusikologi juga terbuka menerima ilmu-ilmu lain seperti linguistik, sosiologi, kimia,

(4)

psikologi, dan dalam hal ini manajemen. Namun ilmu-ilmu bantu ini digunakan sesuai dengan proyek penelitian yang dilakukan oleh para etnomusikolog.

Berangkat dari pengertian di atas, salah satu unsur kebudayan tersebut adalah kesenian, di dalam melakukan kesenian itulah manusia memerlukan pengelolan atau yang disebut dengan manajemen. Kesenian itu baik tradisional maupun modern harus dikelola dengan baik agar menghasilkan produk yang baik juga, guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Kemudian, hasil atau produk tersebut misalnya musik, tari, teater, akan dipertunjukkan pada masyarakat sesuai dengan fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai permintaan pasar . Tujuan dari sebahagian aktivitas berkesenian itulah adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku kesenian. Namun terlepas dari hal materi, hasil dari berkegiatan berkesenian itulah yang menjadikan etnomusikologi berkaitan dengan manajemen (pengelolaan) karena hasil akhirnya dapat dipandang sebagai kajian etnomusikologi.

Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Lembaga yang beralamat di Jl. Bahagia, No. 60. Teladan ini adalah salah satu lembaga non formal yang menerapakan manajemen. Seperti 5 fungsi utama manajemen yaitu: (1) planning, atau dalam bahasa Indonesia disebut perencanaan, yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada masa yang akan datang dan apa yang akan diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu. (2) organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut pengorganisasian, adalah pengelompokan, dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu. (3) Staffing, (penentuan sumber daya manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4) Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan yang hendak dicapai. (5) Contolling, yaitu pengawasaan kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai

(5)

dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (lihat Takari 2008:43).

Lembaga kesenian ini berdiri sejak tahun 1988 dengan nama awal Ria Agung, yang beranggotakan 19 orang, yaitu 7 orang pemusik dan 12 orang penyanyi dan belum memiliki badan hukum. Baru pada tahun 1990 Ria Agung berubah nama menjadi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara oleh Edward Silitonga (Edward Silitonga adalah pendana pada lembaga ini ). Nama ini dibuat dengan tujuan untuk memberi kegembiraan pada siapa pun yang menikmatinya. Menurut hasil wawancara yang berlangsung pada Senin, 13 Desember 2010, bertempat di lembaga kesenianya, Monang Butar Butar S.Sn (lebih akrab dipanggil Bang Monang yang juga merupakan alumni Etnomusikologi). Saat ini anak didiknya ada sebanyak 30 orang. Mereka yang datang belajar pada lembaga kesenian ini mulai berumur 16 tahun sampai yang sudah tua (54 tahun) Marsius Sitohang yang juga pernah bergabung di dalam lembaga kesenian ini, yang saat ini merupakan dosen luar biasa pada departemen Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara. Setiap anak yang ingin masuk menjadi anggota pada lembaga kesenian ini tidak dipungut biaya apa pun namun dituntut kesetiaan dan loyalitas dan yang tidak kalah pentingnya ialah penampilan yang layak atau paras cantik bagi para penari wanita. Tidak ada syarat utama dalam kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh setiap anggota yang ingin masuk, hanya saja dituntut disiplin pada waktu latihan, loyalitas dan kesetiaan pada lembaga kesenian ini. Namun, masalah diterima atau tidak selanjutnya tergantung pada ketua lembaga ini.

Aktivitas dimulai pada pukul 14:00 WIB bertempat di Jl. Bahagia. No. 60. Teladan Medan, setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Masing-masing anggota tidak hanya latihan untuk satu bidang saja tetapi juga diharapkan juga menguasai bidang lain misalnya penari tidak hanya menari tetapi juga diharapkan bisa menyanyi dan memainkan alat musik demikian

(6)

juga pemusik dituntut untuk dapat menari dan menyanyi. Dalam sistem pembagian pupur atau uang terima kasih, uang capek, uang jalan dan sebagainya ialah 50% untuk anggota tergantung tingkat kesenioritasnya, 30% untuk kas, dan 20% untuk biaya make-up dan kostum anggota. Untuk sistem pengajaran, pada lembaga ini memberdayakan murid yang sudah mahir (biasanya senior) untuk melatih murid yang masih dalam kemampuan dasar sedangkan untuk tahap penyempurnaan sebelum memasuki materi baru, ketua langsung terjun untuk melatih. Sedangkan murid yang belum menguasai materi akan diajarkan oleh senior sampai murid tersebut mahir sebelum memasuki materi berikutnya.

Untuk anggota saat ini berjumlah 31 orang baik pemusik maupun penari, mereka yang belajar dan menjadi anggota berasal dari latar belakang yang berbeda-beda Nandra misalnya, anak seni Tari Universitas Medan ini sudah belajar dan menjadi anggota Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara selama satu tahun sedangkan Willy anak SMA. N. 2 Medan masih 11 bulan. Sejak tahun 1990 jumlah anggota tiap tahunnya sebanyak 40 orang. Hal ini disebabkan untuk memenuhi anggota dipaduan suara pada lembaga ini sampai pada tahun 1999, awal tahun 2000 anggota sudah berkurang menjadi 30 Orang, sampai saat ini juga masih terjadi pergantian anggota. Hal ini disebabbkan karena sebahagian anggota sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kepengurusan pada lembaga ini tiap tahunya tidak menentu hanya saja ketuanya dari tahun 1988 sampai saat ini tetap Monang Butar Butar. Setiap anggota akan selalu diberi kesempatan untuk tampil pada acara yang mengundang lembaga kesenian ini, baik lokal, nasional maupun internasional tetapi dengan syarat menguasai materi. Kesenian yang sering mereka bawakan adalah kesenian Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatra Barat yang dikemas sedemikian menarik yaitu dengan konsep seni pertunjukann, baik materi yang sudah ada

(7)

ataupun dibuat komposisi musik baru kembali tampa melibatkan alat musik modern atau barat, misalnya lagu Soleram, Anakkon Hi do Hamoraon Diau, Dekke Jahir, Opio, Cindai, Tak Tong Tong, dan juga lagu-lagu medley lainya lembaga ini memang biasanya membawakan kesenian tradisional Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat tetapi lebih memperkuat dan lebih sering membawakan kesenian Batak Toba sebagai spesifikasinya. Sementara untuk produksi tari misalnya tarian massal yang dibuat sendiri oleh Monang Butar Butar.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, yang berwujud ataupun tidak berwujud (Hjaslim, 1996:6) dalam hal ini produk yang dimaksud adalah musik dan tari yang dipertunjukkan. Untuk memproduksi tarian dan musik biasanya pertama yang dibuat adalah tarian yang sudah ada di olah kembali, diolah dalam artian ditambah atau dibuat jadi berbeda dengan yang biasa, penambahan yang dimaksud adalah geraknya. Setelah itu kemudian dibuat musiknya tetapi dengan penambahan variasi misalnya menambahkan alat musik lainya. Barulah digabungkan antara musik dan tari.

Di dalam memproduksi musik dan tari, unsur tradisional sangatlah kuat, ”kami tidak mencampurkan alat musik barat seperti keyboard untuk tarian dan musik yang akan kami bawakan tetapi harus menggunakan alat musik tradisional jika kami membawakan secara live atau langsung . Di sinilah letak keistimewaan kami disetiap panggung“ tuturnya di samping itu, usaha setiap organisasi dapat berjalan dengan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat memberi kepuasan kepada konsumenya, dalam hal ini konsumen adalah yang mengundang mereka.

Seperti yang dikemukan oleh Asiyanto:

Apapun jenis usaha suatu oraganisasi usaha (perusahaan), dapat berjalan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat memberikan kepuasan kepada komsumenya. Konsumen selalu memberikan produknya, dan perusahan selalu berusaha untuk membuat produk yang

(8)

dibutuhkan tersebut, dan memperoleh laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup usaha dan bahkan berkembang bila ia dapat mengembangkan produk yang terjual (2005:1).

Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jika mereka diundang untuk suatu acara, mereka akan membawakan pertunjukan lebih dari pada yang diminta oleh sang pengundang (konsumen) sehingga diharapkan mereka akan tetap diundang untuk acara selanjutnya. Selain memperbaiki hubungan dengan para mitranya, lembaga ini mengembangkan ikatan yang lebih kuat dengan pelanggan akhirnya guna menjalin kelangsungan lembaga ini. Lembaga kesenian yang sudah sering tampil keluar negeri ini, memiliki hubungan baik dengan Pemerintah kota Medan, Sumatera Utara, Direktoral Pariwisata Jakarta dan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) sudah dimulai sejak tahun 1988 sejak awal berdirinya lembaga kesenian ini. Ketua lembaga ini juga menambahkan bahwa untuk saat ini, setiap kali mereka diundang untuk tampil ke luar negeri mereka tidak pernah membawa banyak alat musik, disamping pihak pengundang telah menyediakan sebahagian alat musik, hal itu memberatkan secara dana, walau dana yang membiayai mereka berasal dari pihak pengundang dimana uangnya terlebih dahulu di transfer ke rekening pihak yang diundang dan disponsori oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara atau KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Ia juga menambahkan, untuk menajemen waktu penampilan mereka di luar negeri mereka akan tampil 1 hari dan mempelajari lingkungan setempat selama 3 hari. ’’Jadi untuk mencapai eksistensi dan kelangsungan suatu lembaga dibutuhkan pengelolaan yang baik dan cara pengelolaan yang tepat sehingga dapat bertahan. Kami tidak hanya tampil tetapi, semaksimalnya menjalin hubungan atau relasi yang baik’’ tuturnya.

Jenis kesenian yang mereka sering bawakan adalah kesenian yang berasal dari Sumatera Utara tidak jarang juga membawakan tarian dari Aceh, dan Sumatra Barat. Seperti tari Cawan

(9)

dari Sumatra Utara, Serampang Dua Belas dari melayu dan tari Saman dari Aceh serta Tari Zapin Darah Medan yang diakui Monang Butar-Butar sebagai hasil karyanya. Kebanyakan Tari-tarian yang sudah ada ini mereka buat dengan komposisi baru (komposisi baru disini mengarah pada jumlah penari laki-laki dan perempuan serta kostum yang dipakai karena setiap sanggar mempunyai keunikan yang berbeda-beda tetapi dengan gerak dan makna tari yang sama, tari Cawan misalnya mereka hanya menggunakan 3 laki-laki saja lainya adalah perempuan, sedangkan untuk tari Serampang Dua Belas dan tari Persembahan lebih sering hanya perempuan saja atau tarian Gandang yang melibatkan perempuan dan laki-laki.

Walaupun kesenian Sumatera Utara mereka pelajari namum diantara kesenian Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir dan Nias, Kesenian Batak Toba menjadi kesenian yang sering mereka bawakan. Untuk para pemusik dan penari lembaga ini juga kadang menggunakan sistem cabut dari luar sesuai kebutuhan. Hal ini juga dibenarkan oleh Marsius Sitohang, Pemusik yang pernah tergabung di lembaga ini membenarkan hal itu: ”Sewaktu saya bergabung di lembaga kesenian itu, pemusik dan penari sebahagian menggunakan sistem cabut dari Lembaga Kesenian lainya salah satunya dari Lembaga Kesenian Cindai.

Cindai adalah Lembaga Kesenian milik gubernuran yang dibentuk oleh Gubernur Tengku Rizal dimasa kepemimpinannay pada tahun 1999, dimana melibatkan Monang Butar-Butar, Marsius Sitohang beserta kawan-kawan bergabung didalamnya. Di sinilah pimpinan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara semakin dikenal setelah sebelumnya bergabung dengan Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara dan kemudian menjadi ketua pada waktu itu di lembaga kesenian Cindai , besamaan dengan jabatanya sebagai ketua

(10)

dilembaganya saat itu , yang dibentuk setelah adanya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara.

Hal itu disebabkan karena belum adanya anggota yang menetap dan cukup menguasai materi, setelah saya tidak lagi bergabung, tetap menggunakan sistem cabut untuk sebahagian pemusik alasanya karena pemusik yang berasal dari mahasiswa hanya sebahagian yang mampu untuk membawakanya dengan baik dan berbeda ketika yang membawakanya materi musik itu seniman tradisional karena bagaimanpun musisi tradisional lebih bisa menjiwai materinya karena sudah akrab dengan materinya” tuturnya (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 Wib). Untuk latihan dan dipanggung pertunjukan para penari menggunakan musik rekam juga mereka membawakan musik secara langsung sesuai dengan keiginan pihak yang mengundang. Sementara untuk ensambel yang sering dibawakan mereka menamakan ensambel gondang sabangunan yang kadang ditambahkan dengan seruling sebagai kreasi baru, yang terdiri dari Tagading, Gordang, Gong 4 buah yaitu (Oloan, Panggora, Ihutan dan Doal) Sarune Bolon dan Hesek dan sebuah seruling.

Di setiap pertunjukan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jarang membawakan hanya tarian saja atau hanya bentuk ensambel saja tetapi menggabungkan keduanya tetapi jika penampilan diluar negeri kadang kami sering membawakan Ensambel Gondang Sabangunan dengan reportoar yang sering seperti Sitampar Api, Partahuak Ni Manuk serta Haro-Haro’’ tutur Monang Butar-Butar. Disetiap pertunjukan kesenianya mereka didukung oleh musik, baik musik yang digunakan untuk mengiringi tarian atau musik yang digunakan untuk mengiringi vokal grup. Tarian yang sangat dipengaruhi oleh musik, dimana semakin cepat pemain musik memainkan musiknya jika membawakan musik langsung atau live maka akan mempengaruhi gerak tubuh para penari untuk mempercepat tarianya. Semua musik dan tari atau jika

(11)

membawakan vokal grup yang dibawakan oleh lembaga ini didukung oleh musik. Tari dan musik yang dibawakan dikemas dengan konsep seni pertunjukan yaitu bertujuan untuk menghibur para penonton atau pihak pengundang. Pertunjukan yang mereka bawakan tidak mengarah atau dinikmati untuk satu suku tertentu tetapi untuk umum.

Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang berpihak dengan pihak lain (Sunarto 2006:4) dalam hal ini bagaimana cara lembaga ini untuk mempromosikan dan Untuk sistem pemasaran produk, selain membuat pamplet depan lembaga kesenianya juga pada akun jejaring sosial facebooknya serta e-amil Monang Butar-Butar, lembaga ini tidak membuat dalam bentuk kaset sehingga pemasaranya hanya melalui teman keteman dan hubungan yang baik dari pihak ketika mereka pertama kali diundang, sampai saat ini, tidak jarang ketika mereka selesai diundang mereka atau pimpinanya tetap melakukan kontak salah satu pihak yang mengundang sehingga mereka berharap kerja sama bisa terus berjalan. Tetapi terlepas dari apa yang didapat untuk saat ini, hal yang tidak bisa dilupakan adalah ilmu yang didapat dari Departemen Etnomusikologi dan diterapakn dilapangan sehingga dapat bertahan sebagai salah satu Lembaga Kesenian di Sumatera Utara.

Dengan latar belakang di atas, maka saya tertarik membuat peneliatian ini ke dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul

Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara: Deskripsi

Pengelolaan dan Pertunjukan Seni.

(12)

1.2 Pokok Permasalahan

Dari uraian di atas, maka penulis akan membuat batasan masalah dengan tujuan

menghindari terjadinya kesimpangsiuran di dalam pembahasan nantinya. Selain itu, juga agar lebih mendapatkan kejelasan yang lebih akurat tentang pokok permasalahan.

Adapaun pokok permasalahannya adalah:

1. Bagaimana pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara? 2. Bagaimana pertunjukan seni Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, sesuai yang dikatakan oleh Mantle Hood tentang etnomusikologi dan Willi Apel (1969:298), yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu metode untuk mengajari musik apapun dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubunganya dengan konteks budaya. Maka berdasarkan pendapat tersebut penulis membuat tujuan dari penelitian ini yaitu:

Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi:

a. Untuk mengetahui deskripsi pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

b. Untuk mengetahui deskripsi pertunjukan seni yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

(13)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi mamfaat sebagai berikut :

1. Sebagai masukan kepada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dalam penerapan pengelolaan lembaga

2.Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan dengan topik penelitian.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini sesuai dengan judul yang dibahas.

Dalam penelitian dan penulisan ini yang dimaksud dengan kata deskripsi, yaitu pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci atau penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-sebenarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya ( Kamus Umum Bahasa Indonesia : 1991). Dalam hal ini penulis akan mengambarkan atau memaparkan pengelolaan serta pertunjukan seni yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara Dalam hal ini penulis akan megambarkan pengelolaan lembaga yang penulis teliti. Manajemen berasal dari kata to manage (bahasa Inggris) yang artinya mengurus, mengatur, mengelola. Menurut Terry dan Reu (2000:1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka

(14)

kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang yang nyata.

Pertunjukan merupakan sesuatu yang memiliki waktu pertunjukan yang terbatas, awal dan ahir, acara kegiatan yang terorganisir, sekelompok pemain, sekelompok penonton, tempat pertunjukan, dan kesempatan untuk mempertunjukanya (Siger, 1996:165). Sedangkan seni mempunyai arti suatu karya yang diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa, seperti musik, ukiran, tari dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dan dianggap relevan serta mendukung tulisan. Untuk mendeskripsikan pengelolaan lembaga kesenian Ria Agung Nusantara, penulis menggunakan teori Georgi R Terry dan Leslie W Rue dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen, ditulis bahwa: manajemen adalah suatu proses atau kerangka

(15)

kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan oraganisasional atau maksud-maksud yang nyata

Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan yang pelaksanaanya adalah managing, atau pengeloloan, sedangkan pelaksanaanya disebut manajer. Teori ini juga menggunakan lima fungsi dari manejemen yaitu:

1. Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan dilapangan. Dikatakan juga bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana jangka panjang menegah dan di atas perencanaan jangka panjang menegah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya.

2. Kata organizing artinya mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dam

memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

3. Penentuan sumber daya manusia yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Motivasi yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

5. Pengawasan yaitu kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif yang diperlukan.

(16)

Sedangkan untuk mendeskripsikan pertunjukan seni pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, maka penulis menggunakan teori yang dikatakan oleh Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) dalam Henry Situmorang, juga menjelaskan bahwa pertunjukan memiliki: 1. Waktu pertunjukan yang terbatas

2. Awal dan akhir

3. Acara kegiatan yang terorganisir 4. Sekelompok pemain

5. Sekelompok penonton 6. Tempat pertunjukan

7. Kesempatan untuk mempertunjukannya

Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk mengambarkan pertunjukan yang sering dibawakan oleh lembaga yang bersangkutan melalui video dukumentasi yang diperoleh oleh penulis.

Untuk membahas aspek musik yang disajikan dan sering dibawakakan serta menjadi sampel yang dibahas oleh penulis, maka penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukan William P.Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan, yaitu: 1. tangga nada, 2. nada dasar, 3. wilayah nada, 4. jumlah nada, 5. interval, 6. pola-pola kadensa, 7. formula melodi, dan 8. kontur.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu masing masing, guna untuk mencari kebenaran. Metode penelitian adalah cara-cara bekerja untuk dapat memahami objek penelitian dan merupakan bagian yang

(17)

penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Metode penelitian memberikan ketentuan-ketentuan dasar untuk mendekati suatu masalah dengan tujuan menentukan atau memproses hasil yang benar-benar akurat. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dalam perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Arief Furchan 1992:21).

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini, peneliti ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian umumnya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka yang menunjukan kuantitas. Penelitian deskriftif mengumpulkan data, menentukan dan melaporkan yang ada menurut kenyataan

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan penelitian, maka terlebih dahulu penulis melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku atau tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian sebagai kerangka landasan berfikir di dalam tulisan ini. Bahan tersebut berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul yang bersangkutan.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan dengan cara menonton video dokumentasi, menganalisis vodeo you tube serta mengamati langsung ke tempat penelitian yaitu di Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang beralamat di Jl. Bahagia. No. 60. Teladan Medan. Dalam kerja lapangan ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber pendukung (anggota yang pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara).

(18)

1.5.3 Wawancara

Salah satu tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan tehnik wawancara. Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancar” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara terpimpin), wawancara bebas terpimpin (focused/semi-structured interviews) dan wawancara pribadi dan kelompok tetapi, penulis juga melakukan wawancara tidak berstruktur dan dengan sistem catat.

Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang dibahas oleh penulis. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu Monang Butar Butar.

Pada saat melakukan wawancara dengan informan kunci, penulis melakukan wawancara bebas dimana pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan berlangsung dari satu masalah ke masalah lainya, namum tetap menyangkut pada pokok permasalahan. Sebagai alat bantu wawancara, penulis menggunakan telepon seluler (hand phone) Samsung Star Wife untuk merekam dan juga menggunakan sistem tulis.

(19)

1.5.4 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera pengelihatan, yang berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan. Salah satu tehnik dalam pengumpulan data yang cukup baik untuk diterapkan adalah observasi langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam mengadakan observasi penulis secara langsung ketempat Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang beralamat di Jl. Bahagia.No.60. Teladan Medan. Observasi ini dilakukan oleh penulis sejak Bulan Oktober 2010 dan dilakukan secara berkelanjutan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada praktikum ayunan dan percepatan gravitasi ini kita diajak untuk mengetahui hubungan antara ayunan dan percepatan gravitasi bumi. Ayunan yang dipergunakan

Jones dan Prusky (2002) melaporkan bahwa beberapa khamir antagonis juga telah dilaporkan efektif untuk menghambat patogen pascapanen pada beberapa buah-buahan dan

Selain melakukan uji coba pada citra-citra yang telah di- training, dilakukan juga pengujian terhadap 14 citra baru yang belum di- training melalui mekanisme kerja sistem yang

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada berbagai pihak khususnya keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sudah pensiun agar dapat memberikan dukungan

Pada awal tahap ini, penulis mengumpulkan sumber yang terkait dengan WONG MBAMBUNG yang ada di Kota Surabaya tahun 1965-1975, sumber tertulis dalam surat kabar

(1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus

Pengertian demokratis dimaksud berjalan aman dan tertib, juga pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gubernur dan wakilnya maupun bupati dan

Dalam hal ini pelatih sangat berperan penting, maka dari itu peneliti berusaha untuk merubah pandangan beberapa pelatih bahwa komponen biomotor khususnya