• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembersihan Dengan Energi Microwave Terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pembersihan Dengan Energi Microwave Terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan. Kayu, tulang, keramik, logam, logam aloi, dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan.21 Pemilihan bahan basis berdasarkan pada biokompabilitas, sifat fisis, mekanis, dan estetis dari bahan.5

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut.3 Basis gigitiruan menerima tekanan pengunyahan dan menyalurkannya ke jaringan pendukung rongga mulut.22

2.1.2 Persyaratan

Persyaratan suatu bahan basis gigitiruan antara lain :14,22 1. Adaptasi yang baik terhadap jaringan rongga mulut 2. Permukaan yang padat, kilat, dan halus

(2)

5. Mudah dibersihkan

6. Estetis yang dapat diterima

7. Dapat dilakukan reline dan rebase 8. Harga yang terjangkau

9. Biokompatibel, tidak toksik, dan tidak mengiritasi 10.Stabilitas warna

11.Radiopak

12.Tidak menyerap cairan

Namun, sampai saat ini belum ada satu pun bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan di atas.

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi basis gigitiruan berdasarkan bahan yang digunakan secara umum terdiri atas basis logam dan resin.23

2.1.3.1 Basis Logam

Basis logam dapat dibuat dari berbagai bahan yang berbeda, di antaranya : emas aloi, aluminium-mangan, platinum aloi, cobalt-chromium, dan stainless steel. Logam sebagai bahan basis gigitiruan memiliki beberapa keuntungan di antaranya :22,24

1. Ketepatan dimensi

(3)

2. Ketahanan terhadap abrasi

Basis logam yang tahan terhadap abrasi sehingga akan meningkatkan toleransi jaringan, permukaan basis yang licin dan mengkilat serta akan menghindari penumpukan plak dan kalkulus.

3. Konduktivitas termal

Logam memiliki konduktivitas termal yang baik dibandingkan dengan resin. Adanya perubahan temperatur yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya, maka hal ini akan menjaga kesehatan jaringan rongga mulut. Adanya kesamaan termal antara jaringan yang tertutupi basis gigitiruan dengan jaringan yang tidak tertutupi memberikan kenyamanan bagi pemakai gigitiruan.

4. Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal

Bahan logam dapat dibuat lebih tipis dibandingkan bahan resin akrilik dan tetap memiliki kekuatan yang maksimal dan kaku. Keuntungan dari basis yang tipis adalah memungkinkan ruang gerak lidah yang maksimal.

Adapun beberapa kerugian dari bahan basis logam antara lain :23,24 1. Biaya yang relatif mahal

2. Tidak dapat dilakukan reline dan rebase

3. Warna basis logam tidak harmonis dengan warna jaringan sekitarnya

4. Perluasan basis logam hingga lipatan bukal serta pengembalian kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis logam

(4)

Basis resin dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu termoplastik dan termoset :

a. Termoplastik

Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali pada suhu dan tekanan yang tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Contoh dari resin termoplastik adalah selulosa nitrat, resin vinil, nilon/poliamida, polikarbonat, dan poliesteren.1,25,26

b. Termoset

Resin termoset merupakan resin yang dapat dibentuk satu kali dengan adanya pemanasan. Setelah diproses, bahan tidak dapat dilunakkan kembali untuk dibentuk. Bahan termoset yang banyak digunakan di bidang kedokteran gigi antara lain : resin akrilik, vulkanit, fenol formaldehid.1,26

Sebagai bahan basis gigitiruan, bahan resin memiliki keuntungan di antaranya :24 1. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah

2. Warna harmonis dengan jaringan sekitar 3. Dapat dilakukan reline dan rebase 4. Relatif lebih ringan

5. Harganya relatif lebih murah

Di samping keuntungannya tersebut, basis resin juga memiliki kerugian :24 1. Dimensi yang tak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian maupun reparasinya

(5)

3. Resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi warna basis 4. Konduktivitas termal yang buruk dibandingkan dengan basis logam 5. Lebih poreus dibandingkan dengan basis logam

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Bahan yang paling sering digunakan untuk membuat basis gigitiruan adalah polimetil metakrilat dan biasanya disebut dengan resin akrilik.24 Resin akrilik digunakan sebagai bahan basis gigitiruan sejak tahun 1937 dan polimetil metakrilat yang diaktivasi oleh panas terdiri dari rantai monomer-monomer metil metakrilat merupakan salah satu yang paling terkenal di antara semuanya.11 Resin akrilik polimerisasi panas (polimetil metakrilat) digunakan secara luas sebagai bahan dari gigitiruan di antaranya : mahkota jaket, mahkota dan jembatan sementara, gigitiruan penuh, dan gigitiruan sebagian lepasan.10 (Gambar 1)

Gambar 1 : Gigitiruan Penuh Resin Akrilik27

2.2.1 Komposisi

(6)

a) Bubuk

Polimer : butiran atau granul polimetil metakrilat Inisiator : benzoil peroksida

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik b) Cairan

Monomer : metil metakrilat

Cross-linking agent : etilenglikol dimetilakrilat

Inhibitor : hidroquinon

Komponen utama dari bubuk adalah butiran polimetil metakrilat dengan diameter 100 µm dan massa jenis 1,19 g/cm3, sedangkan komponen utama dari cairan adalah monomer metil metakrilat yang bening, tidak berwarna, tidak kental, dan berbau menyengat yang disebabkan tekanan penguapan yang relatif tinggi pada suhu ruangan.21

2.2.2 Manipulasi

Manipulasi bahan basis resin akrilik polimerisasi panas meliputi pencampuran bubuk dan cairan sampai menjadi fase dough yang akan dimasukkan ke dalam mold untuk proses

kuring. Perbandingan antara bubuk dan cairan biasanya 3 sampai 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat.3,5,28

Setelah bubuk dan cairan dicampur, adonan atau campuran akrilik akan mengalami 4 fase yaitu :3,28

a. Fase pertama : fase basah, seperti pasir (wet sand stage)

(7)

c. Fase ketiga : fase lembut, menyerupai adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mold (dough stage/gel stage)

d. Fase keempat: fase kaku, seperti karet (rubbery stage)

Setelah pembuangan malam, adonan diisikan dalam mold gips dinamakan packing.28 Kuvet ditempatkan dalam alat pengepres dan tekanan diaplikasikan, kemudian kuvet dimasukkan ke dalam unit kuring dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya kuvet yang berisi resin akrilik

ditempatkan dalam unit kuring suhu konstan pada 70oC selama 90 menit dan dilanjutkan

dengan perebusan akhir pada suhu 100oC selama 30 menit.21

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan resin akrilik siap untuk dihaluskan dan dipoles.19

2.2.3 Sifat-sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sifat bahan basis gigitiruan terbagi atas sifat mekanis, kemis dan biologis, stabilitas dimensi dan akurasi, serta fisis.2-4,28

2.2.3.1 Sifat Mekanis

(8)

fleksibel dibandingkan dengan bahan logam. Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN. Nilai kekerasan ini menunjukkan bahwa resin akrilik merupakan suatu bahan yang lunak dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan bisa disebabkan makanan yang abrasif dan pasta gigi pembersih yang abrasif.3

Secara umum, kekuatan tensil resin akrilik adalah 55 MPa.21 Kekuatan tensil yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik. Gigitiruan dapat patah oleh karena dua hal. Pertama, kekuatan impak yang rendah, misalnya gigitiruan terjatuh pada permukaan kasar. Kedua, fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan.3,29

2.2.3.2 Sifat Kemis dan Biologis

Lingkungan rongga mulut merupakan lingkungan yang agresif. Bahan basis gigitiruan bisa larut ke dalam air atau melarutkan komponen-komponen ke dalam saliva. Erosi bisa terjadi dengan adanya asam di dalam mulut ataupun terjadinya diskolorasi yang diakibatkan absorbsi saliva. Semua kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa berdampak pada stabilitas dan durabilitas bahan. Komponen yang dilepaskan bisa mempunyai efek samping terhadap tubuh, baik lokal maupun sistemik.2

(9)

dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.21

Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Adanya reaksi alergi terhadap bahan resin akrilik jarang dijumpai di dalam rongga mulut. Monomer sisa pada gigitiruan resin akrilik yang diproses dengan baik sekitar 0,4%.1 Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %.3

2.2.3.3 Stabilitas Dimensi dan Akurasi

Ketepatan dimensi dan akurasi mempunyai peranan yang penting dalam memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan rongga mulut.2 Kestabilan dimensi berhubungan dengan absorbsi air yang dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik. Kestabilan dimensi dapat terjadi karena hilangnya internal stress selama pemakaian gigitiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna. Ketepatan dimensi resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal dari adonan resin akrilik, pengerutan yang terjadi sewaktu polimerisasi, pengerutan termal yang terjadi sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi saat pemolesan basis resin akrilik.29

2.2.3.4 Sifat Fisis

(10)

lebih tebal. Porositas terjadi akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi dan temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen bubuk dan cairan. Porositas jenis ketiga dapat disebabkan karena tekanan tidak adekuat atau tidak cukupnya bahan dalam rongga kuvet selama polimerisasi.28

Resin akrilik mempunyai massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom yang ringan, seperti karbon, oksigen, dan hidrogen. Ringannya bahan basis resin akrilik memberikan keuntungan yaitu dapat mengurangi dislokasi gigitiruan rahang atas akibat gaya gravitasi. Resin akrilik termasuk konduktor termal yang jelek karena konduktivitasnya 100-1000 kali kurang dari logam dan aloi. Hal ini dapat menghambat stimulasi termal terhadap mukosa mulut. Pemakai gigitiruan juga dapat kehilangan respon protektif terhadap stimulus panas dan dingin ketika minum dan makan.3

Ketika bahan resin akrilik menerima panas, kelebihan energi akan diabsorbsi yang akan menyebabkan atom-atom bergetar dengan peningkatan amplitudo. Sebagai konsekuensinya, bahan resin akrilik akan ekspansi.Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppm/˚C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi.2

(11)

bertindak sebagai antibakterial pada mikroorganisme yang berada pada permukaan resin akrilik.30

2.3 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan setelah penyelesaian akhir dan pemolesan, diukur dengan satuan mikrometer (µm).19 Nilai ini menunjukkan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar, apabila deviasi ini kecil, maka permukaan tersebut halus.31

Quirynen dan Bollen, dkk (1997) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 µm atau kurang. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri. Penemuan oleh Radford dan Taylor, dkk (1998) bahwa perlekatan bakteri lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.30 Perlekatan mikroorganisme dapat menyebabkan terjadinya bau mulut, denture stomatitis, dan berbagai keluhan lain yang berhubungan dengan gigitiruan seperti

inflammatory papillary hyperplasia dan kandidiasis kronis.32 Kekasaran permukaan juga mempengaruhi estetis, stabilitas warna, dan pembentukan biofilm.19,30 Umumnya permukaan yang kasar lebih cepat aus dan memiliki koefisien gesek yang lebih tinggi daripada permukaan yang halus.31

(12)

500 rpm selama 5 menit. Pemolesan dilanjutkan dengan brush wheel putih yang telah dipasangkan pada mesin poles dan diolesi bubuk pumis dengan kecepatan putaran 500 rpm selama 5 menit.9,18,33-4 Menurut Gotuso (1969), pemolesan kemis dilakukan dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan metil metakrilat yang telah dipanaskan hingga mencapai temperatur 70˚ C selama 10 detik.20

2.3.1 Metode Pengukuran

(13)

Gambar 2 : Profile meter (Mitutoyo-Surf Test 301, Japan)

Metode tanpa sentuhan antara lain :31

a. Interferometry

b. Confocal microscopy

c. Variasi fokus (focus variation) d. Cahaya terstruktur (structured light)

e. Electrical capacitance

f. Mikroskop elektron dan photogrametry

(14)

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekasaran Permukaan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan di antaranya : a) Metode polimerisasi

Menurut penelitian Campos, dkk (2009) bahwa bahan basis gigitiruan resin polimerisasi dengan microwave menunjukkan nilai kekasaran permukaan yang lebih besar dibandingkan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sedangkan menurut Rizzatti-Barbosa, dkk (2006) bahwa metode polimerisasi baik dengan microwave maupun dengan unit kuring pada bahan basis resin akrilik tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai dari kekasaran permukaan.6,18

b) Teknik Pemolesan

Kekasaran permukaan merupakan salah satu sifat fisis yang penting dari bahan basis resin akrilik karena basis gigitiruan berkontak dengan bagian bukal dari jaringan dan adanya permukaan yang kasar bisa mempengaruhi kesehatan jaringan yang berhubungan dengan perlekatan bakteri. Permukaan yang halus dan adanya pemolesan dari permukaan gigitiruan sangat penting bagi kenyamanan pasien dan ketahanan gigitiruan. Selain itu, bisa meningkatkan estetis, oral higiene, perlekatan plak yang minimal serta mencegah penyakit-penyakit rongga mulut. Penghalusan dan prosedur pemolesan merupakan tahap-tahap yang diperlukan dalam mendapatkan permukaan basis gigitiruan yang halus.18

(15)

dilakukan dengan mencelupkan sampel ke dalam larutan metil metakrilat yang telah dipanaskan hingga mencapai temperatur 70˚ C selama 10 detik. 20 Pemolesan kemis mempunyai keuntungan berupa waktu yang relatif singkat.33

Rahal, dkk (2004) mengevaluasi efek teknik pemolesan kemis dan mekanis terhadap kekasaran pada empat tipe resin akrilik yang digunakan pada basis gigitiruan, menemukan bahwa pemolesan mekanis memperoleh hasil yang lebih baik.30 Permukaan yang kasar dan pemolesan yang buruk bisa menjadi sumber dari retensi bakteri dan debris makanan.20 Menurut Rizzatti-Barbosa, dkk (2006) bahwa metode polimerisasi baik dengan microwave maupun dengan unit kuring pada bahan basis resin akrilik tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai dari kekasaran permukaan; teknik pemolesan mekanis dan kemis berpengaruh terhadap nilai kekasaran permukaan; pemolesan mekanis menghasilkan permukaan yang lebih halus dibandingkan pemolesan kemis.18

c) Porositas

Selama proses kuring, sebagian monomer dari resin akrilik tidak bereaksi dengan polimer yang mengakibatkan terbentuknya monomer sisa. Sebagai konsekuensinya, monomer sisa tersebut berperan sebagai plasticizer yang mana akan meningkatkan kelarutan dari resin dan memperburuk sifat fisis dari bahan. Jumlah dari monomer harus sesuai dengan petunjuk pabrik karena kelebihan dari monomer bisa berakibat timbulnya gelembung dan konsekuensinya porositas meningkat.

(16)

menunjukkan porositas yang lebih besar dibandingkan bahan basis resin akrilik polimerisasi panas.1

d) Daya atau waktu pembersihan dengan energi microwave

Menurut penelitian Campos, dkk (2009) bahwa daya energi microwave yang rendah dari 690 Watt dalam 6 menit akan lebih aman untuk pembersihan gigitiruan yang rutin dan untuk menjaga sifat-sifat fisis dari bahan basis gigitiruan resin akrilik karena daya energi microwave lebih berpengaruh daripada waktu pembersihan.6

2.4 Metode Pembersihan Gigitiruan

Bermacam-macam bahan pembersih gigitiruan digunakan oleh pasien untuk membersihkan gigitiruan di antaranya : bahan pembersih gigitiruan, pasta gigi dan air, garam

dan soda, pemutih, serta CH3COOH (cuka). Jenis bahan pembersih gigitiruan yang paling

umum digunakan adalah bahan-bahan dalam bentuk bubuk atau tablet yang digunakan dengan cara merendam.1

Syarat ideal suatu bahan pembersih adalah :5,19,21

1. Efektif dapat melarutkan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan

2. Tidak toksik dan tidak bersifat mengiritasi 3. Bersifat bakterisidal dan fungisidal

4. Tidak menyebabkan perubahan pada basis gigitiruan dan anasir gigitiruan

5. Mudah dihilangkan dan tidak berbahaya apabila dengan tidak sengaja tertumpah atau terpecik

(17)

2.4.1 Klasifikasi Metode Pembersihan

Metode pembersihan gigitiruan ada tiga, yaitu : kemis, mekanis, dan kombinasi.5,35

2.4.1.1 Metode Kemis

Sebagai tambahan dari penyikatan gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih kemis juga disarankan. Bahan pembersih kemis dapat membersihkan plak yang berada di samping permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan penyikatan.5 Bahan pembersih kemis bisa juga digunakan sebagai alternatif pembersihan gigitiruan pada pasien geriatrik atau pasien yang cacat.13 Pembersihan secara kemis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :5,10,35

1. Asam

Salah satu tipe dari asam adalah asam hidroklorik 5%. Asam ini bisa dipakai untuk melunakkan kalkulus, kemudian dibersihkan dengan penyikatan. Korosi pada bahan basis

logam bisa terjadi jika asam hidroklorik digunakan secara rutin.

Tipe lain dari bahan pembersih asam adalah asam sulfamik. Asam ini juga digunakan untuk mengontrol pembentukan kalkulus pada gigitiruan. Kompatibilitas dari asam sulfamik terhadap gigitiruan bagus terutama untuk bahan basis logam, yang termasuk golongan asam antara lain : Denclen, Denture Cleansing Liquid.36

2. Klorheksidin

(18)

terhadap bakteri gram positif, bakteri gram negatif, jamur, bakteri fakultatif anaerob, dan bakteri aerob. Salah satu kerugian dari larutan klorheksidin adalah terjadinya perubahan warna yang berwarna kecoklatan pada basis gigitiruan.10

3. Natrium Hipoklorit

Natrium hipoklorit direkomendasikan sebagai bahan pembersih karena keunggulannya dalam membersihkan gigitiruan, merupakan desinfektan yang berspektrum luas, membersihkan kalkulus dari gigitiruan, bisa digunakan secara rutin untuk pembersihan permukaan gigitiruan yang terkontaminasi, abrasi yang minimal pada basis gigitiruan dan gigi.5,10,36 Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih natrium hipoklorit selama lebih kurang 6 jam bisa membersihkan plak dan stain.5

Kelemahan dari bahan pembersih ini adalah timbulnya bau yang diakibatkan pelepasan gas klorin, terjadinya korosi pada permukaan basis gigitiruan logam, yang termasuk golongan Natrium Hipoklorit antara lain : Milton, Dentural.10,36

4. Energi microwave

(19)

2.4.1.2 Metode Mekanis

Pada tahap pemasangan gigitiruan, pasien diberi nasihat untuk membersihkan gigitiruan secara teratur, menggunakan pasta gigi, air, dan sikat nilon yang halus untuk

mencapai semua area dari permukaan gigitiruan. Pembersihan secara mekanis dengan sikat cukup untuk membersihkan sisa debris makanan. Penggunaan sikat yang kasar, penyikatan yang kuat atau bahan pembersih yang abrasif seperti kalsium karbonat atau silika bisa menyebabkan abrasi atau goresan-goresan pada permukaan basis gigitiruan. Permukaan yang kasar dan tidak teratur memicu penumpukan plak, meningkatkan stain, dan tentu saja mempengaruhi estetis gigitiruan.5

2.4.1.3 Metode Kombinasi

Kombinasi kedua-duanya yaitu cara pembersihan secara mekanis dan kemis digunakan bersamaan misalnya kombinasi sikat gigi dengan effervescent, kombinasi sikat gigi dengan asam, dan kombinasi sikat gigi dengan energi microwave.35 Alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis termasuk ke dalam kombinasi pembersihan mekanis dan kemis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalamnya yang berisi bahan pembersih kemis.5

2.4.2 Energi Microwave sebagai Alternatif Pembersihan Gigitiruan

(20)

pada makanan. Molekul gelombang mikro tersebut dalam sebuah proses yang disebut Kebanyakan molekul adal dan sebuah muatan negatif di sisi lainnya, yang akan berputar pada saat mensejajarkan dengan medan listrik yang berubah-ubah yang diinduksi oleh pancaran gelombang mikro. Gerakan molekuler inilah yang menciptaka37 Energi microwave berbeda dengan energi radioaktif karena energi microwave tidak dapat mengionisasi dan hanya dapat membuat molekul-molekul bergetar, hal ini menyebabkan pergeseran molekul dan terjadinya panas.38-40 Energi microwave bisa digunakan untuk dekontaminasi makanan, alat-alat laboratorium, alat-alat kedokteran gigi, lensa kontak, sponge rumah tangga, dan alat-alat kesehatan rumah.7 (Gambar 3)

Gambar 3. Microwave (Samsung MW 71C)

(21)

gigitiruan.15 Baru-baru ini, penggunaan energi microwave untuk pembersihan gigitiruan telah disarankan untuk mengatasi masalah pembersihan dengan bahan larutan kemis.19 Beberapa studi telah menggunakan energi microwave untuk menginaktivasi mikrooganisme patogen. Di antara berbagai mikroorganisme patogen, beberapa mikroorganisme dianggap sebagai indikator dalam sterilisasi seperti Staphilococcus aureus (bakteri gram positif), Pseudomonas aeruginosa (bakteri gram negatif), dan Bacillus subtilis (mikroorganisme aerob yang

berspora).15

Rohrer dan Bulard (1985) menyimpulkan bahwa penggunaan energi microwave selama 8 menit dengan daya 720 Watt cukup untuk mensterilisasikan gigitiruan yang terkontaminasi dengan lima jenis bakteri dan jamur. Thomas dan Webb (1995) mengamati bahwa energi microwave dapat digunakan dalam pembersihan gigitiruan dan menunjukkan bahwa sterilisasi gigitiruan yang diinokulasi dengan Candida albicans dan Streptococcus gordonii dapat dicapai pada 2, 4, 6, 8, dan 10 menit dengan daya 650 Watt.15

Microwave terdiri dari sebuah tabung magnetron yang menghasilkan energi

microwave. Energi microwave yang dihasilkan tersebut akan dipantulkan oleh lapisan logam dalam microwave dan diserap oleh bahan-bahan yang mengandung air dan lemak, sehingga molekul-molekul bahan tersebut bergetar dan menghasilkan gesekan yang menimbulkan panas. Beberapa peneliti menyatakan bahwa inaktivasi mikrooganisme dengan energi microwave bisa dijelaskan dengan efek termal. Sel-sel hidup mempunyai molekul air di

(22)

mechanical disruption terjadi saat electromagnetic field menggerakkan molekul sel dengan

kecepatan yang tinggi sehingga dapat melampaui batas elastis dinding sel, akibatnya sel menjadi pecah.13 Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa mikroorganisme dapat dibunuh pada suhu termal yang lebih rendah, hal ini disebabkan oleh karena interaksi elektromagnetik dengan molekul sel dan medium cairan disekitarnya akan menghasilkan efek yang tidak dipengaruhi oleh termal.15

Neppelenbroek, dkk (2003) menyatakan bahwa pembersihan gigitiruan dengan energi microwave akan lebih efektif untuk membunuh Candida albicans bila dibersihkan dalam air

atau dibasahi selama pemaparan dengan energi microwave.8 Sartori, dkk (2006) menyatakan bahwa kekasaran permukaan meningkat pada kelompok dengan pemolesan mekanis setelah dilakukan pembersihan dengan energi microwave selama 6 menit dengan daya 690 Watt.9 Novais, dkk (2009) menyatakan bahwa terjadi porositas pada permukaan dari empat resin swapolimerisasi dan satu resin polimerisasi panas, setelah tujuh siklus pembersihan dengan energi microwave daya 650 Watt dan waktu 6 menit.15 Menurut Hugh, dkk (2005) bahwa absorpsi air pada bahan basis resin akrilik akan meningkat dengan adanya suhu yang panas mengakibatkan terganggunya struktur permukaan akrilik dan terjadi modifikasi sifat-sifat permukaan resin akrilik.16 Menurut Silvia, dkk (2006) bahwa pembersihan dengan energi microwave daya 650 Watt dalam 6 menit dapat mensterilkan gigitiruan penuh secara

Gambar

Gambar 1 : Gigitiruan Penuh Resin Akrilik27
Gambar 2 : Profile meter (Mitutoyo-Surf
Gambar 3. Microwave (Samsung MW 71C)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The aims of this research was to evaluate the highest isoflavone aglicone content of various tempe especially commercial tempe such as tempe Malang,

Kegiatan kemahasiswaan bertaraf nasional yang dapat memperoleh bantuan dana, paling sedikit melibatkan (panitia dan peserta) mahasiswa dari sekurang-kurangnya

Lokasi penelitian adalah Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal, Jalan Buburanda, Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Peneliti mengambil kantor ini

Dari penerapan metode FAHP diperoleh bahwa bobot variabel aliran bahan memiliki nilai tertinggi yaitu 0,4051, variabel peralatan sebesar 0,3173, dan variabel operator

Selain hal itu UPPK juga membutuhkan suatu sistem yang mampu menganalisa kebutuhan peralatan/barang berdasar permintaan customer serta analisa kinerja yang telah dilakukan..

Ø Proses yang dilakukan dari image yang akan dites sampai dengan menghasilkan nilai feature extraction sama seperti proses yang dilakukan pada database, akan tetapi pada

Adapun peranan yang dilakukan oleh Aparatur untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kelurahan Jati Mekar kecamatan Kendari Kota Kendari untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan,