• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Multi Level Marketing Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Tupperware Di Medan (Studi Pada Wanita Pekerja )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Multi Level Marketing Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Tupperware Di Medan (Studi Pada Wanita Pekerja )"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pemasaran

Menurut kotler (Ginting 2011 : 15) menyatakan Marketing is a social and

managerial prossess by which individuals and groups obtain what they need and what through creating, offering, and exchanging product of value with others. Dari defenisi tersebut kotler mengatakan bahwa pemasaran memiliki konsep inti

yaitu keinginan, kebutuhan; produk, nilai, biaya dan kepuasan; penukuran,

transaksi, relasi, dan pemasaran serta pemasar.

Asosiasi Pemasaran Amerika menawarkan definisi formal tentang

pemasaran. Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk

menciptakan , mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan

mengelola hubungan pelangggan dengan cara yang menguntungkan organisasi

dan para pemilik sahamnya (Kotler & keller 2007:6).

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif

dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada sasaran yang terpilih (Kotler & keller

2007:19).

2.2 Penjualan

(2)

taktik untuk menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui

produk perusahaan (Kartajaya 2009 : 100).

Perusahaan membutuhkan tenaga penjualan sehingga pelanggan tepat

didapatkan dengan cara yang tepat. Salah satu cara yang efektif dalam

memasarkan suatu produk adalah dengan mengadakan penjualan langsung suatu

produk kepada konsumen. Dalam penjualan langsung terjadi interaksi langsung,

saling bertemu muka antara pembeli dan penjual. Komunikasi yang dilakukan

kedua belah pihak bersifat individual dan dua arah sehingga penjual dapat

langsung memperoleh tanggapan sebagai umpan balik tentang keinginan dan

kesukaan pembeli.

Penyampaian berita atau percakapan yang mereka lakukan sangat

fleksibel karena dapat menyesuaikan dengan situasi yang ada. Multi Level

Marketing atau yang lebih dikenal dengan MLM, adalah strategi baru pemasaran

produk yang lagi marak dewasa ini, tidak saja dalam produk barang tetapi juga

produk jasa, dan keuangan (Purnomo et. al 2011:16).

2.3 Pengertian Sistem

Menurut Sutarman (2012 : 13) “Sistem adalah kumpulan elemen yang

saling berhubungan dan berinteraksi dalam satu kesatuan untuk menjalankan

suatu proses pencapaian suatu tujuan utama. Saling berkaitan satu dengan yang

lain berarti tidak maksimal bila satu elemen saja yang menjalankan prosesnya”.

Pengertian sistem juga disampaikan oleh Mustakini (2009 : 24) “Sistem

dapat didefinisikkan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen,

sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang

(3)

berpendapat bahwa sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi

satu dengan yang lain dengan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu

pula.

2.3.1 Pengertian Sistem Multi Level Marketing

Menurut Purnomo et al. (2011 : 22) sistem MLM (Penjualan berjenjang)

diartikan sebagai suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada

konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perorangan atau

badan usaha yang memperkenalkan barang dan jasa tertentu kepada sejumlah

perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja

berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.

MLM merupakan cara tepat untuk menjual poduk secara langsung kepada

konsumen, tanpa melalui toko/supermarket, tetapi melalui jaringan mitra usaha

yang bersifat mandiri (Purnomo et. al. 2011 : 23). Menurut Purnomo (2011 : 24 )

Multi level marketing adalah merupakan sebuah sistem pemasaran yang modern

melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen dengan memposisikan

pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Singkatnya bahwa

Multi Level Marketing adalah suatu konsep penyaluran (distribusi) barang berupa

produk dan jasa tertentu, yang memberi kesempatan kepada para konsumen untuk

turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di dalam garis

kemitraannya.

2.3.2 Faktor-faktor Penggunaan Sistem Multi Level Marketing

Penjualan produk melalui penjualan langsung/penjualan berjenjang

(MLM) selain memiliki keuntungan dan kerugian, perusahaan memanfaatkan

(4)

MLM Adapun manfaat yang bisa di peroleh dari penggunaan sistem MLM

(Purnomo et al. 2011 : 39) antara lain:

1. Menghemat biaya distribusi dan biaya iklan

Penjualan dengan cara MLM dilakukan tanpa melalui jaringan toko

pengecer/supermarket atau outlet waralaba. Produk yang dibutuhkan

konsumen dapat dibeli secara langsung melalui distributor atau mitra usaha,

dengan memesankan produk melalui telepon dan membayar produk melalui

transfer bank sehingga menghemat biaya disrtibusi dan biaya iklan maupun

bonus toko (Purnomo et.al. 2011 : 40).

2. Wahana mencetak pengusaha baru

Saat ini jumlah pengusaha di Indonesia baru sekitar 400,000 orang atau hanya

0,18% dari total 238 juta penduduk Indonesia, agar Indonesia menjadi negara

industri yang maju maka jumlah pengusaha yang dibutuhkan minimal 2% dari

total penduduk (Purnomo et.al. 2011 : 41).

3. Mempercepat penetrasi produk kepada masyarakat

Dengan bantuan para mitra usaha dan anggota jaringannya, produk baru akan

lebih cepat dikenal masyarakat konsumen. Peran strategis mitra usaha tidak

hanya dalam pemasaran produk tetapi juga dalam memperkenalkan produk

baru ke konsumen (Purnomo et.al. 2011 : 42).

4. Menambah penghasilan dan lapangan kerja baru di masyarakat.

Kenaikan gaji karyawan sejatinya tidak menambah kesejahteraan yang nyata

bagi keluarga mereka, dari pada menghabiskan waktu untuk mengeluh lebih

baik mereka gabung bisnis MLM sehingga mendapat tambahanpenghasilan

(5)

mempercepat penetrasi produk tetapi juga memperbesar omzet produk.

Masyaraka diuntungkan karena bisnis MLM mendapat lapangan kerja baru

(Purnomo et.al. 2011 : 42).

5. Mempercepat kemajuan perekonomian perusahaan, mitra usaha, masyarakat

dan negara Indikator keputusan pembelian.

Bagi perusahaan metode ini selain mempercepat penetrasi produk tetapi juga

memperbesar omzet produk. Masyarakat diuntungkan karena bisnis MLM

mendapat lapangan kerja baru (Purnomo et.al. 2011 : 43)

2.3.3 Cara Kerja Multi Level Marketing

Pada dasarnya cara kerja pemasaran dengan strategi MLM berorientasi

pada prestasi dari setiap anggota atau distributornya. Para distributor dituntut

untuk menjual produk sesuai target dan membangun jaringan seluas-luasnya

(Purnomo et.al.2011 : 22)

Adapun cara kerja pemasaran dengan strategi MLM adalah:

1. Pertama-tama anda akan disponsori oleh seorang distributor perusahaan MLM.

2. Membayar uang pangkal atau pendaftaran.

3. Menandatangani perjanjian atau kontrak.

4. Melaksanakan aktivitas penjualan produk

5. Mengembangkan jaringan

Apabila distributor berhasil mengembangkan jaringan, maka perusahaan

kan memberikan berbagai imbalan dalam bentuk bonus, potongan harga, dan

incentive-incentive lainnya. Strategi MLM ini bertumpu pada pengembangan jaringan, sehingga semakin banyak seoarang distributor berhasil merekrut anggota

(6)

2.4 Jenis – jenis Perilaku Pembelian

Perilaku pembelian berdasarkan tingkat keterlibatannya dan tingkat perbedaan

merek dibagi atas beberapa tipe (Saebani 2015 : 73) antara lain:

1. Perilaku membeli yang kompleks

Dalam hal ini, konsumen harus belajar mengenai kategori produk yang ingin

dibeli.

2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan

Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen

sangat terlibat denga pembelian yang mahal, jarang atau beresiko tetapi hanya

melihat sedikit perbedaan diantara merek-merek yang ada.

3. Perilaku membeli karena kebiasaan

Konsumen sedikit sekali terlibat dalam kategori produk tersebut pada saat

melakukan pembelian, umumnya mereka mengambil begitu saja tanpa

memerhatikan merek barang yang mereka ambil.

4. Perilaku membeli yang mencari variasi

Konsumen memilih beberapa keyakinan memilih merek produk tanpa banyak

mengevaluasi merek apa yang dibelinya, tapi pada pembelian berikutnya

kemungkinan ia mengambil merek lain dengan beberapa alasan.

2.4.1 Keputusan Pembelian

Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh mengenai pembelian

konsumen dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaiamana sebenarnya

para konsumen membuat keputusan pembelian mereka. Konsumen tidak

langsung memutuskan membeli suatu prduk akan tetapi memutuskan melakukan

(7)

Keputusan pembelian adalah suatu tindakan konsumen untuk membentuk

referensi diantara merek-merek dalam kelompok pilihan dan membeli produk

yang paling disukai (Kotler, 2002 :204).

Terdapat lima peran yang mungkin terjadi dalam suatu keputusan

pembelian (Kotler,2005 : 220), yakni:

1. Orang yang mengambil inisisatif (initiatior) adalah orang yang pertama kali

menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.

2. Orang yang mempengaruhi (influecer) adalah orang yang nasihatnya

didengarkan atau memiliki pengaruh terhadap keputusan akhir.

3. Orang yang mengambil keputusan (decider) adalh orang yang memutuskan

pada salah satu atau seluruh komponen atau keputusan membeli, apakah

membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, dimana

membelinya.

4. Orang yang membeli (buyer) adalah orang yang akan melakukan pembelian

sesungguhnya.

5. Orang yang memakai (user) adalah orang yang akan mengkonsumsikan atau

makai produk atau jasa.

2.4.2 Tahapan-Tahapan Proses Pembelian

Terdapat tahapan-tahapan pula dalalm proses pengambilan keputusan

yaitu (Saebani 2015 : 217):

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pemebelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan oleh karena itu

pemasar perlu mengenal beberapa hal yang dapat menggerakkan kebutuhan

(8)

menyebabkan seseorang mencari produk tersebut, karena dengan menghimpun

informasi dari beberapa konsumen , pemasar dapat mengenl rangsangan sering

terjadi untuk membangkitkan minat terhadap produk tertentu.

2. Pencarian Alterntif Informasi

Ketika seseorang telah sadar akan kebutuhannya, maka akan berusaha untuk

mencari tau tentang bagaimana memenuhi kebutuhannya. Sumber informasi

terbagi dalam empat kelompok yaitu:

a. Informasi Internal : keterangan atau info yang diketahui

b. Informasi Kelompok : Keluarga, teman, tetangga, sahabat

c. Informasi Komersial : Sales Perusahaan, pedagang eceran

d. Informasi Publik : Brosur oleh produsen

e. Informasi pengalaman : Informasi dari pemakaian sebelumnya

3. Evaluasi alternatif

Setelah pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan

beberapa merk alternatif dalam satu susunan pilihan. Pada tahap ini konsumen

akan memperhatikan ciri-ciri atau sifat yang berkaitan langsung dengan

kebutuhan mereka dan juga akan kembali menggali ingatannya pada satu

merek.

4. Keputusan pembelian

Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai

serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian waktu pembelian,

(9)

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa

kemungkinan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Ada kemungkinan

konsumen merasa tidakpuas setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai

dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan lain sebagainya.

Tingkat kepuasan konsumen merupakan suatu fungsi dari keadaan produk yang

sebenarnya dengan keadaan produk yang diharapkan konsumen. Kepuasan atau

ketidakpuasan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian

berikutnya, tetapi jika konsumen tidakpuas maka konsumen akan beralih ke merk

yang lain.

2.5 Pengertian Konsumen

Konsumen adalah pengguna barang dan/ jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain

(Saebani 2015 : 46). Konsumen merupakan tujuan dari setiap perusahaan, karena

tanpa konsumen sebuah perusahaan tidak akan bertahan. Setiap produk yang

diproduksi diusahakan digemari, dicari, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen

untuk dikonsumsi baik individu maupun kelompok.

2.6 Penelitian Terdahulu 1. Tengku Paradika Arif Sandi I

Penelitian ini berjudul Pengaruh Sistem MLM Terhadap Proses Keputusan

Pembelian Konsumen Produk Tupperware di Bandung. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel sistem Multi

(10)

digunakan dalam penelitian adalah metode Asosiatif dengan pendekatan

kuantitatif. Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh yang

signifikan antara sistem Multi Level Marketing terhadap proses keputusan

pembelian.

2. Baju Pramutoko 2011

Penelitian ini berjudul Analisa Penjualan Melalui Sistem Multi Level Marketing. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk Tujuan Penelitian: Menganalisis Perkembangan pemasaran produk dengan sistem Multi Level

Marketing di masyarakat Kota Kediri dan Menganalisis pengaruh Sistem Multi

Level Marketing terhadap animo masyarakat di Wilayah Kota Kediri. Dari hasil

penelitian dan pembahasan diatas mendapat kesimpulan yaitu: 1) Perusahaan

MLM hanya memperhatikan bagimana cara merekrut distributor baru. Bahkan,

yang lebih aneh lagi adalah para MLM ini menarik uang pendaftaran bagi para

distributor yang notabene adalah tenaga penjualan mereka. (2) Orang yang

membantu penjualan malahan diharuskan untuk memberikan uang mereka yang

katanya akan digunakan untuk kebaikan mereka nantinya. Dengan demikian,

mereka sudah mendapatkan keuntungan dari para distributor baru yang bergabung

yang dipaksa membeli sejumlah produk. Inilah cara yang biasanya digunakan oleh

perusahaan MLM. Akibatnya, mereka tidak perlu lagi memikirkan soal market

saturation dan tetap bisa mendapatkan keuntungan. 3. Selviana Lasma R S

Penelitian ini berjudul Pengaruh Marketing MIX Multi Level Marketing

terhadap keputusan pembelian produk oriflame di pekanbaru. Tujuan penelitian

(11)

MLM mempengaruhi keputusan pembelian kosmetik produk oriflame di

Pekanbaru, untuk mengetahui pengaruh harga dalam Multi Level Marketing

terhadap keputusan pembelian kosmetik produk Oriflame Cabang Pekanbaru,

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Distribusi dalam Multi Level Marketing terhadap keputusan pembelian produk.

Pada penelitian ini variabel terikat (Y) adalah keputusan pembelian dan bauran

pemasaran antara lain produk (X1), Harga (X2), Tempat (X3), dan promosi (X4)

sebagai variabel bebas. Metode yang digunakan yaitu asosiatif dengan

pendekatan kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 120 orang

responden, sedangkan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa variable bebas sudah memiliki nilai

yang signifikan dan promosi memberikan nilai yang sangat besar dalam keputusan

pembelian kosmetik produk oriflamme di pekanbaru. Disamping itu oriflame

pekanbaru harus lebih meningkatkan kualitas dari produk mereka dari setiap

variable dalam Bauran promosi marketing MIX sehingga konsumen loyalitas

dalam membeli produk oriflame.

4. Nur Azmi, H.Syamsulrijal dan Hendrizal

Penelitian ini berjudul Pengaruh multi level marketing terhadap keputusan

pembelian pada produk kopi radix hpai di kota bangkinag. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui pengaruh Multi Level Marketing terhadap keputusan

pembelian pada produk Kopi Radix HPAI di Kota Bangkinang. Sampel

diambil sebanyak 60 orang konsumen yang ditemui membeli Kopi Radix HPAI

di distributor Islamic Center Bangkinang dengan menggunakan teknik

(12)

hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa Multi Level Marketing

yang diterapkan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk

Kopi Radix HPAI di Kota Bangkinang pada kategori sedang.

5. Helena T. Damanik 2010

Penelitian ini berjudul Marketing Multi Level. Penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji lebih dalam tentang multi level marketing khususnya dalam

bidang pulsa elektrik oleh sebuah PT. Global Media Nusantara atau biasa dikenal

dengan nama Flexter. Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah P. Siantar.

Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana

pemasaran produk yang dilakukan oleh anggota MLM tersebut, strategi

perekrutan anggota yang dilakukan, hubungan yang terjalin antara atasan (upline)

dan bawahan (downline). Adapun metode penelitian yang digunakan adalah

metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Untuk mendapatkan data, peneliti

menggunakan teknik wawancara dan observasi. PT. Global Media Nusantara atau

yang disebut juga dengan Flexter mempunyai produk yang dinamakan Flexter

pulsa. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh member di Flexter ini kebanyakan

memgunakan jasa seorang agen pulsa lagi.

Pembagian keuntungannya sesuai dengan kesepakatan dengan member

tersebut. Selain itu banyak juga member yang menggunakan pulsa tersebut untuk

konsumsi pribadi, karena lebih untung dan lebih ekonomis. Sebelum seorang

member melakukan perekrutan anggota mereka dibekali dengan stategi-strategi

seperti membuat rencana kerja, mencatat prospek dan mempersiapkan diri.

(13)

memotivasi. Hubungan yang terjalin juga bukan hanya sebatas rekan kerja saja,

tetapi berlanjut menjadi hubungan persahabatan.

2.7 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat menjadi

landasan dalam penelitian dan penulisan yang pada akhirnya dapat diketahui

variabel-variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian

produk Tupperware.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah MLM sebagai

variabel independen atau bebas. Sedangkan yang menjadi variabel dependen atau

terikat adalah keputusan pembelian. Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Sumber: Diolah oleh peneliti (2017 ) Sistem Multi

Level Marketing (X)

Proses Keputusan Pembelian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan kecenderungan mahasiswa calon guru IPA laki-laki cenderung lebih unggul dalam membuat prediksi, penerapan metode statistik, dan membuat

Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen pada usaha asuransi jiwa, apakah bentuk-bentuk

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM TENTANG PENGANGKATAN TIM AUDITOR INTERNAL MUTU (AIM) LEMBAGA PENJAMINAN MUTU DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah." Lalu dalam Peraturan BI

Dalam Perencanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air bersih didesa Pakuure Tinanian, yang dimanfaatkan sebagai sumber air diambil dari mata air Lolombulan karena debit

Sesuai Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan statistik melalui sensus,

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan

Penelitian ini termasuk penelitian PTK dengan responden penelitian adalah siswa SMA Negeri 10 Semarang kelas X-3 yang berjumlah 31 siswa dan seorang guru.