• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 050635 TANJUNG NGUDA

KECAMATAN SIRAPIT LANGKAT TAHUN AJARAN 2016/2017.

AHMAD ALMUNAWAR

Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional engklek terhadap power otot tungkai pada siswa kelas III SD Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Ajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan Penelitian eksperimen . Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengambil data awal (pretest) kemudian melakukan perlakuan (treatmen) dan setelah itu melakukan tes akhir (posttest). Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa yang berbentuk unjuk kerja (psikomotor). Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dan untuk mengetahui hasil penelitian dilihat hasil post test.

Analisis hipotesis dari pre-test dan post-test dari pengaruh permainan tradisional engklek diperoleh thitung sebesar 7,120 dan ttabel sebesar 1,70 dengan taraf sigifikan α=0,05 artinya thitung ˃ ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas gerak dasar lompat pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit langkat Tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci : Permainan tradisional engklek, power otot tungkai BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai pendidkan dasar sampai pendidikan menengah atau kejuruan. Melalui proses pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan fisik, keterampilan motorik

serta pengetahuan. Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh semua kalangan. Namun, pelaksanaannya pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Peran pendidikan jasmani sangat penting, yakni memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam aneka gerak pengalaman belajar

(2)

melalui aktivitas jasmani. Hal tersebut merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional, spiritual dan sosial), serta membiasakan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

Siswa perlu dibekali dengan berbagai gerak dasar umum maupun gerak dasar dominan dari setiap kecabangan olahraga, sehingga alat apapun bisa dimanfaatkan, dan yang terpenting adalah kegiatan tersebut pada akhirnya tidak akan menghilangkan makna serta esensi pendidikan jasmani antara lain: (1) Siswa tetap memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, (2) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (3) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar karena selalu difasilitasi dengan pembelajaran pola gerak dasar umum yang banyak dan berkali-kali dilakukan. Aktifitas fisik yang digunakan sebabagai media pembelajaran antara lain adalah : permainan dan cabang olahrag pilihan, pengembangan diri, senam, ritmik, akuatik, dan pendidikan luar sekolah maupun bentuk-bentuk permainan baik itu permainan tradisional ataupun permainan yang bersifat inovatif.

Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya yang pada hakikatnya merupkan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya. Menurut Sukirman Dharmamulya dalam bukunya, nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional diantaranya : Melatih sikap mandiri, berani mengambil keputusan, penuh tanggung jawab, jujur, sikap dikontrol oleh lawan, kerjasama, saling membantu dan menjaga, membela kepentingan kelompok, berjiwa demokrasi, patuh pada peraturan, penuh perhitungan, ketepatan berfikir dan bertindak, tidak cengeng, berani, bertindak sopan, bertindak luwes. Demikian banyak nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Muatan pendidikan dan juga nilai-nilai kemanusiaan yang kreatif dan handal akan terbentuk dalam jiwa anak sehingga tak akan pantang menyerah.

Selain yang disebutkan Sukirman di atas, nilai-nilai yang terkandung dari permainan tradisional adalah sebagai berikut : Menanamkan budaya trampil kerja, Menanamkan keuletan dan ketabahan, menanamkan cara berfikir yang divergent (cikal bakal berfikir kreatif), Menanamkan etos kerja yang produktif, menanamkan jiwa aktif yang mengarah ke hal yang baru (original) dan berbeda seperti saat bermain dengan lempung, Menanamkan daya kompetisi yang tinggi,

(3)

dan menanamkan kepercayaan diri yang kuat.

Begitu banyak manfaat dari permainan tradisional ini, namun keberadaannya sekarang tinggal dalam bentuk tulisan atau juga terkubur ditelan kemajuan jaman. Orangtua lebih senang anaknya bermain di dalam rumah dengan alasan yang kuat yaitu : aman. Anak lebih banyak di beri playstation dan juga game-game lain yang sesuai dengan jamannya. Alasan orangtua membiarkan anak-anaknya bermain di dalam rumah adalah agar lebih mudah dikontrol dan diawasi. Padahal dengan banyak bermain di luar, anak-anak lebih mudah untuk belajar, terutama belajar berani sejak dini dan meninggalkan “lingkaran amannya” yaitu orangtua. Contoh permainan tradisional adalah : Ciluk ba, Enggrang, Petak Umpet, Kelereng, Yoyo, Lompat tali, pasaran, lempung, Cublak-cublak suweng, Bekel, Gobag, Gasingan, Dakon, Bakiak, Adang-adangan, Engklek, Panjat Pinang, Cari jejak, Layang-layang dan lain lain.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat simbiosis mutualisme antara pendidikan jasmani dan olahraga permainan tradisional. Pendidikan jasmani sebagai dasar pelaksanaannya dan permainan tradisional sebagai alat dalam pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa sekolah dasar perlu ditekankan pada pelaksanaan gerak dasar

(lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif) dengan penekanan gerak dasar tersebut, dinilai akan mampu memberikan pengalaman gerak yang menjadi modal siswa dalam penyelesaian aktivitas gerak untuk tingkat selanjutnya.

Karena dinilai kurangnya kreativitas dan variasi guru dalam mengajarkan unsur gerak dasar tersebut. Maka peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian yang menguhubungkan pendidikan jasmani dan olahraga tradisional. Maka ditariklah sebuah judul penelitian “Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Power Otot Tungkai Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2015/2016 ”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah; Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi power otot tungkai pada siswa sekolah dasar? Apakah permainan tradisional engklek dapat mempengaruhi power otot tungkai siswa sekolah dasar kelas III? Apakah dengan permainan tradisional dapat meningkatkan power otot tungkai pada siswa sekolah dasar kelas III?

(4)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang berkembang pada penelitian ini, maka perlu diadakan pembatasan masalah guna menghindari salah penafsiran. Maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaikni: “Pengaruh permainan Tradisional Engklek Terhadap Power Otot Tungkai Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh permainan tradisional engklek terhadap power otot tungkai pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah permainan tradisional engklek berpengaruh terhadap

power otot tungkai pada siswa Kelas III

Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat sebagai;

1. Kontribusi peneliti dalam bidang pendidikan khususnya mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

2. Pelestarian permainan tradisional yang semakin hari kian memudar dikalangan anak Indonesia

3. Alternatif pembelajaran gerak dasar lompat dengan variasi bermain

4. Melihat adakah pengaruh permainan tradisional engklek terhadap power otot tungkai pada siswa sekolah dasar kelas III Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017

5. Sebesar apa pengaruh permainan tradisional engklek terhadap power otot tungkai pada siswa sekolah dasar kelas III Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB II LANDASAN TEORITIS 1. Hakekat Pendidikan Jasmani

Menurut Sunarno (2005) pembelajaran pendidikan jasmani adalah: “sebagai suatu proses sudah barang tentu harus mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar sebagai proses

(5)

interaksi eduktif yang meliputi: 1. Kemana proses tersebut akan diarahkan. 2. Apa yang harus dibahas dalam proses tersebut. 3. Bagaimana cara melakukannya. 4. Bagaimana cara mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. 5. Dalam keadaan gimana. 6. Siapa yang menyelenggarakan/ menyampaikan. 7. Kepada siapa disampaikan/ ditunjukkan”.(hlm.2)

Mengutip dari apa yang dikatakan oleh Samsudin (2012) dalam buku kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pendidikan jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh (kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral), yang merupakan tujuan pendidikan pada umumnya. Atau secara spesifik melalui pembelajaran pendidikan jasmani, peserta didik melakukan kegiatan berupa permainan (game), dan berolahraga (disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak). (hlm.30)

2. Hakekat Aktivitas Gerak Dasar Keterampilan gerak untuk siswa Sekolah Dasar adalah keterampilan gerak dasar. Pangrazi (2001) menyebutkan bahwa “keterampilan dasar adalah keterampilan yang bermanfaat yang dibutuhkan anak-anak sebagai bekal hidup

dan bersikap”. (hlm.65). Kelompok keterampilan ini disebut juga dengan keterampilan fungsional, artinya keterampilan ini menjadi pondasi bagi aktivitas anak-anak di lingkungan dan membentuk dasar gerakan yang kompeten.

Proses terbentuknya gerak tidak terjadi secara otomatis, tetapi merupakan akumulasi dari proses belajar dan berlatih, yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-berulang yang disertai dengan kesadaran gerakan yang dilakukan. Oleh karena itu keterampilan gerak adalah kemampuan melakukan gerakan secara epesien dan efektif. Berdasarkan tingkat perkembangan motorik manusia, perkembangan motorik manusia dibagi menjadi empat tahapan perkembangan sampai proses kematangan gerak, yaitu : (a) Reflexive movement

phase, (b) Rudimentary movement phase, (c) Fundamental movement phase, (d) Specialized movement phase. (Rusli Lutan,

1988: 32)

2.1.Gerak Lokomotor

Gerak Lokomotor Gerak lokomotor adalah gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Macam-macam gerak lokomotor, yaitu : lari, lompat, loncat, skiping, jingkat, menderap, sliding, skiping, rolling, dan memanjat. Pengembangan bentuk-bentuk geraK

(6)

lokomotor ini antara lain; (Syarifudin 2001: 45)

2.2.Gerakan Nonlokomotor

Gerakan non lokomotor adalah aktivitas yang menggerakkan anggota tubuh pada porosnya dan pelaku tidak pindah tempat. Bentuk-bentuk gerak nonlokomotor, yaitu menghindar, meregangkan otot, memutar dan berputar, mengayunkan kaki, bergantung, menarik, dan yang terakhir adalah mendorong. (Syarifudin 2001: 45)

2.3.Gerakan Manipulatif

Gerakan manipulatif adalah keterampilan motorik yang melibatkan penguasaan terhadap objek di luar tubuh oleh tubuh atau bagian tubuh. Dilihat dari jenisnya, keterampilan manipulatif dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Menjauhkan obyek: melempar, memukul, menendang. Menambah penguasaan: menangkap, mengumpulkan, mengambil. Bergerak bersama: membawa, memantul-mantulkan (dribbling). (Syarifudin 2001: 45)

3. Gerak Dasar Lompat

Gerak dasar melompat bagi siswa Sekolah Dasar, merupakan salah satu aktivitas pengembangan kemampuan daya gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya. Gerakan melompat merupakan gerak lokomotor.

Untuk membina dan meningkatkan aktivitas pengembangan kemampuan daya tahan gerak siswa Sekolah Dasar, maka kuncinya harus memiliki karakteristik belajar sambil bermain.

Gambar : Tahapan Lompat 4. Hakekat Permainan Tradisional

Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sukintaka (1992:16) dalam bukunya yang mengatakan “permainan tradisional adalah permainan yang telah diaminkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi”. Yang dimaksud dengan tradisi disini merupakan permainan yang telah dimainkan serta diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Sejalan dengan itu Suherman dan Mahendra (2001:6) “pembelajaran keterampilan gerak anak menguasai keterampilan dalam berbagai cabang olahraga merupakan tanggung jawab utama dari guru pendidikan jasmani”.

Menurut Mohammad Zaini Alif (2005:17), “ada banyak hal yang bisa diambil dari mainan tradisional. Permainan tradisional memberikan pembelajaran kepada anak mengenai pentingnya menjaga lingkungan, menghormati sesama, hingga cinta kepada Tuhan. Mainan tradisional juga dekat dengan alam dan memberikan kontribusi bagi

(7)

pengembangan pribadi anak. Permainan tradisional bisa membuat diri pribadi dalam melatih kreativitas dan tanggung jawab pada anak.”

Jika dilihat dari akar katanya, penulis dapat meyimpulkan permainan tradisional adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapatkan kegembiraan. Sebagai salah satu wujud budaya yang mewariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, permainan tradisional memiliki berbagai kelebihan dan manfaat 5. Permainan Tradisional Engklek

Cara Bermain Engklek ini juga tergolong mudah, berikut panduan dalam bermain permainan tradisional engklek ini; 1. Para pemain harus melompat dengan menggunakan satu kaki di setiap kotak-kotak / petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah. 2. Untuk dapat bermain, setiap anak harus

mempunyaigacuk yang biasanya berupa pecahan genting / kreweng, keramik lantai, ataupun batu yang datar.

3. Gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak dengan gacuk yang sudah berada diatasnya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan

satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.

4. Pemain tidak diperbolehkan untuk melemparkan gacuk hingga melebihi kotak atau petak yang telah disediakan. Jika ada pemain yang melakukan kesalahan tersebut maka pemain tersebut akan dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya.

5. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika gacuk jatuh tepat pada salah satu petak maka petak tersebut akan menjadi daerah kekuasaan pemain. Kemudian pada petak tersebut, pemilik sawah boleh menginjak petak dengan dua kaki, sedangkan pemain lain tidak boleh menginjak petak tersebut selama permainan. Pemain yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya.

Gambar; Lapangan permainan

engklek

Manfaat yang diperoleh dari permainan engklek ini antara lain

(8)

adalah: (a) Kemampuan fisik menjadi kuat karena dalam permainan engklek di haruskan untuk melompat–lompat. (b) Mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan kebersamaan. (c) Dapat menaati aturan – aturan permainan yang telah disepakati bersama. Mengembangkan kecerdasan logika. (d) Permainan engklek melatih untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya. (e) Dapat menjadi lebih kreatif. (f) Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. (g) Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. (h) Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017 . Dengan lamanya penelitian 4 kali pertemuan (4x35 menit) di bulan Mei 2017.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian mengemukakan; “Populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian” (2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat yang berjumlah 49 siswa/i

2. Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian populasi, maka penelitian tersebut dapat disebut sebagai penelitian sampel. “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” Arikunto (2002:109). Dalam hal ini peneliti mengambil sampel penelitian dengan teknik random sample atau sampel acak yaitu siswa/i kelas 3-A dengan jumlah siswa 22 orang.

C. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya peneliti bermaksud untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh variabel bebas (permainan tradisional engklek) dan variabel terikat (power otot tungkai) pada siswa Sekolah Dasar kelas 3.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

pre-test dan post-pre-test. Pre-pre-test adalah tes awal

yang dilakukan untuk melihat kemampuan dasar dari siswa yang menjadi sampel sedangkan post-test adalah tes yang dilakukan setelah sampel diberikan perlakuan (treatment). Pre-test dilakukan

(9)

di awal sebelum pertemuan sedangkan

post-test dilakukan di akhir pertemuan.

Variabel yang ada dalam peneilitain ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berikut penjelasan dari tiap variabel:

1. Variabel Bebas : Permainan tradisional Engklek

2. Varaiabel Terikat : Power otot tungkai

D. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan uji awal untuk melihat kemampuan dasar dari siswa kelas 3 sebagai sampel (pre-test) yang kemudian peneliti akan memberikan perlakuan (treatment) pada sampel penelitian berupa permainan engklek dalam beberapa pertemuan yang selanjutnya diakhir pertemuan peneliti melaksanakan tes akhir (post-test) untuk melihat perubahan/keberhasilan perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada desain penelitian berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian 1 Pre-test 2 Treatment 3 Post-test

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian

Tes dan pengukuran serta evaluasi yang dilakukan dilapangan selama 4 minggu dilakukan untuk mengungkapkan kebenaran hipotesis yang telah diajukan. Dari hasil pre-test yang dilakukan diperoleh rentang nilai 1,19-1,63dengan rata-rata 1,42 dan simpangan baku 0,14 Kemudian diberikan perlakuan (treatment) untuk kemudian setelah itu dilakukan uji/tes kembali (test). Dari hasil

post-test diperoleh rentang nilai 1,27-1,69

dengan rata-rata 1,50 dan simpangan baku 0,12

Kemudian dari rata-rata pre-test dan

post-test dapat dilihat nilai beda rata-rata

0,079 dengan simpangan baku 0,063 sehingga didapat thitung 7,120 dengan α=0,05 ttabel didapat sebesar 1,70.

Tabel 4.1 Hasil Pre tes dan Post tes Pengaruh Permainan Tradisional

Terhadap Power Otot Tungkai

Deskripsi Data Gerak Dasar Lompat Pre-test Post-test Rentang 1,19 1,63 1,27 1,69 Rata-rata 1,42 1,50 Simpangan Baku 0,14 0,12 Beda rata-rata 0,079

Pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Lilifors dari kolom

pre-test diatas, pengaruh permainan tradisional

engklek terhadap aktivitas gerak dasar didapat L0=0,486 dan Ltabel = 0,886 dengan n=32 dan taraf signifikan α=0,05. Dari data tersebut Lhitung < Ltabel dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari

(10)

populasi yang normal. Selanjutnya dari kolom post-test, pengaruh permainan tradisional engklek terhadap aktivitas gerak dasar didapat L0=0,640 dan Ltabel = 0,886 dengan n=32 dan taraf signifikan α=0,05. Dari data tersebut Lhitung < Ltabel dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang normal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa permainan tradisional engklek berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas gerak dasar lompat pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 050635 Tanjung Nguda Kecamatan Sirapit Langkat Tahun Pelajaran 2016/2017 .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada

satu Satuan Pendidikan hendaknya dilakukan penelitian dengan Satuan Pendidikan yang lebih luas lagi.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah, guru dapat melakukan berbagai bentuk permainan yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

3. Dalam rangka pelestarian budaya bangsa yang hampir punah, tidak ada

salahnya guru pendidikan jasmani memainkan kembali berbagai bentuk permainan tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, Achmad Allatief, (2006),

Kumpulan Permainan Rakyat Olahraga Tradisional. Jakarta :

Cerdas Jaya.

Ateng, Abdulkadir, (1992) Asas Dan

Landasan Pendidikan Jasmani,

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan. Dadang Masnun, (2003 ) “Kinesiology

Olahraga” Jakarta: FIK UNJ.

Dinata, Marta. (2003) “Permainan Kecil

dan Permainan Tradisional”.

Bandar Lampung.

Dirjen Dikluspora, 1979 Tuntutan

Mengajar Atletik, ( Jakarta:

Depdikbud )

Hardianto Wibowo, 1978 Anatomi

Miologi, Pengetahuan Ilmu Olahraga, Jakarta: FPOK IKIP

Jakarta

Harsono, (1988) Coaching Dan

Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching,

Jakarta

Harsono, (2000) Coaching dan

Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching,

Jakarta: Tambak Kesuma

Robet P. Pangrazi (2001). Dynamic

Physical Education For

Elementary School Children Usa, Macmillan Pulising Company

Gambar

Gambar : Tahapan Lompat  4.  Hakekat Permainan Tradisional

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Metode Reliability Centered Maintenence pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar

[r]

Status gizi berkaitan dengan perkembangan kecerdasan anak dilihat dari, gizi yang baik merupakan asupan zat gizi dan energi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Berlian Nurlianti 2014 Universitas Pendidikan

[r]

Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual ( Intelligence Quotient – Iq ) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Ditinjau... Dari Status Sosial-Ekonomi Orang

[r]

Kedua, studi do- kumenter ( documenter study ), untuk mem- peroleh data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi