• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan Kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Serta keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja (Anwar Prabu, 2009). Menurut Rika Ampuh dalam penelitian Resky Lestary Samban (2016) keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja.

(2)

Berdasarkan pengertian dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang sudah dijelaskan diatas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan karena dapat menciptakan lingkungan yang aman dan sehat serta dapat memberikan perlindungan bagi para pekerja. OHSAS 18001 : 2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kondisi-kondisi atau faktor-faktor yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) ditempat kerja.

Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat dari setiap pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka, 2008). Dimana Keselamatan Kerja hanya meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja, sedangkan kesehatan kerja merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik ataupun mental.

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut UU No. 1 Tahun 1970 antara lain :

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam keadan selamat dan sehat.

(3)

Menurut Anwar Prabu (2009) tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Budiono dalam (Mawar, 2012) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi :

a. Faktor manusia / pribadi (personal factor)

(4)

b. Faktor kerja / lingkungan

Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa, pembelian/pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja, dan penyalahgunaan.

2.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara umum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan kesehatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna, 2006).

Menurut Rizky Argama dalam penelitian (Kusuma, 2010) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

(5)

1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun, dan bahaya-bahaya kesehatan.

2. Membuat prosedur keamanan.

3. Menindak lanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya. 4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.

5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen. 6. Rapat bulanan P2K3 .

7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.

8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya dari kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).

(6)

1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya, beracun, dan menyusulkan rekomendasi bagi perbaikan.

2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum. 3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.

4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.

Unsur-unsur program K3 yang terpenting adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan .

2.2.1 Program Keselamatan Kerja

Program Keselamatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Anwar Prabu, 2002). Menurut Suma’mur (2009) keselamatan kerja merupakan sarana untuk pencegahan kecelakaan cacat dan kematian akibat kecelakan kerja. Keselamatan kerja merupakan tindakan pencegahan yang mengacu pada dukungan manajemen puncak dalam pelaksanaan kebijakan perusahaan, dan menciptakan suasana kerja yang aman dan damai bagi karyawan yang bekerja di perusahaan.

(7)

a. Didukung oleh manajemen puncak (top management) b. Menunjuk seorang direktur program keselamatan c. Pembangunan pabrik dan operasi yang bersifat aman d. Mendidik para karyawan untuk bertindak dengan aman e. Menganalisis kecelakaan

f. Menyelenggarakan perlombaan keamanan/keselamatan kerja g. Menjalankan peraturan-peraturan keselamatan kerja

2.2.2 Program Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Tulus Agus dalam penelitian Resky Lestari Samban (2016) program kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini menjaga kesehatan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas.

(8)

termuat dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, disamping usaha untuk mencegah para karyawan mengalami kecelakaan, perusahaan perlu juga memelihara kesehatan para karyawan. Menurut Sirait (2006) program kesehatan ini menyangkut :

1. Kesehatan Fisik

Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan, sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen berikut :

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima pekerja;

b. Pemeriksaan kesehatan para karyawan kunci secara periodik;

c. Pemeriksaan kesehatan secara suka rela untuk semua karyawan secara periodik;

d. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup;

e. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah ketegangan industri (industrial stresses).

2. Kesehatan Mental

Untuk membuat program kesehatan mental, perlu dilakukan salah satu atau keseluruhan cara berikut ini :

a. Tersedianya psychiatrist untuk konsultan;

b. Kerja sama dengan psychiatrist di luar perusahaan atau yang ada di lembaga-lembaga konsultan;

(9)

d. Mengembangkan dan memelihara program-program human relations yang baik.

Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Anwar Prabu, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan.

b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi.

2.2.3 Landasan Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Layaknya sebuah program, maka program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan harus memiliki landasan hukum yang kuat. Ada empat landasan hukum, yaitu :

(10)

tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup (ancaman pidana) dan lain-lain.

2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 yang Meratifikasi Konvensi ILO nomor 81

Pada 19 Juli 1947, badan PBBInternational Labour Organization (ILO)telah mengesahkan konvensi ILO No. 81 tentang pengawasan tenaga kerja bidang industri dan perdagangan(Labour Inspection in Industry and Commerce). Sebanyak 137 negara atau lebih dari 70 persen anggota ILO meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia.

3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 : Setiap Pekerja / Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 86 ayat 2 : Untuk melindungi keselamatan Pekerja / Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 87 : Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.

4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

(11)

terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.

Pasal 165 ayat (1) : pengelola tempat kerja wajib melakukan segala upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja.

2.2.4 Elemen-elemen Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program Kerja K3 merupakan Sistem dan Prosedur pelaksanaan penerapan elemen-elemen sistem manajemen K3 di dalam seluruh kegiatan operasional perusahaan yang dilakukan melalui suatu rencana kerja. Apabila organisasi K3 yang juga merupakan salah satu dari elemen Sistem Manajemen K3 (elemen-1) telah dibentuk, maka selanjutnya dapat dibuat Program Kerja K3 yang intinya adalah penerapan elemen-elemen dari Sistem Manajemen K3 (Rijanto, 2010).

International Loss Control Institute (ILCI) telah mengidentifikasi 20 elemen program yang dipertimbangkan termasuk esensial untuk suksesnya upaya pengendalian kerugian (loss). Elemen program tersebut adalah:

1. Kepimimpinan dan Administrasi 2. Manajemen pelatihan

(12)

9. Analisis kecelakaan 10. Pelatihan karyawan 11. Alat Pelindung Diri 12. Jasa dan kontrol kesehatan 13. Sistem evaluasi program 14. Kontrol enjinering/rekayasa 15. Komunikasi personal 16. Pertemuan kelompok 17. Promosi umum

18. Pekerja baru dan penempatan 19. Kontrol pembelian

20. K3 di luar kerja

Menurut Occupational Safety and Health Administration(OSHA) elemen-elemen utama dalam pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu :

1. Komitmen Manajemen dan Keterlibatan Karyawan

(13)

organisasi. Sebuah program yang efektif, manajemen menganggap keselamatan dan kesehatan pekerja sebagai nilai fundamental organisasi dan komitmennya berlaku untuk keselamatan dan perlindungan kesehatan dengan banyak semangat untuk tujuan organisasi lainnya. Keterlibatan karyawan menyediakan sarana pekerja untuk mengembangkan dan atau mengungkapkan komitmen mereka sendiri untuk perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi dirinya dan bagi rekan-rekan mereka.

Ada berbagai cara untuk memberikan komitmen dan dukungan oleh manajemen dan karyawan dalam melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa tindakan yang direkomendasikan dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

a. Kebijakan di tempat kerja bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat, hal tersebut di perlukan tanggung jawab dari semua pihak dan memahami sepenuhnya tentang pentingnya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Membangun dan mengkomunikasikan tujuan yang jelas untuk program keselamatan dan kesehatan serta menentukan tujuan sehingga semua anggota organisasi memahami hasil yang diinginkan dan langkah-langkah yang direncanakan untuk mencapai tujuan.

(14)

d. Mengatur dan mendorong keterlibatan karyawan dalam struktur dan operasi program dan keputusan yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan karyawan sehingga mereka akan melakukan tanggung jawab mreka untuk mencapai tujuan dan sasaran program keselamatan dan kesehatan kerja.

e. Menetapkan dan mengkomunikasikan tanggung jawab untuk semua aspek dari program sehingga manajer, supervisor, dan karyawan di semua bagian organisasi tahu apa kinerja yang diharapka.

f. Memberikan kewenangan dan sumber daya yang memadai kepada pihak yang bertanggung jawab sehingga tanggung jawab yang ditugaskan dapat dipenuhi.

Manajer, supervisor, dan karyawan bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawab mereka sehingga tugas-tugas penting akan dilakukan. Operasi program dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan mereka dalam memenuhi tujuan dan sasaran sehingga kekurangan dapat diidentifikasi serta program dan tujuan dapat direvisi ketika mereka tidak memenuhi tujuan keselamatan yang efektif dan perlindungan kesehatan.

2. Analisis Tempat Kerja

(15)

Bahaya yang timbulkan dari suatu kegagalan pemeriksaan tempat kerja tanda bahwa kebijakan dan atau praktik keselamatan dan kesehatan tidak berjalan efektif. Manajemen yang efektif selalu menganalisa pekerjaan dan tempat kerja untuk mencegah dan mengantisipasi bahaya.

Langkah-langkah untuk mengidentifikasi semua bahaya potensial yang ada, yaitu :

a. Melakukan survei tempat kerja komprehensif untuk keselamatan dan kesehatan dan survei periodik pembaruan yang komprehensif dan melibatkan karyawan dalam upaya ini.

b. Menganalisis perencanaan dan fasilitas baru, proses, bahan, dan peralatan.

c. Lakukan analisis rutin pada bahaya pekerjaan. d. Menilai faktor-faktor risiko pada tugas-tugas pekerja.

e. Melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan secara teratur sehingga bahaya baru atau sebelumnya tidak terulang lagi dan kontrol bahaya diidentifikasi.

(16)

g. Menyelidiki kecelakaan dan "near miss" insiden sehingga penyebab dan cara pencegahan dapat diidentifikasi.

h. Menganalisis cedera dan penyakit tren dari waktu ke waktu sehingga penyebab utama dapat diidentifikasi dan dicegah.

3. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya

Dimana biasanya bahaya di tempat kerja dicegah dengan desain yang efektif dari tempat kerja atau pekerjaan. Dimana biasanya tidak dapat menghilangkan bahaya tersebut, karyawan harus dikontrol untuk mencegah terjadinya paparan yang tidak aman dan tidak sehat. Eliminasi atau kontrol harus dilakukan pada waktu yang tepat pada saat datangnya bahaya atau potensi bahaya. Secara khusus, sebagai bagian dari program ini, pengusaha harus menetapkan prosedur untuk memperbaiki atau mengendalikan datangnya bahaya atau potensial pada waktu yang tepat. Prosedur ini harus mencakup langkah-langkah seperti berikut :

a. Gunakan teknik rekayasa yang layak dan tepat.

b. Pada saat awal menetapkan, praktek kerja yang aman dan prosedur yang dipahami dan diikuti oleh semua pihak yang terkena dampak. Pemahaman dan kepatuhan adalah hasil dari pelatihan, penguatan positif, koreksi kinerja yang tidak aman, dan jika perlu penegakan melalui sistem disiplin jelas dikomunikasikan.

c. Menyediakan alat pelindung diri .

(17)

e. Menjaga fasilitas dan peralatan untuk mencegah kerusakan peralatan.

f. Merencanakan dan mempersiapkan untuk keadaan darurat, dan melakukan pelatihan dan latihan darurat, sesuai kebutuhan.

g. Menetapkan program medis yang mencakup pertolongan pertama di tempat kerja serta dokter dan perawatan medis darurat untuk mengurangi risiko cedera atau sakit yang terjadi.

4. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan merupakan komponen penting dari program keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif. Pelatihan membantu mengidentifikasi tanggung jawab keselamatan dan kesehatan manajemen dan karyawan di perusahaan. Pelatihan yang paling efektif ketika dimasukkan ke dalam persyaratan pendidikan atau kinerja lainnya dan praktek kerja. Kompleksitas pelatihan tergantung pada ukuran dan kompleksitas tempat kerja serta karakteristik dari bahaya dan potensi bahaya di lokasi.

a. Pelatihan Karyawan

Program pelatihan karyawan harus dirancang untuk memastikan bahwa semua karyawan memahami dan sadar akan bahaya yang mereka dapat dan metode yang tepat untuk menghindari bahaya tersebut.

b. Pelatihan Pengawas

(18)

untuk melaksanakan tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja mereka secara efektif. Program pelatihan bagi supervisor harus mencakup topik-topik berikut :

- Menganalisis pekerjaan di bawah pengawasan mereka untuk mengantisipasi dan mengidentifikasi potensi bahaya.

- Menjaga perlindungan fisik di wilayah kerja mereka.

- Memperkuat pelatihan karyawan pada sifat dari potensi bahaya dalam pekerjaan mereka dan langkah-langkah perlindungan yang diperlukan melalui umpan balik kinerja terus-menerus dan jika perlu melalui penegakan praktek kerja yang aman. - Memahami tanggung jawab keselamatan dan kesehatan

mereka.

2.2.5 Pelaksanaan Program K3 di PTPN IV Gunung Bayu

PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki beberapa program yang mengadopsi program dari Disnaker. Semua program K3 di PT. Perkebunan Nusantara IV ini sudah berjalan sebagaimana mestinya walaupun belum secara maksimal . Adapun program K3 yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV Gunung Bayu yaitu :

a. Program Keselamatan Kerja 1. Inspeksi dan Investigasi

2. Simulasi keadaan darurat (kebakaran, huru-hara, dan gempa bumi) 3. Manajemen Risiko

(19)

5. Pemeriksaan Lingkungan Kerja 6. Pelatihan

7. APD

b. Program Kesehatan Kerja 1. Pemeriksaan Kesehatan

Ketua P2K3 melaporkan kinerja penerapan program K3 perusahaan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat melalui laporan triwulan P2K3. Ketua P2K3 juga menugaskan sekretaris P2K3 untuk memantau dan membantu pelaksanaan program K3 oleh anggota atau unit yang ditunjuk. Pemantauan kinerja program K3 secara rutin dibahas dalam rapat rutin P2K3. Setiap kendala yang dihadapi oleh pelaksanaan program K3 akan dikonsultasikan dengan sekretaris P2K3 dibahas dalam rapat P2K3. Pelatihan K3 juga dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dengan tenaga kerja atau kegiatan P2K3 lainnya tanpa melalui koordinasi dengan pihak yang bertanggung jawab. Setiap akhir tahun pihak perusahaan melalui forum P2K3 menyusun tujuan, sasaran, dan program K3 untuk tahun berikutnya.

2.2.6 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(20)

Menurut Ernawati (2009), tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.

2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil pekerjaan yang optimal.

3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.

4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang diakibatkan oleh sesama pekerja.

5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental. 6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

2.2.7 Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Schuler dan Jackson dalam Kusuma (2010) mengatakan apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

(21)

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi danras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:

1. Pengurangan Absentisme

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan

Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerjaadalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.

3. Pengurangan Turnover Pekerja

(22)

4. Peningkatan Produktivitas

(23)
(24)

2.4 Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Keterangan Gambar :

Berdasarkan teori ILCI tentang 20 elemen program K3 yang dipertimbangkan termasuk esensial untuk suksesnya upaya pengendalian kerugian (loss) di perusahaan maka dalam pelaksanaan program K3 di PTPN IV Gunung Bayu dibagi menjadi 2 yaitu program keselamatan kerja yang meliputi inspeksi & investigasi, simulasi keadaan darurat, manajemen risiko, safety talk, pemeriksaan lingkungan kerja, pelatihan pekerja, dan alat pelindung diri (APD). Sementara

Pelaksanaan 2. Simulasi Keadaan Darurat

(25)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

dalam biji kacang hijau juga diperoleh dari tanaman yang dipupuk 75 kg Phonska + 2,5 t pupuk kandang/ha atau 5 t pupuk kandang/ha, sedangkan kadar unsur N dalam biji tanpa

• Jalankan menu Run | Build Main Project atau klik kanan Project “HelloWorld” pada menu popup pilih Build. • Pesan “BUILD SUCCESSFUL” menandakan proses build berhasil, jika

Sebuah elektron dari luar kulit yang berenergi lebih tinggi kemudian mengisi lubang, dan perbedaan energi antara kulit yang berenergi lebih tinggi dengan kulit

Analisis struktur kristal dan fasa pada serbuk NdFeB Flakes, MQP-B + dan MQA dengan efek variasi waktu milling dengan menggunakan XRD ( X-Ray Diffraction )

• Untuk tipe data float dan double pembagian dengan nol tidak membangkitkan error tapi menghasilkan infinity.. tidak membangkitkan error tapi menghasilkan infinity

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

Setelah dilakukan penelitian ternyata kesuksesan lmebaga pendidikan bahasa Inggris di tempat kursus adalah dengan menerapkan metode pembelajaran collaborative yang

Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh nilai efektivitas biaya pengobatan TB antara di puskesmas menggunakan DOTS, RS yang menggunakan DOTS, dan