• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perhitungan Keanekaragaman Serangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perhitungan Keanekaragaman Serangga"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERHITUNGAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA

AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR, M.Sc, Ph.D

19730527 2005 1 2 002

FAKULTAS PERTANIAN USU

MEDAN

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Spesies serangga dari kelompok predator, hama dan parasitoid padi telah banyak ditemukan di Indonesia misalnya, Pheropsophus spp., Cyrtorhinus sp,

Paederus perigrinus, Coccinela sp, Ophionea nigrofasciata. Serangga predator padi umumnya lebih berlimpah di sawah yang tidak diaplikasi insektisida sintetik, namun aplikasi bioinsektisida tidak menurunkan baik kelimpahan maupun keakeragaman spesies serangga predator. Serangga predator yang banyak ditemukan di sawah daerah pasang surut adalah dari keluarga Coleoptera, Dermaptera, Diptera, Hemiptera, Orthoptera, Odonata, dan Hymenoptera (Herlindaet al.,2014).

Gangguan hama merupakan “penyakit ekologis” yang mencerminkan kerapuhan suatu ekosistem karena adanya pengenceran peran musuh alami akibat penggunaan insektisida atau pestisida sintetik yang kurang bijaksana. Di ekosistem persawahan, arthropoda predator (serangga dan laba-laba) merupakan musuh alami yang paling berperan dalam menekan populasi hama padi (wereng coklat dan penggerek batang). Hal ini disebabkan predator memiliki kemampuan untuk beradaptasi di ekosistem efemeral tersebut Arthropoda predator yang telah terbukti efektif mengendalikan hama padi adalah laba-laba pemburu, misalnya

Pardosa pseudoannulatadankumbang Carabidae(Herlindaet al.,2008).

(3)

menanggulangi hama masih sering terjadi. Penggunaan insektisida tanpa didasari pengetahuan bioekologi hama dan teknik aplikasi yang benar mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pengendalian, bahkan dapat menyebabkan terjadinya kasus resistensi dan resurjensi (Radiyantoet al.,2010).

Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida tersebut, maka pengendalian hama secara konvensional (menggunakan pestisida) mulai ditinggalkan dan beralih pada pengendalian berdasarkan konsepsi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). PHT lebih mengutamakan pengendalian dengan memanfaatkan peran berbagai musuh alami hama. Musuh alami pada keseimbangan alam yang baik selalu berhasil mengendalikan populasi hama, tetap berada di bawah aras ekonomi. Oleh karena itu, dengan memberikan kesempatan kepada musuh alami untuk bekerja berarti dapat mengurangi penggunaan pestisida. Mengingat peran parasit dan predator dalam menekan populasi hama secara alami cukup penting, maka upaya konservasi musuh alami di lapang perlu lebih diperhatikan (Radiyantoet al.,2010).

(4)

jaring-jaring makan (Widiartaet al.,2006).

Adapun tujuan dan kegunaan penulisan ini adalah untuk mengetahui kenanekaragaman serangga pada tanaman padi (Oryza sativa L.) dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi

Padi adalah merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan pokok padi dapat digantikan oleh subtitusi oleh bahan makanan lainnya, namaun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan idak dapat mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya (Siregaret al.,2014).

Sawah juga menjadi tempat berkembang sejumlah besar Zooplankton dan invertebrata air lainnya, termasuk hama padi seperti beberapa spesies Chironomidae (liontin yang tidak menggigit) dan Ephydridae (Lalat darat) , Odonata, Ephemeroptera (Mayflies), dan berbagai diptera (lalat) bertelur setelah air tersedia, dan isinya tahap larva dan dalam waktu singkat organisme air ini berlimpah pada tanaman padi (Salmahet al.,2017).

(5)

Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahana pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan, manusia atau serangga non sasaran. Tanaman nimba telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Ekstrak biji dan daun nimba terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Sifat penting azadirachtin adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama (Siregar, 2013).

Serangga dan laba-laba memiliki peranan penting di dalam kehidupan manusia, terutama di bidang pertanian. Manusia selalu lebih sering melihat serangga secara antroposentris yaitu sebagai kelompok organisme yang lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun pada hakekatnya aspek-aspek positif dan manfaat serangga bagi kehidupan manusia jauh lebih besar daripada aspek-aspek yang merugikan (Pradhanaet al.,2014).

(6)

membantu manusia dalam usaha pengendalian hama. Selain itu serangga juga membantu dalam menjaga kestabilan jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem pertanian (Pradhanaet al.,2014).

Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi (Siregaret al.,2014).

Karektersitik Kehidupan Serangga

Dalam budidaya padi sering dijumpai banyak kendala, termasuk pengaruh Iklim dan serangan hama. Padi kurang melimpah disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penggunaan dosis dan target pestisida yang tidak tepat. Sehingga keberadaan jenis serangga predator hama menurun seperti

Agriocnemis spp(Siregar, 2013).

(7)

sehingga harus dikendalikan. Pada kenyataannya keragaman jenis serangga mempunyai peran yang sangat penting dalam ekosistem padi sawah (Widiartaet al.,2006).

Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan getaran (Siregaret al.,2014).

Serangga merupakan salah satu bagian dari keragaman hayati. Serangga hama adalah organisme yang menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menurunkan kualitas maupun kuantitasnya sehingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia (Sianiparet al.,2015).

Salah satu komponen penting dalam pengendalian hama terpadu yaitu memanfaatkan musuh alami. Musuh alami merupakan pengatur populasi yang efektif karena bersifat tergantung kepadatan. Jika terjadi peningkatan populasi serangga hama maka akan diikuti oleh peningkatan populasi musuh alami (respon numerik) dan respon fungisional yaitu peningkatan daya makan atau daya parasitasinya (Sianiparet al.,2015).

Keragaman Serangga

(8)

terdapat organisme daripada komunitas muda yang berkembang. Waktu dapat berjalan dengan ekologi lebih pendek atau hanya puluhan generasi. b. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya. c. Kompetisi terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama yang ketersediaannya kurang atau walaupun ketersediaannya cukup namun bersaing tetap juga bila organism-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya. d. Memanfaatkan sumber tersebut yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya. e. Pemangsaan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing- masing selain memperbesar kemungkinan hidupnya berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis. f. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi. g. Produktivitas juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Siregaret al.,2014).

(9)

Keanekaragaman Serangga

Indeks keanekaragaman dapat di gunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam komunitas. Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yaitu: 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies. 2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu (yaitu jumlah individu, biomassa, penutup tanah) tersebar antara banyak spesies itu. Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari spesies jika 90% adalah 1 spesies dari 10% adalah 9 dari yang tersebar, kesamaan disebut rendah. Sebaliknya masing – masing spesies jumlahnya 10%, kesamaannya maksimum. Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks atas indeks kekayaan dan indeks kesamaan. Setelah itu digabungkan menjadi indeks keanekaragaman dengan variable yang menggolongkan struktur komunitas : 1. Jumlah spesies 2. Kelimpahan relatif spesies 3. Homogenitas dan ukuran dari area sample (Siregaret al.,2014).

Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasikan jenis hama (Siregaret al.,2014).

(10)

Dalam ekosistem alami semua makhluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama. Di ekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna tanah yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem pertanaman yang beranekaragam berpengaruh kepada populasi spesies hama (Siregaret al.,2014).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan predasi), dan tingkat inter spesies (persaingan teritorial) (Siregaret al.,2014).

Keanekaragaman makhluk hidup dapat ditandai dengan adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat juga terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati (Siregaret al.,2014).

(11)

(Pachydiplosis oryzae)( Siregar, 2007).

Berbeda dengan ekosistem alami agroekosistem memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah malahan cenderung semakin seragam seperti yang kita lihat pada sistem persawahan kita, keadaan agroekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian di ekosistem sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama (Siregaret al.,2014).

Di dalam ekosistem alami populasi suatu jenis serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah eksplosif (meledak) karena banyak faktor pengendaliannya baik yang bersifat abiotik maupun biotik. Dengan demikian dalam ekosistem alami serangga tidak berstatus sebagai hama. Di dalam ekosistem pertanian faktor pengendali tersebut sudah banyak berkurang sehingga kadang–kadang populasinya meledak dan menjadi hama (Siregaret al.,2014).

(12)

(Sianiparet al.,2015).

Keanekaragaman hayati serangga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Pada ekosistem alami, umumnya telah terjadi kestabilan populasi hama dan musuh alaminya sehingga keberadaan serangga hama pada pertanaman tidak lagi merugikan. Kenyataan tersebut perlu dikembangkan sehingga mampu menekan penggunaan pestisida untuk mengendalikan serangan hama di lapangan, terutama pada tanamantanaman yang berorientasi ekspor dan mempunyai nilai ekonomis tinggi (Widiartaet al.,2006).

Tingkat keanekaragaman jenis serangga memiliki dampak yang sangat penting bagi kestabilan di dalam ekosistem padi sawah. Keanekaragaman hayati serangga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Pada ekosistem alami, umumnya telah terjadi kestabilan populasi antara hama dan musuh alami sehingga keberadaan serangga hama tidak lagi merugikan (Pradhanaet al.,2014).

(13)

Pengunaan Pestisida

Pestisida menyebabkan serangga berevolusi ke arah resisten terhadap pestisida tersebut. Masalah hama menjadi lebih banyak, timbulnya wabah sekunder, musnahnya musuh alami seperti parasitoid/predator dan serangga berguna, bersistensi residu dan keracunan sebagai akibat penggunaan pestisida yang berlebihan dan kurang hati- hati (Siregaret al.,2014).

Sedangkan pengunaan pertanian organik mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem usaha tani yaitu tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusia. Tujuan sistem ini adalah untuk memaksimalkan produksi jangka pendek serta mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang (Pradhanaet al.,2014).

Dalam pencapaian target produksi padi, ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan semua jenis tanaman, hewan dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan kualitas lingkungan suatu komunitas dalam sistem pertanian. Namun demikian dalam kenyataannya, pertanian merupakan penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami. Hasil akhir pertanian adalah produksi ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara konstan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan agrokimia (terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang tidak dikehendaki (Tauruslinaet al.,2015).

(14)

keanekaragaman struktur komunitas tetapi juga oleh sifat-sifat komponen serta interaksi antar komponen ekosistem. Hasil penelitian mengenai kajian habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama, khususnya wereng batang cokelat (Tauruslinaet al.,2015).

Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu. Mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenitas, persaingan intraspesies dan interspesies, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan (Tauruslinaet al.,2015).

Penggunaan varietas unggul mempunyai konsekuensi terhadap peningkatan aplikasi pestisida karena populasi hama meningkat, keanekaragaman hayati menurun. Hal ini mengancam sistem pertanian berkelanjutan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hama tanaman padi memiliki berbagai jenis musuh alami (Tauruslinaet al.,2015).

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

(15)

yang tidak merugikan (Tauruslinaet al.,2015).

Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar. PHT merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, melalui monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman menggunakan teknologi pengendalian tepat guna. PHT dapat dilakukan menggunakan strategi berikut ini : gunakan varietas tahan hama dan penyakit, menggunakan tanaman yang sehat, mmanfaatkan musuh alami, pengendalian secara mekanik (alat) dan fisik (menangkap) serta penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu (Siregar, 2016).

Di Indonesia ekosistem padi sawah yang subur bahan organik dan tidak tercemar oleh pestisida, kaya keanekaragaman hayati. Ekosistem padi sawah mengandung 765 spesies serangga dan arthropoda kerabatnya. komposisi keanekaragaman hayati fauna pada ekosistem sawah detrivora dan pemakan plankton berjumlah 145 spesies (19%), herbivora 127 spesies (17%), parasitoid 187 spesies (24%) dan predator 306 spesies (40%). pada ekosistem lahan sawah irigasi berpola tanam padipadi tanpa perlakuan insktisida menunjukkan bahwa jenis musuh alami lebih banyak dibandingkan hama. Pada satuan sawah seluas 1 ha, ada 29 jenis musuh alami, 16 jenis hama dan 11 jenis non-status (Tauruslinaet al.,2015).

(16)

serangga penyerbuk bagi manusia meliputi peningkatan produksi pertanian dan pelestraian tumbuhan di alam. Beberapa ordo serangga dikenal sebagai serangga penyerbuk yang penting, namun demikian yang paling penting adalah dari kelompok lebah, baik lebah sosial maupun lebah solitair dari ordo Hymenoptera. Di berbagai negara telah banyak dilaporkan penurunan keragaman dan populasi lebah liar sebagai serangga penyerbuk yang antara lain disebabkan oleh perkembangan system pertanian modern yang mengakibatkan menurunnya keragaman tumbuhan liar sebagai penyedia pakan bagi serangga penyerbuk (Widhiono dan Eming, 2015).

Dampak dari berkurangnya habitat alami atau semi alami yang disebabkan oleh perkembangan pertanian dalam bentang alam akan menyebabkan penurunan keragaman dan populasi lebah liar penyerbuk. Keragaman dan populasi lebah liar sebagai serangga penyerbuk di alam erat berkaitan dengan keragaman dan populasi tumbuhan penghasil bunga sebagai sumber pakan berupa tepungsari dan nektar. Tumbuhan berbunga yang beragam akan mampu menyediakan sumber pakan pada suatu waktu dan sepanjang tahun karena adanya fenologi pembungaan yang berbeda antar tumbuhan. Serangga penyerbuk membutuhkan sumber energy untuk jangka waktu yang cukup lama dibanding musim berbunga suatu tumbuhan. Kebutuhan ini dapat dicukupi dialam oleh adanya tumbuhan liar berbunga yang tersedia dihabitat alami atau semi alami (Widhiono dan Eming, 2015).

(17)

Sehingga keragaman tumbuhan liar di lahan alami atau semi alami di sekitar lahan pertanian akan meningkatkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk yang dibutuhkan pada lahan pertanian (Widhiono dan Eming, 2015).

Serangga permukaan tanah, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup , tetapi juga memakan tumbuhtumbuhan yang sudah mati. Serangga permukaan tanah berperan dalam proses dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan serangga permukaan tanah. Keberadaan serannga permukaan tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi serangga permukaan tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas serangga permukaan tanah akan berlangsung baik (Ruslan, 2009).

Banyak jenis serangga yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman atau sarang, pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuhtubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya. Serangga tanah juga berfungsi sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu (Ruslan, 2009).

(18)

tanah mempengaruhi peletakan telur,cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya (Ruslan, 2009).

Perhitungan Keanekaragaan Serangga

Dalam menghitung keanekaramana serangga meliputi jumlah dan jenis serangga tertangkap, nilai indeks kekayaan jenis (species richness) Margalef dan Menhirick, indeks keanekaragaman (Diversity index) Shanon-Weiner (H) dan Simpson, indeks kesamaan jenis (Similarity index) dan indeks kemerataan jenis (Eveness index) di bawah ini dijelaskan tentang perhitungan tersebut.

Jumlah dan jenis serangga tertangkap

Serangga yang tertangkap dihitung sesuai dengan kelompok genera/spesies, dihitung nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, dan frekuensi relatif (Suin, 1997) pada setiap pengamatan.

a. Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga:

KM =Jumlah Individu Jenis Tertangkap Jumlah Penangkapan

b. Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga:

KR = x 100%

KR =Jumlah Individu Suatu Jenis Dalam Setiap Penangkapan

Total Individu Dalam Penangkapan x 100%

c. Frekuensi relatif (FR) suatu jenis serangga:

(19)

FM =Jumlah ditemukan suatu serangga Jumlah seluruh penangkapan

FR = x 100%

FR = Nilai FM Suatu Jenis Serangga Setiap Penangkapan

FMNilai FM Semua Jenis Serangga Setiap Penangkapan x 100%

Perhitungan Beberapa Indeks

Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan diketahui, maka dihitung nilai indeks kekayaan jenis (species richness) Margalef dan Menhirick, indeks keanekaragaman (Diversity index) Shanon-Weiner (H) dan Simpson, indeks kesamaan jenis (Similarity index) dan indeks kemerataan jenis (Eveness index) (Ludwig and Reynolds,1988) .

a. Indeks Kekayaan Jenis (Species Richness)

Kekayaan jenis pada suatu habitat dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Kekayaan Margalef sebagai berikut:

R = S 1 Ln (NO)

Keterangan:

R = indeks kekayaan jenis (indices of species richness)

S = jumlah total jenis dalam suatu habitat (species per habitat) Ln = logaritma natural

NO = jumlah individu pada suatu habitat (individu per habitat) Indeks Kekayaan Jenis (Species richness) Menhirick:

DMn=

Keterangan :

DMn = indeks kekayaan jenis (indices of species richness)

(20)

b. Indeks Keanekaragaman Jenis (Diversity index) Shanon-Weiner (H) dan Simpson

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis digunakan rumus Shannon –

Weiner sindices of general of diversity dan indeks Simpson sebagai berikut:

H = ni

H` = indeks keanekaragaman Shannon (Shannon Indices of Diversity) Si = indeks keanekaragaman Simpson (Simpson Indices of Diversity) ni = INP jenis ke-i ( Importance Value Indices per Species)

N = jumlah INP semua tumbuhan ( Total of Importance Value Indices) Diversity

c. Indeks Kesamaan Jenis (Similarity Index)

Indeks Kesamaan Jenis (Similarity Index): CJ = J/(a + b–J)

Nilai indeks kesamaan jenis Jaccard (Cj) mendekati 1 menunjukkan tingkat kesamaan jenis antar habitat tinggi. Jika nilai indeks kesamaan jenis Jaccard (Cj) mendekati 0 menunjukkan tingkat kesamaan jenis antar habitat rendah.

Keterangan:

CJ = Indeks Kesamaan Jaccard

J = jumlah spesies yang ditemukan pada habitat a & b a = jumlah spesies yang ditemukan pada habitat a b = jumlah spesies yang ditemukan pada habitat b

d. Indeks Kemerataan Jenis (Ludwig & Reynolds, 1988)

Indeks Kemerataan Jenis (Eveness Index):

5= Dimana 2 = Dan N1= eH’

(21)

N1 = Nilai dari kelimpahan

N2 = Ukuran nilai dari kelimpahan jenis pada sampel

Λ = Simpson’s indeks λ = Pi s 2

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Herlinda S., Waluyo., S P Etuningsih dan Chandra I. 2008. Perbandingan Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni Tanah di Sawah Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida.J. Entomon. Indon.5(2): 96-107.

Herlinda S., Suci S., Suwandi., Andi W., Khodijah., Dewi M., dan Rosdah T. 2014. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang.

Pradhana R A I., Gatot M dan Sri K. 2014. Keanekaragaman Serangga Dan Laba-Laba Pada Pertanaman Padi Organik Dan Konvensional.Jurnal HPT

2 (2): 38-42.

Radiyanto I., Mochammad S dan Noeng. 2010. Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo.J. Entomon. Indon.5 (2):116-121.

Ruslan H. 2009. Komposisi Dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Pada Habitat Hutan Homogen Dan Heterogen Di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (Ppka) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Vis Vitalis.

02 (1): 49-54

Salmah M R C., Ameilia Z S., Abu H dan Zulkifli N. 2017. Dynamics Of Aquatic Organisms In A Rice Field Ecosystem: Effects Of Seasons And Cultivation Phases On Abundance And Predator-Prey Interactions.Tropical Ecology58 (1): 177-191.

Sianipar M S., Luciana D., Entun S., RC Hidayat S. 2015. Indeks Keragaman Serangga Hama Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Di Lahan Persawahan Padi Dataran Tinggi Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.Bioma17 (1): 9-15.

Siregar A Z. 2007. Hama-Hama Tanaman Padi. USU Repository. Medan.

Siregar A Z., Che S M R., Zulkifli N. 2013. Population Density Of Damselfly

Agriocnemis femina (Odonata: Coenagrionidae) In Manik Rambung Ricefield Simalungun-Sumatera Utara. Medan.

Siregar A Z., Maryani C T., Pinde dan Lumongga. 2013. Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) Dan Tribolium Castaneum

(Coleoptera: Tenebrionidae) Dengan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani Ramah Lingkungan. USU. Medan.

(23)

Berbagai Tipe Lahan Sawah.Jurnal Agroekoteknologi2 ( 2):1640-1647 Siregar A Z., 2016. Pengelolaan Terpadu Padi Sawah (PTPS): Inovasi Pendukung

Produktivitas Pangan. USU. Medan.

Widiarta I N., Dede K dan Suprihanto. 2006. Keragaman Arthropoda Pada Padi Sawah Dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu. J. HPT Tropika 6 (2): 61 69.

Tauruslina E., Trizelia., Yaherwandi., Hasmiandy H. 2015. Analisis Keanekaragaman Hayati Musuh Alami Pada Eksosistem Padi Sawah Di Daerah Endemik Dan Non-Endemik Wereng Batang Cokelat

Nilaparvata lugensdi Sumatera Barat.Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1(3): 581-589

Widhiono I dan Eming S. 2015. Peran Tumbuhan Liar Dalam Konservasi Keragaman Serangga PenyerbukOrdo Hymenoptera. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon Vol. 1 No. 7. Hal. 1586-1590.

Yudansha A., Toto H dan Ludji P A. 2013. Perkembangan Dan Pertumbuhan

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku ini meliputi sikap lembaga terhadap inovasi, respon lembaga terhadap program diversifikasi pangan dan gizi, kesehatan lembaga dalam kegiatan diversifikasi

本章の主問題 近代哲学 ジョン・ロック, ライプニッツ, バークリー, ヒューム の進歩問題は各論で見 方によって是非が変わる...

Parfum Laundry Kota Metro Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Chemical Untuk Keperluan

Abdullah (2006: 4) menjelaskan bahwa implikasi dari SHUEHGDDQ ³ QDWXUH´ GDQ ³ FXOWXUH´ tersebut adalah terjadinya pemisahan sektor kehidupan. Perempuan yang

Dalam menjalankan fungsi wahana kerja sama kelompok tani diharapkan mampu menciptakan suasana saling kenal, saling percaya, mempercayai dan selalu berkeinginan untuk bekerja sama;

Bapak Ahmad Jazuli, S.Kom., M.Kom, selaku ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus.. Bapak Ahmad Abdul Khamid S.Kom., M.Kom, selaku pembimbing

Seseorang yang memiliki kelainan refraksi memiliki faktor resiko yang lebih besar terkena kelelahan mata karena otot-otot akomodasi pada orang dengan kelainan

y Def  Def  inisi inisi : tumor ganas kulit yang berkembang lambat, : tumor ganas kulit yang berkembang lambat, invasif dan mengadakan destruksi lokal, sering mengenai invasif