• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN BELAJAR 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEGIATAN BELAJAR 4"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN BELAJAR 4

MENJAGA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM SEKOLAH/MADRASAH

Kompetensi yang diharapakan setelah anda mempelajari kegiatan belajar 4 adalah memahami tentang menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium sekolah/madrasah, Terutama yang berkaitan dengan:

4.1. Menjaga kesehatan diri dan lingkungan

4.2. Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium

4.3. Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai

dengan prosedur yang berlaku

4.4. Mengurangi limbah laboratorium sesuai dengan prosedur

yang berlaku

4.5. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

Agar anda memiliki kompetensi yang diharapkan, maka dalam modul ini akan diasjikan konsep, uraian dan contoh tentang menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium beserta contoh dan latihannya.

A. Konsep, Uraian dan Contoh Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium

A. 1. Menjaga Kesehatan Diri dan Lingkungan

(2)

Republic of Trinidad and Tobago, 2000; Department Of Health And Human Services, US, 2007].

Untuk dapat memahami bagaimana menjaga kesehatan diri dan lingkungan dalam laboratorium, untuk itu kita harus mengetahui bahan-bahan/zat kimia yang bersifat racun dapat masuk ke dalam tubuh. Beberapa jalur masuk (Routes of Entry) bahan-bahan kimia ke dalam tubuh adalah sebagai berikut;

1. Kulit dan mata /Skin and Eye Contact

Salah satu jalur masuknya zat kimia ke dalam tubuh adalah melalui kontak langsung dengan kulit atau mata. Kontak bahan kimia dengan kulit umumnya akan menimbulkan reaksi lokal (seperti terbakar atau terluka) atau, terabsorbsi pada saluran darah dan dapat menyebabkan efek racun pada bagian tubuh lainnya.

Absorpsi zat kimia melalui kulit dipengaruhi oleh kesehatan kulit dan sifat zat kimia tersebut. Kulit kering atau pecah-pecah atau terluka akan lebih mudah mengabsorpsi zat kimia. Senyawa-senyawa yang dapat melarutkan lemak, seperti beberapa pelarut organik, dapat dengan mudah memasuki kulit, dan bila kulit sudah menyerap senyawa organik tersebut maka kulit tersebut tidak dapat menyerap senyawa lain yang lebih dibutuhkan oleh tubuh.

(3)

Jika zat kimia kontak dengan kulit, bilas daerah yang terkena kontak dengan air paling sedikit 15 menit, lepaskan Jas-Lab bila perlu. Jika gejala masih ada, hubungi paramedis atau dokter.

Hindari penggunaan pelarut organik dalam mencuci tangan. Pelarut tersebut akan menghilangkan minyak pelindung alami kulit dan akan menyebabkan iritasi dan peradangan. Dalam beberapa kasus, pencucian tangan dengan pelarut organik akan mempercepat absorbsi zat kimia beracun.

Zat kimia yang kontak dengan mata dapat membahayakan, menyebabkan terluka dan sakit atau sampai kelhilangan penglihatan. Penggunaan sarung tangan atau pelindung muka dapat mengurangi resiko kontaknya zat kimia dengan mata secara langsung. Mata yang terkena kontak dengan bahan-bahan kimia harus segera dicuci dengan air mengalir minimal 15 menit. Jika menggunakan contact lensa maka benda tersebut harus segera dikeluarkan ketika proses pencucian, jangan menunda proses pencucian mata yang terkena zat kimia. Sebaiknya hubungi dokter segera bila masih ada gejala yang dirasakan.

2.

Inhalasi/Inhalation

Saluran pernafasan adalah rute yang umum masuknya gas, uap, partikel dan aerosol (asap, kabut tipis dan gas berbahaya). Material ini akan masuk menuju paru-paru dan menyebabkan efek lokal, atau diabsobsi ke dalam pembuluh darah. Faktor-faktor

(4)

terpaparnya paru-paru dan tingginya zat kimia yang diserap oleh pembuluh darah. Gejala yang ditimbulkan bila pemaparannya tinggi adalah kepala pusing, produksi mucus meningkat, mata, hidung dan tenggorokan mengalami iritasi. Material kimia yang mudah menguap, disarankan dibuka pada labotatorium yang memiliki ventilasi yang baik, dan menghindari zat berbaya tersebut.

3.

Tertelan/Ingestion

Saluran pencernaan adalah jalur kemungkinan lain untuk rute masuknya senyawa toksin. Meskipun tertelannya senyawa kimia secara langsung di laboratorium tidaklah umum, tetapi masuknya senyawa kimia dalam saluran pencernaan tersebut dapat terjadi karena terpaparnya makanan, atau minuman akibat dari sentuhan tangan yang mengandung bahan kimia, atau karena terhirupnya partikel melalui sistem pernafasan. Kemungkinan kontaminasi tersebut dapat dikurangi dengan tidak makan, minum, merokok, atau menyimpan makanan dalam laboratorium, dan dengan cara mencuci tangan dengan bersih setelah bekerja dengan bahan kimia, walaupun pada saat bekerja menggunakan sarung tangan sebagai pelindung.

4.

Suntikan/Injection

Kemungkinan akhir terpaparnya bahan kimia dalam tubuh adalah melalui rute penyuntikan. Masuknya zat kimia melalui penyuntikan sangat efektif karena dapat langsung dapat menembus kulit,

(5)

dapat terjadi pada saat menangani penyuntikan hewan, atau karena kecelakaan pada saat bekerja menggunakan pipet, peralatan kaca yang pecah, atau benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi dengan senyawa racun.

Jika kecelakaan karena injeksi terjadi, cuci bagian yang terkena injeksi dengan sabun dan air, kemudian jika diperlukan segera mencari pertolongan pada paramedis atau dokter. Perhatian dan konsentrasi penuh sangatlah penting dilakukan pada saat menggunakan benda-benda tajam di Laboratorium.

Setelah anda mempelajari cara masuknya zat-zat kimia berbahaya di laboratorium, untuk menjaga diri dan lingkungan kita terhadap bahaya tersebut maka pada saat di laboratorium harus juga diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tingkah laku/Conduct

a. Jangan bercanda atau bermain-main di laboratorium. b. Jangan berkejar-kejaran di laboratorium.

c. Melakukan eksperimen tanpa ijin adalah kegiatan yang sangat dilarang. Artinya lakukan suatu kegiatan praktikum sesuai petunjuk yang diberikan. Jangan pernah mencoba-coba tanpa mengetahui reaksi yang akan terjadi. Hal ini memicu terjadinya kecelakaan.

d. Jangan duduk pada meja kerja untuk praktikum.

2. Prosedur umum di laboratorium/General Work Procedure

a. Mengetahu prosedur gawat darurat.

b. Khusus untuk siswa, jangan melakukan pekerjaan praktikum/eksperimen di laboratorium tanpa bimbingan supervisor/guru.

(6)

d. Segera melaporkan semua kejadian diluar prosedur eksperimen, seperti menumpahkan zat, kecelakaan, atau kejadian berbahaya lainnya pada guru/supervisor.

e. Jangan pernah meninggalkan eksperimen yang sedang berlangsung.

f. Harus berhati-hati pada saat bekerja dengan perlatan kaca dan peralatan laboratorium lainnya pada keadaan panas, walaupun alat tersebut terlihat tidak ada bedanya dengan kondisi pada saat dingin.

g. Jangan mengarahkan tabung reaksi terbuka kearah sendiri maupun orang lain selama proses reaksi dalam tabung tersebut berlangsung.

h. Jangan mengisi/mengambil zat cair menggunakan pipet dengan bantuan mulut, tetapi selalu gunakan alat bantu yang tepat seperti a pipetting device.

i. Pastikan tidak ada zat yang mudah terbakar di sekitar kita, ketika akan menyalakan korek api/lampu spirtus/busen. j. Jangan meninggalkan pembakar bunsen dalam keadaan

menyala bila tidak dibawah pengawasan kita.

k. Matikan semua peralatan untuk pemanas, tabung gas, and keran air ketika tidak digunakan.

l. Jangan memindahkan perlatan atau bahan kimia apa-pun ke luar dari laboratorium tanpa seijin guru/supervisor.

m. Jas laboratorium/Coats, tas dan barang-barang milik pribadi harus disimpan pada diluar area praktikum, tidak pada meja praktikum atau lorong jalan keluar.

n. Untuk siswa, jika anda anda mengeahui berilah informasi pada guru/supervisor bila memiliki kelainan atau alergi terhadap bahan kimia tertentu.

(7)

3. Perlengakapan dalam laboratorium/Apparel in the Laboratory

a. Selalu gunakan pelindung mata sesuai prosedur pada saat anda bekerja di laboartorium.

b. Gunakan sarung tangan disposable, ketika bekerja dengan zat-zat berbahaya. Tanggalkan sarung tangan sebelum meninggalkan laboratorium.

c. Gunakan baju lab berlengan panjang, sepatu tertutup, tidak berhak tinggi, tidak licin, dan tahan terhadap zat-zat kimia. d. Gunakan celana yang menutupi seluruh kaki pada saat

bekerja di laboratorium.

e. Untuk yang memiliki rambut panjang, harus diikat secara rapih dan jangan menggunakan perhiasan berlebihan, tidak dibolehkan menggunakan kuku palsu pada saat bekerja di laboratorium, karena akan memicu kecelakaan seperti mudah terbakar. Karena umumnya kuku palsu tersebut terbuat dari polimer yang tidak tahan terhadap api.

4. Menjaga kebersihan agar tetap sehat/ Hygiene Practices

a. Jauhkan tangan pada wajah, mata atau mulut ketika sedang memegang zat kimia pada saat praktikum atau di laboratorium.

b. Jangan pernah membawa, membuka atau menutup makanan dan minuman, di dalam laboratorium atau area penyimpanan zat kimia.

c. Jangan pernah menggunakan peralatan gelas dilaboratorium untuk makan dan minum.

d. Jangan menggunakan kosmetik sambil bekerja di laboratorium atau areapenyimpanan zat-zat kimia.

(8)

f. Tanggalkan semua alat pelindung laboratorium (seperti sarung tangan, Lab jas, kacamata pelindung) sebelum meninggalkan laboratorium.

5. Prosedur Gawat darurat/Emergency Procedure

a. Mengetahui semua jalan keluar dari lokasi laboratorium dan dari gedung secara keseluruhan.

b. Mengetahui lokasi telepon darurat ditempatkan.

c. Mengetahui lokasi dan mengetahui bagaimana mengoperasikan alat-alat darurat berikut ini:

1. Alat pemadam kebakaran/Fire extinguishers

2. System alarm pada keadaan emergency/Alarm systems with pull stations

3. Bahan tahan api yang dapat menghambat penyebarannya/A Fire blankets

4. Alat pencuci mata atau keran air mengalir yang dapat digunkan untuk melindungi mata dari zat berbahaya/Eye washes

5. Alat P3K/First-aid kits

6. Shower dengan air yang mengalir/Deluge safety showers

d. Pada kasus tertentu dalam keadaan darurat atau kecelakaan, ikuti prosedur emergency sesuai petunjuk guru atau petugas evakuasi untuk dapat keluar dari gedung menuju jalan keluar terdekat.

A. 2. Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja Laboratorium

(9)

pemaparan zat-zat kimia berbahaya. Ada 3 (tiga) metode umum yang digunakan untuk mengontrol pemaparan zat-zat kimia berbahaya. Dalam laboratorium, metode-metode tersebut atau kombinasi ketiganya digunakan untuk melindungi orang yang bekerja di laboratorium terhadap pemaparan zat kimia. Ketiga metode pengendalian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian secara teknis/Engineering Controls

Engineering controls adalah pengendalian pemaparan zat kimia berbahaya pada orang-orang yang bekerja di laboratorium melalui pengubahan teknik atau metode yang digunakan selama bertinteraksi dengan zat-zat kimia dalam laboratorium. Beberapa contoh yang termasuk dalam Engineering controls adalah :

a. Penggantian bahan kimia dengan bahan kimia lain yang memiliki toksisitas lebih rendah

b. Merubah metode yang digunakan untuk meminimalisisr kontak dengan bahan kimia berbahaya

c. Melakukan isolasi/lokalisasi daerah tempat melakukan proses percobaan/ eksperimen.

d. Menggunakan metode yang dapat meminimalisir pembentukan pencemar udara seperti debu atau partikulat.

e. Mengendalikan udara dalam laboratorium dengan mengoptimalkan fungsi Local exhaust, termasuk optimalisasi penggunaan lemari asam.

(10)

dilakukan maka dapat meminimalisir kontaknya dengan zat kimia berbahaya.

Administrative controls adalah pengendalian pemaparan zat kimia dengan cara mengendalikan jadual/schedules dari para petugas di laboratorium sehingga tidak mengalami overexposed terhadap zat-zat kimia berbahaya. Namun pendekatan ini sering tidak dapat dilakukan bila laboratorium memiliki keterbatasan petugas, sehingga jarang bisa dilakukan.

3. Pengendalian melalui penggunaan alat pelindung/Personal Protective Equipment

Personal Protective Equipment adalah pengendalian yang lebih menekankan pada penggunaan alat pelindung terhadap pemaparan zat-zat kimia berbahaya ketika kita bekerja di Laboratorium. Alat-alat yang termasuk dalam personal protective equipment, adalah sarung tangan (glove), kacamata (eye protection), pelindung pernafasan (respirators), Jas laboratorium (protective clothing) dan peralatan lainnya.

Setelah anda memahami cara-cara pengendalian terhadap pemaparan zat kimia berbahaya terhadap orang yang bekerja di laboratorium, sekarang mari kita membahas lebih detail tentang alat-alat yang digunakan untuk melindungi diri kita saat bekerja di laboratorium atau Personal Protective Equipment.

(11)

laboratorium karena PPE adalah untuk melindungi diri kita sendiri yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka kita harus mengetahui betul fungsi, cara penggunaan yang benar, dan kelemahan atau keterbatasan dari alat pelindung yang kita gunakan. Pada gambar 4.1 disajikan alat-alat pelindung yang dapat digunakan untuk melindungi diri di laboratorium.

Gambar 4.1. Personal protective equipment (PPE) dan daerah yang dilindungi. Urutan dari atas ke bawah menunujukkan, (1) Alat pelindung muka dapat digunakan kacamata dan Sheilding (2) alat pelindung telinga digunakan ear protection (3) alat pelindung pernafasan digunakan respirator (4) alat pelindung badan digunakan baju laboratorium (apron/Lab Cloting) (6) alat pelindung tangan digunakan sarung tangan dan (7) alat pelindung kaki adalah sepatu atau footwear.

1. Eye Protection/Pelindung Mata

(12)

standar biasanya diberi kode dengan "Z87" pada bagian framenya. Kaca mata pelindung harus dapat melindungi mata dari objek-objek yang merusak mata seperti partikel, serpihan kaca atau metal. Banyak kecelakan terjadi di laboratorium karena tidak menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja di lab. Saat ini produk kacamata pelindung sangat bervariasi, yang terpenting adalah kacamta tersebut harus pas atau fit and comport pada saat digunakan. Kelemahan kacamata pelindung adalah tidak dapat melindungi dari percikan bahan kimia yang mungkin masuk melalui bagian bawah, samping atau bagian atas. Sehingga masih memungkinkan percikan zat kimia masuk pada mata. Kacamata pelindung juga tidak dapat sepenuhnya melindungi dari debu dan bubuk bahan kimia, sehingga bahan-bahan tersebut juga dapat masuk ke mata melalui bagian seperti diuraikan di atas. Kacamata pelindung khusus seperti safety goggles lebih disarankan sebagai pelindung mata ketika kita bekerja di laboratorium.

b. Kacamata pelindung khusus/Chemical Splash Goggles

(13)

adalah salah satu contoh produk yang ditawarkan, adalah merupakan kombinasi atau hybrid dari goggle dan kacamata pelindung.

c. Face Shields/pelindung muka

Pelindung muka digunakan ketika bekerja dengan zat-zat kimia dengan volume besar. Face shields dapat juga melindungi muka

dari percikan atau partikel-partikel berukuran kecil.

d. Contact Lenses

Contact lenses dapat juga digunakan di laboratorium, tetapi tidak dapat melindungi dari kontak dengan bahan-bahan kimia. Jika contact lense terkontaminasi dengan zat-zat kimia berbahaya cuci mata dengan air mengalir dan keluarkan contact lense segera. Contact lense yang telah terkontaminasi zat-zat kimia sebaiknya dibuang.

2.

Baju dan Sepatu Pelindung/Protective Clothing &

Footwear

a. Protective Clothing

(14)

baju-baju atau pakaian lainnya, agar tidak mengkontaminasi. Baju laboratorium sebaiknya dapat menutupi tubuh dengan baik, seperti berlengan panjang, tidak terlalu sempit atau terlalu besar.

b. Footwear

Pelindung kaki/sepatu tertutup harus selalu digunakan setiap saat dalam gedung dimana bahan-bahan kimia disimpan atau digunakan. Pemakaian sepatu terbuka, atau sandal tidak boleh digunakan di Laboratorium atau dimana pekerjaan yang berkaitan dengan mekanik dilakukan. Sepatu pelindung harus dapat melindungi kemungkinan pemaparan olah zat-zat penyebab korosif, pelarut organik, atau air yang dapat meresap ke bagian dalam sepatu. Sepatu kulit yang sudah terpapar zat-zat kimia berbahaya sebaiknya tidak digunakan lagi.

3.

Sarung tangan/Gloves

(15)

Sarung tangan pelindung harus digunakan ketika menangani zat-zat kimia berbahaya, zat-zat kimia yang yang dapat menimbulkan toksisitas, bahan-bahan yang korosif, benda-benda yang bergerigi atau tajam, dan material yang sangat dingin atau sangat panas. Ketika menangangi zat-zat kimia di laboratorium, disposable latex, vinyl atau nitrile adalah jenis sarung tangan yang biasa digunakan. Sarung tangan jenis ini akan melindungi tangan dari percikan bahan kimia berbahaya atau kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut.

Ketika kita bekerja dengan bahan kimia yang toksik/beracun, bahan kimia korosif dengan konsentrasi tinggi, menangani zat kimia dalam waktu tertentu dan memungkinkan zat-zat tersebut kontak dengan tangan, maka harus digunakan sarung tangan pelindung yang seseuai dengan kondisi yang kita hadapi.

4.

Pelindung Pernafasan/Respiratory Protection

Respirator hanya digunakan ketika engineering controls, seperti ventilasi umum atau lemari asam tidak berfungsi dengan optimal. Respirator juga harus digunakan ketika kita menangani zat-zat dengan konsentrasi tinggi contoh asam klorida, asam sulfat pekat, zat padat dalam bentuk partikulat, zat-zat yang mudah menguap, serta zat yang menimbulkan bau.

(16)

pelindung harus pas dengan bagian yang harus dilindungi atau proper fitting dan nyaman digunakan.

A.3. Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku

Di Indonesia, limbah berbahaya dan beracun (B3), yang lebih dikenal sebagai lirnbah B3, diatur dengan PP No. 19 tahun 1994 dan peraturan lain yang terkait. Dalam peraturan tersebut ada 4(empat) badan yang diatur, yaitu Penghasil Limbah B3. Pengumpul Limbah B3 (yang mengumpulkan limbah dari penghasil dan kemudian mengatur pengiriman ke penanganan atau pembuangan akhir), Pengangkut Limbah B3, dan Pemroses Limbah B3 (yang menangani dan atau membuang limbah B3).

Pada saat ini, hanya ada sedikit peraturan tentang limbah industri non-B3, disamping persyaratan umum untuk membuat tempat sampah sendiri dan membuang secara langsung jika tidak diambil oleh petugas sarnpah. Peraturan yang terkait dengan Limbah B3 adalah:

1. Keputusan No. O1/BAPEDAL/O9/1995. Tentang Prosedur dan Persyaratan Teknik dalam Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

2. Keputusan Bapedal No. 03/BAPEDAL/09/1995. Tentang Ketentuan Teknik dalam Memproses Limbah B3.

3. Keputusan Bapedal No. 04/BAPEDAL/09/1995. Tentang Prosedur dan persyaratan untuk mengolah limbah B3, Persyaratan untuk pengolahan awal limbah B3, dan lokasi penyimpanannya.

(17)

5. Peraturan Pemerintah No. 19 of 1994, Tentang manajemen limbah B3 mendefinisikan limbah B3 dan melarang pembuangan limbah B3 ke udara, air, dan tanah.

6. Keputusan Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985. Tentang Keselamatan penanganan bahan B3 di industri

7. Keputusan Menteri Tenaga Keija No. 03/MEN/1998 (26-02-98). Tentang berisi prosedur pelaporan dan kecelakaan yang tetjadi.

8. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Tentang keselamatan di tempat kerja, mengharapkan pencegahan kecelakaan yang memadai dan pelaporan setiap insiden ke Menteri Tenaga Kerja.

Persyaratan umum dalam masalah limbah B3 menurut OSHA adalah:

1. Pembuatan program K3 oleh tiap perusahaan penghasil limbah B3 yang dirancang untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian bahaya keselamatan dan kesehatan, dan menyediakan tan-gap darurat.

2. Perusahaan melakukan evaluasi pendahuluan tentang karakteristik perusahaan sebelum dimulai oleh orang terlatih untuk mengidentifikasikan potensi bahaya di tempat kerja dan untuk membantu memilih cara perlindungan karyawan yang tepat. Termasuk di dalamnya adalah semua kondisi yang dicurigai kondisinya dapat dengan cepat membahayakan kehidupan atau kesehatan, atau yang mungkin menyebabkan luka serius.

(18)

diperlukan adalah penggunaan "buddy system" sebagai cara perlindungan pada situasi bahaya yang khusus sehingga karyawan dapat saling mengawasi untuk memberikan pertolongan secara cepat bila diperlukan.

4. Memberikan pelatihan untuk karyawan sebelum diijinkan bekerja pada operasi limbah B3 atau tanggap darurat yang dapat mendekatkan pada bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Tetapi, pekerja berpengalaman tetap diperbolehkan untuk melanjutkan operasi dan kemudian diberikan pelatihan penyegaran bila diperlukan. Persyaratan pelatihan khusus diberikan pada personil pembersih, operator peralatan, pekerja umum, dan supervisor pada berbagai jenjang personil tanggap darurat. Mereka yang telah menyelesaikan pelatihan operasi limbah B3 harus mendapat sertifikat, sehingga karyawan yang tidak memiliki sertifikat dan tidak memiliki pengalaman yang benar harus dilarang untuk bekerja pada operasi yang berbahaya.

5. Pemeriksaan kesehatan setidaknya dilakukan setahun sekali dan pada saat berhenti dari perusahaan pada semua karyawan yang terpapar oleh bahan berbahaya yang tingkat keterpaparannya pada batas yang diijinkan atau melebihi batas tersebut, dan atau pada karyawan yang memakai respirator resmi selama 30 hari atau lebih di perusahan. Beberapa pemeriksaan harus dilakukan bila seorang pekerja terpapar oleh kebocoran bahan kimia yang tidak terduga atau darurat.

6. Pengendalian secara engineering, praktek kerja, dan APD, atau kombinasi ketiga cara tersebut, harus dilaksanakan untuk menurunkan pemaparan sampai di bawah nilai ambang batas untuk bahan berbahaya terkait.

(19)

berkala untuk menjamin bahwa APD yang tepat telah digunakan.

8. Pemberitahuan program dengan nama personil kunci dan penggantinya yang bertanggung jawab atas masalah keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan, dan daftar persyaratan standarnya.

9. Pelaksanaan prosedur dekontaminasi sebelum karyawan atau peralatan keluar dari area yang berpotensi terpapar bahan B3; prosedur operasi untuk meminimalkan pemaparan yang dapat terjadi akibat kontak dengan peralatan yang terpapar, karyawan lain, dan pakaian yang digunakan; dan shower dan ruang ganti di tempat yang memerlukan.

10. Rencana tanggap darurat untuk menangani keadaan darurat di perusahaan sebelum memulai operasi limbah B3. Rencana harus rnengarah pada: peran personil, jalur kewenangan, pelatihan dan komunikasi; pengenalan dan pencegahan keadaan darurat; satpam; jalur dan prosedur evakuasi; penanganan medis darurat; dan pemberitahuan keadaan darurat.

11. Rencana tanggap darurat di luar perusahaan untuk koordinasi yang lebih baik pada keadaan darurat dengan lembaga yang terkait dan untuk melaksanakan kegiatan pengendalian yang tepat.

Penanganan bahan kimia yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan berhasilnya praktikum serta pekerjaan penelitian kimia. Oleh sebab itu hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.

1. Perhatikan label yang tertera pada wadah asli bahan kimi

(20)

3. Kembalikan semua zat atau larutan yang sudah digunakan ke tempat semula, yaitu tempat penyimpanan yang aman sesuai dengan standar.

4. Setiap akan menggunakan reagensia atau larutan kimia encer kocoklah dulu.

5. Kelebihan reagensia atau larutan yang digunakan jangan dituang ke wadah aslinya, maka pakai seperlunya.

6. Pipet tak boleh langsung digunakan menyedot dalam wadah asli, tetapi tuanglah seperlunya ke wadah lain yang bersih. Untuk zat-zat kimia yang sangat pekat pakailah pipet dengan bantuan filler untuk mengambil bahan tersebut.

7. Gunakan semua alat pelindung keselamatan selama bekerja dan mempersiapkan zat.

Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-hati sekali karena sifatnya yang berbahaya atau racun. Beberapa bahan kimia yang umum digunakan perlu mendapat perhatian khusus karena dapat mengganggu kesehatan. Bahan-bahan itu di antaranya:

1. ZATPADAT

a. KALIUM HIDROKSIDA

(potasiumhidroxide, kalium-hidroksida) KOH BM = 56.00. b. NATRIUM HIDROKSIDA (sodiumhidroxide,

natriumhid-rokskla, kostik soda, soda api) NaOH. BM = 40,01,

Kedua basa di atas bersifat higroskopis, korosif dan mudah menyerap gas karbondioksida dari udara, merusak jaringan tubuh, terkena kulit terasa gatal.

c. PERAKNITRAT

(21)

dan mukosa. Simpanlah dalam bo-tol berwarna gelap dan jauhkan dari bahan yang mudah ter-bakar.

d. RAKSA(II) KLORIDA

(mercurybicloride sublimat) HgCl2 BM = 27l,52. RAKSA OKSIDA

(Mercuryoksida, raksa II oksida)HgO BM = 216,61. RAKSA

(quick-silver, raksa) Hg BM = 200,59.

Senyawa raksa di atas sangat beracun. Cucilah tangan setelah bekerja dengan bahan ini. Jangan sampai menghirup debu bahan ini yang akan merusak mukosa membran. Bernafas terlalu lama dengan udara yang bercampur uap air raksa berakibat sakit kepala, badan kurus, tangan gemetar, dan gigi sakit. Jika raksa tertumpah, lantai harus disapu dengan suatu campuran tepung belerang dan soda kering.

Gejala keracunannya ada dua macam, yaitu:

1. Akut: Pusing, muntah, sakit perut, diare, dan kerusakan ginjal.

2. Kronis: Bengkak pada mulut dan gusi, air liur keluar berlimpah, gigi menjadi goyah, kerusakan ginjal, gemetar, gangguan syaraf.

2. ZATCAIR a. AMONIAK

(22)

b. ASAM FLORIDA

(Hidrogenflorida, hidrofluoric acid, asamflorida) HF, BM = 20,008. Asam ini maupun uapnya sangat beraeun, menyebabkan iritasi kulit, mata dari saluran pernafasan. Kontak dengan amonia dan kebanyakan logam menghasilkan gas yang beraeun. Ingat! HF dapat memakan kaca, sangat korosif dapat menembus kulit, papan, dan bahan lain.

c. ASAM KLORIDA (hidrochloric acid, asamklorida) HCl, BM = 36,45. Menyebabkan luka bakar dan dermatitis (kulit melepun), demikian juga uapnya.

d. ASAM NITRAT

(nitric acid, salpetersaure, asam-nitrat) HNO3 BM - 63,016 bersifat korosif, menyebabkan luka bakar bila kontak dengan kulit. Uapnya bila tersedot ke dalam pernafasan dapat mematikan.

e. ASAM SIANIDA (hidrocianic acid, prussic acid, samsianida) HCN, BM = 27,06. Asam sianida dan garam-garamnya adalah zat-zat yang sangat beraeun, baik masuk melalui mulut, paru-paru, atau melalui luka-luka. Larutannya tidak boleh dipipet dengan mulut, Menghirup sedikit gas HCN dapat menyebabkan pingsan dan kematian, hindarkan kontak dengan kulit. Untunglah baugasini jelas.

(23)

menyebabkan kulit melepuh dan dengan rfiata dapat menyebabkan kebutaan.

g. Bahan lain yang merusak kulit antara lain: H2O2 pekat, Bromin pekat, persenyawaan Krom, kapur klor, persulfat, (NH4)2S dan zat lain.

h. Pelarut-pelarut yang menghasilkan uap beracun: Cs2 (karbondisulfida), C6H6 (benzen), CHC13 (kloroform), CC14 (tetraklor).

3. GAS

a. ASAMSULFIDA (hidrogensulfide, hydrosulfuric acid, asam hidrdsulfur) H2S, BM = 34,08: Mudah, terbakar dan beracun, tnenghirup gas ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan bahkan kematian. Pancaindra terganggu yang menyebabkan tak dapat lagi merasakan gas yang busuk (berbau kentut) ini. Pada perbandingan 1 : 10 di udara baunya telah nyata sekali, maka bahayanya tidak besar. Jika ruangan berbau gasini, jendela harus dibuka lebar-lebar.

b. ARSEN HIDRIDA (arsen hidrida) AsH3. Keracunan gas ini bejakibat: sakit kepala, muka pucat, muntah, dan mencret. Obatnya makan norit dan bernafas panjang di udara terbuka yang segar.

c. KARBON MONOKSIDA (karbon monoksida), CO di laboratorium gas ini terbentuk dari asamformiat atau asam oksalat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat, keracunan gas CO menyebabkan sakit kepala, pusing, dan lelah.

d. KLORIN DAN BROMIN

(24)

berbau menyengat orang mulai membatuk sebelum tercapai kepekatan yang berbahaya.

e. NITROGEN DIOKSIDA (nitrogendioksida) NO2. Gas ini racun dan berbahaya, terja-di bila menggunakan HNO3 pekat dan logam atau zat organik. Mempengaruhi paru-paru dan menyebabkan batuk.

Keracunan dan kebakaran, luka serta Icecelakaan lain dapat dihindkrkan apabila dipatuhi aturan.

1. Sebelum Mulai Praktikum:

a. Pakailahalatpelindung(jas-lab, masker, kacamata, sarung tangan) melindungi pakaian dan tubuh Anda.

b. Kesadaran bahaya setiap saat jika bekerja kurang berhati-hati.

c. Kesadaran bahaya akan setiap bahan kimia sebelum praktikum dimulai.

d. Jika akan mencium gas yang berbau, janganlah secara langsung, tetapi kibaslah dengan tangan ke arah kita.

e. Sebelum mengambil zat dari botol, bacalah dengan benar nama dan rumus zat. Kekeliruan dalam mengambil zat akan berbahaya dan menimbulkan reaksi lain.

f. Patuhilah disiplin, peraturan labor, karena pelanggarannya akan Anda rasakan dampak ,dan sangsinya pada diri sendiri dan orang lain.

g. Bila akan mengambil zat dengan volume tepat, hendaklah diambil dari buret atau dengan pipet dengan bola hisap.

(25)

i. Tahu dan siap apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat, kebakaran, peledakan, dan sebagainya.

2. Sedang dan Selesai Praktikum

a. Bila memanaskan atau mereaksikan zat dalam tabung reaksi, jangan diarahkan ke muka teman atau ke wajah sendiri.

b. Jangan mencicipi suatu zat . kimia, kecuali bila ada perintah dari ahli kimia, analis atau guru.

c. Jangan menengok ke dalam cawan, pinggan, beker yang sedang digunakan untuk pemijaran.

d. Jangan memanaskan bahan kimia terlalu cepat dengan api yang besar.

e. Simpanlah semua bahan kimia di tempatnya di wadah tertutup dengan label yang sesuai serta peringatan ba-hayanya.

f. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan atau minurnan dalam alat laboratorium.

g. Jangan makan, minum, merokok di laboratorium.

h. Untuk pengerjaan bahan yang mudah menguap pergunakanlah almari asam atau ruangan asam dengan fentilasi yang cukup atau pompa pengisap.

A.4. Mengurangi limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku

(26)

yang digunakan, atau mengganti bahan berbahaya dengan bahan lainnya yang tidak berbahaya.

A. 4. 1. Menagapa Meminimalisir dan mencegah limbah/polusi sangat penting?

a. Minimalisasi polosi/limbah adalah tanggung jawab semua karena sangat berkaitan dengan menjaga lingkungan. Dengan mnegurangi limbah berarti juga akan membantu melindungi lingkungan kita. Sekolah adalah tempat yang sangat baik dalam melakukan sosialisasi pengurangan limbah, karena di sekolah tempat dilaksanankannya pendidikan untuk generasi saat ini maupun generasi penerus.

b. Meminimalisasi dan mencegah terjadinya polusi/limbah dapat meningkatkan keamanan di laboratorium. Jadi jika kita menggunakan bahan kimia dalam jumlah kecil secara tidak langsung kita nakan melindungi diri kita, siswa dan lingkungan.

c. Meminimalisasi dan mencegah terjadinya polusi/limbah juga dapat dapat menghemat biaya.

Beberapa langkah yang disarankan dan harus diperhatikan untuk meminimalkan limbah di laboratorium

1. Pembelian bahan kimia/ Purchasing Chemicals

(27)

2. Pelaksanaan praktikum/eksperimen

Pengurangan jumlah limbah tidak akan secara drastis mengubah secara umum praktikum yang telah dirancang. Pelaksanaan praktikum yang terencana dengan baik meruapakan langkah awal untuk hal tersebut. Sehingga tidak terjadi kesalahan yang memerlukan pengulangan yang berkali-kali. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah pada saat praktikum adalah :

a. Mengajari-Melatih-dan MengefektifkanSumber dan Prosedur

Berilah contoh bagaimana menggunakan sumber-sumber bahan, air atau aliran listrik dengan effisien dan efektif. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :

 Pelajari prosedur praktikum dengan teliti dan pahami langkah-langkahnya dengan benar.

 Matikan lampu atau air pada saat tidak digunakan. Dan jangan biarkan alat elektrik berfungsi jika tidak digunakan.

 Buatlah kelompok pada saat melakukan praktikum  Amatilah semua aktivitas siswa dan bimbinglah

bagaimana cara menghemat zat yang digunakan.

b. Merancang eksperimen dengan meminimalkan

limbah/Set up experiments with waste minimization in mind

 Lakukan penimbnagan bahan-bahan berbahaya oleh guru, tidak dibiarkan siswa menimbang sendiri. Walaupun akan merepotkan guru namun, hal ini akan membuat siswa lebih produktif dalam melaksnakan eksperimen.

 Buat kelompok untuk pelaksanaan praktikum, sehingga akan mengurangi jumlah bahan kimia berbahaya

 Gunakan demonstrasi kalau memungkinkan dilakukan.  Sediakan tempat pelarut khusus, jangan biarkan siswa

(28)

c. Mengurangi skala bahan kimia/Reduced scale chemistry

Jika anda tidak dapat mengganti prosedur eksperimen dalam skla kecil secara utuh, maka kurangilah jumlah zat yang digunakan sepertiga atau setengahnya secara keseluruhan. Sehingga dengan mengurangi sebanyak 50% anda masih dapat menbggunakan alat-alat kimia seperti biasanya. Sebaiknya pelaksanaan prosedur tersebut diuji coba dulu sebelum diaplikasikan pada siswa.

d. Merancang praktikum dengan skala kecil/Microscale chemistry

Saat ini sudah banyak dirancang eksperimen dengan skala kecil. Beberapa literatur yang dapat digunakan untuk merancang percobaan dalam skala kecil adalah : (Ehrenkranz & Mauch, 1993, and Waterman & Thompson, 1993).

B. 5. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan Jenis kecelakaan pada laboratorium dapat bermacam-macam, diantaranya adalah kebakaran, terciprat bahan kimia dengan konsentrasi pekat, luka terkena benda tajam seperti syringe, atau pecahan kaca, ledakan bahan kimia tertentu, atau karena sakit. Pada saat terjadi kecelakaan pastikan bahwa ada orang yang dapat dimintai pertolongan dan menghubungi pihak-pihak yang berwenang seperti pemadam kebakaran, polisi, rumah sakit, dokter atau ketua laboratorium. Namun dapat juga dilakukan pertolongan pertama pada kecelakaan sebelum ditangani oleh orang yang profesional.

(29)

1. Cucilah bahan kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata, dan anggota lain).

2. Usahakan korban tidak kedinginan. Jangan berikan minuman beralkohol karena mempercepat penyerapan racun.

3. Kalau sukar bernafas, bantu dengan cara pernafasan dari mulut ke mulut.

4. Mintalah bantuan dokter terdekat.

Apabila Keracunan Melalui Mulut

1. Berilah minum air susu 2 sampai 4 gelas kecuali keracunan fosfor. Bila korban pingsan, jangan memberikan sesuatu melalui mulut.

2. Usahakan supaya muntah dengan segera dengan memasukkan jari telunjuk ke pangkal lidah yang digerak-gerakkan atau dengan memberi air garam hangat. Ulangi permuntahan sampai cairan jernih. Janganlah diusahakan muntah bila korban tidak sadar.

3. Berilah antidote yang cocok dengan bahan racun yang tertelan, kalau tidak diketahui berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat.

Bubuk antidote umum: 2 bagian arang aktif (roti yang kosong atau norit) 1 bagian Magnesiumoksida (milk of magnesia) 1 bagian asam tannat. Jangan memberikan bahan tersebut tanpa petunjuk dokter atau tenaga medis lainnya.

Bila Keracunan Melalui Kulit

1. Cuci bagian tubuh yang terkena dengan air bersih minimal 15 menit.

2. Tanggalkan pakaian yang terkena bahan.

(30)

4. Apabila terkena mata cucilah dengan air bersih yang hangat dengan pelupuk mata terbuka.

Keracunan melalui Mata/ Chemicals in Eyes

1. Segera cuci mata dengan air mengalir paling sedikit 15 menit. Bagian mata diusahakan terbuka pada saat pencucian. Usahakan aliran air tidak masuk ke hidung agar kontaminan tidak terhirup kembali ke dalam tubuh.

2. Keluarkan kontak lense ketika proses pencucian berlangsung. Jangan memasukkan kembali kontak lense yang sudah terkontaminasi.

3. Hubungi dokter segera jika masih dirasakan sakit atau tidak nyaman. Jelaskan pada dokter zat apa yang digunakan dan bagaimana kecelakaan tersebut terjadi.

Keracunan melalui saluran pernafasan/Chemical Inhalation

1. Tutup tabung yang berisi zat beracun tersebut, kemudian buka jendela atau bagian lainnya yang memingkinkan sirkulasi udara bertambah dan udara segar masuk ke laboratorium.

2. Jika timbul gejala, seperti pusing, hidung terasa panas dan iritasi, atau gejala lainnya segera hubumgi dokter, dan ceritakan denga jelas bahan kimia apa yang menyebabkan gejala tersebut.

(31)

Penentuan tingkat bahaya bahan kimia

Sebagai informasi berikut disajikan klasifikasi dan jenis bahan berbahaya yang harus diperhatikan jika berada dan bekerja di laboratorium.

 Class 1 - Explosives – semua ukuran

 Class 2 - Compressed Gas (flammable, non-flammable, poison) – semua

 Class 3 - Flammable or Combustible Liquids - 10 gallon

 Class 4 - Flammable Solids, Spontaneously Combustible, Dangerous When Wet Materials - 2 pon

 Class 5.1 - Oxidizers - 40 pon atau 5 gallon

 Class 5.2 - Organic Peroxide - 2 pon

 Class 6 - Poisonous or Infectious Materials – semua ukuran

 Class 7 - Radioactive – semua ukuran

 Class 8 - Corrosive - 40 pon or 5 gallon

 Class 9 - Miscellaneous Hazardous Materials - User’s judgment.

A. 5. 1. Pertolongan Pertama Keracunan Dalam Keadaan Darurat

a. ASAM KOROS1F: Tertelan (asetat, khlorida, laktat, nitrat, fosfat, sulfat dan beberapa asam-asam lain) berikan bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia dan diikuti putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi karbonat atau soda kue.

(32)

c. GARAM ARSEN: Tertelan, usahakan pemuntahan dan berikan milik of magnesia.

d. LOGAM: Tertelan (Cadmium, Timah, Bismut, dan logam lain) berikan antidote umum, susu atau putih telur.

e. ASAM HYDROFLUORIC , cuci dengan air mengalir selama 5 menut. Gunakan 2.5% kalsium glukonat gel, Jika gel tersebut tidak tersedia, lanjutkan pencucian selama 15 menit, keringkan dengan kain yang lunak perlahan, agar tidak melaukai bagian yang terkontaminasi. Segera hubungi dokter setelah pencucian selesai dilakukan.

f. PHENOL dengan konsentrasi lebih dari 10%, cuci dengan air mengalir selama 15 menit atau sampai bagian yang terkena fenol berubah warna dari putih menjadi pink. Oleskan larutan polyetilen glikol dengan BM 400 jika ada. Segera hubungi dokter untuk memastikan efek kecelakan yang berlangsung.

A. 5. 2 Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Di Laboratorium selalu ada kemungkinan bahaya kebakaran. Alat-alat dari kaca, porselen dapat merengat sehingga isinya tumpah. Alkohol, eter, benzen, karbondisulfida, aseton, petroleum eter dan pelarut organik lain yang mudah menguap adalah cairan yang sering dipergunakan yang mudah sekali terbakar. Maka dari itu alat pemadam api harus senantiasa disediakan.

(33)

Tetraklorida yang keluar itu dapat membentuk fosgen suatu gas yang amat beracun, setelah itu ruangan harus dibersihkan.

Dalam keadaan darurat kain yang tebal (karung, kain pel) yang dibasahi dengan air dapat digunakan secepatnya untuk menyelubungi api. Api yang disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti eter dan alkohol. Air tidak dapat dipergunakan untuk cairan yang tidak bercampur dengan air, seperti: benzen bensin, minyak tanah dan bahan lain. Dalam hal ini pasir kering adalah alat pemadam yang terbaik, maka-nya suatu peti berisi pasir kering harus selalu disediakan di dalam laboratorium. Bak pasir ini harus dibedakan dengan bak pasir yang digunakan untuk pembuangan sementara zat-zat kimia.

Jika baju Lab anda terkena apai. Copot baju lab tersebut dan jatuhkan ke lantai dan matikan api segera. Jika ada praktikan baju labnya terkena api, lakukan hal yang sama seperti di atas. Gunakan safety shower segera.

Jika api menyebar dengan cepat, Aktifkan alamrm tanda kebakaran untuk menginformasikan pada penghuni sekitarnya. Jika alamrm tanda kebakaran tidak dapat berfungsi maka berteriaklah meminta pertolongan segera. Jika ada blower yang sedang berfungsi biarkan tetap berfungsi agar area tersebut bebas dari asap. Tutup pintu bagaian yang terbakar agar api tidak menyebar ke area lainnya.

Evakuasi. Keluarkan semua orang yang sedang dilaboratorium ke daerah yang lebih aman. Informasikan pada mereka kemana harus menuju tempat aman. Pastikan arah penyebaran api, dan tempat penyimpanan bahan-bahan kimia dalam laboratorium tersebut.

(34)

kebakaran/polisi jangan memasuki gedung/laboratorium dengan alasan apapun.

B. Latihan

B.1. Lembar Kerja Laboran 4.1

Tujuan : Peserta pelatihan dapat memahami cara penanggulangan kecelakaan yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia.

Tugas:

1. Jelaskan alat pelindung apa saja yang harus digunakan untuk melindungi diri dan lingkungan pada saat anda bekerja dilaboratorium.

2. Adakah alat-alat pelindung lain yang harus disediakan di laboratorium selain alat-alat yang telah di uraikan pada kegiatan belajar di atas.

3. Bagaimana kendala yang sering ada pada laboratorium anda dalam penyediaan maupun pemeliharaan alat-alat tersebut. 4. Sarankan bagaimana sebaiknya anda menanggulangi hal

tersebut.

B.2. Lembar Kerja Laboran 4.2

Tujuan : Peserta pelatihan dapat memahami cara pengurangan zat kimia dengan pendekatan lainnya.

Tugas:

1. Apakah anda mengetahui beberapa alternatif pengurangan bahan kimia dengan metode lainnya. cobalah anda cari dari berbagai sumber atau diskusikan dengan kelompok apa metode yang ditawarkan.

(35)

3. Bagaimana kemungkinan metode tersebut dapat diterapkan pada laboratorium anda.

B.3. Lembar Kerja Laboran 4.3

Tujuan : Peserta pelatihan dapat memahami cara merancang eksperimen dengan skala kecil.

Tugas:

1. Pahami prosedur pelaksanaan praktikum dengan skala kecil berikut ini :

Redox Titration of Manganese with Microscale experiment

Using a graduated or volumetric pipette, place 1.00 (± 0.01) mL of 0.0100M KMNO4 solution into each of three 10-mL flasks. Label as A, B, and C.

Acid Solution Titration. Add 1.0 mL of 1M H2SO4 to flask A. Charge a microburet with 0.0200M NaHSO3 solution and slowly titrate the permanganate solution drop by drop until the purple color of the solution disappears. Record the volume of NaHSO3 added.

Neutral Solution Titration. Recharge the microburet with 0.0200M NaHSO3solution. Record initial volume and titrate the KMNO4 solution in flask B. The purple color of permanganate will change to brown suspension of MnO2 at the endpoint. Record the final volume.

Basic Solution Titration. Add 1.0 mL of 1 M NaOH to the permanganate solution in flask C. Recharge the microburet with NaHSO3 solution. Record initial volume. Titrate to dark green-colored endpoint of MNO42-.

The remainder of the experimental calculations and exercises are provided in the textbook.

(36)

2. Bagaimana kekurangan dan kelebihan metode alternatif yang ditawarkan tersebut?

3. Bagaimana kemungkinan metode tersebut dapat diterapkan pada laboratorium anda.

C. Umpan Balik

Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban Kegiatan Belajar 3 yang terdapat pada bagian Lampiran. Hitunglah jawaban yang benar, Kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 4.

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali 80 – 89 % = baik

70 – 79 % = cukup < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Jika masih di bawah 80% anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 4, terutama tentang bagian yang belum dikuasai.

Tingkat Penguasaan = Jumlah skor yang diperoleh x 100 %

(37)

BAB III

EVALUASI KINERJA

Evaluasi kinerja bertujuan untuk mengukur hasil belajar peserta pelatihan berdasarkan kompetensi dan indikator capaian. Evaluasi kinerja terdiri dari evaluasi hasil belajar dalam bentuk tes kognitif dan penilaian proses selama pelatihan berlangsung.

A. Evaluasi Hasil Belajar

1. Jelaskan upaya yang harus dilakukan agar penataan laboratorium kimia menjadi lebih baik.

2. Upaya apakah yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan di laboratorium kimia?

3. Upaya apakah yang harus dilakukan agar keamanan ruangan laboratorium kimia tetap terjaga?

4. Bagaimanakah menata bahan dan alat praktikum kimia untuk membantu guru dalam mempersiapkan praktikum kimia?

5. Berilah lima contoh cara memelihara peralatan kimia, dan jelaskan upaya pencegahan kerusakan pada alat tersebut. 6. Jika ada seorang siswa yang ceroboh sehingga terkena

percikan asam sulfat, langkah pertama apakah yang harus anda lakukan untuk menolong siswa tersebut?

(38)
(39)

B. Penilaian Proses

Format Penilaian Kinerja Kompetensi Administrasi

No .

Kompetensi Skala penilaian

1 Menata ruang laboratorium kimia 1 2 3 4 5

2 Memelihara kebersihan dan kenyamanan laboratorium kimia

4 Mengklasifikasi bahan dan peralatan laboratorium kimia

5 Menggunakan alat ukur dan glasware dasar kimia

6 Mengidentifikasi kerusakan bahan, peralatan dan fasilitas laboratorium kimia

7 Memelihara kebersihan alat laboratorium kimia

8 Menyiapkan bahan dan peralatan laboratorium kimia

9 Menggunakan peralatan keselamatan kerja di laboratorium kimia

10 Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku

11 Menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku

13 Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan

Petunjuk penilaian

Skala Kriteria

1 sangat kurang

2 kurang

3 cukup

4 baik

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Achadi Budi Cahyono (2004). Keselamatan kerja Bahan Kimia Di Industri, Gajah Mada University Press, Jogjakarta.

Carolina Biological Supply Company (2007) Carolina’s Solution Preparation Manual Instructions. Printed in USA.

Depdiknas (2005). Pengembangan SMK Standar Nasional/Internasional, Jakarta:, Dirjen Mandikdasmen, Dir Pembinaan SMK, Jakarta.

Depdiknas. (2005). Profil Laboran. Jakarta: Dit. Tendik, Ditjen PMPTK

Depdiknas (2005). Pengembangan sistem Manajemen dan Sertifikasi Tenaga Laboratorium Sekolah, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2008). Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/madrasah, Jakarta: Lampiran peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 26 tahun 2008 tentang standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah.

DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES Centers for Disease

Control and Prevention National Institute for Occupational Safety and Health, (2006). School Chemistry Laboratory Safety Guide. NIOSH—Publications Dissemination 4676 Columbia Parkway, Cincinnati.

Michelle Davis, Elizabeth Flores, Joe Hauth,Marina Skumanich, Doug Wieringa. (1996) Laboratory Waste Minimization and Pollution Prevention A Guide for Teachers. Battelle Seattle Research Center. USA.

Rumbinah (2007). Standarisasi dan Pengelolaan Laboratorium IPA. LPMP

(41)

Referensi

Dokumen terkait

a.. Edo mempunyai selembar kertas karton dan akan dipotong-potong dan membentuk bangun datar seperti pada gambar di atas. Edo ingin mengetahui besar sudut pada bagian titik

Visi : &#34; Kecamatan Gunungpati Sebagai Kawasan Wisata Agro yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera&#34;.. Misi :1.Mewujudkan dan mengembangkan wilayah sebagai kawasan

Penetapan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi return saham syariah dalam penelitian ini dipilih dari rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Assets Turnover

Lima hambatan dalam sebuah analis keuangan mengenai pertanyaan untuk melengkapi pemahaman aktivitas perusahaan antara lain: istilah dan format yang tidak konsisten, volume

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini dengan menggunakan media barang bekas.. Metode yang

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Darma, yang merupakan ketua kelompok kesenian kuda lumping, menurut Darma pelaksanaan pertunjukan kesenian tradisional kuda

Menurut pandangan mereka kata penamaan etnik Cina yang paling sesuai digunakan dalam segala situasi adalah kata chinese (26%), china (20%), dan tionghoa (15%), dan istilah

Mutu dari suatu hidangan sup bergantung pada mutu kaldu (stock) yang dipakai. Soto merupakan salah satu jenis sup yang berasal dari Indonesia. Masyarakat