• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Pernikahan Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Pengertian Pernikahan Dini"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian Pernikahan Dini

Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa fenomena pernikahan dini sudah ada dari zaman dahulu hingga sekarang. Bahkan jumlah yang melakukan pernikahan dini lebih banyak pada zaman sekarang ketimbang zaman dahulu. Tentunya hal itu terjadi dengan banyaknya juga faktor-faktor yang menyebabkan fenomena tersebut bisa terjadi. Kebanyakan fenomena pernikahan dini terjadi pada masyarakat pedesaan yang memiliki pendidikan yang minim. Suatu pernikahan dapat dikatakan termasuk kedalam pernikahan dini tentunya dilihat dari segi usia. Menurut Diane E. Papalia dan Sally Wendkos dalam bukunya Human Development 1995, mengemukakan bahwa usia terbaik untuk melakukan pernikahan bagi perempuan adalah 19 sampai dengan 25 tahun, sedangkan untuk laki-laki usia 25 sampai 28 tahun diharapkan sudah menikah. Karena ini adalah usia terbaik untuk menikah baik untuk memulai kehidupan rumah tangga maupun untuk mengasuh anak pertama. Dari penjelasan diatas dapat dipastikan bahwa seseorang yang menikah dibawah umur 19 tahun sudah dapat dikategorikan menikah pada usia muda atau menikah dini.

Pernikahan usia dini terdiri dari dua kata yaitu pernikahan, dan usia dini. Pernikahan berasal dari bahasa Arab yaitu An-nikah yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dalam pengertian fiqih nikah adalah akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafaz perkawinan/pernikahan atau yang semakna dengan itu. Usia dini menunjukkan usia belia, digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang dilakukan sebelum batas usia minimal. Dengan demikian pernikahan dini berarti pernikahan yang dilaksanakan di bawah umur enam belas tahun. Pernikahan dini juga dapat didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri di usia yang masih muda/remaja. Jadi baik pria atau wanita jika belum cukup umur (17 Tahun) dan melangsungkan pernikahan maka dapat dikatakan sebagai pernikahan usia dini.

Selain penjelasan pada paragraf diatas, beberapa pengertian tentang pernikahan dini yaitu sebagai berikut:

 Menurut (Lutfiati, 2008), Perkawinan usia muda yaitu merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga.

(2)

 Menurut (WHO, 2006), Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun.

 Menurut (Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono,1983), Pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi alternative. Artinya, pernikahan dini bisa dilakukan sebagai solusi untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dikalangan remaja.  Menurut (Riyadi, 2009), perkawinan usia muda adalah perkawinan yang para

pihaknya masih sangat muda dan belum memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam melakukan perkawinan.

 Menurut Aimatun (2009), perkawinan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh usia muda antara laki-laki dengan perempuan yang mana usia mereka belum ada 20 tahun, berkisar antara 17-18 tahun.

 Menurut BkkbN (2010), perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan di bawah usia 20 tahun.

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa pernikahan dini adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri di usia yang masih muda/remaja dan juga pernikahan yang dilakukan adalah ketika kedua pasangan ataupun salah satu dari pasangannya berumur dibawah 20 tahun atau sama dengan usia yang belum cukup umur untuk menikah. Salah satu hal yang penting dalam melangsungkan pernikahan yaitu usia. Karena pernikahan dalam umur belasan tahun berdasarkan keputusan-keputusan yang sesaat kemungkinannya akan sangat buruk buat mereka, biasanya kedua anak, laki-laki dan atau perempuan tidak dewasa secara emosi dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang dikehendakinya, tidak peduli apakah itu berakibat bencana (Shappiro, 2000). Jadi tingkat kematangan usia itu sangat diperlukan untuk memperlancar kehidupan berumah tangga untuk kedepannya.

2. Dasar Hukum

Menikah dini hakikatnya adalah menikah juga, hanya saja dilakukan oleh mereka yang masih muda dan segar, seperti mahasiswa atau mahasiswi yang masih kuliah ataupun

(3)

seseorang yang masih bergelar pelajar. Salah satu persyaratan yang sering menjadi perbincangan masyarakat akhir-akhir ini adalah batas usia pernikahan. Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Di dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat 1 berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enambelas) tahun. Peraturan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan.hal tersebut dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari segi fisik, psikis dan mental.

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Bab IV pasal 8 “Apabila seorang calon sumi belum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan seorang calon isteri belum mencapai umur 16 (enambelas) tahun, harus mendapat dispensasi dari pengadilan”. Pasal-pasal tersebut diatas sangat jelas sekali hampir tak ada alternatif penafsiran, bahwa usia yang diperbolehkan menikah di Indonesia untuk laki-laki 19 (sembilan belas) tahun dan untuk wanita 16 (enambelas) tahun. Namun itu saja belum cukup, dalam tataran implementasinya masih ada syarat yang harus ditempuh oleh calon pengantin (catin), yakni jika calon suami dan calon isteri belum genap berusia 21 (duapuluh satu) tahun maka harus ada ijin dari orang tua atau wali nikah, hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan nikah Bab IV pasal 7 “Apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahun, harus mendapat ijin tertulis kedua orang tua”. Ijin ini sifatnya wajib, karena usia itu dipandang masih memerlukan bimbingan dan pengawasan orang tua/wali. Dalam format model N5 orang tua /wali harus membubuhkan tanda tangan dan nama jelas, sehingga ijin dijadikan dasar oleh PPN/ penghulu bahwa kedua mempelai sudah mendapatkan ijin/restu orang tua mereka. Lain halnya jika kedua calon pengantin sudah lebih dari 21 (dua puluhsatu) tahun, maka para catin dapat melaksanakan pernikahan tanpa ada ijin dari orang tua/wali. Namun untuk calon pengantin wanita ini akan jadi masalah karena orang tuanya merupakan wali nasab sekaligus orang yang akan menikahkannya. Oleh karena itu ijin dan doa restu orang tua tentu suatu hal yang sangat penting karena akan berkaitan dengan salah satu rukun nikah yakni adanya wali nikah.

(4)

Selain dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 terdapat pula dalam undang-undang yang lain yaitu, UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal 26 ayat (1) huruf (c) menyatakan, orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Selanjutnya dalam Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) anak adalah seseorang yang telah berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Ayat (2) Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskrimninasi. Jika kita lihat sebagian pasal pada undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak diatas, tentu ada hal yang perlu di berikan elaborasi, terutama menyangkut batasan anak dan batasan nikah, karena kedua ukuran tersebut masih bisa menimbulkan perdebatan yang panjang. Disatu sisi ia masih katagori anak-anak tapi disi lain dikatakan sudah cukup untuk menikah. Hal ini menjadi penting untuk ditindak lanjuti terutama oleh para pemangku kepentingan mungkin para akademisi, ulama, legislatip atau siapapun di Republik ini. Karena orang tua/wali membutuhkan kejelasan dan perlindungan hukum dalam membahagiakan anaknya, serta PPN/Penghulu membutuhkan ketenangan dalam melaksanakan tugas sebagai pelayanan prima kepada masyarakat, apalagi dalam Undang-undang Perlindungan Anak Bab XII tercantum ketentuan pidana. Tentu hal ini perlu pengkajian yang konprehensip, agar tidak menjadi media bagi pihak lain yang berkepentingan untuk menyudutkan dan atau menyalahkan pihak lainnya, yang pada gilirannya aturan itu bisa berjalan seiring, sejalan, saling mengayomi, saling melengkapi dan tidak saling bersinggungan.

Dalam hukum islam batas umur untuk melaksanakan pernikahan tidak disebutkan dengan pasti, hanya disebutkan bahwa baik pria maupun wanita supaya sah melaksanakan akad-nikah harus sudah “baliq” (dewasa) dan mempunyai kecakapan sempurna.

(5)

Dalam melangsungkan suatu pernikahan maka perlu mempunyai persiapan dan kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Tetapi kebanyakan orang-orang pada zaman sekarang melakukan pernikahan usia muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda tanpa mempertimbangkan kematangan biologis, pisikologis maupun ekonomi tersebut. Menurut beberapa ahli faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini, antara lain:

 Menurut RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari pernikahan usia muda adalah:

a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga

b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan terlalu muda, baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.

c. c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

 Menurut (Maimun, 2007), Faktor yang yang memengaruhi perkawinan usia muda yaitu faktor ekonomi keluarga, kehendak orang tua, kemauan anak, pendidikan, adat dan budaya.

 Sedangkan menurut Hanggara (2010) faktor yang memengaruhi perkawinan usia muda adalah faktor sosial budaya, faktor pendidikan, dan faktor ekonomi.

Selain mengacu pada faktor-faktor pernikahan dini menurut para ahli diatas, maka pada penelitian kali ini faktor-faktor yang menyebabkan pernikahan dini terjadi yang sering terjadi dalam masyarakat kita, yaitu:

a. Faktor Pengetahuan

Faktor utama yang memengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat hubungan seks pra nikah maka jalan yang diambil adalah menikah pada usia muda. Tetapi ada beberapa remaja yang berpandangan bahwa mereka menikah muda agar terhindar dari perbuatan dosa,seperti seks sebelum nikah. Hal ini tanpa didasari oleh pengetahuan mereka tentang akibat menikah pada usia muda (Jazimah, 2006).

(6)

Rendahnya tingkat pendidikan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecendrungan menikahkan anaknya yang masih di bawah umur. Dan juga rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuk menikah diusia yang tergolong muda. Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun. Pendidikan penting karena pada dasarnya tugas seorang anak adalah sekolah dengan baik. Yang menyebabkan kebanyakan seorang anak putus sekolah yaitu keterbatasan dana yang dimiliki orang tua sehingga seorang anak iyu harus putus sekolah.seharusnya seberat apapun masalah yang di hadapi sudah kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya. Karena jika sudah tidak sekolah dan tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan, lalu ada seseorang yang ingin melamar, maka kebanyakan orang tua akan langsung setuju tanpa berpikir panjang karena melihat anaknya tidak melakukan hal apa apa jadi lebih baik dinikahkan saja.

c. Faktor Orang Tua

Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

(7)

Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu. Mencher (dalam Siagian, 2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga. Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya ( terutama untuk anak perempuan ), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu. Sehingga dapat mengurangi biaya hidup sehari-hari. Dan juga selain kasus yang ada di atas terdapat juga kasus dimana orang tua terlilit hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan.Dan jika si orang tua yang terlilit hutang tadi mempunyai anak gadis maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai “alat pembayaran” kepada si pi utang. Dan setelah anak tersebut dikawini, maka lunaslah hutang

hutang yang melilit orang tua si anak. e. Faktor Budaya

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan. Faktor adat dan budaya, di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi. Pada hal umumnya anak-anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang diamanatkan UU (Ahmad, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hanggara di Kecamatan Gegugjati Kabupaten Pasuruan tahun 2010 yaitu 61,6 % remaja yang

(8)

melakukan perkawinan usia dini karena faktor budaya. Dimana faktor budaya di sini adalah orang tua yang menjodohkan atau memaksa kawin anaknya.

f.

Faktor Media Massa

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media masa sering digunakan sebagai alat menstransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau menstransformasi diantara masyarakat itu sendiri. Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas.

Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

g. Faktor Kemauan Sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan di usia muda. Jadi sepasang kekasih ini menganggap bahwa pasangannya adalah cinta sejatinya dan ingin cepat-cepat bersatu dalam ikatan pernikahan.

h. Faktor Pergaulan Bebas

Seketat apapun orang tua melindungi anaknya dari dunia luar, tetap saja akan kena pengaruhnya walau sedikit. Dengan perkembangan jaman yang cepat, internet atau sarana media yang lain yang mudah diakses membuat anak terjatuh dalam pergaulan bebas. Terkadang orang tua tidak mampu mengikuti perkembangan jaman dan akan kaget melihat efeknya. Untuk pada jaman

(9)

sekarang tidak sedikit yang mempunyai rasa malu atau minder jika tidak mempunyai seorang pacar yang akan membuat seorang anak akan terlanjur bebas dan asyik menjalin hubungan dengan lawan jenis. Sehingga akan membuat sang anak menjadi lupa diri saat berpacaran. Jika kondisi seperti itu terus dibiarkan maka akan mungkin akibatnya terjadi yaitu hamil di luar nikah yang berujung dengan menikahkan keduanya tetapi dengan title MBA (marriage by accident). Hamil di luar nikah ini adalah akibat dari seringnya melakukan pergaulan bebas. Karena orang tua merasa malu atau itu adalah aib maka orang tua berpikir lebih baik untuk menikahkan anaknya tersebut. Selain karena hamil di luar nikah, ada juga karena akibat dari pergaulan bebas seorang anak itu sudah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri sehingga orang tua dari si anak terpaksa untuk menikahkan anaknya karena menurutnya anaknya sudah tidak perawan lagi dan itu akan menjadi aib.

Menurut (Al-Mighwar, 2006) Suasana keluarga yang tenang dan penuh curahan kasih sayang dari orang-orang dewasa yang ada di sekelilingnya, akan menjadikan remaja dapat berkembang secara wajar dan mencapai kebahagiaan. Sedangkan suasana rumah tangga yang penuh konflik akan berpengaruh negatip terhadap kepribadian dan kebahagiaan remaja yang pada ahirnya mereka melampiaskan perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan dan perilaku yang menyimpang.

Perkawinan usia muda terjadi karena akibat kurangnya pemantauan dari orang tua yang mana mengakibatkan kedua anak tersebut melakukan tindakan yang tidak pantas tanpa sepengetahuan orang tua. Hal ini tidak sepenuhnya kedua anak tersebut haruslah disalahkan. Mungkin dalam kehidupannya mereka kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, kasih sayang dari orang tuanya dan pemantauan dari orang tua. Yang mana mengakibatkan mereka melakukan pergaulan secara bebas yang mengakibatkan merusak karakter pemuda sebagai makhluk Tuhan. Masa-masa seumuran mereka yang pertumbuhan seksualnya meningkat dan masa-masa dimana mereka berkembang menuju kedewasaan. Jadi, bisa saja dalam hubungannya mereka memiliki daya nafsu seksual yang tinggi dan tak tertahan atau tak terkendali lagi sehingga mereka berani melakukan hubungan seksual hanya demi penunjukkan rasa cinta. Orang tua di sini terlalu

(10)

membebaskan anak-anaknya dalam bergaul tanpa memantau dan terlalu sibuk dengan pekerjaannya menurut (Wicaksono, 2013).

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan, pada hal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.

4. Dampak Terjadinya Pernikahan Dini a. Segi hukum

Adanya pelanggaran terhadap 3 undang-undang di negara kita yaitu: 1. UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan

- Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 tahun.

- Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

- Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggun jawab untuk: a) Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

b) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya

c) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. 3. UU No. 21 tahun 2007 tentang PTPPO

Patut ditengarai adanya penjualan/pemiindah tanganan antara kyai dan orang tua anak yang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.

b. Segi kesehatan

Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak.

Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko tinggi. Pada masa remaja ini, alat

(11)

reproduksinya belum matang untuk melakukan fungsinya. Rahim(uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada masa ini fungsi hormonal melewati masa yang maksimal. Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan rahim dapat rupture (robek). Pada usia 14-19 tahun, system hormonal belum stabil, kehamilan menjadi tak stabil mudah terjadi pendarahan dan terjadilah abortus atau kematian janin.Selain itu dampak pernikahan dini dalam segi kesehatan yaitu:

1. Kanker Leher Rahim

Pernikahan dini juga dapat menyebabkan kanker leher rahim pada perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun yang beresiko terkena kanker leher rahim. Pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang. Kalau terpapar human papiloma virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker. Leher rahim ada dua lapis epitel, epitel skuamosa dan epitel kolumner. Pada sambungan kedua epitel terjadi pertumbuhan yang aktif, terutama pada usia muda. Epitel kolumner akan berubah menjadi epitel skuamosa. Perubahannya disebut metaplasia. Kalau ada HPV menempel, perubahan menyimpang menjadi displasia yang merupakan awal dari kankes. Pada usia lebih tua, di atas 20 tahun, sel-sel sudah matang, sehingga resiko makin kecil. Gejala awal perlu diwaspadai, keputihan yang berbau, gatal serta perdarahan setelah senggama. Jika diketahui pada stadium sangat dini atau prakanker, kanker leher rahim bisa diatasi secara total. Untuk itu perempuan yang aktif secara seksual dianjurkan melakukan tes Papsmear 2-3 tahun sekali.

2. Tekanan darah tinggi

Remaja hamil memiliki resiko mengalami TD tinggi atau disebut dengan pregnancy-induced hypertension,dibandingkan dengan perempuan yang hamil diusia matang.Kondisi ini memicu terjadinya pre-eklamsi ,yaitu kondisi medis yang berbahaya yang mengabungkan Tekanan Darah tinggi dengan kelebihan protein dlm urine.pembengkakan tangan dan wajah ibu serta kerusakan organ.

3. Kelahiran premature

Kehamilan yang normal berlangsung selama 38-40 minggu,sehingga jika lahir sebelum usia tersebut disebut kelahiran premature.Jika ibu yg hamil tdk

(12)

mendapatkan perawatan yg cukup atau mengalami kondisi tertentu. Bisa memicu, kelahiran pre-mature yg beresiko pd bayinya seperti gangguan pernafasan,system pencernaannya belum sempurna atau gangguan organ lainnya. Ibu hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematuritas (lahir sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental , kebutaan dan ketulian.

4. BBLR

Jika kelahiran secara premature atau tidak mendapat kan gizi yg cukup selama hamil, ada kemungkinan bayi yang lahir memiliki berat badan bayi yang rendah.Bayi yang memiliki BBLR biasanya sekitar 1.500-2.500 gr,sedangkan jika dibawah 1.500 gr maka tergolong Berat badan sangat rendah.Hal ini menimbulkan ber bagai komplikasi yang dapat membahayakan sang bayi. 5. Resiko tertular Penyakit Menular Seksual (PMS)

Remaja yang melakukan hubungan seks memiliki resiko tertular penyakit seksual seperti chlamydia dan hiv.Hal ini sangat penting diwaspadai karena PMS bisa menyebabkan gangguan pada serviks (mulut rahim) atau menginfeksi rahim dan janin yang sedang dikandung.

c. Segi fisik

Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya, dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga. Generasi muda tidak boleh berspekulasi apa kata nanti, utamanya bagi pria, rasa ketergantungan kepada orang tua harus dihindari.

d. Segi mental/jiwa

Pasangan muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada setiap apa saja yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering mengalami kegoncangan mental, karena masih memiliki sikap mental yang labil dan belum matang emosinya.

e. Segi pendidikan

Pendewasaan usia kawwin ada kaitannya dengan usaha memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan persiapan yang sempurna dalam mengarungi bahtera hidup.

(13)

Perkawinan usia muda ditinjau dari segi kependudukan mempunya tingkat fertilitas (kesuburan) yang tinggi, sehingga kurang mendukung pembangunan di bidang kesejahteraan

g. Segi kelangsungan rumah tangga

Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan dan belum stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadinya perceraian (Ihsan, 2008) Daftar Pustaka http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39469/4/Chapter%20II.pdf http://alimuisrintan.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-pernikahan-dini-dan.html http://tydar.blogspot.co.id/2012/01/makalah-pernikahan-dini.html http://tydar.blogspot.co.id/2012/01/makalah-pernikahan-dini.html http://kua-rancah.blogspot.co.id/2012/07/batas-usia-pernikahan-dalam-undang.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39048/4/Chapter%20II.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho dan segala nikmat kemudahan serta petunjukNya yang telah diberikan sehingga dapat

Dengan mengacu pada riset sebelumnya, penelitian ini mencoba untuk menemukan bukti adanya konvergensi pertumbuhan ekonomi daerah dengan cakupan wilayah yang lebih sempit:

Arminareka Perdana disarankan untuk melakukan pengawasan kepada setiap mitra yang berada di berbagai daerah, karena meskipun praktik yang dilakukan pada perusahaan ini telah

Momen kapasitas balok dapat diperhitungkan sebagai momen rencana yang bekerja pada kolom jika daerah sendi plastis sudah direncanakan penulangannya. Ukuran kolom

Ada beberapa hal yang menarik peneliti untuk memilih Madrasah Aliyah Al- Hikmah Kajen Margoyoso Pati tersebut sebagai objek penelitian, salah satunya yakni adanya

Apabila terdapat bukti objektif penurunan nilai atas aset keuangan tersedia untuk dijual, maka kerugian kumulatif – yang diukur sebagai selisih biaya akuisisi dan nilai wajar

GHQJDQ UHQFDQD 6LVZD WHUOLKDW DNWLI PHODNXNDQ NHJLDWDQ SHPEHODMDUDQ PHODOXL NHJLDWDQ GLVNXVL VHUWD PHQJHUMDNDQ VRDO ODWLKDQ GL GHSDQ NHODV 3HODNVDQDDQ HYDOXDVL MXJD EHUMDODQ

Tanaman ini telah diteliti sebelumnya dan menunjukkan bahwa fraksi n -heksan dari ekstrak metanol yang diperoleh melalui metode kromatografi telah dilakukan uji aktivitas