• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Ruang Terbuka dengan Konsep O

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengolahan Ruang Terbuka dengan Konsep O"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengolahan Ruang Terbuka dengan Konsep Open

Mall pada Kawasan Komersial Paris Van Java

Dewi Parliana Barr Barani. N Pratya Aprilana

dpar@itenas.ac.id

ABSTRAK

Sebuah kota memiliki elemen-elemen fisik yang membentuk kota tersebut, sehingga sebuah kota dapat dianalisa dari sisi kualitas menurut elemen-elemen tersebut. Elemen-elemen tersebut di kemukakan oleh Hamid Shirvani pada bukunya "The Urban Design Process" pada tahun 1985, tertulis bahwa sebuah kota memiliki delapan elemen pembentuk yaitu tata guna lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, signage, pendukung aktifitas, dan preservasi. Kota Bandung, sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat dituntut untuk memiliki kualitas yang baik pada kedelapan elemen tersebut. Salah satu contoh kawasan di Kota Bandung yang memperhatikan elemen-elemen tersebut adalah kawasan komersial Paris Van

Java. Kawasan Paris Van Java sangat memperhatikan delapan elemen pembentuk unsur kota karena memiliki konsep ruang terbuka, sehingga kualitas elemen-elemen tersebut sangat perlu untuk diperhatikan. Selain itu Paris Van Java ingin membawa masuk suasana berbelanja di kota Paris kedalam sebuah kawasan perbelanjaan. Dengan konsep seperti yang terjabarkan diatas maka kualitas kedelapan elemen pembentuk kota tersebut harus diperhatikan dengan baik. Dalam Studi ini, kami akan menggunakan metode analisa kualitatif untuk mengkaji empat dari delapan elemen fisik pembentuk kota tersebut. Empat elemen tersebut adalah ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, jalur pedestrian dan pendukung aktifitas. Dari metode ini dihasilkan kualitas dari elemen tersebut berdasarkan teori-teori maupun standar-standar yang ada, dan didapat kesimpulan bahwa sebagian besar dari empat elemen tersebut di olah dengan sangat baik dan nyaman untuk digunakan, tetapi beberapa diantaranya justru tidak memenuhi standar yang telah tertulis. Secara keseluruhan Paris Van Java memiliki kualitas yang baik dalam skala perancangan arsitektur kota. Kata kunci: Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Pedestrian.

ABSTRACT

A city has the physical elements that make up the city, so a city can be analyzed in term of quality according to these elements. This city elements are pointed out by Hamid Shirvani in his book " The Urban Design Process" in 1985, that the city has eight elements including land use, building form and massing, circulation and parking, open space, pedestrian ways, signage, activity support, and preservation. Bandung, the capital of West Ja va demanded to have a good quality in these eight elements. For examples, area which pays attention to these elements is the commercial

area of Paris Van Java. Paris Van Java which really pay attention to the eight of the city forming elements because the concept is open space, so the quality of that elements really needs to be addresses. In addition, Paris Van Java wants to bring the atmosphere of shopping in the city of Paris into a shopping area. With a concept like that span so the quality of those eight elements of city forming should be considered properly. In this study, we will use the method of qualitative analysis to four of eight physical elements forming the city. Four of these elements are an open space, circulation and parking, pedestrian ways, and activity support. From this method will produced the quality of that elements based on the theory or standa rd that exist, and conclude that most of those element are though with very good and comfortable to use, but some elements are not equal to the standard that have been written. But, as a whole Paris Van Java has a good quality in scale of urban design.

(2)

I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi di daerah perkotaan membutuhkan sarana dan infrastruktur yang memadai untuk mewadahi kegiatan – kegiatan perekonomian. Perkembangan ini juga turut mengubah pola hidup dan kebiasaan masyarakatnya. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, berakibat berkurangnya lahan terbuka untuk publik karena lahan yang sudah ada dioptimalkan untuk area pemukiman. Ruang terbuka publik seperti taman kota dan alun - alun di kota Bandung, saat ini menjadi tempat berkumpulnya masyarakat kelas tertentu. Hal ini menyebabkan kelompok masyarakat yang lainnya enggan untuk mengadakan kegiatan di tempat tersebut. Adapun fungsi ruang publik menurut Jan Gehl adalah tempat untuk bertemu, berdagang dan lalu lintas. Dan ruang – ruang publik yang masih ada saat ini di kota Bandung sebagian besar tidak sesuai dengan fungsi tersebut.

Pergeseran pola hidup masyarakatnya juga menyebabkan pergeseran pencitraan akan ruang publik. Jika dulu masyarakat kota Bandung berkumpul dan bersosialisasi di taman kota atau alun – alun kota, saat ini kegiatan tersebut dilakukan di coffee house (warung kopi kelas menengah keatas) atau di rumah makan/restoran dan kafe karena dirasa lebih aman dan nyaman jika dibandingkan dengan berada di taman kota atau alun - alun. Keadaan tersebut memberikan peluang bisnis bagi para investor untuk mendirikan pusat – pusat perbelanjaan yang menyediakan fasilitas berkumpul tersebut.

Peluang bisnis bagi investor untuk mewadahi pergeseran pola hidup yang terjadi cenderung menanamkan dana untuk membangun pusat perbelanjaan. Jika dibandingkan dengan menginvestasikan dana untuk sebuah ruang terbuka publik, membangun pusat perbelanjaan akan lebih menguntungkan investor.

Elemen-Elemen Pembentuk Fisik Kota menurut Hamid Shirvani terdiri dari land use, building form and massing, circulation and parking, open space, pedestrian ways, activity support, signage, preservation. Sedangkan penelitian ini mengkaji hanya ruang terbuka yang terdiri dari open space, circulation and parking, pedestraian ways, dan activity support saja.

Circulation and parking terjadi karena pergerakan berbagai kendaraan yang ditimbulkan oleh kegiatan fungsional kota, pergerakan kendaraan tersebut membutuhkan prasarana fisik yaitu jalan, sedangkan tempat pemberhentian kendaraan membutuhkan ruang parkir. Elemen perpakiran mempunyai dua pengaruh langsung pada kualitas lingkungan: (1) kelangsungan hidup aktivitas pusat komersial kota(dimana perpakiran sangat esensial) dan (2) pengaruh besar dalam

visualisasi pada bentuk fisik dan struktur kota. Ketentuan parkir yang memadai disertai efek-efek

visual sangat esensial pada keberhasilan “urban design”.

Open Space atau Ruang terbuka kota adalah ruang diantara bangunan yang mewadahi berbagai aktivitas sosial, budaya, politik, ekonomi kota, ruang terbuka kota memberi makna pada visual dan kepribadian kota. Menurut sifatnya ruang terbuka kota dapat dibagi menjadi hard space dan soft space, menurut jenisnya terbagi menjadi park, plaza, taman, jalur hijau dll.

Pedestrian Ways merupakan wadah kegiatan fungsional kota yang disebabkan adanya pergerakan manusia yang membutuhkan jalan untuk sirkulasi, dan pergerakan manusia dalam melakukan berbagai aktifitas diantaranya: shopping, menuju ke/pergi dari bangunan,dll. Ada tiga hal pokok penting yang perlu diperhatikan

pada pedestrian yaitu: “functions dan needs,

psychological comfort dan physical comfort. Activity Support: Kegiatan fungsional yang bangkitan pergerakan manusianya sangat tinggi perlu activity support, activity support dibutuhkan manusia untuk penunjang aktivitas fungsionil di kota seperti pada kawasan superblock yang bebas kendaraan, fungsi activity support itu adalah untuk: shopping, eating, watching, resting, going to and from work.

2. METODOLOGI

Untuk mempelajari perubahan kawasan dipakai

pendekatan studi a.) tipologi morfologi, yaitu

metoda yang mengamati fisik kota yang mengalami perubahan karena pembangunan jalan baru b) Kota diamati dan dipandang dari sudut arsitektur yaitu mempelajari fenomena perubahan artefak dan ruang c) Dalam mengamati perubahan struktur kawasan dapat digunakan pendekatan teori figure ground, linkage, dan place.

Metodologi penelitian yang dilakukan adalah dengan membaca fenomena yang terjadi di beberapa kasus bagian-bagian kota, khususnya pada transformasi kawasan-kawasan yang terdapat pembangunan baru. Karena penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberi penjelasan (explanatory), maka cara yang diambil dalam penelitian ini melalui penalaran induktif, yaitu memperoleh kesimpulan-kesimpulan umum dari sejumlah kasus tunggal.

(3)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada faktanya kebutuhan akan ruang publik hijau maupun non hijau tertulis pada UU sebagai peraturan negara. Selain itu ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial, ekonomi, etnik, tingkat pendidikan, perbedaan umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan Oleh karena itu jelas ruang publik pada kota yang memenuhi kriteria elemen pembentuk kota yang baik sangat di butuhkan, hanya saja para investor tentu menginginkan keuntungan yang cepat dan besar.

Permasalahan diatas menuntut masyarakat khususnya investor, perancang, developer, dan pembangun untuk mengeluarkan solusi yang baru. Salah satu solusi tersebut adalah menggabungkan fasilitas komersil dengan fasilitas publik, hal ini dapat dilihat dari maraknya pembangunan mall di kota Bandung yang mengedepankan konsep ruang terbuka publik. Salah satunya adalah Paris Van Java di Jl. Sukajadi No 137-139 Bandung.

Keberadaan kawasan mall Paris Van Java ini memberikan peran sebagai ruang publik kota Bandung, kawasan ini berada dalam satu kawasan seluas 4700m2 yang terdiri dari tiga buah massa

bangunan dengan bangunan utamanya berkonsep memasukan ruang luar ke dalam bangunan. Perilaku masyarakat yang senang berkumpul diwadahi dengan perancangan elemen-elemen urban design yang baik dan tersedianya fasilitas – fasilitas pendukung untuk sebuah ruang publik yang menarik dan layak digunakan.

Permasalahan ini kami anggap pantas untuk di angkat dari sudut pandang urban design tentang olahan ruang terbuka publik., yang meliputi desain ruang terbuka, alur sirkulasi dan parkir, pedestrian, dan aktivitas pendukung. Salah satu bangunan di Barat. Kecamatan Sukajadi terdiri dari 5 kelurahan (Pasteur, Cipedes, Sukabungah, Sukagalih, dan Sukawarna), yang terletak di jalur barat dari pintu Tol Pasteur. Oleh karena itu Sukajadi dapat dikatakan sebagai kawasan strategis yang memiliki fasilitas yang memadai karena dekat dengan pintu masuk kota Bandung dan tidak memiliki jarak terlalu jauh dari pusat kota (alun-alun).

Dengan potensi yang ada maka pemerintah kota Kota Bandung memiliki visi untuk kawasan Sukajadi, yaitu " Memantapkan kecamatan Sukajadi menjadi fasilitator dan motivator terdepan dalam pembangunan di kota Bandung." Hal ini di visulalisasikan dengan banyaknya home industri dan perdagangan yang terdapat di kecamatan Sukajadi. Sehingga lokasi berdirinya kawasan komersil Paris Van Java sangat tepat dibangun di jalan utama Sukajadi, sehingga aktivitas komersilnya dapat berjalan dengan baik.

Perkembangan yang terjadi di kecamatan Sukajadi, khusunya pada jalan Sukajadi terbilang cukup pesat. Tetapi dengan laju perkembangan yang pesat ini tidak diiringi dengan perhatian pemerintah yang konsisten pada kawasan ini, terutama tentang peraturan-peraturan yang membatasi area perdagangan. Hal seperti ini memberikan peluang kepada para pedagang untuk berdagang dimana saja, sehingga trotoar yang seharusnya menjadi fasilitas pejalan kakipun menjadi tempat berdagang.

Dengan dibukanya kawasan komersil Paris Van Java pada bulan Juli tahun 2006, respon penduduk kota Bandung menjadi meningkat untuk melakukan aktivitas di jalan Sukajadi sehingga kemacetanpun sudah tidak dapat dihindarkan lagi. Kawasan Paris Van Java mencoba beberapa alternatif untuk mengurangi efek kemacetan ini hanya saja tidak terlalu banyak pengaruhnya sehingga dilakukan kerja sama dengan pihak kepolisian sekitar agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar.

Pada bangunan utama di kawasan mall ini terdapat berbagai fasilitas yang disediakan, diantaranya fasilitas komersial seperti retail – retail tenant, fasilitas publik berupa ruang komunal, dan fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas servis.

(4)

menghasilkan ruang terbuka dan area parkir yang luas.

Suasana Paris Van Java yang sangat khas dapat dirasakan ketika malam hari karena arus lalu lintas yang sudah tidak terlalu mengakibatkan kebisingan ditambah dengan cahaya lampu yang sangat mendukung orang-orang untuk bersantai melepas lelah di retail-retail makanan maupun berkeliling untuk berbelanja.

Hal-hal yang memberikan suasana yang sangat nyaman inilah yang menjadikan Paris Van Java bukan hanya sebagai pusat belanja tapi juga daya tarik wisata kota Bandung. selain itu Paris Van Java juga biasanya menjadi tempat tujuan untuk mengadakan pentas musik atau pentas-pentas yang lainnya. Sehingga Paris Van Java akan terlihat hidup sepanjang hari.

Berdasarkan data – data fisik kawasan Paris Van Java mengenai elemen – elemen pembentuk fisik kota yang dijabarkan sebelumnya, maka selanjutnya dapat dilakukan analisa dengan membandingkan penataan elemen – elemen fisik kota yang terdapat di kawasan Paris Van Java dengan standar – standar yang telah dikeluarkan oleh beberapa orang ahli. Beberapa aspek yang menjadi permasalahan pada kawasan Paris Van Java sebagai pusat komersil dan tempat berkumpul masyarakat Bandung adalah yang berkaitan dengan kualitas perancangan arsitektur kota.

3.1 Ruang Terbuka

Dalam kawasan Paris Van Java ini, ruang terbuka yang ada dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu ruang terbuka dalam bangunan dan ruang terbuka luar bangunan.

Ruang terbuka yang terjadi di dalam site adalah pemanfaatan lahan yang digunakan sebagai area pameran produk. Ruang tersebut berada diantara retail tenant yang cukup luas. Selain sebagai area pameran produk di area tersebut juga sering diadakan acara lainnya. Perletakkan area terbuka diantara retail – retail juga dimaksudkan sebagai ruang transisi dari area sirkulasi yang berupa pedestrian yang merupakan zona semi publik menuju retail – retail tenant yang merupakan zona semi privat.

Pada kawasan Paris Van Java ini banyak terdapat area ruang terbuka diluar bangunan. Dengan konsepnya yang berupa open mall, Paris Van Java menyediakan 50 % lahannya atau sekitar 2000 m2 sebagai ruang terbuka. Ruang terbuka ini

terjadi akibat perletakan massa bangunan pada kawasan sehingga membentuk suatu penghubung antar massa bangunan pada kawasan Paris Van Java ini. Ruang terbuka yang berfungsi sebagai penghubung massa bangunan ini juga sebagian dimanfaatkan pula sebagai tempat retail – retail tenant.

Sebagai pusat dari linkage ini terdapat sebuah plaza yang juga merupakan titik pusat dari bangunan dan kawasan Paris Van Java tersebut. Plaza dengan nama La Puerta Valarta tersebut memiliki diameter 24 meter. Plaza ini berada tepat didepan pintu masuk utama yang berada di bagian tengah massa bangunan Paris Van Java.

Plaza ini berfungsi sebagai pengarah orientasi kearah dua massa pada sisi-sisi Paris Van Java. Pola lantai plaza ini didesain berbeda dari pola lantai yang lainnya, meski dengan material yang sama agar terjadi satu keselarasan. Bentuk pola lantai yang menyerupai bunga ini di desain agar pengguna merasakan suatu titik puncak saat berjalan-jalan di daerah ruang terbuka ini.

(5)

didekor ulang sehingga memiliki suasana yang tepat seperti hari besar yang sedang berlangsung. Hal seperti ini sangat baik dilakukan dan memenuhi salah satu aspek kenyaman yang berhubungan dengan estetika.

Selain plaza, Paris Van Java memiliki satu daerah untuk duduk santai dan mengadakan acara-acara santai yang biasa disebut kolam. Daerah ini sebenarnya memang direncanakan untuk kolam ikan besar pada daerah main entrance sebagai fungsi estetika. Hanya seiring dengan berjalannya waktu, ternyata fungsi daerah ini sebagai kolam ikan tidak maksimal, dengan banyak pertimbangan akhirnya kolam ikan tersebut tidak di fungsikan lagi dan fungsinya berubah menjadi daerah untuk bersantai dan bersosialisasi. Memang hal seperti ini bukan contoh yang baik dalam perencanaan, perubahan fungsi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika desain dipikirkan dengan matang sejak awal.

Terdapat pula ruang terbuka soft space pada rooftop yang berupa taman dengan vegetasi. Taman ini tertata cukup rapi dengan penanaman vegetasi yang cukup baik, hanya sangat disayangkan sekali

lokasi rung terbuka soft space ini tidak berada pada lokasi yang strategis. Ruang terbuka ini terletak pada daerah parkir rooftop sehingga yang melihat taman ini hanya pengunjung yang parkir di roof top atau pengunjung yang memang sudah tahu atas adanya taman ini.

Perletakan taman yang kurang strategis ini berdasarkan atas kebutuhan fungsi komersil, jadi taman ini tidak di ekspos karena memang untuk disewakan sebagai tempat untuk mengadakan garden party. Sehingga tidak dipersalahkan sebagai desain yang salah dikarenakan fungsi itu sendiri.

3.2 Sirkulasi dan Parkir

Paris Van Java menghadap ke arah jalan Sukajadi, sehingga pintu masuk utama kawasan tersebut ada pada jalan Sukajadi. Menurut Ching (1996) terdapat 3 jenis pencapaian yaitu langsung, tersamar, dan berputar. Pada kasus ini Paris Van Java menggunakan sistem pencapaian langsung, yang terdapat di Jl. Sukajadi dan Jl. Karang Tinggal.

Selanjutnya, pengendara akan menggunakan jalur sirkulasi kendaraan untuk mencari lahan parkir. Sistem layout parkir yang digunakan adalah sitem Grid. Secara garis besar sistem ini dapat berfungsi dengan baik, hanya saja terlihat monoton tetapi mudah diikuti.

(6)

Selain mobil kendaraan lainnya adalah sepeda motor, sepeda motor ini sendiri memiliki lahan parkir pada sebuah gedung parkir motor yang terletak di Jl.Sukajadi. Pada daerah ini penanda pintu masuk tidak cukup jelas sehingga terkadang sulit untuk menemukan pintu masuk ke gedung parkir sepeda motor ini. pintu masuk hanya

ditandai dengan signage tanpa pengolahan entrance secara arsitektural.

Pada lahan parkir sepeda motor standar dimensi parkir motor sudah memenuhi syarat. dengan panjang 2.25 m dan lebar 1 m sepeda motor dapat parkir dengan nyaman. Lebar jalur sikulasi gedung parkir sepeda motor ini sudah cukup baik, hanya perletakkan ramp yang kurang baik menjadikan pengendara sepeda motor harus berputar 180° saat akan menuruni ramp. Sirkulasi seperti ini sangat menyulitkan pengendara sehingga akan menggunakan bagian ramp untuk arus yang berlawanan.

(7)

parkir sepeda pada site menjadikan Paris Van Java membuat sebuah alat untuk memarkirkan sepeda yang dapat dipindah-pindah. Tempat untuk memarkirkan sepeda ini terletak tepat di depan pintu masuk utama sehingga kurang enak dilihat dan juga tidak aman. Hal seperti ini harus diperhatikan dalam mendesain, karena juga akan berpengaruh kepada kenyamanan pengunjung.

3.3 Jalur Pedestrian

Tidak hanya kendaraan, manusia sebagai pengguna bangunan ini perlu difasilitasi dengan baik, terutama pada saat di dalam bangunan. Beberapa kriteria sirkulasi pejalan kaki yang baik antara lain adalah: (a) mempertimbangkan aksesibilitas pengguna, (b) sedapat mungkin menghindari crossing antara sirkulasi manusia dan kendaraan, (c) penyediaan fasilitas pendukung pada jalur sirkulasi dan (d) dapat memberikan kenyamannan bagi pengguna baik dari segi material maupun kondisi jalur sirkulasi itu sendiri.

Secara keseluruhan pola pergerakan manusia yang ada pada massa kawasan Paris Van Java ini bersifat linier. Pola ini kemudian akan menyebar kepada bangunan pendukung, gedung parkir dan jalur sirkulasi luar bangunan yang bersifat ruang terbuka. Pada setiap lantai dan ruang terbuka terdapat jalur pejalan kaki yang menghubungakan antar sayap bangunan. Dengan demikian pola pergerakan pedetrian sesuai dengan pola massa bangunan Paris Van Java yang bersifat linier.

Jalur-jalur pedestrian yang ada pada tiap-tiap jalan akan saling berhubungan satu sama lain, sehingga akses ke setiap sudut kota akan mudah didapat dan dirasakan oleh para penggunanya (pejalan kaki). Oleh karena itu jalur pejalan kaki merupakan sebuah elemen dasar yang sangat penting bagi pembentuk kualitas fisik pada sebuah kawasan kota, oleh karena itu jalur pejalan kaki harus direncanakan secara matang agar nyaman digunakan oleh manusia.

Dimensi lebar dari pedestrian yang ideal menurut neufert adalah sekitar 1.50 m. Dengan lebar sebesar itu jalur pedestrian tersebut dapat digunakan untuk 2 orang sekaligus.

Pada Paris Van Java secara keseluruhan dapat dirasakan memiliki pedestrian yang baik, pedestrian yang terdapat pada Paris Van Java dapat memberikan kenyaman yang sangat baik bagi penggunanya. Dengan konsep ruang terbuka yang diterapkan pada kawasan komersil maka rencana pedestrian menjadi kelompok prioritas utama yang harus direncanakan pada kawasan ini.

Pada pedestrian di bagian depan kawasan ini jalur pedestrian dirancang kurang baik. Area vegetasi yang seharusnya menjadi pembatas antara pedestrian dan jalur kendaraan justru di letakan dibagian dalam pedestrian. Juga dimensi lebar pedestrian yang terlalu sempit menyebabkan banyak pejalan kaki yang justru berjalan di jalur untuk kendaraan. Hal ini dapat membahayakan pengguna pedestrian dan mengurangi kenyamanan pengguna kendaraan.

(8)

gunakan. Pedestrian tersebut memiliki lebar yang berbeda, ± 2.50 m dan 4.00 m. Dengan dimensi pedestrian yang cukup lebar tersebut membuat pengguna pedestrian tersebut dapat berjalan secara berkelompok sekaligus. Karena pedestrian di area plaza ini tidak bersebelahan dengan jalur kendaraan maka tidak diperlukan adanya vegetasi pembatas. Pedestrian tersebut juga sekaligus sebagai teras bagi retail – retail yang terdapat di sepanjang jalur sirkulasi. Juga berfungsi sebagai ruang transisi dari zona semi publik menuju area retail yang merupakan area semi privat.

3.4 Pendukung Aktifitas

Kawasan Paris Van Java sebagai pusat komersil yang fasilitas utamanya merupakan retail-retail kebutuhan hidup baik yang primer maupun sekunder, juga memiliki fasilitas fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas pendukung kegiatan ini berfungsi sebagai penunjang aktifitas berbelanja pada kawasan Paris Van Java, sehingga ada kegiatan lain yang dapat dilakukan selagi berbelanja.

Pendukung aktifitas menjadi sangat penting sebagai elemen pelengkap kebutuhan, agar dapat mengefisienkan waktu. Misalkan ketika berbelanja pada waktu makan siang, pengunjung dapat makan pada kawasan yang sama. Baiknya kualitas pendukung aktifitas dapat menambah nilai jual sebuah kawasan komersial seperti Paris Van Java.

Pendukung aktifitas yang mayoritas ada di Paris Van Java adalah retail-retail makan yang terletak sepanjang koridor bagian depan kawasan Paris Van Java. retail – retail tersebut juga menyediakan area makan berupa dek di setiap halaman depan retail. Selain itu pada parkiran mobil terdapat servis untuk poles mobil, sehingga ketika berbelanja mobil dapat dibersihkan ketika ditinggal. Hanya saja fasilitas ini tidak didukung oleh tempat yang baik, sehingga dirasa tidak nyaman untuk meninggalkan mobil di tempat ini.

Pada saat berbelanja seringkali pengunjung datang bersama keluarga, hanya saja rata-rata anak dibawah umur lebih senang bermain daripada ikut melihat-lihat atau berbelanja. Paris Van Java menyediakan fasilitas untuk bermain anak dibawah lima tahun maupun anak-anak diatas lima tahun. Pada retail untuk bermain balita pengunjung dapat menitipkan anaknya pada retail tersebut.

Pendukung aktifitas lainnya adalah ice skating, yang mulai menjadi daya tarik baru atas kawasan Paris Van Java. Desain atas ice skating ini sangat memadai dan cocok sekali di perjual belikan di kawasan Paris Van Java.

Secara keseluruhan activity support pada kawasan Paris Van Java terbilang lengkap dan sangat menunjang kegiatan berbelanja, salain itu juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dari kota Bandung maupun dari luar kota Bandung. Hanya sangat perlu diperhatikan tentang kualitas desain dan tempat dimana pendukung aktifitas itu berada.

4. KESIMPULAN 4.1 Ruang terbuka

Pengolahan ruang terbuka di Paris Van Java sudah cukup baik, dan dimensi yang digunakan mayoritas memenuhi teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Ruang terbuka pada kawasan Paris Van Java memilikii klasifikasi hard space dengan pola lantai yang cukup menarik, selain itu penggunaan skylight sangat mendukung suasana terbuka dan sangat baik untuk sirkulasi udara. Skylight pada kawasan Paris Van Java juga memiliki ketinggian yang baik sehingga ruang terasa benar-benar terbuka.

Hanya saja sebagai fasilitas publik untuk sebuah kota dirasa masih kurang dapat memfasilitasi mayoritas penduduk kota Bandung dari semua kelas. karena memang Paris Van Java merupakan kawasan komersil sehingga sangat sedikit fasilitas ruang terbuka yang dapat digunakan secara cuma-cuma seperti Street Furniture yang berupa bangku untuk bersantai.

4.2 Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi eksternal menuju Paris Van Java sudah di desain dengan baik, memang tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghindari kemacetan yang terjadi pada koridor jalan Sukajadi ini dikarenakan infra struktur yang kurang memadai, dan kurang tegasnya peraturan. Dengan dua buah pintu masuk Paris Van Java menghindari crossing kendaraan yang datang dari arah jalan Pasteur maupun menuju jalan Pasteur. Selain itu pihak Paris Van Java selalu melakukan koordinasi dengan kepolisian setempat saat ada acara tertentu sehingga dapat meminimalisir kemacetan.

(9)

nyaman, dengan sirkulasi yang terarah dengan baik dan penggunaan vegetasi yang baik pula. Dimensi parkir mobil memang memiliki kekurangan dari ukuran menurut standar tetapi masih nyaman digunakan dengan kendaraan di Indonesia. Sirkulasi sepeda motor yang memiliki gedung tersendiri dirasa tidak nyaman karena kurang baiknya perletakan ramp, sehingga menyulitkan pengendara sepeda motor. Dimensi parkir sepeda motor dan layout parkir sepeda motor terencana dengan sangat baik dan sesuai dengan standar. Parkir sepeda seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya terlihat kurang terencana, sehingga faktor keamanan dan kenyaman pengguna sepeda akan terganggu.

Penggunaan pedestrian pada kawasan Paris Van Java menjadi sangat vital mengingat konsep mall merupakan mall dengan ruang terbuka, sehingga pejalan kaki harus difasilitasi dengan pedestrian yang baik agar mendapat suasana nyaman yang maksimal.

4.3 Pedestrian

Pedestrian diluar Paris Van Java kurang terawat, sehingga banyak pecahan-pecahan yang mengganggu. Selain itu dimensi pedestrian luar kurang lebar untuk mendukung fasilitas perbelanjaan karena hanya dapat digunakan oleh 2 orang, sedangkan kebanyakan orang datang dengan berkelompok.

Berbeda dengan pedestrian bagian luar, pada bagian dalam kawasan Paris Van Java memiliki desain pedestrian yang sangat baik. Pola material yang digunakan sangat mendukung suasana dan mencapai konsep yang ingin mencoba membawa suasana kota Paris ke dalam sebuah mall di tengah kota. Dimensi yang digunakan cukup nyaman digunakan pada pusat perbelanjaan.

4.4 Pendukung aktifitas

Pendukung aktifitas pada Paris Van Java mall sangat baik, dengan adanya retail-retail makanan outdoor, bioskop, dan ruang duduk terbuka sangat mendukung aktifitas berbelanja pada Paris Van

Java. Retail-retail makan didesain seperti koridor pedestrian pada kota Paris yang sangat nyaman untuk digunakan.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

2. D.K. Ching, Francis. 1996. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi 2). Jakarta: Erlangga.

3. Nasution, Achmad Delianur. 2003. Perkembangan Kebutuhan Masyarakat Pada Ruang Terbuka Publik Di Pusat Kota. Copyright Digitilized by USU Digital Library.

4. Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi. 1997. Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33. Jakarta: Erlangga

5. M. 1987. A Guide to Site and Environmental Planning. Texas: John Wiley and Sons, Inc.

6. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York.

7. Spreiregen, Paul. 1986. Urban Design : The Architecture of Town and Cities. USA: Mc. Graw-Hill Book Company. 8. Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space.

Canada: Van Nostrand Reinhold Company.

9. Hakim, Rustan .1987. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta: Bumi Aksara.

 http://www.bandung.go.id/c/9/?fa=sekilas.detail &id=10 ; Diakses tanggal 10 November 2010

 http://www.bandung.go.id/c/9/?fa=sekilas.detail &id=13 ; Diakses tanggal 10 November 2010

http://bataviase.co.id/detailberita-10484417.html ; Diakses tanggal 10 November 2010

 http://en.wikipedia.org/wiki/Public_space ; Diakses tanggal 10 November 2010

 http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_bandung ; Diakses tanggal 10 November 2010

 http://id.wikipedia.org/wiki/Paris_Van_Java_M all ; Diakses tanggal 10 November 2010

 http://masanung.staff.uns.ac.id ; diakses tanggal 15 November 2010

 http://miphz.wordpress.com/2010/05/03/ruang-publik; diakses tanggal 15 November 2010

RIWAYAT PENULIS

Referensi

Dokumen terkait

Pemberdayaan masyarakat terutama dibidang peningkatan ekonomi melalui kegiatan koperasi simpat pinjam, usaha kecil dan menengah (UKM) Perencanaan dan penerapan sistem

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan intervensi manajemen halusinasi terhadap tingkat agitasi pada

Maka dalam penelitian ini, peneliti merasa perlu dibuatnya sebuah aplikasi khusus Gravity Location Model dengan tidak menggunakan fasilitas program umum yang sudah

Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui..

dilihat dari data hasil matering selama 1 tahun di tahun 2015, dimana data yang dihasilkan dari data 1 bulan dari januari sampai desember 2015, untuk nilai temperatur

1) Massa dan fasilitas-fasilitas resor diletakkan berdasarkan pola perletakan Desa Tanjung Belit dengan menganalogikan fasilitas-fasilitas umum yang ada di Desa

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, OBJEKTIVITAS, DAN KOMPETENSI

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang