• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MODEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab 1 ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MODEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah merupakan suatu negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah. Terdapat dua jenis sumber daya alam, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dari berbagai sektor yang mengelola sumber daya alam salah satu sektor yang paling dikenal oleh masyarakat adalah sektor pertambangan. Pertambangan merupakan salah satu contoh sektor industri yang mengolah sumber daya alam tidak dapat diperbaharui dan mempunyai pengaruh serta sumbangsih yang sangat besar bagi Indonesia mulai dari peningkatan aktivitas ekonomi, peningkatan pendapatan ekspor, penyerapan tenaga kerja dan salah satu sumber pemasukan terhadap anggaran yang telah dibuat, baik anggaran pusat maupun anggaran daerah. Salah satu dari sub sektor industri pertambangan yang hasilnya paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah sub sektor minyak dan gas bumi atau yang biasa disebut dengan singkatan migas. Sub sektor ini juga merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia.

Industri minyak dan gas bumi memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari penjelasan Agusman, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, yang menyatakan bahwa penerimaan hasil ekspor minyak dan gas (migas) bagian pemerintah mampu membuat cadangan devisa negara mencapai US$128,8 miliar pada akhir Agustus lalu atau terjadi peningkatan sebesar US$1 miliar dari posisi pada akhir bulan Juli yang menjadikan hal ini sebagai rekor cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.[CITATION Set171 \l 1033 ]

Pentingnya industri minyak dan gas bumi ini ditunjukkan dengan pernyataan Direktur Eksekutif Reforminer, Komaidi Notonegoro, yang menyatakan bahwa industri migas menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Peran migas di Indonesia berpengaruh terhadap 40

(2)

persen kelangsungan hidup dari masyarakat Indonesia dan bahkan untuk secara global, migas memiliki peran 65 sampai 70 persen dalam kelangsungan hidup manusia. Sehingga menjadi sangatlah jelas bahwa industri migas memegang peran yang sangat penting dan vital.[ CITATION Sol16 \l 1033 ]

Pentingnya minyak dan gas bumi dalam kehidupan sehari-hari menuntut perusahaan yang bergerak di bidang tersebut perlu bekerja keras untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan minyak dan gas. Meskipun berpengaruh cukup besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat akan tetapi hal ini juga menyebabkan masyarakat Indonesia sering bergantung kepada minyak dan gas bumi yang lama-kelamaan membuat pasokan minyak dan gas bumi menjadi menurun sehingga menjadi rawan untuk mengalami kelangkaan dan bahkan habis di pasaran. Hal ini didukung dengan data yang diperoleh dari BP Statistical Review of World Energy 2016 dan SKKMigas sejak tahun 2006-2015 pada tabel 1.1. Penurunan antara jumlah produksi dan konsumsi minyak bumi disebabkan oleh manajemen yang lemah dari pemerintah, birokrasi yang berlebihan, kerangka peraturan yang tidak jelas dan ketidakjelasan dalam hukum mengenai kontrak perusahaan. Sedangkan produksi dan konsumsi gas bumi cukup stabil, tetapi mengalami keadaan yang fluktuatif setelah tahun 2010, yang disebabkan masalah-masalah suplai.

(3)

2013 82 826 1,643 72.1 36.5

2014 852 794 1,676 73.4 38.4

2015 825 786 1,628 75.0 39.7

Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2016 dan SKKMigas

Penurunan dalam produksi dan konsumsi minyak dan gas bumi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang migas tersebut juga dikarenakan turunnya harga minyak dunia yang akhirnya menurunkan laba perusahaan. Hal ini tentu menjadi akar permasalahan dari perusahaan yang bergerak di sub sektor industri minyak dan gas bumi. Salah satu perusahaan migas di Indonesia yang mengalami hal ini yaitu PT Elnusa Tbk. Seperti yang dinyatakan Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk, Budi Rahardjo, bahwa PT Elnusa Tbk mengalami penurunan laba perusahaan yang disebabkan oleh menurunnya jumlah proyek yang ditangani perusahaan dari segmen hulu migas oleh karena aktivitas jasa hulu migas nasional terkena dampak dari penurunan harga minyak dunia.[ CITATION Sit17 \l 1033 ]. Sehingga membuat harga minyak dunia yang bersifat fluktuatif ini menjadi sebuah pedang bermata dua bagi kedua belah pihak. Jika hal ini tidak dapat segera diatasi dengan baik maka akan mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan akan mengalami financial distress atau kesulitan keuangaan yang selanjutnya akan menuntun perusahaan kepada kebangkrutan yang bersifat permanen.

Financial distress merupakan kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan perusahaan gagal bayar dalam kontrak, dan mungkin melibatkan restrukturisasi keuangan antara perusahaan, kreditor, dan investor ekuitasnya. Biasanya perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan yang tidak akan diambil jika memiliki arus kas yang cukup[ CITATION Ros12 \l 1033 ]. Istilah umum dari

(4)

menyusun rencana dan strategi untuk mampu mencegah dan mengatasi financial distress.

Perusahaan yang bergerak dalam sub sektor minyak dan gas bumi juga tidak luput dari financial distress. Anjloknya harga minyak dapat membuat perusahaan-perusahaan pada sub sektor ini memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan keuangan. Pada tabel berikut dibawah ini menjelaskan laba bersih atau net income dan total hutang atau total liabilities perusahaan dari sub sektor minyak dan gas bumi selama lima tahun terakhir.

Tabel 1.2 Total Laba Bersih dan Total Hutang Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Periode 2012-2016 (dalam rupiah)

Kode

Saham Tahun Laba Bersih Total Hutang

ARTI

2012 51,857,031,148 576,479,785,492

2013 66,556,292,252 649,516,279,440

2014 30,077,661,785 806,258,485,963

2015 17,803,077,238 763,271,737,857

2016 48,874,680,153 885,646,642,382

BIPI

2012 12,233,098,000 1,034,335,624,240 2013 732,326,087,120 11,441,307,206,800 2014 346,578,554,720 12,429,803,223,600 2015 (531,811,000,560) 13,439,149,526,200 2016 (2,284,844,647,520) 12,992,161,300,600

ELSA

2012 135,597,000,000 2,252,312,000,000 2013 242,605,000,000 2,085,850,000,000 2014 418,092,000,000 1,662,708,000,000 2015 379,745,000,000 1,772,327,000,000 2016 316,066,000,000 1,313,213,000,000

ENRG

2012 365,023,542,960 18,292,189,133,680 2013 2,295,797,609,640 18,942,442,830,760 2014 232,524,825,520 17,171,095,205,360 2015 (3,807,584,832,640) 15,206,813,386,400 2016 (5,848,304,322,720) 15,009,502,088,560

ESSA 2012 69,004,721,880 386,476,791,600

(5)

2015 64,488,650,560 1,254,565,984,360 2016 2,045,500,560 6,076,492,267,080

MEDC

2012 249,627,714,680 23,999,042,711,560 2013 211,556,346,240 21,646,381,248,200 2014 181,609,942,120 23,595,376,322,040 2015 (2,464,937,682,840) 29,236,766,189,560 2016 2,476,528,481,960 35,835,671,930,280

RUIS

2012 28,993,709,479 938,642,311,170

2013 8,126,603,304 668,265,041,526

2014 55,705,494,936 963,560,118,388

2015 41,281,106,302 753,340,426,009

2016 26,070,316,770 619,413,387,232

Sumber: Audited Financial Statement Perusahaan Migas diakses melalui www.idx.co.id periode 2012-2015

Dari Tabel 1.2 menjelaskan bahwa terdapat 7 perusahaan yang berada di sub sektor minyak dan gas bumi. Perusahaan tersebut antara lain PT. Ratu Prabu Energi Tbk, PT Benakat Integra Tbk, PT Elnusa Tbk, PT Energi Mega Persada Tbk, PT Surya Esa Perkasa Tbk, PT Medco Energi Internasional Tbk, dan PT Radiant Utama Interinsco Tbk. Dari 7 perusahaan tersebut, 4 perusahaan menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai kurs perusahaan yaitu PT Benakat Integra Tbk, PT Energi Mega Persada, PT Surya Esa Perkasa Tbk, dan PT Medco Energi Internasional sehingga perlu dilakukan konversi mata uang menjadi Rupiah Indonesia dengan nilai kurs US$1 = Rp. 13,240,- per tanggal 17 September 2017 pukul 21.00 WIB.

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa laba bersih yang diperoleh oleh PT. Ratu Prabu Energi Tbk, PT Benakat Integra Tbk, PT Elnusa Tbk, PT Energi Mega Persada Tbk, PT Surya Esa Perkasa Tbk, PT Medco Energi Internasional Tbk, dan PT Radiant Utama Interinsco Tbk memiliki laba bersih yang bersifat sangat fluktuatif selama periode 2012-2015.

(6)

perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 yaitu sebesar 70.67% dan 0.94%, tetapi mengalami peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2015 ke 2016 yaitu sebesar 369.34%. PT Benakat Integra Tbk mengalami peningkatan laba bersih sebesar 5,886.43% dari tahun 2012 ke 2013, tetapi mengalami penurunan laba bersih yang sangat drastis dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 yaitu sebesar 52.67% kemudian menjadi 253.45% hingga di tahun 2016 menjadi 329.63%, sedangkan total hutang perusahaan mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 yaitu sebesar 1,006.15%, 8.64% dan 8.12%, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2015 ke 2016 sebesar 3.33%. PT Elnusa Tbk mengalami peningkatan laba sebesar 78.92% dari tahun 2012 ke 2013 dan sebesar 72.33% dari tahun 2013 ke 2014, tetapi mengalami penurunan laba bersih sebesar 9.17% dan 16.77% dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Untuk total hutang perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 yaitu sebesar 7.39% dan 20.29%, meskipun mengalami peningkatan total hutang sebesar 6.59% pada tahun 2014 ke 2015, tetapi perusahaan mampu menurunkan total hutang sebesar 25.90% pada tahun 2015 ke 2016. PT Energi Mega Persada Tbk mengalami peningkatan laba bersih yang cukup baik pada tahun 2012 ke 2013 sebesar 528.95%, kemudian mengalami penurunan laba bersih yang cukup signifikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 yaitu sebesar 89.87%, 1,737.50%, dan 53.60%, sedangkan untuk total hutang perusahaan mengalami penurunan meskipun sempat meningkat sebesar 3.55% pada tahun 2012 ke 2013. PT Surya Esa Perkasa mengalami peningkatan laba bersih sebesar 141.24% pada tahun 2012 ke 2013 dan di tahun-tahun berikutnya terus mengalami

(7)

perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2012 ke 2013 sebesar 9.80% dan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun berikutnya. PT Radiant Utama Interinsco Tbk mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2012 ke 2013 sebesar 71.97% dan kemudian terjadi peningkatan sebesar 585.47% pada tahun 2013 ke 2014, dan mengalami penurunan sebesar 25.89% dan 36.85% dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan total hutang perusahaan sebesar 28.81% dan meningkat pada tahun 2013 ke 2014 sebesar 44.19% dan mengalami penurunan sebesar 21.82% dan 17.78% dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dan penurunan laba bersih dan total hutang perusahaan pada sub sektor minyak dan gas bumi. Apabila terus mengalami penurunan laba maka dampak yang akan ditimbulkan adalah adanya kemungkinan perusahaan untuk mengalami financial distress yang pada akhirnya berujung kepada kebangkrutan. Hal ini berlaku juga untuk total hutang perusahaan yang semakin meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan laba maka dapat membuat perusahaan memiliki risiko untuk mengalami kebangkrutan.

Oleh sebab itu untuk mencegah dan mengatasi terjadinya financial distress

dalam perusahaan, maka perlu dilakukan analisis untuk mengukur dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam melakukan analisis kebangkrutan ini juga diperlukan alat analisis yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, seperti model Altman Z-Score yang banyak digunakan oleh banyak peneliti dalam mengukur tingkat kebangkrutan perusahaan. Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menjelaskan bahwa model Altman Z-Score ini dikembangkan oleh seorang profesor dan ekonom dari New York University's Stern School of Business

(8)

kebangkrutan perusahaan, tetapi tidak mengurangi popularitasnya untuk menjadi alat dalam analisis kebangkrutan [ CITATION Sud10 \l 1033 ].

Berdasarakan penjelasan dan uraian di atas maka masih diperlukannya penelitian yang lebih lanjut mengenai memprediksi dan menganalisis financial distress pada perusahaan sektor minyak dan gas bumi, melihat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sektor ini ternyata masih mengalami penurunan dan peningkatan yang buruk. Analisis ini perlu dilakukan sehingga dapat menemukan jalan untuk mencegah permasalahan kebangkrutan terjadi, melakukan prediksi kebangkrutan dan mengatasi kebangkrutan itu.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "ANALISIS FINANCIAL DISTRESS MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU YANG BERADA PADA SEKTOR PERTAMBANGAN (MINE SECTOR) SUB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2016."

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana model Altman Z-Score dapat memprediksi financial distress

pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

2. Bagaimana nilai dari rasio Working Capital to Total Asset, Retained Earning to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets yang menjadi 5 rasio yang terdapat pada model Altman Z-Score?

(9)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dilakukan adalah dengan maksud untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan informasi yang telah dihasilkan melalui analisis model Altman Z-Score terhadap perusahaan minyak dan gas bumi sehingga dapat digunakan untuk memprediksi financial distress dalam sektor minyak dan gas bumi dan membantu untuk mencegah terjadinya kemungkinan kondisi kebangkrutan pada sektor tersebut.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana model Altman Z-Score dapat memprediksi

financial distress pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

2. Untuk mengetahui bagaimana nilai dari rasio Working Capital to Total Asset, Retained Earning to Total Assets, Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets yang digunakan untuk menganalisis menggunakan model Altman Z-Score.

3. Untuk mengetahui apakah perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 termasuk di dalam kategori

safe zone (tidak bangkrut), gray zone (abu-abu), atau distress zone

(bangkrut).

1.4 Kegunaan Penelitian

(10)

untuk menganalisis. Kegunaan penelitian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu manfaat dari segi teori dan segi praktis.

1.4.1 Manfaat Teori

Kegunaan penelitian ini dari segi teori adalah sebagai berikut. 1. Bagi Penulis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis mengenai financial distress dan menjadi salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan dan gelar sarjana di bidang Akuntansi serta membantu penulis untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini.

2. Bagi Universitas Advent Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah dan melengkapi ilmu pengetahuan di perpustakaan Universitas Advent Indonesia.

3. Bagi Perusahaan

Diharapkan melalui penelitian ini perusahaan yang bergerak dalam sektor minyak dan gas bumi lebih memperhatikan kinerja keuangan perusahaan agar terhindar dari kondisi financial distress.

4. Bagi Penelitian selanjutnya

Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi referensi untuk peneliti-peneliti berikutnya yang ingin mengadakan penelitian lanjutan mengenai analisis financial distress dengan menggunakan model Altman Z-Score.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis maka kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Investor

(11)

2. Bagi Kreditur

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kreditur gambaran dan pertimbangan ketika ingin memberikan dana pinjaman bagi perusahaan yang ingin menjalankan usahanya agar lebih berhati-hati.

1.5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah 1.5.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian oleh penulis ini adalah sub sektor minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 yang diakses melalui www.idx.co.id. Adapun waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis dimulai pada bulan Agustus 2017 hingga bulan September 2017.

1.5.2 Pembatasan Masalah

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Produksi dan Konsumsi Minyak dan Gas Bumi
Tabel 1.2 Total Laba Bersih dan Total Hutang Perusahaan Minyak dan Gas

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengetahui nilai IG suatu makanan diantaranya adalah penderita diabetes melitus dapat memilih makanan yang tidak akan menaikan kadar

Pinangan atau lamaran seorang laki-laki kepada seorang perempuan baik dengan ucapan langsung maupun secara tertulis, meminang perempuan sebaiknya dengan sindiran dalam

Bentuk dan ukuran lokasi area penelitian ini selanjutnya membentuk bujur sangkar yang biasanya disebut dengan satu klaster. Pada setiap unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas

Pada kenyataanya dari kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal tanggal 2 sampai 7 Juni 2014, menunjukkan bahwa banyak permasalahan-permasalahan dalam

Analisis Penilaian Financial Distress Menggunakan Model Altman (Z-Score) Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015.. Jurnal Akuntansi,

Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 893.8/199.3/ SK/Badiklatda , tanggal 4 Pebruari 2015, tentang Tata Tertib Penyelenggaraan Bagi Peserta Pendidikan dan Pelatihan

Data ini diproses dengan metode-metode tertentu dan akan menghasilkan output yang berupa informasi yang dihasilkan dapat berupa laporan atau report maupun solusi dari proses yang

Analisis Penilaian Financial Distress Menggunakan Model Altman (Z-Score) Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015, Jurnal