• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB ll TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku dari segi biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Bahkan kadang-kadang kegiatan manusia itu sering tidak teramati dari luar manusia itu sendiri, misalnya: berpikir, persepsi, emosi, dan sebagainya. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2000).

Perilaku merupakan manifestasi dari kehidupan psikis. Perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu tersebut. Perilaku merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang ada, sedangkan respon merupakan fungsi yang tergantung pada stimulus dan individu (Wood worth & Schlosberg, 1971 dalam Walgito,2004).

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari (Robert Kwik, 1997 dalam Mubarak, 2006). Perilaku tidak sama dengan sikap, sikap adalah hanya sesuatu yang lebih cenderung untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda - tanda untuk senang atau tidak senang pada obyek tersebut (Mubarak, 2006).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia

(2)

dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif.

Menurut Skiner (1938), dalam Notoatmodjo (2000), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses: adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimuli→Organisme→Respons. Skiner membedakan adanya dua respons, yakni:

a. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya: apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job diskripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimuli baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Notoatmodjo (2000), perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

(3)

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku, menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007) adalah:

a. Faktor-faktor Pendukung (Predisposing Factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

b. Faktor pendukung (Enambling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, lingkungan fisik misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

(4)

c. Faktor pendorong (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintahan daerah, yang terkait dengan kesehatan. Dalam berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

a. Perubahan alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan ini disebabkan karena kejadian alamiah.

b. Perubahan terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subyek.

c. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)

Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk berubah.

3. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat a. Pengertian

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan. Keluarga dan

(5)

masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual maupun sosial (Depkes RI, 2002).

Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).

Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru (Jawapos, 2010). Kebijakan Nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

1) Gerakan Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu munjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang

(6)

program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini.

2) Bina suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Tiga pendekatan dalam bina suasana:

a) Pendekatan individu b) Pendekatan kelompok

c) Pendekatan masyarakat umum 3) Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. Adapun tahapan-tahapan advokasi yaitu:

a) Mengetahui atau menyadari adanya maslah, b) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah,

c) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah

satu alternatif pemecahan masalah, dan e) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan. b. Tujuan PHBS

Menurut Depkes RI (1997), tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

(7)

Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:

1) Faktor pemudah (Predisposising factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikandan tingkat sosial ekonomi.

2) Faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undang-undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan setempat.

(8)

4. Manajemen PHBS

Menurut Depkes RI (2002), dalam Jariston (2009), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini:

a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya: seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah.

c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung atau tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trendyang berlaku pada kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.

5. PHBS di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

(9)

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Jawapos, 2010).

6. Sasaran

Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam:

a. Sasaran primer

Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

b. Sasaran sekunder

Sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya: kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.

c. Sasaran tersier

Sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di Institusi Pendidikan misalnya: Kepala Desa, Lurah, Camat, Kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua murid (Jawapos, 2010).

(10)

7. Manfaat PHBS di Sekolah Manfaat PHBS di Sekolah diantaranya:

a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.

c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).

d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. 8. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain Indikator

PHBS

a. Mencuci tangan

Kebersihan diri terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci tangan. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas untuk membuang air. Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organism yang menempel di tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi. Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan (Jawapos, 2010).

Mencuci tangan yang benar menurut Hartanto (2009) adalah dengan menggunakan sabun yang dapat membantu menghilangkan kuman yang tidak tampak, miyak, lemak dan kotoran di permukaan kulit. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya

(11)

menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan (kurang lebih 20 detik), namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya.

Menurut Garner dan Fayero (1986), dalam Potter dan Perry (2005), mencuci tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transient paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama.

Mencuci tangan secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan sabun dalam berbagai bentuk yang sesuai (batang, lembaran, cair atau bubuk). Penggunaan sabun antimikroba dianjurkan untuk mengurangi jumlah mikroba total di tangan. Terdapat banyak jenis sabun antimikroba efektif, termasuk klorheksidin glukonat (CHG), hibiscrub atau salvon 1%, alcohol, alcohol dan iodofor. Sabun antimikroba tertentu dapat mengiritasi kulit, dan kebutuhan terhadap sabun antimikroba harus dievaluasi terhadap potensi iritasi kulit.

b. Jajan di kantin sekolah yang sehat

Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual dikaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) illegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodaminB (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Jawapos, 2010).

(12)

Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun sangat susah untuk diterapkan.

d. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes, 2002).

Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap orang berbeda-beda sesuai tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitnes) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitnes) (Depkes, 2002).

e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak lain seusianya (Jawapos, 2010).

f. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. g. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah

(13)

Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Pentingnya buang air besar di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar (Jawapos, 2010).

9. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah atau di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik, “Kebersihan pangkal kesehatan”. Slogan ini tidak dapat kita pungkiri kebenarannya, oleh sebab itu hendaknya setiap orang selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, antara lain dengan cara-cara berikut (Ananto, 2006).

a. Membiasakan Hidup Bersih dan Sehat

Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh kebiasaan negative (buruk) misalnya, meludah atau membuang sampah disembarangan tempat. Contoh kebiasaan yang positif (baik) misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat waktunya (tidur, bangun pagi, berangkat ke sekolah, atau berolahraga secara teratur). Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sangat sukar diubah.

Ada lima pesan utama dalam membiasakan hidup bersih dan sehat pada kehidupan sehari-hari diantaranya:

(14)

1) Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum, sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air besar yang dapat mencegah penularan penyakit. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat mematikan kuman yang melekat ditangan. Hal ini membantu mencegah masuknya kuman ke dalam mulut. Anak-anak sering sekali mempunyai kebiasaan memasukkan jari ke mulut, oleh karena itu sangat penting mencuci tangan anak sebelum makan dan setelah buang air besar guna mencegah penularan penyakit.

2) Penggunaan jamban yang sehat untuk keperluan buang air besar dapat mencegah penyebab penyakit.

Tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu di jamban. Kuman dapat tertelan oleh manusia melalui air minum, makanan dan alat makan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut : gunakan jamban untuk buang air besar, jamban harus dibersihkan secara teratur dan bersih dari lalat dan amankan sumber air bersih dari pencemaran atau kotoran manusia dan kotoran hewan.

3) Memanfaatkan air bersih yang sehat dapat mencegah penularan penyakit.

Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yakni dengan cara : menjauhkan jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih (gentong, ember, dan sebagainya), menjaga agar binatang jauh dari sumber air bersih.

4) Pengolahan makanan atau minum yang bersih dan sehat dapat mencegah penularan penyakit.

Kuman dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan orang sakit. Tetapi makanan dapat dijaga tetap aman

(15)

dengan : makanan dimasak dengan baik, terutama daging dan unggas, memakan makanan segera setelah dimasak, sehingga tidak menjadi basi, menjaga makanan agar tetap bersih, terlindung dari lalat dan binatang lainnya, membersihkan alat-alat makan dicuci dengan air bersih dan sabun untuk mencegah pencemaran kuman. 5) Penanganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran

penyakit dan pencemaran lingkungan.

Kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat, yang membiak pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta sayuran.

b. Memelihara kebersihan pribadi

Upaya memelihara kebersihan pribadi peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal, tidak mungkin terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat didambakan oleh semua manusia, karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dalam mencapai tingkat kesehatan pribadi. Wujud dari orang berperilaku menjaga kesehatan pribadi jika dia peduli terhadap pemeliharaan : kulit, rambut, kuku, mata, mulut dan gigi, hidung, telinga, tenggorokkan, pemeliharaan kebersihan pakaian (Ananto, 2006).

1) Menjaga kebersihan kulit

Kulit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan tubuh agar tetap sehat. Oleh sebab itu, kesehatan kulit harus selalu terjaga dengan baik. Untuk itu, kulit harus selalu dipelihara kesehatannya. Cara membersihkan kulit

(16)

mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit : menghilangkan bau keringat, merangsang peredaran darah dan syaraf, serta mengembalikan kesegaran tubuh (Ananto, 2006).

Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), cara mandi yang baik dan benar meliputi:

a) Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari (pagi dan sore hari). b) Seluruh permukaan kulit disiram dengan air yang dipakai untuk

mandi.

c) Seluruh permukaan tubuh atau kulit digosok dengan sabun untuk menghilangkan kotoran yang menempel dikulit terutama pada bagian yang berlemak (lipatan telinga, ketiak, lipatan paha, jari kaki atau tangan dan muka) sampai kotoran hilang. d) Setelah digosok dengan sabun pada seluruh permukaan tubuh

atau kulit kemudian disiram dengan air bersih.

e) Keringkan seluruh permukaan tubuh atau kulit dengan handuk pribadi atau milik sendiri yang bersih dan kering.

f) Sesudah mandi memakai pakaian yang bersih. 2) Memelihara kesehatan kaki dan tangan (kuku)

Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), kaki dan tangan merupakan bagian dari anggota gerak yang banyak sekali dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan fungsi yang cukup penting, karena tangan selalu dipakai memegang sesuatu, maka tangan akan cepat kotor, demikian juga kaki karena letaknya langsung dipermukaan tanah, maka kaki juga mudah kotor. Kuku yang kotor dapat menjadi sarang penyakit yang selanjutnya dapat ditularkan kepada bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, baik kuku jari tangan maupun jari kaki harus selalu dipelihara kebersihannya (Ananto, 2006). Ciri-ciri kuku yang sehat adalah kuku tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus.

(17)

Menjaga kesehatan kaki dan tangan dengan cara menjaga kebersihannya :

a) Mencuci tangan setelah selesai memegang sesuatu yang kotor. b) Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum

tidur.

c) Pakailah alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain di tempat yang lembab, di tanah kotor.

d) Saat mandi bersihkan sela-sela kaki da tangan.

Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kuku sebaiknya kuku yang panjang akan mempermudah kotoran masuk dan sebagai tempat tinggal kuman.

Cara menjaga kesehatan kuku :

(1) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari tempat perlekatan antara kuku dan kulit, dan sesuaikan dengan bentuk ujung jari.

(2) Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi dan tidak tajam.

(3) Mencuci kuku dengan sabun dan sikat sampai bersih dengan menggunakan air hangat, lalu keringkan dengan handuk kecil atau lap.

(4) Sebaiknya memotong kuku seminggu sekali. 3) Memelihara kebersihan rambut

Rambut mudah menjadi kotor karena banyak debu yang menempel, lebih-lebih orang yang bekerja di daerah berdebu atau memakai minyak rambut, bila rambut jarang dibersihkan akan menjadi kotor dan dapat menjadi sarang kutu rambut.

Untuk menjaga kebersihan atau pemeliharaan kesehatan rambut menurut Ananto (2006), yang harus dilakukan adalah : a) Mencuci rambut

(18)

(1) Tebal tipisnya rambut, semakin tebal makin sering dicuci. (2) Lingkungan atau tempat berada seseorang, misalnya pada

lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci rambutnya.

(3) Seseorang yang sering memakai minyak rambut harus sering mencuci rambutnya.

Adapun cara-cara mencuci rambut yang benar adalah dengan memakai sampho. Paling sedikit dua kali seminggu secara teratur. Rambut disiram dengan air bersih kemudian digosok dengan menggunakan bahan pembersih tersebut (sampho) dan dipijat agar kotoran yang melekat dapat terlepas dan untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga rambut menjadi lebih sehat. Rambut kemudian dibilas dengan air bersih sampai semua kotoran dan sampho terbuang. Selanjutnya rambut dikeringkan dengan handuk bersih milik sendiri (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004).

b) Menyisir rambut

Tujuan menyisir rambut adalah merapikan, memijat kulit kepala dan membersihkan rambut dari debu dan kotoran. Menyisir rambut harus memakai sisir sendiri karena melalui sisir dapat ditularkan penyakit dan kutu rambut, maka sisir yang baik adalah sisir yang tidak terlalu jarang dan tidak terlalu rapat, lentur serta mempunyai ujung yang tumpul. Apabila sisir kotor harus dibersihkan lebih dahulu sebelum dipakai kembali (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004).

4) Memelihara kebersihan dan kesehatan mata

Indera penglihatan merupakan bagian tubuh manusia yang mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia tersebut menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya.

(19)

a) Mata sebaiknya dibersihkan setiap hari atau sewaktu-waktu menggunakan kapas yang dibasahi oleh air yang sudah dimasak. Caranya ialah dengan menyapu kapas mulai dari pinggir mata terus kearah tengah (menuju hidung), lakukan hal ini berulang-ulang hingga mata terasa bersih.

b) Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau saputangan yang kotor atau saputangan milik orang lain.

c) Periksakan mata setahun sekali ke dokter spesialis mata atau ke petugas kesehatan.

d) Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan jarak antara mata dan objek yang dibaca tidak kurang dari 30 cm.

e) Biasakan makan makanan yang banyak mengandung vitamin A.

f) Berikan istirahat pada mata secukupnya. 5) Memelihara kebersihan mulut dan gigi

Mulut, termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencernaan makanan. Gigi, terdiri dari jaringan tulang keras, terdapat paha rahang atas dan rahang bawah. Mulut dan gigi merupakan satu kesatuan karena gigi terdapat dirongga mulut, dengan membersihkan gigi berarti kita selalu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan yang biasanya tertinggal di antara gigi dan gusi. Pada waktu menyikat atau menggosok gigi harus diingat bahwa arah penyikatan yang baik adalah dari gusi kepermukaan gigi, sehingga selain membersihkan gigi juga dapat melakukan pengurutan terhadap gusi.

Menggosok gigi juga dapat pula dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek selama 2 menit dan sedikitnya 8x gerakan untuk oermukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah, setelah selesai disikat kumur-kumur dengan air yang bersih.

(20)

pagi) dan pada waktu malam ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi.

Karakteristik sikat gigi yang baik meliputi bulu sikatnya tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak: permukaan bulu sikat gigi rata, kepala sikat gigi kecil, dan tangkai sikat gigi lurus.

6) Memelihara kesehatan telinga

Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan tubuh. Cara menjaga kesehatan atau kebersihan telinga adalah:

a) Bersihkan daun telinga, lekuk telinga, lipatan belakang telinga dengan handuk bersih atau kapas yang diberi sabun agar semua menjadi bersih.

b) Menjaga telinga jangan sampai kemasukkan air, benda asing, karena dapat mengakibatkan infeksi telinga bagian dalam. c) Jangan sekali-kali membersihkan telinga dengan benda yang

tajam, kotor karena dapat melukai bagian dalam telinga dan dapat mendorong kotoran masuk kedalam telinga.

d) Menjaga telinga dari trauma. 7) Memelihara kesehatan hidung

Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu bernafas. Didalam rongga hidung terdapat bulu-bulu dan lender yang keluar dari kelenjar dinding rongga hidung. Fungsi dari bulu dan lender adalah untuk menyaring udara yang masuk dari kotoran debu sehingga udara yang masuk keparu-paru lebih bersih. Cara menjaga kebersihan dan kesehatan hidung :

a) Selalu mencuci lubang hidung dengan air bersih sewaktu mandi, sehingga kotoran hidung dapat keluar tanpa melukai selaput hidung yang sangat halus.

b) Menjaga hidung dari trauma yang dapat melukai atau menyederai hidung.

(21)

8) Memelihara kesehatan tenggorokan

Tenggorokan berfungsi sebagai jalan nafas untuk menuju keparu-paru. Kita harus selalu menjaga kesehatan atau kebersihan dengan jalan:

a) Menjaga jangan sampai ada benda asing yang masuk ke tenggorokkan karena hal ini dapat berakibat fatal.

b) Jangan berbicara sewaktu sedang makan. Karena dapat menyebabkan makanan masuk ke dalam tenggorokan, yang akan menyebabkan tersumbatnya jalan nafas.

9) Memakai pakaian yang bersih dan serasi

Pakaian yang dimaksud disini meliputi pakaian yang erat hubungannya dengan kesehatan seperti kemeja, baju, celana, rok termasuk pakaian dalam, sepatu, sandal dan lain-lain. Kegunaan pakaian adalah untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar dan juga untuk membantu mengatur suhu tubuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara lain:

a) Pakaian hendaknya diganti setiap selesai mandi dan bila kotor atau basah karena keringat atau kena air hujan.

b) Kenakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh.

c) Pakaian hendaknya dibedakan sesuai dengan ukuran keperluan antara lain: pakaian rumah, pakaian sekolah, pakaian untuk keluar rumah, pakaian olahraga, pakaian untuk rekreasi, resepsi atau pesta, dan pakaian tidur.

d) Pakaian yang telah dipakai keluar rumah hendaknya jangan dipakai untuk tidur, karena memungkinkan telah terkena debu atau kotoran.

e) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah tertular penyakit (terutama penyakit kulit).

(22)

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Biasanya dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan bisa diperoleh dari pengalaman. Selain juga dari guru, orang tua, teman, buku dan media masa (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan didalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

(23)

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Sintesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (knowledge) menurut Notoatmodjo (2003), yaitu:

(24)

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih luas, untuk mempermudah pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (cetak atau elektronik) sebagai alat saluran untuk menyampaikan pesan kesehatan.

c. Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai tidak dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan umur semakin banyak (bertambah tua).

e. Sosial ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang di miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada.

1. Cara memperoleh kebenaran pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu:

a. Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai oleh memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2003).

(25)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).

c. Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).

e. Melalui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya, dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi

(26)

f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).

C. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Menurut New Comb dalam Notoatmodjo (2003) salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

Allport (1954), dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

2. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003), antara lain : a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

(27)

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan satu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Faktor pembentukan sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009), adalah:

a. Pengalaman pribadi

Segala sesuatu yang sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif atau negatif tergantung dari berbagai faktor.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Orang penting sebagai referensi (personal reference), seperti tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan lain-lain). Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

(28)

Kebudayaan di mana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masayarakat untuk sikap dan perilaku tersebut.

d. Media masa

Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media masa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berfikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f. Pengaruh faktor emosional

Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi atau peralihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih lama.

(29)

D. KERANGKA TEORI

Skema 2.1 Kerangka Teori Sumber: Lawrence Green ( Modifikasi )

Indikator PHBS:

1. Membiasakan hidup bersih dan sehat - Perilaku mencuci tangan. - Penggunaan jamban yang sehat. - Penanganan sampah yang sehat. 2. Kebersihan Pribadi - Kebersihan kulit. - Kebersihan rambut. Faktor Pengetahuan

Tingkat pendidikan atau pengalaman

Faktor Sikap

Pengalaman,budaya, media masa

(30)

E. Kerangka konsep

Variabel bebas ( Independen ) Variabel terikat ( Dependen )

Skema 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri atas variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (variabel terikat). Variabel bebas biasanya merupakan stimulus yang diberikan untuk mempengaruhi tingkah laku (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap siswa.

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (variabel bebas). Variabel dependen (terikat) merupakan faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan dari variabel independen (Nursalam, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat.

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di SD Islamadina Semarang.

2. Ada hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat di SD Islamadina Semarang.

Tingkat Pengetahuan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan karakter tinggi tanaman kentang AP04 merupakan kriteria tinggi (73 cm), merupakan varietas yang dapat dikembangkan dengan karakter fisiologi demikian ternyata

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Darma, yang merupakan ketua kelompok kesenian kuda lumping, menurut Darma pelaksanaan pertunjukan kesenian tradisional kuda

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi

Dengan kondisi ini PT.Indosat merasa perlu melakukan modernisasi terhadap pengalamatan mobile IP yang dimiliki dari MIPv4 ke MIPv6, agar dapat bersaing dengan

Penanganan keluhan pemakai yang baik di perpustakaan perguruan tinggi memberikan beberapa manfaat, yaitu : (1) terbuka peluang bagi seorang pemakai yang tidak puas

perhitungan nilai rata-rata sebagai berikut: Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata sebesar 70,25 maka kemampuan menganalisis makna gaya bahasa metafora dalam

Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian dosis bertingkat ekstrak kulit buah naga putih ( Hylocereus undatus ) terhadap gambaran mikroskopis hepar pada mencit