• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin pengering pakaian menggunakan siklus kompresi uap sistem udara tertutup dan variasi kipas tambahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mesin pengering pakaian menggunakan siklus kompresi uap sistem udara tertutup dan variasi kipas tambahan"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MESIN PENGERING PAKAIAN DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERTUTUP DAN MENGGUNAKAN VARIASI KIPAS TAMBAHAN. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin. Oleh: HUTAMA YOGI ISWARA NIM: 145214107. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE CLOTHES DRIER MACHINE WITH AIR CLOSED SYSTEM OF VAPOR COMPRESSION CYCLE AND ADDITIONAL FAN. FINAL PROJECT As partial fulfillment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering. By: HUTAMA YOGI ISWARA NIM: 145214107. MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2018. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Di era sekarang ini mesin pengering pakaian yang ramah lingkungan, praktis, serta aman digunakan sangat dibutuhkan untuk berbagai kalangan terutama oleh pelaku bisnis untuk dapat menggunakan mesin pengering pakaian tanpa dipengaruhi perubahan musim. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) merancang dan merakit mesin pengering pakaian (b) mengetahui waktu pengeringan pakaian tercepat dengan kondisi awal pengeringan yang berbeda (1) hasil peras tangan, (2) hasil peras mesin cuci, dengan memvariasikan juga adanya kipas di ruang pengering pakaian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mesin pengering pakaian yang dibuat bekerja dengan siklus kompresi uap dibantu dengan satu buah kipas tambahan. Mesin yang dibuat bekerja dengan sistem udara tertutup, dan variasi jumlah kipas tambahan yang digunakan berjumlah satu buah kipas, dengan kondisi awal baju peras tangan dan peras mesin cuci. Dimensi lemari mesin pengering yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang 120 cm, lebar 190 cm dan tinggi 120 cm. Dalam penelitian ini digunakan baju sebanyak 40 buah. Mesin pengering menggunakan komponen-komponen mesin siklus kompresi uap dengan daya kompresor sebesar 1 HP dan mempergunakan refrigeran R-410a. Mesin pengering pakaian berhasil dirakit dan dapat bekerja dengan sangat baik. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan 40 buah pakaian hasil peras tangan dan tanpa kipas yaitu 150 menit, untuk kondisi awal pakaian peras mesin cuci dan tanpa kipas memerlukan waktu 53 menit, untuk kondisi awal pakaian peras tangan dan 1 kipas memerlukan waktu 118 menit, sedangkan pada variasi peras mesin cuci dan 1 kipas hanya diperlukan waktu 41 menit untuk dapat mengeringkan keseluruhan pakaian. Pada kondisi waktu pengeringan tercepat mesin pengering pakaian yang dirakit memiliki energi yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Qin) sebesar 125,36 kJ/kg, energi yang keluar dari kondensor per satuan massa refrigeran (Qout) sebesar 155,74 kJ/kg, kerja kompresor per satuan massa refrigeran (Win) sebesar 30,38 kJ/kg. Mesin siklus kompresi uap memiliki COPaktual sebesar 4,126 dan COPideal sebesar 6,695 dengan efisiensi 61,6 %, dengan kondisi udara di dalam ruang pengering sebagai berikut: rata-rata suhu udara setelah melewati kondensor adalah 46,18 oC, rata-rata temperatur bola kering 38,3 oC dan rata-rata temperatur bola basah 29,12 oC dengan RH sebesar 54,3 % dan kelembaban spesifik 0,02332 kgair/kgudara. Kata Kunci : Mesin Pengering Pakaian, Sistem Tertutup.. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Nowdays clothes drying machines that are environmentally friendly, practical, and safe to use are needed for various people, especially the business community to be able to use the machine clothes dryer without the influence of the changing seasons. The purpose of this study are: (a) designing and assambling clothes dryers machine (b) determine the time required to drying the clothes by the initial conditions (1) wringed by hands, (2) wringed by washing machine, by varying the number of the additional fan in the drier cabin. This research was conducted at the Laboratory of Mechanical Engineering Sanata Dharma University in Yogyakarta. Clothes dryer has assambled by using machine with the vapor compression cycle system with one of additional fan. The clothes dryer is work with a closed air system, with the initial conditions of clothes were wring by hand and by the washing machine. Dimensions of drying machine used in this research are 190 cm length, 120 cm width and 132 cm in height. This study used clothes as many as 40 pieces. Drying machine uses refrigeration compression cycle machine’s components with 1 HP power compressors and use refrigerant R-410a. The Clothes dryer machine was successfully assembled and can work well. The time required to dry 40 pieces of hand wring methodes and without fan was 150 minutes, for the initial condition of the washing machine wring methodes and without fan, it took 53 minutes with, for the initial condition of the handwringing and with one additonal fan took 118 minutes, while on washing machine-wringing methodes and one additional fan its only 41 minutes to dry the whole clothes. At the fastest drying time condition, clothes dryer machine has the energy absorbed by the evaporator per unit mass of refrigerant (Qin) of 125.36 kJ/kg, the energy coming out of the condenser per unit mass of refrigerant (Qout) of 155.74 kJ/kg, work compressor per unit mass refrigerant (Win) of 30.38 kJ/kg. The vapor compression cycle machine has COPatual of 4,126 and COPideal of 6,695 with efficiency of 61,6%, and the air condition in drying chamber: an average temperature of air after passing condenser 46,18 oC an average temperature of air out from evaporator 23,41 oC, an average dry bulb temperature 38,3 oC and an average wet bulb temperature 29,12 oC with RH equal to 54,3% and specific humidity 0,02332 kgwater/kgair. Keywords: Clothes Dryers, Closed System.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya yang diberikan, sehingga penyusunan skripsi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi mahasiswa untuk mendapatkan gelar S-1 pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Atas berkat, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Kaprodi Teknik Mesin sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi atas arahan, pengertian, dan motivasi yang diberikan. 3. Ir. Rines Alapan, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Doddy Purwadianto, M.T., selaku Kepala Lab Energi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma. 5. Dosen Program Studi Teknik Mesin yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Tenaga Kependidikan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma. 7. Djunaedi Koeswara, dan Dewi Endang Koestantina sebagai orang tua, atas segala dukungan baik moral dan materi yang telah diberikan pada penulis selama belajar di Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma. 8. Teman-teman Teknik Mesin khususnya kelompok Skripsi mesin pengering pakaian atas kerjasamanya dan motivasi yang diberikan.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun material sehingga proses penyelesaian Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak agar dapat menyempurnakan skripsi ini dikemudian hari.. Yogyakarta, 24 Juli 2018. Penulis. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL……………………………………………………….. i.. TITLE PAGE …………………………………………………………………. ii.. HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iii.. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iv.. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………. v.. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………. vi.. ABSTRAK……………………………………………………………………. vii.. ABSTRACT…………………………………………........................................ viii.. KATA PENGANTAR………………………………………………………... ix.. DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xi.. DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiv. DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xv.. DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xvi.. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1.. 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 1.. 1.2 Rumusan Masalah……………...…………………………………...... 2.. 1.3 Tujuan Penelitian……………..…………………………………….... 3.. 1.4 Batasan Masalah……………………………………………………... 3.. 1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………….... 4.. BAB II DASAR TEORI……………………………………………………... 5.. 2.1 Dasar Teori…………………………………………………………... 6.. 2.1.1. Metode Dalam Pengeringan Pakaian………………………......... 6.. 2.1.2. Dehumidifier…………………………………………………...... 9.. 2.1.3. Parameter Dehumidifier……………………………………......... 12.. 2.1.4. Komponen Siklus Kompresi Uap……………………………...... 14.. 2.1.5. Siklus Kompresi Uap………………………………………........ 18.. 2.1.6. Proses-proses Pada Siklus Kompresi Uap……………...……...... 19.. 2.1.7. Perhitungan pada Siklus Kompresi Uap……………………........ 22.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.1.8. Psychrometric Chart…………………………………………...... 25.. 2.1.8.1 Parameter dalam Psychrometric Chart………………………….. 25.. 2.1.8.2 Proses Perlakuan Udara dalam Psychrometric Chart………….... 27.. Proses Perlakuan Udara dalam Mesin Pengering……………….. 33.. 2.1.10 Pengeringan Pakaian Sistem Tertutup pada Psychrometric.......... 35.. 2.1.9. Chart 2.1.11 Perhitungan pada Proses Pengeringan Pakaian………………..... 36.. 2.2 Tinjauan Pustaka……………………………………………………... 37.. BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 41.. 3.1 Objek Penelitian…………………………………………………....... 41.. 3.2 Variasi Penelitian…………………………………………………...... 41.. 3.3 Alat dan Bahan Penelitian………………………………………….... 42.. 3.3.1. Alat…………………………………………………………........ 42.. 3.3.2. Bahan………………………………………………………......... 43.. 3.3.3. Peralatan Pendukung………………………………………......... 49.. 3.4 Tata Cara Penelitian………………………………………………...... 52.. 3.4.1. Alur Pelaksanaan Penelitian…………………………………...... 53.. 3.4.2. Proses Pembuatan Mesin Pengering Pakaian………………........ 54.. 3.4.3. Proses Pengisian Refrigeran…………………………………...... 54.. 3.5 Cara Pengambilan Data…….......…………………………………..... 56.. 3.5.1. Skematik Pengambilan Data…………….............…………......... 56.. 3.5.2. Langkah-langkah Pengambilan Data…....…………………......... 57.. 3.6 Cara Menganalisis Data....................................…………………........ 59.. 3.7 Cara Mendapatkan Kesimpulan dan Saran........................................... 60.. BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN... 62.. 4.1 Data Hasil Penelitian……………………………………………….... 62.. 4.2 Hasil Perhitungan…………………………………………………..... 67.. 4.3 Pembahasan………………………………………………………...... 76.. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………... 80.. 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………... 80.. 5.2 Saran………….…………………………………………………….... 81.. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 82.. LAMPIRAN…………………………………………………………………. 83.. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Pengering Pakaian Menggunakan Cahaya Matahari………..... 7.. Gambar 2.2 Pengering Pakaian Menggunakan Gas LPG................................ 7.. Gambar 2.3 Pengering Pakaian Menggunakan Gas LPG................................ 8.. Gambar 2.4 Pengering Pakaian Menggunakan Gaya Sentrifugal................... 9.. Gambar 2.5 Siklus Refrigerant Dehumidifier.................................................. 10.. Gambar 2.6 Siklus Desicant Dehumidifier...................................................... 11.. Gambar 2.7 Diagram Komposisi Udara.......................................................... 12.. Gambar 2.8 Kompresor Rotary....................................................................... 16.. Gambar 2.9 Kondensor.................................................................................... 17.. Gambar 2.10 Evaporator................................................................................... 17.. Gambar 2.11 Pipa Kapiler................................................................................. 18.. Gambar 2.12 Siklus Kompresi Uap.................................................................. 19.. Gambar 2.13 Siklus Kompresi Uap pada Diagrap P-h...................................... 19.. Gambar 2.14 Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s..................................... 20.. Gambar 2.15 Psychrometric Chart.................................................................... 25.. Gambar 2.16 Proses-proses pada Psychrometric Chart.................................... 27.. Gambar 2.17 Proses Pemanasan pada Psychrometric Chart............................. 28.. Gambar 2.18 Proses Pendinginan pada Psychrometric Chart........................... 29.. Gambar 2.19 Proses Pelembaban pada Psychrometric Chart........................... 29.. Gambar 2.20 Proses Penurunan Kelembaban pada Psychrometric Chart........ 30.. Gambar 2.21 Proses Pemanasan dan Pelembaban pada Psychrometric Chart. 31.. Gambar 2.22 Pemanasan dan Penurunan Kelembaban pada Psychrometric ... 32.. Chart Gambar 2.23 Proses Pendinginan dan Pelembaban pada Psychrometric.......... 32.. Chart Gambar 2.24 Pendinginan dan Penurunan Kelembaban pada Psychrometric.. 33.. Chart Gambar 2.25 Proses Perlakuan Udara dalam Mesin......................................... xiv. 34..

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Gambar 2.26 Proses Perlakuan Udara Sistem Tertutup Pada Psychrometric... 35.. Chart Gambar 3.1 Pakaian dan Kemeja.................................................................... 41.. Gambar 3.2 Papan Triplek............................................................................... 44.. Gambar 3.3 Roda Mesin Pengering................................................................. 44.. Gambar 3.4 Kompresor................................................................................... 45.. Gambar 3.5 Evaporator.................................................................................... 45.. Gambar 3.6 Kondensor.................................................................................... 46.. Gambar 3.7 Pipa Kapiler ................................................................................ 46.. Gambar 3.8 Refrigeran R410........................................................................... 47.. Gambar 3.9 Filter............................................................................................. 47.. Gambar 3.10 Lakban......................................................................................... 48.. Gambar 3.11 Styrofoam..................................................................................... 49.. Gambar 3.12 Alat Pengukur Suhu..................................................................... 49.. Gambar 3.13 Termokopel.................................................................................. 49.. Gambar 3.14 Thermometer dry bulb dan wet bulb............................................ 50.. Gambar 3.15 Timbangan Digital....................................................................... 51.. Gambar 3.16 Pressure Gauge........................................................................... 51.. Gambar 3.17 P-h Diagram R410a..................................................................... 52.. Gambar 3.18 Alur Pelaksanaan Penelitian........................................................ 53.. Gambar 3.19 Pemasangan Gauge Pada Katup Pengisian.................................. 55.. Gambar 3.20 Skematik Pengambilan Data........................................................ 56.. Gambar 4.1 Diagram p-h R410a siklus ideal dengan keadaan diberi beban... 69.. Gambar 4.2 Psychrometric Chart Peras Tangan tanpa Kipas pada Menit-20. 72.. Gambar 4.3 Penurunan berat pakaian saat kondisi awal peras tangan............ 78.. Gambar 4.4 Penurunan berat pakaian saat kondisi awal peras mesin cuci...... 78.. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Tabel pengambilan data…………………….................................. 59.. Tabel 4.1 Data berat pakaian pengujian peras tangan tanpa kipas………...... 63.. Tabel 4.2 Data komponen suhu pengujian peras tangan tanpa kipas……...... 63.. Tabel 4.3 Data berat pakaian pengujian peras mesin cuci tanpa kipas…….... 64.. Tabel 4.4 Data komponen suhu pengujian peras mesin cuci tanpa kipas….... 64.. Tabel 4.5 Data berat pakaian pengujian peras tangan dengan kipas……....... 65.. Tabel 4.6 Data komponen suhu pengujian peras tangan dengan kipas……... 65.. Tabel 4.7 Data berat pakaian pengujian peras mesin cuci dengan kipas…..... 66.. Tabel 4.8 Data komponen suhu pengujian peras mesin cuci dengan kipas..... 66.. Tabel 4.9 Data berat pakaian pengujian peras tangan energi matahari........... 67.. Tabel 4.10 Data berat pakaian pengujian peras mesin cuci energi matahari..... 67.. Tabel 4.11 Hasil perhitungan penguapan air pada setiap variasi…….............. 68.. Tabel 4.12 Hasil perhitungan pada variasi peras tangan tanpa kipas................ 74.. Tabel 4.13 Hasil perhitungan pada variasi peras mesin cuci tanpa kipas.......... 75.. Tabel 4.14 Hasil perhitungan pada variasi peras tangan dan 1 kipas................ 75.. Tabel 4.15 Hasil perhitungan pada variasi peras mesin cuci dan 1 kipas......... 75.. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Gambar L.1 Mesin Pengering Pakaian……………….................................. 84.. Gambar L.2 Kondensor dan evaporator......................................................... 84.. Gambar L.3 Fan potensio.............................................................................. 85.. Gambar L.4 Pakaian yang digunakan dalam penelitian................................. 85.. Gambar L.5 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-20.. 86.. Gambar L.6 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-40.. 87.. Gambar L.7 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-60.. 88.. Gambar L.8 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-80.. 89.. Gambar L.9 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-...... 90. 100 Gambar L.10 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-...... 91.. 120 Gambar L.11 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-...... 92.. 140 Gambar L.12 Psychrometric chart peras tangan tanpa kipas pada menit-...... 93.. 160 Gambar L.13 Psychrometric chart peras mesin tanpa kipas pada menit-10.... 94.. Gambar L.14 Psychrometric chart peras mesin tanpa kipas pada menit-20.... 95.. Gambar L.15 Psychrometric chart peras mesin tanpa kipas pada menit-30.... 96.. Gambar L.16 Psychrometric chart peras mesin tanpa kipas pada menit-40.... 97.. Gambar L.17 Psychrometric chart peras mesin tanpa kipas pada menit-50.... 98.. Gambar L.18 Psychrometric chart peras mesin tanpa kipas pada menit-60.... 99.. Gambar L.19 Psychrometric chart peras tangan satu kipas pada menit-20.... 100. Gambar L.20 Psychrometric chart peras tangan satu kipas pada menit-40.... 101. Gambar L.21 Psychrometric chart peras tangan satu kipas pada menit-60.... 102. Gambar L.22 Psychrometric chart peras tangan satu kipas pada menit-80.... 103. Gambar L.23 Psychrometric chart peras tangan satu kipas pada menit-100.. 104. Gambar L.24 Psychrometric chart peras tangan satu kipas pada menit-120.. 105.. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Gambar L.25 Psychrometric chart peras mesin satu kipas pada menit-10..... 106. Gambar L.26 Psychrometric chart peras mesin satu kipas pada menit-20..... 107. Gambar L.27 Psychrometric chart peras mesin satu kipas pada menit-30..... 108. Gambar L.28 Psychrometric chart peras mesin satu kipas pada menit-40..... 109. Gambar L.29 Psychrometric chart peras mesin satu kipas pada menit-50..... 110.. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini pemanfaatan teknologi mesin pengering di dalam bidang bisnis laundry dan juga dalam kehidupan rumah tangga semakin dibutuhkan. Aplikasi penggunaan teknologi mesin pengering dimanfaatkan dalam bidang bisnis laundry untuk bersaing dalam memberikan pelayanan yang baik dan cepat tanpa pengaruh pergantian musim dan cuaca. Dewasa ini telah banyak jenis mesin pengering pakaian yang diciptakan dan dipergunakan untuk mengatasi permasalahan ketergantungan terhadap cuaca saat melakukan proses pengeringan pakaian. Beberapa jenis mesin pengering yaitu: mesin pengering pakaian dengan tenaga listrik, mesin pengering dengan tenaga gas LPG, mesin pengering pakaian dengan sistem sentrifugal, mesin pengering dengan sistem dehumidifier dan masih banyak yang lainnya. Masing-masing mesin pengering pakaian tersebut tentunya memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Kelebihan mesin pengering pakaian dengan tenaga listrik yaitu mudah dalam pengoperasiannya, tidak tergantung dengan cuaca, sehingga dapat digunakan kapan pun. Karena dalam mesin ini diperlukan energi listrik yang cukup besar maka kerugiannya terletak pada borosnya penggunaan energi listrik, menyebabkan pembengkakan biaya listrik. Beberapa kelebihan mesin pengering dengan menggunakan gas LPG, adalah efisiensi waktu, tidak terpengaruh dengan cuaca. Sedangkan kerugiannya. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. adalah karena suhu gas yang dihasilkan terlalu tinggi maka kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada pakaian, dan menimbulkan gas buang sehingga tidak ramah lingkungan, dan pengoperasiannya harus diawasi dengan ketat karena terdapat resiko meledaknya tabung gas LPG. Kelebihan pengeringan pakaian dengan memanfaatkan tenaga matahari yaitu ramah lingkungan, energi matahari dapat diperoleh dengan gratis, dengan kapasitas pengeringan yang tidak terbatas. Akan tetapi juga memiliki kerugian seperti sangat tergantung dengan matahari, sehingga saat musim penghujan atau saat tertutup awan sinar matahari akan sulit diperoleh. Karena masih banyaknya kekurangan pada berbagai jenis mesin pengering pakaian maka penulis tertarik untuk merancang dan merakit mesin pengering yang memiliki keunggulan seperti: ramah lingkungan, efisien terhadap waktu, dapat digunakan kapan pun tanpa terpengaruh cuaca, aman, dan praktis. 1.2 Perumusan Masalah Diperlukan mesin pengering pakaian yang praktis, ramah terhadap lingkungan, aman dalam pengoperasiannya, dan dapat menggantikan peranan energi matahari dalam mengeringkan pakaian. Saat ini jenis mesin pengering yang banyak terdapat di pasaran yaitu mesin pengering dengan gas LPG, yang dinilai kurang aman dan tidak ramah lingkungan serta dapat merusak baju yang akan dikeringkan. Bagaimanakah merancang dan merakit mesin pengering pakaian energi listrik? Berapa lama waktu yang diperlukan mesin pengering energi listrik dalam mengeringkan pakaian dengan berbagai kondisi awal pakaian (a) hasil peras tangan (b) hasil peras mesin cuci dengan memvariasikan jumlah kipas.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. tambahan dan tanpa kipas tambahan di dalam ruang pengeringan? Bagaimana karakteristik mesin pengering pakaian energi listrik pada waktu pengeringan tercepat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tentang mesin pengering pakaian ini adalah: a. Merancang dan merakit mesin pengering pakaian dengan siklus kompresi uap yang praktis, aman, dan ramah terhadap lingkungan, serta dapat dipergunakan kapan saja. b. Mengetahui lama waktu pengeringan pakaian dengan berbagai kondisi awal pakaian seperti berikut: 1. hasil peras tangan 2. hasil peras mesin cuci Dengan memvariasikan jumlah kipas tambahan dan tanpa kipas tambahan di dalam ruang pengeringan. c. Mengetahui karakteristik mesin pengering pakaian yang memiliki waktu pengeringan tercepat, meliputi: Qin, Qout, Win, COPaktual, COPideal, Efisiensi, kondisi udara masuk ruang pengering. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang digunakan dalam pembuatan alat dalam penelitian ini adalah: a. Mesin pengering pakaian ini menggunakan mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. b. Mesin pengering pakaian yang dibuat ini bekerja dengan menggunakan sistem udara tertutup, artinya udara yang telah dipergunakan untuk mengeringkan pakaian akan kembali dipergunakan untuk proses pengeringan dengan disirkulasikan kembali menuju ruang mesin pengering. c. Mesin pengering pakaian ini berkapasitas 40 pakaian. d. Mesin pengering pakaian bekerja dengan sumber tenaga listrik. e. Mesin pengering pakaian ini mempergunakan dua lemari untuk menempatkan pakaian dan mesin siklus kompresi uap dengan ukuran lemari pertama: 120 cm x 120 cm x 120 cm, dan lemari kedua berukuran: 120 cm x 70 cm x 120 cm, material lemari terbuat dari triplek dan kayu. f. Komponen utama mesin siklus kompresi uap meliputi: kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kapiler. g. Penggerak kompresor, menggunakan motor listrik dengan daya 1 hp, dan refrigeran yang digunakan adalah jenis R410a, komponen utama yang lain seperti pipa kapiler, kondensor, dan evaporator, ukuran dan besarnya menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor. h. Mesin pengering ini menggunakan satu buah kipas tambahan, dengan jenis fan potensio merk Meiwa model: M-0118 80 Watt 50Hz 220V. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tentang karakteristik mesin pengering pakaian adalah sebagai berikut:.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. a. Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang mesin pengering pakaian yang bekerja dengan siklus kompresi uap yang dapat ditempatkan di perpustakaan atau dipublikasikan pada khalayak. b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang meneliti tentang mesin pengering pakaian dengan siklus kompresi uap, sistem udara tertutup. c. Dihasilkannya teknologi tepat guna berupa mesin pengering pakaian energi listrik yang aman, praktis, ramah lingkungan, dan dapat dipergunakan kapan saja..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II DASAR TEORI. 2.1. Dasar Teori 2.1.1 Metode-Metode Pengeringan Pakaian Saat ini terdapat berbagai macam metode yang digunakan dalam pengeringan pakaian, baik secara alami ataupun menggunakan mesin. Adapun beberapa metode tersebut adalah (a) menggunakan cahaya matahari, (b) pengeringan pakaian dengan menggunakan gas LPG, (c) pengeringan pakaian dengan gaya sentrifugal, (d) pengeringan pakaian dengan metode dehumidifikasi. Masing-masing dari metode tersebut memiliki kelemahan, dan kelebihan serta spesifikasi nya sendiri, berikut adalah penjelasan mengenai metode pengeringan diatas: a. Metode pengeringan dengan cahaya matahari Metode pengeringan pakaian dengan energi matahari adalah metode yang paling umum digunakan dengan membiarkan pakaian terpapar oleh pancaran cahaya matahari, kemudian panas yang dihasilkan oleh cahaya matahari akan menguapkan air yang terdapat pada pakaian basah hingga pakaian menjadi kering. Kelebihan dari metode panas matahari adalah ramah lingkungan, dapat mengeringkan pakaian dalam jumlah yang banyak, tidak memerlukan sumber energi lain, gratis, dan sumber energi matahari tidak terbatas. Adapun kerugiannya adalah tidak dapat dipergunakan setiap saat, pengeringan sangat bergantung pada perubahan cuaca. Pada saat musim penghujan pengeringan. 6.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. dengan energi matahari sulit dilakukan. Gambar 2.1 menunjukan pengeringan pakaian dengan menggunakan sinar matahari. Gambar 2.1 Pengeringan Pakaian Menggunakan Cahaya Matahari (Sumber: http://www.energi-ku.com) b. Metode pengeringan pakaian dengan gas LPG Metode pengeringan ini diketahui paling cepat dalam mengeringkan pakaian dalam keadaan basah. Prinsip kerjanya yaitu memanaskan udara dengan memanfaatkan energi panas yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG. Dengan mensirkulasikan udara panas hasil pemanasan gas LPG menuju lemari pengering oleh blower atau kipas, menyebabkan air yang berada dalam pakaian menguap dan kemudian udara lembab tersebut dikeluarkan dari lemari pengering dan disirkulasikan ulang atau dibuang. Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 menunjukan metode pengeringan pakaian dengan gas LPG. .. Gambar 2.2 Pengering Pakaian Menggunakan Gas LPG (Sumber: http://www.rajapengering.com ).

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Gambar 2.3 Pengering Pakaian Menggunakan Gas LPG (Sumber: http://www.rajapengering.com ) c. Mesin pengering dengan gaya sentrifugal Metode pengeringan dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan air dari pakaian. Pakaian diputar di dalam drum atau tempat penampung dengan kecepatan penuh dari motor listrik. Kemudian putaran tinggi tersebut akan menimbulkan gaya sentrifugal yang menyebabkan uap air terhempas keluar dari pakaian dan dari drum utama dan tertampung di drum luar, lalu air yang terkumpul di drum kedua atau drum luar akan langsung keluar melalui pipa output. Metode pengeringan ini tidak dapat langsung membuat pakaian kering dan siap untuk disetrika, pakaian tetap harus diangin-anginkan atau dijemur terlebih dahulu sebelum siap untuk disetrika. Gambar 2.4 merupakan metode pengeringan pakaian dengan gaya sentrifugal..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Gambar 2.4 Pengering Pakaian Menggunakan Gaya Sentrifugal (Sumber: https://repository.usd.ac.id ) d. Pengeringan pakaian dengan metode dehumidifikasi Prinsip kerja mesin pengering dengan metode dehumidifikasi yaitu dengan memanfaatkan proses dehumidifikasi dan pemanasaan udara. Udara diturunkan kelembabannya dan dipanaskan, kemudian udara kering dan panas yang dihasilkan tersebut disirkulasikan ke lemari pakaian. Akibat dari udara kering dan bersuhu tinggi tersebut akan menyebabkan air dalam pakaian akan menguap, dan selanjutnya udara lembab ini akan disirkulasikan kembali ke dalam alat penurun kelembaban. 2.1.2 Dehumidifier Dehumidifier adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi tingkat kelembaban udara melalui dehumidifikasi. Proses dehumidifikasi merupakan proses penurunan jumlah kadar air yang terkandung di dalam udara, sehingga udara menjadi udara kering. Dengan mengkondisikan udara di dalam ruangan menggunakan proses dehumidifikasi, maka kelembaban udara dalam ruangan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Terdapat 2 metode dehumidifikasi dalam pengeringan udara yaitu (1) Refrigeran Dehumidifikasi, (2) Desiccant Dehumidifikasi, adapun penjelasan dari kedua metode tersebut adalah sebagai berikut: a. Refrigeran Dehumidifier Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan menggunakan sistem kompresi uap dimana evaporator berfungsi untuk menyerap uap air yang terdapat di dalam udara sehingga udara menjadi kering. Udara kering kemudian dilewatkan ke kondensor untuk menaikkan temperatur udara. Di dalam evaporator juga terjadi penurunan suhu udara sampai titik dimana terjadinya kondensasi dan uap air akan mengalir ke tempat penampung air yang terdapat di bagian bawah. Gambar 2.5 menunjukan siklus refrigeran dehumidifier.. Gambar 2.5 Siklus Refrigeran Dehumidifier (Sumber: https://repository.usd.ac.id ). b. Desiccant Dehumidifier Metode yang dipergunakan pada desiccant dehumidifier memiliki cara yang berbeda dalam menurunkan kelembaban, yaitu dengan suatu bahan yang dapat menyerap kelembaban yang berupa liquid atau solid seperti silica gel atau.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. batu zeloit. Dehumidifier ini akan lebih efektif jika digunakan di daerah beriklim dingin, atau ketika diperlukan dew point yang rendah. Prinsip kerja dari dehumidifier ini adalah dengan melewatkan udara lembab ke bagian proses pada disc. Disc adalah suatu bagian yang dibentuk seperti sarang lebah dan berisikan bahan pengering berupa (silica gel, atau zeloid). Disc sendiri dibagi menjadi dua saluran udara yang terpisah oleh sekat yaitu (a) bagian proses (75% dari lingkaran), (b) bagian reaktivasi (25% dari lingkaran). Disc kemudian diputar perlahan dengan kecepatan 0,5 rpm menggunakan motor kecil, uap air akan diserap oleh disc bahan pengering. Kemudian udara meninggalkan rotor dengan suhu hangat dan kering. Bersamaan dengan berputarnya disc, pada bagian reaktivasi disirkulasikan juga udara panas dari heater untuk meregenerasi disc bahan pengering. Kemudian air yang terserap oleh disc pada bagian reaktivasi akan terlepas karena proses pemanasan dan heat exchanger bergantian menyerap uap air tersebut. Gambar 2.6 merupakan gambar siklus desiccant dehumidifier.. Gambar 2.6 Siklus Desiccant Dehumidifier (Sumber: http://www.sgamerica.com.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. 2.1.3 Parameter Dehumidifier Ada beberapa parameter dalam proses dehumidifikasi yang perlu diperhatikan agar proses pengeringan dapat terpenuhi dengan baik antara lain (a) Kelembaban, (b) Aliran udara, (c) Suhu udara, (d) Kelembaban spesifik (ratio kelembaban). Berikut adalah pembahasan mengenai parameter tersebut: a. Kelembaban Kelembaban dapat didefinisikan sebagai banyaknya jumlah kandungan uap air yang ada dalam udara, semakin tinggi kandungan uap air dalam udara maka semakin tinggi pula kelembaban udara begitu pula sebaliknya. Semakin tinggi kelembaban udara relatif semakin kecil kemampuan udara tersebut menguapkan air yang berada di ruangan udara tersebut. Semakin tinggi kelembaban udara relatif, semakin kecil kemampuan udara tersebut mengeringkan benda-benda basah yang berada di dalam ruangan udara tersebut. Gambar 2.7 menunjukan susunan komposisi udara.. Gambar 2.7 Diagram Komposisi Udara (Sumber: https://id.wikipedia.org).

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. b. Suhu Udara Suhu udara adalah suatu ukuran yang menyatakan keadaan panas atau dinginnya udara di suatu tempat. Suhu udara dikatakan panas apabila suhu udara pada tempat dan waktu tertentu melebihi suhu lingkungan di sekitarnya dan begitupula sebaliknya untuk suhu udara dingin. Suhu udara rata-rata di wilayah tropis khususnya Indonesia yaitu 28 oC. Suhu udara sangat mempengaruhi laju pengeringan, semakin besar perbedaan antara suhu udara pengering dan suhu pada pakaian maka kemampuan perpindahan kalor semakin besar, maka proses penguapan air juga meningkat. Agar tidak merusak bahan atau pakaian yang akan dikeringkan maka diperlukan pengontrolan suhu udara secara teratur. c. Aliran Udara Dalam proses pengeringan pakaian aliran udara memiliki fungsi untuk membawa udara panas yang digunakan untuk menguapkan kadar air yang terdapat pada pakaian, serta mengeluarkan uap air hasil kondensasi tersebut. Uap air yang dihasilkan harus segera dibuang keluar agar tidak membuat udara ruangan menjadi jenuh dan dapat mengganggu proses pengeringan. Semakin besar debit aliran udara panas yang mengalir maka akan semakin besar kemampuan untuk menguapkan kadar air dalam pakaian, namun berbanding terbalik dengan suhu udara yang semakin menurun. Untuk memperbesar debit aliran udara (Qudara) dapat dilakukan dengan memperbesar luas penampang (A) ataupun kecepatan aliran (v). Berikut adalah persamaan dalam perhitungan debit aliran udara Qudara. = A .v. (2.1).

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Pada Persamaan (2.1): Qudara : Debit aliran udara, (m3/s) A. : Luas penampang, (m2). v. : Kecepatan aliran udara, (m/s). d. Kelembaban Spesifik Kelembaban spesifikasi atau ratio kelembaban adalah perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering atau jumlah uap air yang terkandung dalam 1 kg udara kering. Pada umumnya kelembaban spesifik dinyatakan dalam gram per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau (kg/kg). Dalam sistem dehumidifikasi semakin besar selisih kelembaban spesifik setelah melewati pakaian (WA) dengan kelembaban spesifik masuk ruang pengering (WD), semakin banyak massa air yang berhasil diuapkan (∆W), dan dapat dihitung dengan Persamaan (2.2) ∆W = (WA-WD). (2.2). Pada Persamaan (2.2): ∆W. : Massa air yang berhasil diuapkan, (kgair/kgudara). WA. : Kelembaban spesifik setelah melewati pakaian, (kgair/kgudara). WD. : Kelembaban spesifik masuk ruang pengering, (kgair/kgudara). 2.1.4 Komponen Siklus Kompresi Uap Pada umumnya dalam mesin dehumidifier digunakan mesin refrigeran dengan sistem kompresi uap. Terdapat berbagai macam refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap, namun jenis refrigeran yang paling umum digunakan adalah ( R-11; R-12; R-21; R-22; R-502; R-410a dan R-134a), jenis refrigeran.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. tersebut tergolong jenis Chlorinated Fluorocarbons (CFCs, atau disebut juga Freon). Dan yang paling sering digunakan adalah Freon jenis R-410a dikarenakan lebih ramah terhadap lingkungan. Dalam siklus kompresi uap terdapat beberapa komponen utama yaitu: (a) kompresor, (b) evaporator, (c) kondensor, (d) pipa kapiler. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai komponen utama sistem kompresi uap. a. Kompresor Dalam sistem kompresi uap kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan dari refrigeran atau fluida dan mengalirkannya ke seluruh bagian yang terdapat dalam sistem tersebut. Kompresor biasanya menggunakan mesin listrik, mesin diesel atau mesin bensin sebagai tenaga penggeraknya. Secara garis besar terdapat tiga jenis kompresor yaitu kompresor dengan piston, kompresor jenis rotary, dan kompresor jenis sentrifugal. Tetapi jenis kompresor yang umum digunakan dalam sistem kompresi uap pada mesin siklus kompresi uap (mesin yang digunakan dalam penelitian ini) yaitu kompresor dengan jenis rotary. Kompresor rotary dapat menghasilkan tekanan yang sangat tinggi dan getaran yang dihasilkan relatif kecil karena sudu-sudu pada kompresor putar/rotary merupakan elemen bolak balik yang memiliki massa jauh lebih kecil dari pada torak. Selain itu kompresor jenis ini tidak memerlukan katub sedangkan fluktuasi alirannya sangat kecil dibandingkan dengan kompresor torak. Ada beberapa jenis kompresor putar, yaitu kompresor putar sudu luncur dan kompresor putar jenis sekrup. Gambar kompresor rotary ditunjukan pada Gambar 2.8..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Gambar 2.8 Kompresor Rotary (Sumber: http://aermech.com) b. Kondensor Kondensor adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai tempat kondensasi atau proses pengembunan refrigeran. Dalam penggunaannya kondensor diletakkan di luar ruangan yang didinginkan supaya panas yang keluar saat pengoperasiannya dapat dibuang keluar sehingga tidak mengganggu proses pendinginan, tetapi dalam penelitian ini panas dari kalor yang dibuang oleh kondesor dibutuhkan dalam proses pengeringan pakaian di dalam lemari. Di dalam kondensor berlangsung tiga proses utama yaitu proses penurunan suhu refrigeran dari gas panas lanjut ke gas jenuh, proses perubahan wujud dari gas jenuh menjadi cair jenuh, dan proses pendinginan lanjut. Prose pengembunan refrigeran dari gas jenuh ke cair jenuh terjadi pada tekanan dan suhu yang tetap dan saat ketiga proses tersebut berlangsung kondensor mengeluarkan kalor dari refrigeran untuk selanjutanya dibuang ke udara luar. Berdasarkan media pendinginannya kondensor dibagi menjadi tiga macam yaitu water cooled condenser, air cooled condenser, dan evaporatif condenser. Kondensor yang.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. sering dipakai pada mesin siklus kompresi uap adalah air cooled condenser, dengan pipa bersirip. Gambar 2.9 merupakan gambaran kondensor tampak dalam.. Gambar 2.9 Kondensor (Sumber: http://www.jayatekniksentosa.work) c. Evaporator Evaporator adalah komponen yang memiliki fungsi sebagai tempat terjadinya perubahan fase refrigeran dari cair menjadi gas (penguapan). Pada saat perubahan fase tersebut diperlukan energi kalor yang diambil dari lingkungan evaporator. Gambar 2.10 menunjukan evaporator mesin siklus kompresi uap.. Gambar 2.10 Evaporator (Sumber: http://egsean.com).

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. d. Pipa Kapiler Pipa kapiler adalah komponen dari sistem kompresi uap yang berbentuk pipa dengan diameter yang kecil dan merupakan media yang digunakan untuk menurunkan tekanan refrigeran. Pada pipa kapiler terjadi penurunan tekanan dari cairan refrigeran agar dapat menguap kembali di dalam evaporator menjadi uap refrigeran bertekanan rendah. Komponen mesin siklus kompresi uap, pipa kapiler ditunjukan pada gambar 2.11.. Gambar 2.11 Pipa Kapiler (Sumber: http://www.pricearea.com) 2.1.5 Siklus Kompresi Uap Siklus kompresi uap adalah siklus yang biasa digunakan dalam sistem mesin pengering, dengan empat komponen utama yaitu: kompresor, evaporator, kondensor, katup ekspansi. Gambar 2.12 menyajikan skema susunan komponen dari siklus kompresi uap..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. Gambar 2.12 Skematik Rangkaian komponen Siklus Kompresi Uap 2.1.6. Proses-proses pada Siklus Kompresi Uap Untuk dapat mengetahui proses-proses pada siklus kompresi uap digunakan diagram P-h. Gambar 2.13, dan Gambar 2.14 menyajikan proses siklus kompresi uap pada diagram P-h dan T-s.. Gambar 2.13 Siklus Kompresi Uap pada Diagram P-h.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. Gambar 2.14 Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s Keterangan proses pada Gambar 2.13 dan Gambar 2.14: a. Proses 1-2 (proses kompresi) Proses ini dilakukan oleh kompresor, pada saat memasuki kompresor wujud dari refrigeran adalah berupa uap panas lanjut bertekanan rendah. Setelah mengalami tekanan atau kompresi maka wujud refrigeran berubah menjadi uap panas lanjut bertekanan tinggi, selain itu refrigeran juga mengalami peningkatan temperatur. Proses 1-2 adalah kompresi isentropik adiabatis. Dalam proses kompresi ini diperlukan tenaga untuk menggerakan kompresor yaitu Win. b. Proses 2-2a (proses penurunan temperatur gas panas lanjut) Proses 2-2a merupakan proses penurunan suhu dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh (desuperheating). Proses penurunan suhu ini berlangsung di dalam kondensor. Pada saat proses berlangsung kalor refrigeran dibuang ke luar oleh blower yang terdapat pada kondensor, sehingga suhunya mengalami penurunan, hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu antara suhu di.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. dalam kondensor dengan suhu di lingkungan sekitar. Proses ini berlangsung pada tekanan yang tetap. c. Proses 2a-3a (proses pengembunan) Pada proses ini refrigeran yang berupa gas jenuh bertekanan dan bertemperatur tinggi, akan membuang kalor sehingga mengalami perubahan wujud dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Proses ini terjadi pada kondisi tekanan dan suhu yang tetap meskipun refrigeran mengeluarkan kalor. d. Proses 3a-3 (proses pendinginan lanjut) Pada proses ini terjadi penurunan suhu dan membuat refrigeran yang keluar benar-benar dalam keadaan cair sehingga refrigeran akan mudah untuk disirkulasikan melalui pipa kapiler dalam sebuah sistem pendinginan, proses ini berlangsung pada tekanan yang konstan. e. Proses 3-4 (proses penurunan tekanan) Proses penurunan tekanan terjadi pada katup ekspansi atau pipa kapiler. Pada proses ini terjadi penurunan tekanan sehingga temperatur ikut mengalami penurunan. Refrigeran mengalami perubahan fase dari fase cair menjadi campuran cair dan gas. Proses ini berlangsung pada nilai entalpi yang tetap. f. Proses 4-1a (proses pendidihan) Proses pendidihan ini terjadi di dalam evaporator. Panas dari lingkungan akan diserap dan digunakan untuk mengubah refrigeran berupa campuran cair dan gas bertekanan rendah menjadi gas jenuh bertekanan rendah. Proses ini terjadi pada tekanan dan suhu yang konstan. g. Proses 1a-1 (proses pemanasan lanjut).

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. Proses ini terjadi pada tekanan konstan dan menyebabkan kenaikan suhu pada refrigeran. Dengan adanya proses ini refrigeran yang akan masuk ke dalam kompresor benar-benar berwujud gas, hal ini akan mempermudah kerja kompresor. 2.1.7 Perhitungan pada Siklus Kompresi Uap Di dalam siklus kompresi uap terdapat beberapa paramater yang dapat dihitung meliputi: kalor yang diserap oleh evaporator (Qin), kalor yang dibuang oleh kondensor (Qout), kerja dari kompresor yang digunakan (Win), performance dari mesin pengering secara aktual, (COPaktual), performance ideal dari mesin pengering (COPideal), dan efisiensi dari kerja mesin pengering (ƞ). Berikut penjelasan dan persamaan parameter di atas: a. Kalor yang diserap evaporator (Qin) Energi kalor persatuan massa yang diserap oleh evaporator merupakan proses perubahan entalpi pada siklus kompresi uap dari titik 4 ke titik 1. Perubahan entalpi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.3): Qin = h1 – h4. (2.3). Pada Persamaan (2.3): Qin. : Energi/kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran, (kJ/kg). h1. : Entalpi refrigeran saat keluar evaporator/masuk kompresor, (kJ/kg). h4. : Entalpi keluar pipa kapiler/masuk evaporator, (kJ/kg). b. Kalor yang dilepas kondensor (Qout).

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor merupakan perubahan entalpi pada siklus kompresi uap dari titik 2 ke titik 3. Perubahan entalpi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.4): Qout = h2 – h3. (2.4). Pada Persamaan (2.4): Qout. : Kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran, (kJ/kg). h2. : Entalpi refrigeran saat keluar kompresor/masuk kondensor, (kJ/kg). h3. : Entalpi refrigeran saat keluar kondensor/masuk pipa kapiler, (kJ/kg). c. Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) Kerja kompresor persatuan massa refrigeran merupakan perubahan entalpi pada siklus kompresi uap dari titik 1 ke titik 2. Perubahan entalpi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.5): Win = h2 – h1. (2.5). Pada Persamaan (2.5): Win. : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, (kJ/kg). h2. : Entalpi refrigeran saat keluar kompresor/masuk kondensor, (kJ/kg). h1. : Entalpi refrigeran saat keluar evaporator/masuk kompresor, (kJ/kg). d. Unjuk kerja mesin sesungguhnya (COP aktual) Unjuk. kerja. mesin. siklus. kompresi. uap. sesungguhnya. adalah. perbandingan antara kalor yang diserap evaporator dengan kerja kompresor. Dapat dihitung dengan Persamaan (2.6): COPaktual = (. ). Pada Persamaan (2.6):. (2.6).

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. COPaktual. : Unjuk kerja mesin siklus kompresi uap yang sesungguhnya. Qin. : Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran, (kJ/kg). Win. : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, (kJ/kg). e. Unjuk kerja mesin ideal (COP ideal) Unjuk kerja ideal mesin siklus kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.7):. ). COPideal =. (2.7). Pada Persamaan (2.7): COPideal. : Unjuk kerja ideal. Tc. : Suhu kerja mutlak kondensor dalam Kelvin, (K). Te. : Suhu kerja mutlak evaporator dalam Kelvin, (K). f. Efisiensi mesin pendingin (Efisiensi ƞ) Efisiensi mesin siklus kompresi uap dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.8): Efisiensi (ƞ) = (. ). %. Pada Persamaan (2.8): Efisiensi (ƞ). : Efisiensi mesin siklus kompresi uap.. COPaktual. : Unjuk kerja mesin sesungguhnya. COPideal. : Unjuk kerja mesin ideal. (2.8).

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. 2.1.8 Psychrometric Chart Psychrometric Chart merupakan sebuah grafik yang digunakan untuk menentukan properti-properti dari udara pada suatu tekanan tertentu. Contoh Psychrometric Chart dapat dilihat pada Gambar 2.15 dimana masing-masing kurva menunjukan nilai properti yang konstan. Untuk dapat mengetahui nilai properti-properti dari udara (Tdb, Twb, Tdp, W, RH, H, SpV) minimal dua buah properti harus sudah diketahui.. Gambar 2.15 Psychrometric Chart (Sumber: http://www.slideshare.net) 2.1.8.1 Parameter-parameter dalam Psychrometric Chart Beberapa parameter udara yang terdapat dalam. Psychrometric Chart. antara lain (a) temperatur bola kering, (b) temperatur bola basah, (c) temperatur titik embun, (d) kelembaban spesifik, (e) volume spesifik, (f) entalpi, (g) kelembaban relatif..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. a. Temperatur bola kering (Dry bulb temperature, Tdb) Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca oleh termometer dengan tabung bulb pada termometer dalam keadaan kering atau tidak dibasahi dengan air. b. Temperatur bola basah (Wet bulb temperature, Twb) Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca oleh termometer dengan tabung bulb pada termometer dalam keadaan dibasahi air atau dibalut dengan kain basah. c. Temperatur titik embun (Dew point, Tdp) Temperatur titik embun merupakan keadaan suhu dimana uap air di dalam udara mulai mengalami proses pengembunan ketika udara tersebut didinginkan. Pada kondisi Dew Point, maka besarnya temperatur titik embun sama dengan temperatur bola basah (Twb) pada saat udara mengalami pengembunan, demikian pula sama dengan temperatur bola keringnya (Tdb). d. Kelembaban spesifik (W) Kelembaban spesifik atau specific humidity adalah jumlah kandungan uap air yang terdapat pada udara yang diukur dalam satuan grains. (7000 grains = 1 pound) dan diplotkan pada garis sumbu vertikal di sebelah kanan chart. e. Kelembaban relatif (%RH) RH atau kelembaban relatif adalah perbandingan antara jumlah air yang terkandung di dalam 1 m3 udara dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1 m3 udara tersebut. f. Entalpi.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. Entalpi adalah jumlah panas total dari campuran udara dan uap air di atas titik nol. Dinyatakan dalam satuan BTU per pound udara. Harga entalpi dapat diperoleh di sepanjang skala di atas garis saturasi pada gambar grafik psychrometric chart. g. Volume spesifik (SpV) Merupakan volume udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan meter kubik udara kering atau meter kubik campuran per kilogram udara kering. Gambar 2.16 merupakan prosesproses pada psychrometric chart.. Gambar 2.16 Proses-proses pada Psychrometric Chart 2.1.8.2 Proses-proses Perlakuan Udara dalam Psychrometric Chart Berikut adalah pembahasan tentang perlakuan udara dalam psychrometric chart berdasarkan gambar di atas: (a) proses heating, (b) proses cooling, (c) proses humidify, (d) proses dehumidify, (e) proses heating and humidify, (f) proses.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. heating and dehumidify, (g) proses cooling and humidify, (h) proses cooling and dehumidify. a. Proses pemanasan (Heating) Merupakan proses dimana terjadi penambahan kalor sensibel ke udara sehingga temperatur udara naik terus. Pada proses ini terjadi peningkatan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik bernilai tetap. Gambar 2.17 menyuguhkan proses heating pada psychrometric chart.. Gambar 2.17 Proses Pemanasan (Heating) pada Psychromertic Chart b. Proses pendinginan (Cooling) Adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara kering terus mengalami penurunan. Pada proses ini terjadi penurunan pada temperatur bola kering, temperatur bola basah, dan kelembaban relatif. Sedangkan pada kelembaban spesifik dan titik embun konstan. Garis dari proses ini digambarkan horizontal ke arah kiri. Gambar 2.18 merupakan proses cooling pada psychrometric chart..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. Gambar 2.18 Proses Pendinginan (Cooling) pada Psychrometric Chart c. Proses pelembaban (Humidify) Proses pelembaban ini adalah proses penambahan kandungan uap air ke udara tanpa mengubah temperatur (dry bulb). Pada proses ini terjadi perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Pada proses ini digambarkan garis vertikal ke arah atas. Gambar 2.19 menyajikan proses humidify pada psychrometric chart.. Gambar 2.19 Proses Pelembaban (Humidify) pada Psychrometric Chart.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. d. Proses penurunan kelembaban (Dehumidify) Proses ini merupakan proses dimana terjadi pengurangan kandungan uap air yang terdapat pada udara tanpa merubah temperatur bola kering. Hal ini mengakibatkan terjadi penurunan pada tempeatur bola basah, temperatur titik embun, kelembaban spesifik, kelembaban relatif, serta entalpi. Garis proses pada psychrometric chart terdapat pada garis vertikal ke arah bawah. Gambar 2.20 merupakan proses dehumidify pada psychrometric chart.. Gambar 2.20 Proses Penurunan Kelembaban (Dehumidify) pada Psychrometric Chart e. Proses pemanasan dan pelembaban (Heating and Humidify) Dalam proses ini temperatur dan kandungan uap air di udara akan dinaikkan, terjadi peningkatan kalor laten, entalphi, kelembaban, Tdb, Twb, dan kelembaban relatif. Garis proses nya adalah garis ke kanan atas. Gambar 2.21 menunjukan proses pemanasan dan pelembaban udara pada psychrometric chart..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. Gambar 2.21 Proses Pemanasan dan Pelembaban (Heating and Humidify) pada Psychrometric Chart f. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating and Dehumidify) Pada proses ini sebelumnya udara mengalami pendinginan terlebih dahulu sampai temperatur di bawah titik embun, pada titik ini udara mengalami pengembunan sehingga kandungan uap air akan berkurang kemudian udara dilewatkan ke pemanas sehingga temperatur akan meningkat. Pada proses ini terjadi penurunan kelembaban spesifik, Twb, kelembaban relatif, tetapi terjadi kenaikan Tdb. Garis proses nya adalah garis ke arah kanan bawah. Gambar 2.22 menyajikan proses pemanasan dan penurunan kelembaban udara pada psychrometric chart..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. Gambar 2.22 Proses Pemanasan dan Penurunan kelembaban (Heating and Dehumidify) pada Psychrometric Chart g. Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling and Humidify) Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban berfungsi untuk menurunkan temperatur dan menaikkan kandungan uap air di udara. Terjadi penurunan pada temperatur bola kering dan volume spesifik. Sedangkan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif dan spesifik meningkat. Pada Gambar 2.23 disajikan proses pendinginan dan pelembaban udara pada psychrometric chart.. Gambar 2.23 Proses Pendinginan dan Pelembaban (Cooling and Humidify) pada Psychrometric Chart.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. h. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling and Dehumidify) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses ini terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, serta kelembaban spesifik. Gambar 2.24 merupakan proses cooling dan dehumidify pada psychrometric chart.. Gambar 2.24 Proses Pendinginan dan Penurunan kelembaban (Cooling and Dehumidify) pada Psychrometric Chart 2.1.9 Proses Perlakuan Udara dalam Mesin Pengering Pakaian Pada Gambar 2.25 menyajikan proses perlakuan udara yang terjadi pada mesin pengering pakaian sistem tertutup. Udara lembab yang berasal dari ruang pengeringan dikondisikan melalui proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidity) dengan dilewatkan ke evaporator guna mendapatkan kondisi udara yang bertemperatur rendah dan kering. Selanjutnya udara bertemperatur rendah dan kering tersebut dilewatkan menuju kompresor yang memiliki tekanan tinggi, sehingga terjadi perpindahan panas dari kompresor ke udara yang dilewatkan. Kondisi udara dengan temperatur dan tekanan yang tinggi.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. akan dialirkan menuju kondensor guna mengalami proses heating, sehingga udara mengalami peningkatan temperatur kembali menjadi udara kering bertemperatur tinggi. Selanjutnya udara tersebut disirkulasikan ke ruang pengeringan untuk digunakan mengeringkan pakaian. Ketika udara kering bertemperatur tinggi melewati pakaian, terjadi perpindahan uap air dari pakaian ke udara yang melewatinya, proses ini disebut cooling and humidifying, dimana terjadi penurunan temperatur udara dan kandungan uap air dalam udara mengalami peningkatan.. Gambar 2.25 Proses Perlakuan Udara dalam Mesin Keterangan Gambar 2.25: a. Evaporator. A. Suhu udara sebelum masuk evaporator. b. Kompresor. A’. Suhu dew poin. c. Kondensor. B. Suhu udara setelah keluar evaporator.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. d. Filter. C. Suhu kerja evaporator. e. Pipa kapiler. D. Suhu udara setelah keluar kondensor. f. Potensio fan. E. Suhu kerja kondensor. h. Penampung air g. Pakaian 2.1.10 Proses Pengeringan Pakaian Sistem Tertutup pada Psychrometric Chart Pada Gambar 2.26 memperlihatkan proses perlakuan udara yang terjadi di dalam mesin pengering pakaian pada saat proses pengeringan sedang berlangsung.. Gambar 2.26 Proses Perlakuan Udara Sistem Tertutup dalam Mesin Pengering Pada Psychrometric Chart Titik A’ merupakan titik Dew Point dan merupakan titik awal terjadinya Proses cooling and dehumidifying hingga titik B. Pada titik B hingga titik D merupakan proses pemanasan (heating). Lalu proses cooling and humidifying.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. berlangsung pada titik D menuju titik A. Proses dari titik A ke A’ adalah proses pendinginan (Cooling). Keterangan Gambar 2.26: a. Titik A merupakan kondisi udara sebelum masuk evaporator. b. Titik A’ merupakan titik dew point. c. Titik B merupakan kondisi udara setelah melewati evaporator. d. Titik C merupakan suhu kerja evaporator. e. Titik D merupakan kondisi udara setelah melewati kondensor. f. Titik E merupakan suhu kerja kondensor. 2.1.11 Perhitungan pada Psychrometric Chart Untuk dapat mengetahui laju pengeringan mesin pengering pakaian dapat menggunakan Persamaan (2.9):. ̇. (2.9). Pada Persamaan (2.9): ̇. : laju pengeringan mesin pengering, (kgair/detik). m. : massa air yang berhasil diuapkan, (kgair). Δt. : perbedaan waktu, (detik) Menentukan laju aliran massa udara pada mesin pengering pakaian dapat. menggunakan Persamaan (2.10):. ̇. ̇. Pada Persamaan (2.10): ṁudara : laju aliran massa udara, (kgudara/detik) ṁair. : laju pengeringan mesin pengering, (kgair/detik). (2.10).

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. Δw. : massa air yang berhasil diuapkan persatuan massa udara, (kgair/kgudara) Menghitung juga laju aliran volume udara yang mengalir pada mesin. pengering pakaian dapat menggunakan Persamaan (2.11): Laju aliran udara =. ̇. (2.11). Pada Persamaan (2.11): ṁudara. : alaju aliran massa udara, (kgudara/detik). ρudara. : massa jenis udara, (kg/m3). 2.2 Tinjauan Pustaka PK Purwadi, dan Wibowo Kusbandono (2016), melakukan penelitian tentang peningkatan waktu pengeringan dan laju pengeringan pada mesin pengering pakaian energi listrik dengan tujuan untuk merancang dan merakit mesin pengering pakaian dengan mempergunakan energi listrik serta melihat pengaruh pemasangan kipas di ruang pengering terhadap waktu yang diperlukan untuk pengeringan dan terhadap laju pengeringan pakaian. Pengujian mesin pengering untuk mendapatkan data-data penelitian dilakukan di laboratorium. Mesin. pengering. pakaian. merupakan. hasil. rakitan. sendiri,. dengan. mempergunakan komponen-komponen standar dari siklus kompresi uap yang ada di pasaran. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh data sebagai berikut: Mesin yang dirakit dapat berfungsi dengan baik, tidak mengalami overheat dan waktu pengeringan menggunakan mesin pengering energi listrik ini lebih cepat dari pada energi matahari, untuk kondisi awal pakaian diperas tangan dengan energi matahari memerlukan waktu sekitar 220 menit untuk dapat mengeringkan 50 pakaian, sedangkan mesin pengering listrik hasil rakitan ini hanya memerlukan.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. waktu sekitar 150 menit tanpa adanya kipas yang bekerja, dan 90 menit dengan bantuan kipas dengan kondisi awal pakaian diperas tangan. Sedangkan dengan kondisi peras mesin cuci dibutuhkan waktu 70 menit tanpa bantuan kipas, dan 42,5 menit dengan adanya kipas yang bekerja. P. Suntivarakorn, S. Satmarong, C. Benjapiyaporn, dan S. Theerakulpisut (2009), melakukan studi penelitian pemanfaatan panas yang dibuang dari kondensor AC Split sebagai metode pengeringan pakaian. Penelitian dilakukan di Universitas Khon Kaen Thailand. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengeringan pakaian dengan menggunakan panas dari kondensor AC Split dapat bekerja dan sangat efektif karena waktu pengeringan cukup singkat dan efisiensi energi cukup baik pada saat proses conditioning udara. Lemari mesin pengering berukuran 0,5 m x 0,5 m x 1 m dan terbuat dari kain layar dan aluminium. waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan 10 pakaian kondisi awal perasan mesin cuci adalah 30 menit dengan menggunkan kipas tambahan dan laju pengeringan pakaian 1,58 kg/jam dan suhu ruangan 42,2 oC, sedangkan dalam pengeringan dengan matahari diperlukan waktu sekitar 3 jam. Ahmadsul Ameen (2003) melakukan penelitian untuk menentukan kelayakan pengeringan pakaian yang menggunakan panas dari kondensor AC split di daerah gedung apartement perkotaan. Pengujian dilakukan ruang pengering unit kondensasi, kemudian panas dari kondensorlah yang digunakan untuk mengeringkan pakaian. Hasil penelitian pengeringan pakaian menggunakan panas kondensor. memerlukan. waktu. sekitar. 2. jam.. Sedangkan. pengeringan. konvensional memerlukan waktu 2,5 jam dan pengeringan alami membutuhkan.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. waktu 6 jam. Laju pengeringan mesin pengering 0,424 kg/jam, bila dibandingkan pengeringan konvensional yang memiliki laju 0,319 kg/jam dan pengeringan alami 0,139 kg/jam. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa mesin pengering AC cocok untuk iklim tropis lembab. Himsar Ambarita, Abdul Halim Nasution, Nelson M.Siahaan, dan Hideki Kawai (2016) melakukan studi kasus tentang “Performance Kinerja Mesin Pengering Pakaian dengan Memanfaatkan Limbah Panas dari AC Split”. Untuk melakukan percobaan lemari pengering pakaian dirakit dengan menggunakan material aluminium dan akrilik dengan dimensi 860 mm x 860 mm x 1550 mm. Penelitian dilakukan di area perkantoran di Jakarta dengan memanfaatkan AC Split yang terletak di ruangan kantor yang berukuran 5 m x 6 m x 3 m, beban pen dinginan berupa satu buah lampu ruangan dan dua orang murid, suhu AC Split diatur sebesar 20 oC kemudian panas dari kondensor dialirkan ke kabin mesin pengeringan. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa untuk mengeringkan pakaian dengan berat basah 3,05 kg diperlukan waktu 90 menit dan untuk berat basah 5,25 diperlukan waktu sekitar 190 menit Luke E Lentz (2008), melakukan penelitian dengan merancang mesin pengering pakaian dehumidifier sistem udara tertutup. Sistem pengering ini tidak membutuhkan sumber udara dari lingkungan, serta tidak memerlukan saluran pembuangan udara. Pada fungsi ini sistem kompresor digunakan untuk melakukan proses kondensasi uap air dari udara yang melewati pakaian. Uap air dikumpulkan ke dalam tangki penampung untuk kemudian dibuang ke luar mesin pengering. Mesin pengering ini juga menggunakan koil pemanas sebagai alat bantu dalam.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. proses pengeringan pakaian. Dalam pengoperasiannya energi yang diperlukan relatif lebih rendah pada 110 volt..

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mesin pengering pakaian hasil buatan sendiri, dengan ukuran total mesin pengering 120 cm x 190 cm x 120 cm. Rancangan skematik mesin pengering pakaian yang dipergunakan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.25. 3.2 Variasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kondisi awal pakaian sebelum dikeringkan, yaitu (a) hasil perasan tangan dan (b) hasil perasan mesin cuci sebanyak 40 pakaian. Pakaian yang digunakan dalam penelitian ini berjenis kaos dan kemeja dengan berbagai jenis bahan: katun, spandex, kain jersey, berukuran L dan XL, ditunjukan pada Gambar 3.1. Variasi juga dilakukan terhadap kipas yang terdapat di dalam ruang pengeringan yaitu (a) tanpa kipas dan (b) dengan satu kipas di dalam ruang pengering. Kecepatan kipas sebesar: 1400 rpm.. Gambar 3.1 Pakaian dan Kemeja. 41.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 42. 3.3 Alat dan Bahan Pembuatan Mesin Pengering Pakaian Dalam proses pembuatan mesin pengering pakaian diperlukan beberapa alat dan bahan sebagai berikut: 3.3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin pengering pakaian, antara lain adalah: a. Gergaji kayu Gergaji kayu digunakan untuk memotong kayu dan triplek yang akan dijadikan kerangka mesin pengering pakaian. b. Bor Bor digunakan untuk membuat lubang paku dan lubang baut pada mesin pengering pakaian. c. Meteran dan mistar Meteran digunakan untuk mengukur panjang kayu dan triplek untuk menentukan dimensi dari mesin pengering pakaian yang akan dibuat. d. Palu Palu digunakan untuk memukul paku dalam pemasangan rangka dan chasing mesin pengering pakaian. e. Obeng dan kunci pas Obeng digunakan untuk mengencangkan baut berukuran kecil dengan menggunakan obeng (-) dan (+), sedangkan kunci pas digunakan untuk mengencangkan baut yang berukuran lebih besar. f. Pisau cutter dan gunting plat.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 43. Pisau cutter digunakan untuk memotong triplek, Styrofoam, busa, serta lakban. Dan gunting plat untuk memotong plat seng. g. Tang kombinasi Tang kombinasi digunakan untuk memotong, menarik, dan mengikat kawat agar kuat. h. Gerinda tangan Di dalam pembuatan mesin pengering pakaian, gerinda tangan digunakan untuk membuat lubang kipas kondensor, lubang untuk sirkulasi evaporator. i. Tube cutter Di dalam pembuatan mesin pengering pakaian, tube cutter merupakan alat pemotong pipa tembaga. Hal ini dimaksudkan supaya hasil dari potongan pipa lebih baik (halus). j. Tube expander Di dalam pembuatan mesin pengering pakaian, tube expander atau pelebar pipa yang berfungsi untuk mengembangkan ujung pipa tembaga. Hal ini dimaksudkan agar pipa dapat tersambung dengan baik. 3.3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mesin pengering pakaian antara lain: a. Triplek dan kayu Triplek digunakan untuk membuat lemari sedangkan kayu dipergunakan untuk membuat penggantung pakaian dan juga untuk bagian rangka lemari mesin pengering pakaian. Gambar 3.2 merupakan gambar triplek dan kayu..

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 44. Gambar 3.2 Papan Triplek dan Kayu b. Roda Roda digunakan untuk mempermudah mobilitas atau pergerakan mesin pengering saat dipindahkan. Gambar 3.3 merupakan roda mesin pengering.. Gambar 3.3 Roda Mesin Pengering c. Kompresor Kompresor yang digunakan merupakan komponen mesin siklus kompresi uap yang berfungsi untuk menekan dan mengalirkan refrigeran ke seluruh sistem siklus kompresi uap. Dalam penelitian ini jenis kompresor yang digunakan adalah kompresor rotary dengan daya 1 HP, tegangan 220V, dan arus 3,39 A. Ukuran dimensi kompresor adalah sebagai berikut: tinggi 24 cm dengan lebar kompresor 12 cm. Gambar 3.4 merupakan kompresor mesin siklus kompresi uap..

(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 45. Gambar 3.4 Kompresor (Sumber: https://www.aoxinhvacr.com) d. Evaporator Evaporator merupakan salah satu komponen utama mesin siklus kompresi uap yang memiliki fungsi untuk menyerap sekaligus menyalurkan panas yang terdapat pada udara bebas menuju refrigeran. Tipe evaporator yang digunakan adalah pipa bersirip dengan dimensi evaporator 70 cm x 16 cm x 18 cm diameter pipa 5,1 mm tebal sirip 0,2 mm dengan jarak antar sirip 1 mm. Bahan pipa merupakan tembaga, dan bahan sirip adalah alumunium. Gambar 3.5 merupakan evaporator yang digunakan dalam penelitian.. Gambar 3.5 Evaporator e. Kondensor Kondensor merupakan satu komponen utama mesin siklus kompresi uap. Berfungsi untuk menurunkan suhu dari refrigeran dan juga merubah wujud dari gas menjadi cair. Jenis kondensor yang digunakan merupakan jenis pipa bersirip..

(64) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 46. Pipa yang digunakan berbahan tembaga dan siripnya berbahan alumunium. Ukuran dimensi kondensor adalah sebagai berikut: 52 cm x 18 cm x 49 cm, bahan sirip dari aluminium dengan tebal 0,2 mm dan jarak antar sirip 1 mm. Gambar 3.6 merupakan kondensor yang dipergunakan pada penelitian ini.. Gambar 3.6 Kondensor f. Pipa kapiler Pipa kapiler merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran dari tekanan tinggi menuju tekanan yang rendah sebelum masuk ke evaporator. Ketika refrigeran mengalami penurunan tekanan, temperatur refrigeran juga mengalami penurunan. Pipa kapiler yang digunakan berbahan tembaga dengan diameter 0,032 inchi, dan panjang 2,1 m. Gambar 3.7 merupakan pipa kapiler mesin siklus kompresi uap.. Gambar 3.7 Pipa Kapiler (Sumber: http://indonesian.alibaba.com).

Gambar

Gambar 2.3 Pengering Pakaian Menggunakan Gas LPG  (Sumber: http://www.rajapengering.com )  c
Gambar 2.4 Pengering Pakaian Menggunakan Gaya Sentrifugal  (Sumber: https://repository.usd.ac.id )
Gambar 2.5 Siklus Refrigeran Dehumidifier  (Sumber: https://repository.usd.ac.id )  b
Gambar 2.6 Siklus Desiccant Dehumidifier  (Sumber: http://www.sgamerica.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penafsiran ini penulis mengambil pemahaman bahwa unsur kebudayaan dalam tafsīr al-Ibrīz selain unsur mistisisme dan tradisi ziarah seperti pada paragraf sebelumnya

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wartini (2013) yang mengatakan bahwa laba bersih berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas di

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN GAYA MENGAJAR

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan atau bersamaan (Uji F), diketahui bahwa ketiga variabel independen, yaitu laba kotor, laba operasi dan laba bersih secara

interpersonal dengan baik, sering kali keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tidak tepat, tidak mampu mengubah keadaan yang semestinya masih bisa untuk

Hasil evaluasi bibit varian yang diregenerasikan dari embrio somatik insensitif AF hasil seleksi in vitro dalam media dengan penambahan AF menunjukkan bahwa dua dari tiga

Asam fusarat dihasilkan oleh banyak spesies dari genus Fusarium dan merupakan toksin yang tidak spesifik pada inang tertentu, dapat menimbulkan gejala layu pada beberapa

Penulis menyelesaikan tugas akhirnya untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian, dengan melakukan penelitian