• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah OGR Pneumonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah OGR Pneumonia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH OBAT GANGGUAN RESPIRASI

PNEUMONIA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Obat Gangguan Kardiovaskular

dan Respirasi

Disusun oleh:

Ruzicka Ilma Faradisi

1506767012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah Obat Gangguan Kardiovaskular dan Respirasi dengan materi “pneumonia” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian makalah ini, tentunya penulis menghadapi beberapa kendala, namun penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Fadlina Chany Saputri, M.Si., Apt. dan Nuriza Ulul Azmi, M.Sc., Apt. selaku dosen mata kuliah Obat Gangguan Kardiovaskular dan Respirasi yang telah memberikan masukan dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam segi isi maupun penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Depok, Mei 2018

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Tinjauan Saluran Pernafasan ... 3

2.2 Definisi Pneumonia ... 3

2.3 Klasifikasi Pneumonia ... 4

2.4 Etiologi Pneumonia ... 6

2.5 Patofisiologi Pneumonia ... 6

2.6 Manifestasi Klinik Pneumonia ... 9

2.7 Komplikasi Pneumonia ... 10

2.8 Prognosis Pneumonia ... 11

2.9 Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia ... 11

2.10 Tujuan, Strategi, dan Tatalaksana Terapi ... 12

2.11 Monitoring Terapi ... 20

2.12 Algoritme Terapi ... 20

2.13 Pencegahan Pneumonia ... 21

BAB III PENUTUP ... 23

3.1 Kesimpulan ... 23

3.2 Saran ... 23

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

(5)

iv

DAFTAR TABEL

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bawah yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang).

Infeksi saluran napas bawah ini masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.

Berdasarkan data WHO dan UNICEF dalam buku “Pneumonia The Forgotten Killer of Diseases”, penyebab utama pneumonia 50% adalah bakteri Streptococcus pneumoniae (bakteri pneumokokus), 20% disebabkan oleh Haemophillus influenzae type B (Hib), sisanya adalah virus dan penyebab lainnya. Hal ini juga dibuktikan oleh berbagai penelitian lain yang memperkuat bahwa kematian anak karena pneumonia disebabkan oleh dua bakteri Pneumokokus dan Hib, yang juga menjadi penyebab utama penyakit meningitis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Tinjauan Saluran Pernafasan? 2. Apakah Definisi Pneumonia?

(7)

2 7. Apa saja Komplikasi Pneumonia 8. Apa saja Prognosis Pneumonia

9. Bagaimanakah Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia 10.Apa saja Tujuan, Strategi, dan Tatalaksana Terapi 11.Bagaimanakah Monitoring Terapi Pneumonia 12.Bagaimanakah Algoritme Terapi Pneumonia 13.Bagaimanakah Pencegahan Pneumonia

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Tinjauan Saluran Pernafasan 2. Mengetahui Definisi Pneumonia

3. Mengetahui Klasifikasi Pneumonia 4. Mengetahui Etiologi Pneumonia 5. Mengetahui Patofisiologi Pneumonia 6. Mengetahui Manifestasi Klinik Pneumonia 7. Mengetahui Komplikasi Pneumonia

8. Mengetahui Prognosis Pneumonia

9. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia 10.Mengetahui Tujuan, Strategi, dan Tatalaksana Terapi 11.Mengetahui Monitoring Terapi Pneumonia

(8)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Saluran Pernafasan

Pernafasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi.

Sistem pernafasan terdiri dari dua bagian yaitu sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan bagian atas berfungsi pada saat udara masuk ke tubuh dilakukan penyesuaian suhu dengan suhu tubuh, disaring, dan dilembabkan. Sedangkan sistem pernafasan bagian bawah berfungsi untuk menghantarkan udara yang masuk dari sistem pernafasan bagian atas ke alveolus.

Gambar 1. Sistem Pernafasan Manusia

2.2 Definisi Pneumonia

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru

yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).

Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak

(9)

non-4

mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan

lain-lain) disebut pneumonitis.

Gambar 2. Paru dengan Pneumonia

2.3 Klasifikasi Pneumonia

1. Berdasarkan klinis dan epideologis:

a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat. Pneumonia komuniti ini merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan angka kematian tinggi di dunia. Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komuniti banyak disebabkan bakteri gram positif dan dapat pula bakteri atipik.

b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)

Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.

c. Pneumonia aspirasi

(10)

5

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang bersal dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.

d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

Penderita immunocompromised seperti penderita Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) seringkali mendapatkan infeksi

oportunistik yang disebabkan karena penurunan imunitas. Salah satunya adalah Pneumocystis pneumonia (PCP) yang merupakan penyakit oportunistik pada infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Infeksi pneumonia ini disebabkan oleh jamur Pneumocystis

jiroveci.

2. Berdasarkan mikroorganisme penyebab: a. Pneumonia bakterial / tipikal.

Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.

b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia.

c. Pneumonia virus

d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder.

Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

3. Berdasarkan predileksi infeksi a. Pneumonia lobaris.

Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya: pada aspirasi benda asing atau proses keganasan

b. Bronkopneumonia.

(11)

6 c. Pneumonia interstisial

2.4 Etiologi Pneumonia

Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam etiologi meliputi infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, parasit). Penyebab paling sering pneumonia adalah bakteri dan virus. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit. Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa disebabkan oleh hal lain (non infeksi) misalnya bahan kimia atau benda asing yang teraspirasi, seperti: a. Pneumonia Lipid: Disebabkan karena aspirasi minyak mineral.

b. Pneumonia Kimiawi: Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti berillium.

d. Ekstrinsik alergik alveolitis: Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula.

e. Pneumonia karena obat Nitofurantoin, busulfan, metotreksat. f. Pneumonia karena radiasi

2.5 Patofisiologi Pneumonia

Pada keadaan sehat, pada paru-paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru-paru. Terdapatnya mikroorganisme di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya penyakit. Resiko infeksi di paru-paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran nafas. Masuknya mikroorganisme ke saluran nafas dan paru-paru dapat melalui berbagai cara, yaitu inhalasi (penghirupan) mikroorgnisme dari udara yang tercemar, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring, penyebaran melalui pembuluh darah dari infeksi di organ tubuh yang lain, migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

(12)

7

Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru-paru. Sel darah putih, sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru-paru, banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu. Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri. Untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influenza, virus syccytial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV).

b. Bakteri

(13)

8

mereka juga melepaskan sitokin, menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil dan mual umumnya pada pneumonia yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrofil, bakteri dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.

Bakteri sering berjalan dari paru-paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumonia yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif dan bakteri

atipikal. Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif”

merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram. Istilah

“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi

orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumonia yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.

Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut ”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumonia pada segala usia kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia

lebih jarang daripada bakteri gram negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas

(14)

9

Chlamydophila pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, dan Legionella pneumophila.

c. Fungi

Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri. Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan

Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling sering ditemukan pada

lembah sungai Missisipi dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.

d. Parasit

Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan. Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru, biasanya melalui darah. Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain, kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen. Salah satu tipe dari sel darah putih, eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit. Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit. Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii, Strongioides stercoralis dan Ascariasis.

2.6 Manifestasi Klinik Pneumonia

(15)

10

akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan. Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah,sakit kepala,atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Pasien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi, peningkatan suhu tubuh dan menggigil. Selain itu pasien mengalami peningkatan frekuensi pernafasan, sesak nafas yang ditandai dengan dinding dada bawah tertarik kedalam atau nafas cepat 40-50 kali/per menit, nyeri dada seperti pada pleuritis, nyeri tajam atau seperti ditusuk, tanda konsolidasi paru (pekak pada perkusi, peningkatan fremitus, esofonia, suara nafas bronkhial dan ronkhi).

Gejala-gejala umum yang biasa ditemukan pada kondisi pneumonia seperti batuk produktif, demam yang disertai menggigil bergetar, sulit bernapas, nyeri dada yang tajam atau menghunjam selama menarik napas dalam-dalam, dan peningkatan laju respirasi. Tanda-tanda dan gejala khusus pada anak-anak balita yaitu demam, batuk, dan napas yang cepat atau sulit.

Tanda-tanda dan gejala yang lebih parah meliputi: kulit biru, rasa haus berkurang, konvulsi, muntah-muntah yang menetap, suhu ekstrim, atau penurunan tingkat kesadaran.

2.7 Komplikasi Pneumonia

Pneumonia bisa disembuhkan. Namun terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko mengalami komplikasi, seperti lansia dan balita. Sejumlah komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

• Infeksi darah. Kondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah berpotensi menyebabkan terjadinya gagal organ.

• Abses paru atau lubang bernanah yang tumbuh di jaringan paru-paru. Abses umumnya dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga membutuhkan prosedur operasi untuk membuang nanahnya.

(16)

11

2.8 Prognosis Pneumonia

Semua orang bisa terserang penyakit ini. Tetapi, pneumonia umumnya ditemukan dan berpotensi untuk bertambah parah pada:

• Bayi serta anak-anak di bawah usia 2 tahun • Lansia di atas 65 tahun

• Perokok

• Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, misalnya pengidap HIV atau orang yang sedang menjalani kemoterapi

• Pengidap penyakit kronis, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

• Pasien di rumah sakit, terutama yang menggunakan ventilator.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia

1. Gambaran Klinis a. Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.

b. Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

2. Pemeriksaan Penunjang a. Gambaran radiologis

(17)

12

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. b. Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

2.10 Tujuan, Strategi, dan Tatalaksana Terapi 2.10.1. Tujuan Terapi

1. Menghilangkan organisme pengganggu dengan pemilihan antibiotik yang sesuai. Pemilihan antibiotik yang tepat dan lengkap sebagai tujuan terapi untuk pneumonia.

2. Meminimalisir morbiditas.

3. Meminimalisir obat-obat yang dapat mengganggu disfungsinya organ ginjal,paru, dan hati.

4. Kasus radang virus pneumoni yang self limiting, dari antivirus influenza pneumonia (amantadine atau rimatadine) pemulihan dapat dipercepat.

5. Terapi dengan biaya yang hemat.

6. Penggunaan obat secara oral atau parenteral jika dimungkinkan. 7. Mendorong untuk lebih perawatan jalan daripada rawat inap.

(18)

13

Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen.

a. Terapi antibiotika awal: menggunakan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organism, karena hasil mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan sensitivitas antibiotika.

b. Tindakan suportif: meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 < 90%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasive (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi dan bronkoskopi membantu bersihan sputum.

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu penyakit yang berat dapat mengancam jiwa dan bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.

2.10.3. Tatalaksana Terapi

Pengobatan pada pneumonia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Terapi Non Farmakologi

(19)

14

dengan nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.

b. Bronkhodilator pada pasien dengan tanda bronkhospasme. c. Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum. d. Hidrasi yang cukup

e. Nutrisi yang memadai

f. Hindari merokok, karena asap rokok (aktif maupun pasif) dapat menimbulkan bronkokontriksi dan memperburuk pernapasan

g. Kontrol pola hidup sehat seperti menghindari kegemukan dan lakukan kegiatan fisik (senam asma).

2. Terapi Farmakologi

Awalnya penggunaan antibiotik empiris spektrum luas yang relatif efektif terhadap bakteri patogen setelah sesuai kultur dan spesimen untuk evaluasi laboratorium telah diperoleh. Beberapa faktor yang membantu untuk mendefinisikan potensial patogen yang terlibat termasuk usia pasien, riwayat sebelum dan saat pengobatan, penyakit yang mendasari, fungsi organ utama, dan kehadiran status klinis. Faktor-faktor ini harus dievaluasi untuk memilih ketepatan dan keefektifan rejimen empiris,antibiotik serta rute yang paling tepat untuk pemberian obat (oral atau parenteral).

(20)

15

a. Antibiotika pada Pneumonia i. Golongan Betalaktam

• Sefalosporin

Sefalosporin memiliki aktivitas antimikroba yang luas dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel mikroba, yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman positif maupun Gram-negatif, tetapi spektrum antimikroba masing-masing derivat bervariasi. Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya, yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatanyya. Dewasa ini sefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi keempat.

o Sefalosporin generasi pertama

(21)

16

Mikroba yang resisten antara lain S. aureus resisten metisilin (MRSA), S. epidermis dan S. faecalis. Sefaleksin, sefradin, dan sefadroksil aktif pada pemberian per oral.

o Sefalosporin generasi kedua

Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Misalnya H. influenzae, P. mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Sebagian senyawa juga aktif terhadap kelompok B. Fragilis. Sefalosporin generasi ini kurang aktif

terhadap bakteri gram positif, terlebih pada Enterococcus atau Pseudomonas aeruginosa. Kelompok ini antara lain: sefprozil, sefaklor, sefamandol, sefoksitin, sefotetan, sefmetazol, dan sefuroksim. Sefoktisin aktif terhadap kuman anaerob. Golongan ini yang biasa digunakan pada pengobatan pneumonia adalah sefuroksim dengan dosis 500 mg tiap 12 jam selama 7 hari, 750-1,5g IV tiap 12 jam (AHFS) dan sefprozil dengan dosis 250-500 mg tiap 12 jam selama 10 hari..

o Sefalosporin generasi ketiga

(22)

17

untuk mencapai sistem saraf pusat dan cairan spinal dengan konsentrasi yang cukup. Kelompok ini antara lain: sefoperazon, sefotaksim, seftriakson, seftazidim, sefiksim, sefotiam, sefpodoksim dan seftributen. Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosporin yang lain, sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P. Aeruginosa. Antibiotika golongan ini yang biasa digunakan pada pengobatan pneumonia adalah sefpodoksim, seftriakson dan sefotaksim. Dosis sefotaksim 1g IV tiap 6-8 jam. Dosis seftriakson 1g IV tiap 12 jam. Dosis sefpodoksim 200 mg tiap 12 jam selama 10 sampai 14 hari.

o Sefalosporin generasi keempat

Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim) mempunyai spektrum aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase. Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga • Penisilin

(23)

18

terapi pneumonia komunitas adalah amoksisilin. Dosis dewasa untuk amoksisilin yaitu 500mg setiap 8 jam atau 875 mg tiap 12 jam (AHFS).

ii. Golongan Kuinolon

Kuinolon baru (gatifloksasin, moksifloksasin, gemifloksasin dan levofloksasin) mempunyai daya antibakteri yang cukup baik terhadap kuman gram positif, gram negatif, dan kuman atipik penyebab infeksi saluran nafas bawah. Uji klinik menunjukkan bahwa kuinolon baru ini efektif untuk community acquired pneumonia. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat

berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gramnegatif infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lomefloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktivitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparat parenteral yang memungkinkan penggunaannya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.

(24)

19

pneumoniae, atau Mycoplasma pneumoniae. Ketika digunakan dalam rejimen empiris untuk pengobatan pneumonia komuniti, Infectious Diseases Society of America (IDSA) dan American Thoracic Society (ATS) merekomendasikan levofloksasin yang diberikan dalam dosis 750 mg sekali sehari. Untuk pengobatan pneumonia nosokomial pada orang dewasa, dosis biasa levofloksasin 750 mg sekali sehari selama 7-14 hari. Dosis moksifloksasin 400 mg per hari selama 7-14 hari. Dosis gemifloksasin 320 mg per hari selama 7 hari. iii. Golongan Makrolida

(25)

20

Tabel 2. Dosis Antibiotik untuk Terapi Bakteri Pneumonia

2.11 Monitoring Terapi Pneumonia

Setelah dilakukan terapi, parameter klinis tetap harus di monitor untuk memastikan kemanjuran dan keamanan regimen terapi. Pada pasien pneumonia ringan sampai berat harus dilakukan pemantauan mengenai waktu resolusi batuk, produksi sputum, demam serta gejala- gejala konstitusional lainnya seperti mual, muntah, dan kelesuan. Pada pasien pneumonia nosokomial parameter tambahan pelu dilakukan yaitu WBC dan anallisa gas darah. Selanjutnya, kemungkinan perlunya terapi antijamur (amfoterisin B) harus dipertimbangkan. Beberapa resolusi gejala harus diamati dalam waktu 2 hari mulai terapi antibiotik yang tepat, dengan resolusi lengkap di harapkan dalam waktu 10 sampai 14 hari.

(26)

21

Gambar 3. Algoritma Terapi Pneumonia

2.13 Pencegahan Pneumonia

Pencegahan pneumonia dapat kita lakukan dengan langkah-langkah

sederhana. Beberapa di antaranya adalah:

• Menjalani vaksinasi. Vaksin merupakan langkah penting agar kita

(27)

22

vaksin pencegah pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan

anak-anak.

• Menjaga agar sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Misalnya dengan teratur

berolahraga, cukup istirahat, serta menerapkan pola makan yang sehat dan

seimbang.

• Menjaga kebersihan agar terhindari dari penyebaran virus, seperti sering

mencuci tangan.

• Jangan merokok karena asap rokok dapat merusak paru-paru sehingga lebih mudah terinfeksi.

• Hindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan

berkepanjangan. Kebiasaan ini juga akan menurunkan daya tahan

paru-paru Anda sehingga Anda lebih rentan terkena pneumonia beserta

(28)

23

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Gejala

penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara

mendadak.

3.2 Saran

(29)

24

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: EGC. Elizabeth J. Corwin R. 2001. Handbook of Pathophysiology. Jakarta: EGC. Hartanto H. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit:Edisi 6,

volume 2. Jakarta: EGC.

Irman Somantri. 2009. Gangguan Pada Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC. Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Jakarta: Erlangga Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Price Anderson Sylvia and Milson Mc Carty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Sistem Pernafasan Manusia
Gambar 2. Paru dengan Pneumonia
Tabel 2. Dosis Antibiotik untuk Terapi Bakteri Pneumonia
Gambar 3. Algoritma Terapi Pneumonia

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penulis dalam pendekatan yang di gunakan adalah melalui pendekatan empirik yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk menemukan fakta yang sebenarnya yang terjadi, untuk

• Bilangan yang mengisi field type (lihat halaman 7) selalu lebih besar dari 1518 • Panjang maksimum frame Ethernet adalah 1518 bytesY.  Bila isi field type/length merupakan

Kamus Akuntansi merupakan Salah satu karnus yang di perlukan oleh masyarakat, kamus istilah akuntansi yang saat ini banyak beredar dalam bentuk buku, namun banyak

Dari hasil analisis zonasi kawasan kota pusaka tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang yaitu faktor

Alhamdulillahirrabbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) VARIETAS DEWATA DALAM POLYBAG PADA BERBAGAI POPULASI DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM. THE GROWTH AND YIELD OF DEWATA

Kemampuan kalus membentuk embrio dalam jumlah terbanyak diperoleh pada perlakuan dosis 50 Gray, demikian pula jumlah bakal tunas terbanyak yang dihasilkan dari perkecambahan

Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam melakukan interaksi dengan sesama- nya. Di dalam dunia usaha komunikasi memiliki peranan yang sangat penting.