• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman Perk (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman Perk (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunnan (PTN 306)

KOMODITAS KAKAO

Kelompok

M. Taufik Akbar

A21200

M. Alfin Wahyu Ilhami A34120019

MellyzaFajarsari

A34120021

Yuliyana

A34120057

Lestia Revi

A3120087

Egelin Febriandi

A34120100

Dosen Praktikum:

Dr. Ir. Kikin Hamzah M M.Si

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman kakao merupakan salah satu spesies dari 22 spesies yang termasuk ke dalam genus Theobroma, famili Sterculiaceae dan ordo Malvales. Tanaman tersebut berasal dari hutan tropis di Benua Amerika, tepatnya antara Sungai Amazone dan Sungai Orinoco (Susanto, 1994). Salah satu produk hasil olahan kakao adalah cokelat. Pada saat ini, hampir semua orang mengenal produk bernama cokelat yang merupakan makanan favorit, terutama bagi anak-anak dan remaja. Bahan makanan yang berasal dari cokelat mengandung gizi yang tinggi karena di dalamnya terdapat protein dan lemak serta unsur-unsur penting lainnya. Akan tetapi, harga cokelat relatif mahal. Oleh sebab itu, komoditas kakao memiliki prospek yang cerah untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Satu komoditas bernilai penting ketika komoditas tersebut memiliki nilai ekspor yang tinggi. Menurut Triyoso (1994) yang dinamakan dengan ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi di satu negara untuk dikonsumsi di luar batas negara tersebut. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia dari sektor perkebunan, selain kelapa sawit dan karet dengan menyumbang sebesar 1,05 miliar dolar AS untuk devisa negara dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan di tahun 2012. Sebanyak 95 persen perkebunan kakao dimiliki oleh petani perorangan yang mencakup sekitar 1,7 juta petani di seluruh Indonesia dengan total produksi biji kakao nasional di tahun 2012 mencapai 450.000 ton (Febriyanto V 2013).

Pada masa yang akan datang, komoditas kakao di Indonesia diharapkan dapat memperoleh kedudukan yang sejajar dengan komoditas perkebunan yang lainnya, seperti karet dan kelapa sawit, baik luas areal maupun produksinya. Sumbangan nyata komoditas kakao tersebut bagi perekonomian negara Indonesia adalah dalam bentuk devisa dari ekspor biji kakao dan hasil industri kakao. Sumbangan lainnya adalah penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri, baik industri bahan makanan maupun industri farmasi dan kosmetika. Selain itu, dengan adanya industri kakao tersebut, maka dapat membuka lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia, baik dari tahap penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, industri, maupun pemasaran. Penyakit penting pada tanaman kakao diantaranya adalah vascular streak dieback (VSD), busuk buah, kanker batang, antraknosa, jamur akar, dan jamur upas.

(3)

ranting muda. Pada daun muda nampak bintik-bintik coklat tidak beraturan dan dapat menyebabkan gugur daun. Ranting gundul berbentuk seperti sapu dan mati. Penyebaran melalui spora yang terbawa angina dan percikan air hujan. Jamur akar Ganoderma philippii(1), Fomes lamaoensis(2), Rigidoporus lignosus/Fomes lignosus. Ada tiga jenis penyakit jamur akar pada tanaman kakao, yaitu: (1) Penyakit jamur akar merah; (2) Penyakit jamur akar coklat; (3) Penyakit jamur akar putih. Ketiganya menular melalui kontak akar, umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman baru bekas hutan. Pembukaan lahan yang tidak sempurna, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya tertinggal di dalam tanah akan menjadi sumber penyakit. Ketiga jenis penyakit ini mempunyai gejala: daun menguning, layu dan gugur, kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Jamur upas Corticium salmonicolor, Famili Corticiaceae, Ordo Stereales dapat menyerang tanaman kakao, karet, kopi, teh, dan kina. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera berbentuk sarang laba-laba pada ranting dan cabang. Pada fase ini jamur belum masuk ke dalam jaringan kulit. Pada bagian ujung dari cabang yang sakit, tampak daun-daun layu dan banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun sudah kering. Penyebaran melalui spora dan tiupan angin.

Tujuan

(4)

BAHAN DAN METODE

Tempat Pengamatan

Pengamatan praktikum hama dan penyakit tanaman perkebunan dilakukan di kebun percobaan Sukamatri, University Farm, Bogor. Luas lahan kurang lebih 3000 m2 dengan jumlah

populasi tanaman kakao kurang lebih 200 tanaman.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pengamatan adalah tanaman kakao.Peralatan yang digunakan untuk pengamatan adalah alat tulis, kamera, peralatan laboratorium (jika diperlukan).

Metode

Survei tanaman kakao dilakukan di kebun percobaan Sukamantri.Pada kebun tanaman kakao ditentukan tanaman contohnya. Tanaman contoh yang akan diamati ditentukan dengan metode acak sebanyak 30 pohon kakao. Tanaman contoh diamati penyakit mayor dan penyakit minornya. Penyakit yang ditemukan pada tanaman contoh dihitung kejadian dan keparahannya. Selain keparahan dan kejadian penyakit dicari juga serangga yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Keparahan/intensitas penyakit dihitung dengan rumus:

Keterangan:

I=intensitas penyakit

n=jumlah satuan pengamatanyang menunjukkan hasil pengukuran yang bernilai sama v=nilai hasil penukuran satuan pengamatan

Z=nilai hasil pengukuran tertinggi yang mungkin dicapai (dalam hal ini 100)N=jumlah total satuan pengamatan

Kejadian penyakit dihitung dengan rumus: KP= n x100%

(5)

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi kakao.

Kakao merupakan tanaman penghasil bahan campuran minuman dan makanan seperti kue, roti, dan lain sebagainya. Kakao dapat tumbuh pada 20o LU dan 20o LS pada ketinggian

optimal 300 m di atas permukaan laut. Suhu yang sesuai untuk tanaman kakao berkisar antara 26o C - 28o C. Tanaman kakao akan tumbuh baik di tempat yang mempunyai kisaran curah hujan

antar 1500 sampai 2000 mm per tahun, bila terjadi kekeringan akan menyebabkan pembungaan melambat akibatnya produksi bunga berkurang dan keguguran pada buah muda. Kondisi tanah yang disukai oleh tanaman kakao adalah tanah-tanah bersolum (lapisan) yang dalam dengan drainase yang baik pada permukaan tanah, dan tingkat keasaman tanah yang netral yaitu 6-7.

Botani.

Tanaman kakao memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Pada awal pertumbuhan akar lateral tumbuh di sekitar leher akar yang ridak jauh dari permukaan, sedangkan pada tanaman dewasa akar-akar sekunder menyebar 15 cm – 30 cm di bawah permukaan tanah. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun dan akan mempunyai perakaran lengkap setelah tanaman kakao berumur 3 tahun (Sunanto 1992). Tanaman kakao adalah tanaman yang berasal dari biji, setelah mencapai tinggi 0,9 m – 1,5 m akan berhenti tumbuh dan akan membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop (tunas yang tumbuh ke atas) ke plagiotrop (tunas yang tumbuh ke samping) dan khas hanya pada tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada cabang primer tumbuh cabang-cabang lateral sehingga tanaman membentuk tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo, 1983). Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau tunas air. Dalam teknik budidaya yang benar, tunas air ini selalu dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar tunas air tersebut akan membentuk batang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang tersusun (Mamangkey, 1983).

Taksonomi.

(6)

Sejarah.

Beberapa literatur mengatakan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali memperkenalkan kakao sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan Astek. Suku Indian Maya adalah suku yang hidup di wilayah yang kini disebut sebagai Guatemala, Yucatan, dan Honduras. Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi Utara. Ekspor pertama kali dari pelabuhan Manado ke Manila pada 1825 - 1838 tercatat sebanyak 92 ton. Nilai ekspor tersebut menurun karena adanya serangan hama pada tanaman kakao. Tahun 1919 Indonesia masih mampu mengekspor hingga 30 ton, tetapi setelah tahun 1928 ternyata ekspor tersebut terhenti (van Hall, 1932). Menurut van Hall, pada tahun 1859 sudah terdapat 10.000 – 12.000 tanaman kakao di Ambon, dan dari pohon sebanyak itu dihasilkan 11,6 ton kakao

Budidaya Kakao 1. Syarat Tumbuh

Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman. Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis. Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10o LU-10o LS. Namun demikian, penyebaran kakao umumnya

berada di antara 7o LU-18o LS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah

penyinaran matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada daerah 20o LU-20o LS.

Sehingga Indonesia yang berada pada 5o LU-10o LS masih sesuai untuk pertanaman kakao.

Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk penanaman kakao adalah < 800 m dari permukaan laut.

A. Curah Hujan

Dari segi tipe iklim, kakao sangat ideal ditanam pada daerah-daerah tipenya iklim A (menurut Koppen) atau B (menurut Scmidt dan Fergusson). Dengan distribusi curah hujan sepanjang tahun curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun kurang baik karena berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah.

B. Suhu

Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Suhu sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30o –32o C

(maksimum) dan 18o - 21o C (minimum).

C. Sinar Matahari

(7)

berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh.

D. Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6-7,5 dengan kedalaman paling tidak 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah. Di samping faktor kemasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar bahan organik. Kadar bahan organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu bahan organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 %. Susunan demikian akan mem-pengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanaman kakao menginginkan solum tanah minimal 90 cm.

2. Perbanyakan Tanaman A. Perbanyakan Generatif

Perbanyakan secara generatif akan menghasilkan tanaman kakao semaian dengan batang utama ortotrop yang tegak, mempunyai rumus daun 3/8, dan pada umur tertentu akan membentuk perempatan/jorket (jorquet) dengan cabang-cabang plagiotrop yang mempunyai rumus 1/2. Rumus daun 3/8 artinya sifat duduk daun seperti spiral dengan letak duduk daun pertama sejajar dengan daun ketiga pada jumlah daun kedelapan. Sementara itu, rumus daun setengah artinya sifat duduk daun berseling dengan letak daun pertama sejajar kembali setelah daunkedua. Perbanyakan generatif bisa dilakukan dengan dua cara, yakni secara buatan dan alami. Perbanyakan secara buatan dilakukan dengan menyilangkan dengan tangan. Sementara itu, perbanyakan secara alami biasanya dilakukan oleh lalat.

Pembibitan. Bibit yang baik (klon unggul) dan sehat akan menjamin produksi yang baik pula. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembibitan adalah sebagai berikut:

(1) Permukaan tanah yang rata

(2) Dekat dengan jalan untuk memudahkan pengangkutan (3) Saluran yang baik supaya air tidak tergenang

(4) Dekat dengan sumber air

(5) Berdekatan dengan lokasi penanaman (6) Hindari dari jangkauan ternak

(7) Jarak dari lokasi serangan VSD > 150 m (8) Bersihkan daerah pembibitan dari semut. (9) Ditutup dengan atap plastik ini akan membantu

(8)

Naungan

(1) Naungan 60-70% (dapat menggunakan palstik UV atau dari bahan alami seperti daun kelapa) (2) Untuk sambung pucuk plastik UV 30% (3) Naungan alami juga boleh dibuat dari daun kelapa dengan syarat ketinggian dua meter (4) Ukuran pembibitan tergantung dari banyaknya bibit yang akan diproduksi.

Penyiraman

Gunakan air bersih untuk menyiram dan waktu penyiraman terbaik adalah di pagi hari sebelum pukul 09.00.

Penyiangan

(1) Siangi gulma seperti rumput dari dalam polybag, untuk menghindari kompetisi penyerapan unsur hara tanah (2) Jangan menggunakan herbisida, lakukan dengan mencabut dengan tangan. Pengendalian Hama dan Penyakit

(1) Penyemprotan dengan fungisida sebanyak 0,5-1 gram yang dilarutkan dalam satu liter air ketika kotiledon terbelah dua, berdasarkan tingkat serangan jamur. (2) Penyemprotan insektisida sebanyak 0,5-1 ml yang dilarutkan dalam satu liter air, satu minggu setelah penyemprotan fungisida.

B. Perbanyakan Vegetatif

Bahan yang digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif bisa berupa akar, batang, cabang, bisa juga daun. Sampai saat ini bagian vegetatif tanaman kakao yang banyak digunakan sebagai bahan tanam untuk perbanyakan vegetatif adalah batang atau cabang yang disebut dengan entres. Ciri entres yang baik antara lain tidak terlalu muda atau tua, ukurannya relatif sama dengan batang bawah, tidak terkena penyakit penggerek batang, dan masih segar. Perbanyakan vegetatif tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara okulasi, setek, atau kultur jaringan.

Perbanyakan vegetatif yang lazim dilakukan adalah dengan okulasi, karena penyetekan masih sulit dilakukan di tingkat pekebun. Sementara itu, perbanyakan secara kultur jaringan masih dalam penelitian. Okulasi dilakukan dengan menempel-kan mata kayu pada batang kayu bawah yang telah disayat kulit kayunya dengan ukuran tertentu, diikat, dan dipelihara sampai menempel dengan sempurna walaupun tanpa ikatan lagi. Tanaman kakao hasil perbanyakan vegetatif memiliki bentuk pertumbuhan yang sesuai dengan entres yang digunakan. Beberapa metode perbanyakan vegetatif yang digunakan pada budidaya tanaman kakao, adalah:

1. Okulasi

2. Sambung samping 3. Sambung pucuk

(9)

Pembersihan areal dilaksanakan mulai dari tahap survai/ pengukuran sampai tahap pengendalian ilalang. Pelaksanaan survai/pengukuran biasanya berlangsung selama satu bulan. Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi pemetaan topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan ditanami.

Untuk mempertahankan lapisan atas tanah dan menambah kesuburan tanah, pembersihan areal terkadang diikuti dengan tahap penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah biasanya adalah jenis kacang-kacangan antara lain Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides, Puerarai javanica atau Pologonium caeruleum. Jarak tanam kacang-kacangan biasanya disesuaikan dengan jarak tanam kakao yang hendak ditanam. Jika jarak tanam kakao 3 x 3 m maka terdapat 3 baris kacang-kacangan di antara barisan kakao. Bila jarak tanam kakao 4,2 x 2,5 maka akan terdapat dua barisan kacangan dengan jarak 1,2 m. Biji ditanam dengan mempergunakan tugal.

D. Pohon Pelindung

Penanaman pohon pelindung sebelum penanaman kakao bertujuan mengurangi intensitas sinar matahari

langsung. Bukan berarti bahwa pohon pelindung tidak menimbulkan masalah yang menyangkut biaya, sanitasi kebun, kemungkinan serangan hama dan penyakit, atau kompetisi hara dan air. Karena itu, jumlah pemeli-haraan untuk meniadakan pohon pelindung pada areal penanaman kakao saat ini sedang dilakukan.

(10)

Jarak tanam dan jumlah pohon per

Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman

yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 –50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 – 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 – 75 cm dari batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.

B. Pemangkasan

Selama masa tanaman belum menghasilkan pemeliharaan ditunjukkan kepada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Di samping itu, pemangkasan pohoh pelindung tetap juga dilaksanakan agar percabangan dan dedaunnya tumbuh tinggi dan baik. Sedangkan pohon pelindung sementara dipangkas dan akhirnya dimusnahkan sejalan dengan pertumbuhan kakao. Pohon pelindung sementara yang dibiarkan akan membatasi pertumbuhan kakao, karena menghalangi sinar matahari serta menimbulkan persaingan dengan tanaman utama dalam mendapatkan air dan hara.

Bagi tanaman kakao, pemangkasan adalah suatu usaha meningkatkan produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Secara umum, pemangkasan bertujuan untuk:

- Mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kokoh.

- Mengurangi kelembaban sehingga aman dari serangan hama dan penyakit. - Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan.

- Mendapatkan produksi yang tinggi

Pemangkasan Bentuk

(11)

kukuh, dan sehat. Cabang-cabang primernya terbuka, sehingga jorket langsung terkena sinar matahari.Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan untuk merangsang tumbuhanya cabang-cabang sekunder. Untuk bibit vegetatif, pemangkasan TMB dilaksanakan agar cabang yang tumbuh tidak rendah. Pemangkasan Produksi Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan produksi. Pada pemangkasan ini cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh ke arah dalam, menggantung, atau cabang kering, menambah kelembaban, dan dapat mengurangi intensitas matahari bagi daun.

Pemangkasan Pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang primer ataupun sekunder. Cabang-cabang demikian bila dibiarkan tumbuh akan membesar sehingga semakin menyulitkan ketepatan pemangkasan. Di samping itu pemangkasan semakin sukar dilaksanakan dan semakin merugikan tanaman kakao tersebut.

5. Panen dan Pasca Panen

A. Pemetikan dan Sortasi Buah

Buah kakao dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai dengan adanya perubahan warna kulit buah.

Pada satu tahun terdapat puncak panen satu atau dua kali yang terjadi 5 - 6 bulan setelah perubahan musim.

Buah hasil pemetikan dipisahkan antara yang baik dan yang jelek. Frekuensi pemanenan ditentukan

oleh jumlah buah yang masak pada satu periode pemanenan. Jumlah minimum fermentasi adalah 100 kg

buah segar. Petani biasanya memanen 5 - 6 kali pada musim puncak panen dengan interval satu minggu.

Buah siap panen dan pemetikan buah

B. Pemeraman dan Pemecahan Buah

Pemeraman dilakukan selama 5 - 12 hari tergantung kondisi setempat dan pematangan buah, dengan cara (a). Mengatur tempat agar cukup bersih dan terbuka, (b). Menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang atau karung goni, (c). Memberi alas pada permukaan tanah dan menutup permukaan tumpukan buah dengan daun-daun kering. Cara ini menurunkan jumlah biji kakao rusak dari 15% menjadi 5%.

Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul berpisau atau hanya dengan pisau

apabila sudah berpengalaman. Selama pemecahan dilakukan sortasi buah dan biji basah.

(12)

Kadar kulit buah berkisar 61.0 – 86.4% dengan rata-rata 74.3%. dan kadar biji segar 39.0%-13.6% dengan ratarata 25.7%.

Setelah pemecahan buah, biji superior dan inferior dimasukkan kedalam karung plastik dan ditimbang

untuk menentukan jumlah hasil pemanenan. Di pabrik, biji ditimbang ulang untuk melihat bobot penyusutannya. Pemeriksaan mutu dilakukan sebelum difermentasi.

C. Fermentasi

Fermentasi dilakukan untuk memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat. Citra rasa khas coklat ditentukan oleh fermentasi dan penyangraian.

Fermentasi dapat dilakukan dalam kotak, dalam tumpukan maupun dalam keranjang. Kotak dibuat dari kayu dengan lubang didasarnya untuk membuang cairan fermentasi atau keluar masuknya udara. Biji ditutup dengan daun pisang atau karung goni untuk mempertahankan panas. Selanjutnya diaduk setiap hari atau dua hari selama waktu 6-8 hari. Kotak yang kedalamannya 42 cm cukup diaduk sekali saja selama 2 hari. Tingkat keasamannya lebih rendah dibandingkan lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak boleh lebih dari 7 hari. Setelah difermentasi biji kakao segera dikeringkan.

D. Perendaman dan Pencucian

Pencucian dilakukan setelah fermentasi untuk mengurangi pulp yang melekat pada biji. Biji direndam

selama 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat dan penampilan menarik. Kadar kulit biji yang dikehendaki maksimum 12%.

E. Pengeringan dan Tempering

Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air biji dari 60% menjadi 6-7% sehingga aman selama pengangkutan dan pengapalan. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran, memakai alat pengering.

Penjemuran cara yang paling baik dan murah. Kapasitas per m2 lantai adalah 15 kg. Biji kakao dapat kering setelah 7-10 hari. Selama penjemuran hamparan biji perlu dibalikkan 1-2 jam sekali. Selama penjemuran biji dirawat dengan membuang serpihan kulit buah, plasenta, material asing dan biji yang cacat.

Pada daerah yang curah hujannya agak tinggi dan produksi biji kakao banyak, penjemuran saja tidak cukup tapi diperlukan pengering mekanis. Pengolahan konvensional yang masih ditetapkan adalah penjemuran 1 hari dan pengeringan mesin selama 24 jam efektif, yaitu flat bed dryer yang dioperasikan suhu lebih dari 60oC.

Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji dengan suhu udara sekitarnya setelah dikeringkan, agar biji tidak mengalami kerusakan fisik pada tahap berikutnya. Biasanya ditempat gudang timbun

sementara kapasitasnya 330 kg biji kakao kering/m2. Sortasi kemudian dilakukan lagi setelah 5 hari dan

dilakukan pengemasan.

(13)

Sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan mengelompokkan biji

berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji.

Biji kakao yang telah 5 hari kering disortasi

Proses sortasi dilakukan secara manual

G. Pengemasan dan Penyimpanan

Biji kakao kering dan bersih dikemas dalam karung bersih dan disimpan dalam gudang.

Penyimpanan dan pengelolaan biji kakao kering dilkakukan mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan biji kakao di kesportir, SPO fumigasi kakao di gudang, dan SPO fumigasi kakao di container.

Situasi dan Permasalahan Komoditas Kakao di Lokasi

Perkebunan yang menjadi tempat pengamatan adalah Kebun Percobaan Sukamantri University Farm. Perkebunan ini pada awalnya digunakan untuk kebun percobaan mahasiswa, namun sekarang sudah menjadi kebun kakao yang sudah ditinggalkan. Pada pengamatan pertama terdapat banyak gejala penyakit pada buah, daun, dan batang. Perawatan perkebunan kakao ini semakin tidak diperhatikan sehingga banyak gulma yang tumbuh, dan pohon kakao tumbuh tinggi karena tidak dilakukan penebangan.pada sekitar kebun tidak dilakukan sanitasi.

Penyakit dan gejala

1. Busuk buah (Phytophthora palmivora)

Gejala: warna buah berubah, umumnya mulai dari ujung buah atau dari tangkai buah yang dengan cepat meluas keseluruh buah, buah menjadi hitam, pada permungkaan buah yang sakit dan menjadi hitam akan tibul lapiasan yang berwarna putih bertepung

Pengendalian

- Mengumpulkan semua buah yang terkena penyakit menjadi satu dan dibakar atau dikubur dengan kedalaman satu meter sampai satu setengah meter

- Megurangi kelembaban kebun dengan cara sanitasi dan pemangkasan tanaman cacao sehingga matahari bisa mengenai tanah

- Melakukan pengontrolan yang rutin setiap bulan dan meningkatkan pengotrolan ketika musim hujan karna pada musim hujan kelembabban meningkat dan spora dari Phytophthora palmivora akan mudah menyebar melalui percikkan hujan maupun air hujan

- Melakukan pemanenan buah yang masak secara rutin dan sekaligus membersihkan batang tanaman cacao denagan rutin

(14)

Yang dimaksud dengan kanker dalam ilmu penyakit tumbuhan adalah lika yang terbatas jelas pada kulit, dikelilingi oleh jaringan kalus, yang ssering kali terbuka sehingga kayu tanpak dari luar. Penyakakit kanker batang kakao pada batang dan cabang yang besar terdapat tempat yang warnanya lebih gelap dan agak lebih mengendap, pada tanaman yang sangat rentan sering mengeluarkan cairan kemerahan, yang setelah kering tanpak seperti lapisan karat pada permungkaan kulit.

Pengendalian

- buah dengan cara mengumpulkan buah yang terserang dan membakar atau memendam dalam tanah dengan ketentuan tertutup tanah setebal 20 cm,

- Melakukan pengontrolan secara rutin sehingga infeksi pada kulit dapat diketahui, jika terdapat tanda gejala segera di korek dan di bersihkan, lakukan perawatan kebun debgan cara membersihkan gulma dan mengontrol kelembaban perkebunanan.

3. Jamur upas (Upasia salmonicalor)

Jamur menyerang cabang yang sudah berkayu, pada bagian ini mula-mula terdapat benang-benag jamur yang megkilat seperti perak, sangat mirip dengan sarang laba-laba seterusnya jamur membentuk karat merah jambu pada bagian batang bagian ujung batang, pada bagian ujung cabang yang sakit daun-daun layu dengan agak mendadak, sehingga banyak yang tetap melekat pada cabanag meskipun sudah kering

Pengendalian

- Melalukan perawatan yang lebih baik dengan cara memangkas tanaman kakao dan mengurangi kelembapan kebun

- Lakukan pemotongan pada ranting yang terkena penyakit atau jamur upas dengan jarak minimal 25 cm di bawah bagian yang berjamur

4. Penyakit Colletotrichum ( Colletotrichum gloeosporioides )

Penyakit dapat timbul pada daun, ranting dan buah. Pada daun muda menyebabkan matinya daun atau sebagian dari helaian daun. Gejala ini sering disebut sebagai hawar daun. Daun muda yang sakit juga dapat membentuk bintik-bintik kecil dan mudah gugur. Pada daun dewasa dapat menyebabkan terjadinya bercak-barcak nekrosis (jaringan mati) yang terbatas tidak teratur, bercak-bercak ini kelak dapat menjadi lubang terbentuknya lingkaran berwarna kuning (Halo) di sekeliling jaringan yang sakit, dan terjadinya jaringan mati yang melekuk

(15)

- Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan tanaman kakao dan mengumpulkan semua daun atau ranting yang terkena penyakit dan memendam di dalam tanah dengan penutup tanah minimum 30 cm

(16)

DAFTAR PUSTAKA .

Febriyanto F. 2013. Kakao komoditi andalan Indonesia. [internet][diunduh pada 23 Februari 2015] tersedia pada : http://www.antaranews.com/berita/396237/kakao-komoditi-andalan-indonesia

Mamangkey, 1983. Greenhouse Operation and Management 2nd Edition. Reston Pubhlishing Company, Inc, Virgina

Susanto, F. X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya, dan Pengolahan Hasil. Aksi Agraris. Yogyakarta. 95 ha

Referensi

Dokumen terkait

Soetarto yang juga menentang Reorganisasi melakukan aksi protes dalam sebuah parade militer di mana Sutarto bersama pasukan Panembahan Senopati bersenjata lengkap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak herba pegagan dan ekstrak daun singkong dapat diformulasi menjadi sediaan tablet effervescent yang memenuhi

Hipotesis yang penulis rumuskan untuk variabel X1 pada penelitian ini adalah Ho1 : kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Bendang

g Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang diimunisasi h.. &#34;ika di muntahkan atau di keluarkan oleh anak, ulangi lagi

Siswa dapat merancang animasi tweening sederhana sesuai jobsite dengan adobe flash dengan jujur dan penuh tanggung jawab2. Siswa dapat merancang storyboad untuk

Lukmanul Hakim, M.Pd dalam bukunya perencanaan pembelajaran (2007) mengyngkapkan bahwa strategi dan metode dalam proses pembelajaran. Strategi adalah siasat melakukan

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidak ada perbedaan asertivitas remaja akhir ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa

KETERAMPILAN BERPIKIR ILMIAH PESERTA DIDIK DALAM PEMECAHAN MASALAH PEMANASAN GLOBAL (STUDI KOMPARASI SMA ADIWIYATA DAN SMA NON ADIWIYATA KOTA BANDUNG).. Universitas