Peningk atan
Kemampuan Organisasional
Komite Sekolah
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEGIATAN PEMBINAAN DEWAN PENDIDIKAN/KOMITE SEKOLAH YANG TERBINA
JAKARTA, 2012
SAMBUTAN SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan merupakan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peran serta masyarakat tersebut diwujudkan dalam wadah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan. Agar Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dapat melaksanakan fungsi tersebut secara optimal, maka Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah perlu ditingkatkan kinerjanya, melalui upaya pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Secara kuantitatif, Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota telah dibentuk di hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Demikian pula, Komite Sekolah telah dibentuk di seluruh satuan pendidikan di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Namun secara kualitatif, keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah memang belum sepenuhnya dapat mendorong peningkatan mutu layanan pendidikan. Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena masih rendahnya pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan pendidikan (stakeholder) tentang kedudukan, fungsi dan tugas Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Untuk meningkatkan kinerja Komite Sekolah/Madrasah, maka diluncurkan program pemberdayaan Komite Sekolah, yang akan dilakukan secara bottom-up oleh Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk itu, kegiatan TOT Fasilitator Pemberdayaan Komite Sekolah dimaksudkan untuk menyiapkan SDM-nya. Sedang untuk menyiapkan materinya, telah disiapkan Modul Pemberdayaan Komite Sekolah ini berserta paparan power point-nya.
Kami menaruh harapan besar agar modul ini dapat menjadi bahan yang bermanfaat untuk meningkatkan kinerja Komite Sekolah. Kepada tim penulis dan pemandu kegiatan TOT Pemberdayaan Komite Sekolah, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Jakarta, Maret 2012
a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Sekretaris Direktorat Jenderal,
Dr. Thamrin Kasman
KATA PENGANTAR
Dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan profesional para guru. Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-batas tertentu telah ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa saja yang diajarkan oleh guru di sekolah. Orangtua siswa memiliki hak untuk mengetahui dengan metode apa anak-anaknya diajar oleh guru-guru mereka. Dalam paradigma transisional, hubungan keluarga dan sekolah sudah mulai terjalin, tetapi masyarakat belum melakukan kontak dengan sekolah. Dalam paradigma baru (new paradigm) hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, termasuk untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah.
Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen utama sekolah adalah siswa, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, kurikulum, serta fasiltias pendidikan. Selain itu, pemangku kepentingan (stakeholder) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini orangtua dan masyarakat merupakan pemangku kepentingan yang harus dapat bekerja sama secara sinergis dengan sekolah.
Proses penyelenggaraan pendidikan kini menggunakan pola manajemen yang dikenal dengan manajemen berbasis sekolah (MBS), yang dalam aspek teknis edukatif dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Untuk itu, maka orangtua siswa, khususnya yang tergabung dalam Komite Sekolah juga harus memahami pola manajemen sekolah tersebut.
dengan konsep PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Ini merupakan satu bentuk keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, Komite Sekolah perlu memahami wawasan kependidikan tersebut.
Modul ketiga ini meliputi lima bagian yang saling terkait, yaitu: (1) Membangun Komite Sekolah yang Efektif, (2) Menyusun Program Kerja Komite Sekolah, (3) Membangun Keterlibatan Komite Sekolah dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), (4) Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), dan (5) Menjalin Hubungan dan Kerjasama Komite Sekolah dengan Institusi yang Terkait.
DAFTAR ISI
SAMBUTAN SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR --- I KATA PENGANTAR --- II DAFTAR ISI --- III
MODUL 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF --- 1
A. PENDAHULUAN --- 1
B. FUNGSI DAN TUGAS KOMITE SEKOLAH --- 1
C. SEKOLAH EFEKTIF --- 4
D. KOMITE SEKOLAH SEKOLAH EFEKTIF --- 6
E. PENUTUP --- 10
MODUL 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH --- 11
A. PENDAHULUAN --- 11
B. LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH --- 12
C. ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF --- 14
D. PENUTUP --- 15
MODUL 3.3: MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) --- 17
A. PENDAHULUAN --- 17
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR --- 17
C. HAKIKAT RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) --- 18
D. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH --- 19
MODUL 3.4: MENYUSUN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA SEKOLAH (RAPBS) --- 25
A. PENDAHULUAN --- 25
B. PENGERTIAN RAPBS --- 25
C. PENYUSUNAN RAPBS TERKAIT DENGAN RPS --- 26
D. PROSES PENYUSUNAN RAPBS --- 27
E. PENUTUP --- 29
MODUL 3.5: MENJALIN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KOMITE SEKOLAH DENGAN INSTITUSI YANG TERKAIT --- 31
A. PENDAHULUAN --- 31
B. PENDEKATAN PROGRAM KERJASAMA DI BIDANG PENDIDIKAN --- 31
C. PRINSIP DASAR HUBUNGAN DAN KERJA SAMA --- 33
D. KEKELIRUAN/SALAH PERSEPSI TENTANG KERJASAMA KOMITE SEKOLAH DENGAN PIHAK LAIN --- 34
E. PENUTUP --- 35
PAPARAN 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF --- 36
PAPARAN 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH --- 39
PAPARAN 3.3: MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) --- 45
PAPARAN 3.4: MENYUSUN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS) --- 48
MODUL 3.1:
MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG
EFEKTIF
A. PENDAHULUAN
Komite Sekolah merupakan suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya.
Komite Sekolah/Madrasah merupakan penyempurnaan dan perluasan badan kemitraan dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Sampai tahun 1994 mitra sekolah hanya terbatas dengan orang tua peserta didik dalam wadah yang disebut dengan POMG (persatuan Orang Tua dan Guru). Pada tahun 1994 sampai pertengahan 2002 terjadi perluasan peran menjadi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) yang personilnya terdiri atas orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sejak pertengahan tahun 2002 wadah tersebut bertambah fungsinya sekaligus perluasan personilnya yang terdiri atas orang tua dan masyarakat luas yang peduli terhadap pendidikan yang tidak hanya di sekitar sekolah. Perbedaan yang prinsip antara BP3 dengan Komite Sekolah adalah dalam fungsi dan tugas, keanggotaan, serta dalam pemilihan dan pembentukan kepengurusan.
Dalam perspektif Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Komite Sekolah merupakan mitra sekolah dalam meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Persoalannya, bagaimana membangun Komite Sekolah yang efektif, sehingga dapat berperan sebagaimana harapannya.
B. FUNGSI DAN TUGAS KOMITE SEKOLAH
1. Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelak-sanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan;
2. Memberikan arahan dan dukungan (supporting agency) baik dalam bentuk tenaga, sarana dan prarasana pendidikan;
3. Melakukan pengawasan (controlling agency) pada tingkat satuan pendidi-kan.
Selanjutnya, Pasal 196 (3) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dijelaskan bahwa: Komite Sekolah/Madrasah memperhatikan dan menindaklanjuti terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan. Dengan demikian dengan pelaksanaan tugas Komite Sekolah ini, keberadaan Komite Sekolah/Madrasah akan:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap pe-nyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Memberikan masukan, saran dan pertimbangan, serta rekomendasi, baik secara lisan maupun tertulis kepada satuan pendidikan sebagai upaya un-tuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dan juga mutu pendidikan secara keseluruhan, antara lain dalam hal:
a. Kebijakan dan program pendidikan;
b. Penyusunan Reancana Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS);
c. Kriteria Kinerja satuan pendidikan; d. Kriteria tenaga kependidikan; e. Kriteria fasilitas pendidikan; dan
f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
3. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
4. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengga-raan pendidikan di satuan pendidikan.
5. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, peny-elenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Beberapa kegiatan yang teridentifikasi dalam melaksanakan peran Komite Sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan di satuan pendidikan.
Supaya masukan tersebut sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan, diperlukan informasi-informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sumberdaya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah.
2. Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah.
3. Menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis kepada sekolah.
4. Memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
5. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatan mutu pembelajaran.
6. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM).
7. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan di sekolah.
8. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan RAPBS.
Kedua, sebagai pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders di lingkungan sekolah;
2. Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu;
3. Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. 4. Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan, seperti: (a) mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri dalam penyediaan sarana/prasarana serta biaya pendidikan untuk masyarakat tidak mampu, (b) memotivasi masyarakat untuk membantu pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah.
Ketiga, sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan, dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar siswa di sekolahnya. 2. Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat
berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa.
Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah. Selain itu, Komite Sekolah juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi, maupun non materi kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan, seperti:
1. Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan, organisasi pemerintah dan kemasyarakatan untuk penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu.
a. Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh
stakeholders pendidikan di sekitar sekolah.
b. Mengadakan penjajagan tentang kemungkinan untuk dapat mengadakan kerjasama dengan lembaga lain di luar sekolah untuk memajukan mutu pembelajaran di sekolah.
2. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, dalam bentuk: a. Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran dan ide
kreatif dari stakeholder pendidikan di sekitar sekolah.
b. Menyampaikan laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang hasil pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan di daerah sekitar sekolahnya.
C. SEKOLAH EFEKTIF
1. Pengertian Sekolah Efektif
Sekolah efektif dapat diartikan sekolah yang dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yag telah ditetapkan. Pengertian di atas mengisyaratkan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang melakukan tugas dan fungsinya dengan benar, hal ini berkaitan dengan apa yang seharusnya dikerjakan sekolah dan bagaiman hasilnya. Dalam konteks MBS, sekolah efektif adalah sekolah yang dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
school, through its well-established system promotes the highest academic and other achievements for the maximum number of students regardless of its socio-economic background of the families”.
Sementara Cheng (1996) mendefinisikan sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki kemampuan dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan adalah sekolah sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warganegara. Fungsi budaya sekolah adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa.
Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang dapat mengoptimalkan semua sumber daya pendidikan dalam mencapai hasil
pendidikan, baik dalam bentuk jumlah lulusan, prestasi lulusan, suasana
pembelajaran yang terpelihara dalam diri peserta didik.
2. Ciri Sekolah Efektif
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut :
1. Proses Belajar Mengajar (PBM) yang efektiitasnya tinggi. PBM menekankan
pada pemberdayaan siswa. PBM bukan hanya sekedar memorisasi dan re-call, tetapi menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan se-hingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari;
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat. Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sum-berdaya pendidikan yang tersedia. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah;
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah yang memiliki lingkun-gan yang aman, tertib, dan nyaman akan membuat proses belajar-mengajar dapat berjalan menyenangkan;
asi kinerja, hubungan kerja, sapai imbal jasa merupakan garapan penting dalam implementasi MBS;
5. Sekolah memiliki budaya mutu. Semua warga sekolah memiliki komitmen tentang mutu sehingga semuanya menyadari dan bersama-sama bergerak untuk meningkatkan mutu;
6. Sekolah memiliki “teamwork” yang kompak, cerdas, dan dinamis. Hasil pen-didikan merupakan hasil kolektif semua warga sekolah. Oleh karena itu ke-bersamaan semua warga sekolah sangat dituntut pelaksanaan MBS;
7. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian). Sekolah memiliki kewenan-gan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut un-tuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu meng-gantungkan pada atasan;
8. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggi merupakan bagian kehidupan sekolah yang melaksanakan MBS.
9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen. Keterbukaan/ transparansi ditujukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya yang selalu meli-batkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol;
10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan isik). Perubahan
dalam arti ke arah yang lebih baik harus merupakan sesuatu yang meny-enangkan bagi semua warga sekolah;
11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi terus dilakukan secara berkelanjutan yang bukan hanya untuk mengukur daya serap siswa tetapi juga sebagai umban balik untuk memperbaiki pros-es. Sejalan dengan itu perbaikanpun harus terus dilaksanakan;
12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. Sekolah harus mam-pu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat;
13. Komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik antar semua warga sekolah perlu dipelihara dan dibina sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui;
14. Sekolah memiliki akuntabilitas. Akuntabilitas adalah bentuk pertanggung-jawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyara-kat secara berkala.
D. KOMITE SEKOLAH EFEKTIF
peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan filosifis masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagi kewenangan (power sharing and advocacy model), dan kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah adalah:
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
2. Meningkatkan tanggung-jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan/sekolah. Oleh karena itu, pembentukan Komite Sekolah harus memiliki fungsi organisasi yang dijelaskan dalam Pasal 196 (1) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagai berikut “Komite sekolah/madrasah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”. Jika dijabarkan secara operasional, fungsi Komite Sekolah adalah:
1. Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan
2. Memberikan arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
(supporting agency), baik dalam bentuk finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam proses penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Melaksanakan pengawasan (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
mediator (mediator agency) antara sekolah dengan masyarakat.
Sementara itu tugas Komite Sekolah dijelaskan sebagai berikut:
1. Memperhatikan keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap
satuan pendidikan.
2. Menindaklanjuti keluhan, sarana, kritik, dan aspirasi masyarakat.
Dalam rumusan tugas Dewan Pendidikan, tugas menindaklanjuti ini dimulai dari proses dengan cara melakukan analisis terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan, dan kemudian menyampaikan hasil analisis tersebut kepada kepala sekolah untuk dilakukan pemecahan masalah secara bersama-sama, termasuk keseluruhan unsur Komite Sekolah.
Komite sekolah yang efektif adalah komite sekolah yang mampu melaksanakan peran dan fungsinya untuk mencapai sekolah yang efektif. Kegiatan yang mendasar yang perlu dilakukan oleh komite sekolah untuk menjadi komite sekolah yang efektif, adalah dengan melakukan:
a. Penyamaan visi.
Sebuah organisasi dapat berjalan apabila semua anggota pengurus dan anggota organisasi tersebut memiliki visi yang sama. Telah disinggung di muka bahwa tujuan akhir dari keberadaan Komite Sekolah di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Ada prinsip yang harus dipegang oleh semua anggota Komite Sekolah, yaitu Komite Sekolah tidak mengambil fungsi pelaksanaan satuan pendidikan, dalam pengertian tidak mengambil fungsi sebagai pelaksana, pemerintah, atau birokrasi.
b. Membangun Tim Yang Efektif
Sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak terjadi kebersamaan di dalam tim. Oleh karena itu perlu dibangun sistem kebersamaan, yaitu membangun sebuah Team Work yang efektif (Paparan tentang Team Work, tersedia secara terpisah).
c. Mengembangkan Kreativitas
kreativitas.
d. Perangkat Organisasi Komite Sekolah
Perangkat organisasi Komite Sekolah minimal yang harus ada, yang memungkinkan berjalannya roda organisasi Komite Sekolah adalah: Personel Komite Sekolah, Struktur Organisasi disertai job description setiap personel dan tata-hubungan antarpersonel, Panduan Organisasi (antara lain berupa AD/ ART), fasilitas penunjang (Kantor/Sekretariat, tenaga adminstrasi).
e. Kepengurusan.
Komite Sekolah yang terdiri atas personel yang dibentuk berdasarkan ketentuan yang ada (dijelaskan pada topik Pembentukan Komite Sekolah) dibentuk menjadi sebuah organisasi yang paling tidak terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota.
f. Struktur Organisasi.
Dalam keadaan organisasi Komite Sekolah dengan kegiatan yang lebih kompleks, struktur organisasinya dapat lebih diperluas dengan beberapa Ketua Bidang, dan beberapa Seksi.
g. Job description.
Guna menjalankan roda organisasi Komite Sekolah, perlu dibuat job description bagi setiap personel pada setiap jabatan yang diembannya, sehingga tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan tugas. Dalam hal ini job description berupa panduan siapa mengerjakan apa dan masing-masing personel bertanggung jawab atas terlaksananya tugas yang ia diemban. Terkait dengan job description, juga disusun panduan tata-hubungan antarpersonel. Misalnya Seksi Penggalangan dana masyarakat berada di bawah koordinasi Ketua Bidang Sumberdaya. Salah satu hal yang penting diketahui oleh semua angota pengurus Komite Sekolah adalah mengenal satu sama lain dan masing mengetahui kelebihan (dan kalau mungkin kelemahan) masing-masing. Hal ini penting bagi penempatan personel pada jabatan tertentu dalam organisasi Komite Sekolah. Perlu dihindari penempatan seseorang dalam organisasi adalah berdasarkan kedudukan, kepangkatan, atau kekayaaan.
h. AD/ART.
AD/ART merupakan salah satu perangkat organisasi yang penting. Dalam hal organisasi masih merupakan organisasi yang sederhana dengan kegiatan yang masih terbatas, AD/ART tidak harus ada dulu. Akan tetapi Komite Sekolah tetap harus memiliki panduan berorganisasi, dan roda organisasi berjalan berdasarkan panduan tersebut. Dalam AD/ART atau Panduan Organisasi paling
tidak harus diatur mengenai: Dasar, Tujuan, dan kegiatan dari Komite Sekolah, ketentuan keanggotaan dan kepengurusan (termasuk masa bakti), hak dan kewajiban anggota dan pengurus, ketentuan tentang pengelolan keuangan, mekanisme pengambilan keputusan, perubahan Panduan Organisasi atau AD/ ART, dan pembubaran organisasi
i. Fasilitas Penunjang.
Sebuah organisasi dapat dikatakan mustahil berjalan tanpa didukung oleh fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang sebuah Komite Sekolah yang paling sederhana adalah adanya meja kerja bagi Ketua Komite, baik di rumah sang Ketua, di sebuah sekolah, atau bahkan di sebuah Kantor Khusus Komite Sekolah yang memiliki fasilitas ruang-ruang kerja pengurus, ruang rapat, fasilitas administrasi, dan karyawan.
E. PENUTUP
Komite sekolah yang efektif dalam pelaksanaan MBS adalah komite sekolah yang dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
MODUL 3.2:
MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE
SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Sejarah pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di Indonesia dimulai pada tahun 2000 berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS). Berdasarkan PROPENAS, Dewan Pendidikan dibentuk di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota,sementara Komite Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Selanjutnya, guna memudahkan masyarakat dalam membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah disertai Lampiran-lampiran. Lampiran I merupakan Acuan Pembentukan Dewan pendidikan, sementara Lampiran II merupakan Acuan Pembentukan Komite Sekolah.
pengaturan tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tidak mengalami perubahan.
Modul ini akan menyoroti topik Komite Sekolah sebagai sebuah organisasi di satuan pendidikan. Sebuah organisasi tentu memiliki tujuan utama, dan untuk mencapai tujuan itu, sebuah organisasi harus dijalankan secara efektif dan efisien. Sebuah organisasi dapat dikatakan berjalan apabila organisasi tersebut merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan tahunan secara berkelanjutan. Penyusunan program organisasi bergantung pada kompleksitas organisasi tersebut, ada yang sederhana dan ada yang kompleks. Komite Sekolah merupakan organisasi pada tingkat satuan pendidikan. Pada banyak satuan pendidikan khususnya pada satuan pendidikan SD atau sederajat, organisasi Komite Sekolah masih sangat sederhana. Oleh karena itu penyusunan program kerja yang diuraikan dalam modul ini disajikan dalam bentuk yang sederhana dan mudah dipahami.
B. LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH
Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut barangkali ada yang belum menyentuh substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah konsolidasi organisasi. Kegiatan lain adalah misalnya penyusunan atau penyempurnaan Panduan Organisasi atau Penyusunan AD/ART atau melengkapi kelengkapan organisasi.
Komite Sekolah yang telah memenuhi syarat minimal sebagai sebuah organisasi, dapat melangkah lebih jauh dalam menjalankan roda organisasi, dan mulai menyentuh substansi mutu pendidikan. Dalam hal ini Komite Sekolah dapat memulai kegiatannya dengan berangkat dari upaya pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Dalam penyusunan program ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Langkah tersebut adalah: 1) identifikasi masalah; 2) penentuan prioritas; 3) analisis masalah, 4) perencanaan program, 5) pelaksanaan program, dan 6) evaluasi program, yang dapat dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Identiikasi Masalah
Setiap sekolah atau satuan pendidikan (termasuk Satuan Pendidikan yang maju sekalipun) tentu memiliki masalah yang berbeda-beda. Identifikasi masalah merupakan langkah pertama dalam penyusunan program dalam kerangka menjalankan roda organisasi. Langkah tersebut merupakan identifikasi masalah akademik maupun masalah non-akademik. Dapat dipastikan bahwa
satuan pendidikan tersebut, bukan masalah organisasi Komite Sekolah. Dalam identifikasi masalah, semua anggota pengusus Komite Sekolah mencatat semua permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan meminta masukan baik dari Kepala Sekolah, Guru, orang tua siswa, dan masyarakat. Semua masalah yang berhasil diidentifikasi kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis masalah, tingkat kesulitan pemecahan masalah, dan kaitannya dengan visi dan misi Komite Sekolah.
2. Penentuan Prioritas
Dari sekian banyak masalah yang berhasil diidentiikasi harus dipilih
masalah yang akan menjadi prioritas, dikaitkan dengan ketersediaan personel, dana, dan penunjang. Masalah yang menjadi prioritas adalah masalah yang perlu diselesaikan dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun), jangka menengah (1-2 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 3 tahun). Contoh masalah yang perlu segera diselesaikan misalnya adalah kekurangan tenaga pengajar pada sebuah SD. Oleh karena kekurangan guru, ada guru yang harus mengajar di lebih satu kelas. Akibatnya hasil belajar siswa tidak maksimal.
3. Analisis Masalah
Guna mengetahui secara lebih mendalam tentang masalah yang terjadi, perlu dilakukan analisis masalah. Dalam masalah atau topik yang akan ditangani langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Lakukan identifikasi faktor-faktor penyebab masalah tersebut,
b. Buat daftar alternatif kemungkinan pemecahan masalah dan untung rugi
masing-masing alternatif
c. Pilih alternatif terbaik berdasarkan kesepakatan bersama d. Buat perencanaan untuk pemecahan masalah.
4. Perencanaan Program
Pelaksanaan Program dapat dilakukan dengan baik apabila dibuat rencana aksi yang baik. Berikut ini contoh sebuah rencana aksi yang dapat diacu. Perencanaan program disusun daklam sebuah matriks yang memuat:
a. Topik masalah
b. Kegiatan yang dapat mengatasi mnasalah
c. Waktu yang dibutuhkan dalam mengtasi masalah
d. Sumberdaya yang diperlukan (inansial dan non-inansial)
e. Penanggung-jawab
f. Indikator keberhasilan pemecahan masalah
Topik Masalah
5. Pelaksanaan Program/Kegiatan
Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dalam program kerja Komite Sekolah.
6. Evaluasi Program
Selama berjalannya waktu dilakukan evaluasi secara periodik. Setelah tenggat waktu periode tertentu terlewati tetapi indikator kinerja masih di bawah target, perlu dilakukan analisis dan dibuat tindakan koreksi (corrective action).
C. ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF
Komite Sekolah dapat memutar roda organisasi dengan melaksanakan program dan kegiatan yang sederhana. Hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan oleh Komite Sekolah adalah konsolidasi organisasi sebagai berikut:
1. Penyamaan Visi
2. Membangun Tim yang Efektif
Sebuah organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak terjadi kebersamaan di dalam tim. Oleh karena itu perlu dibangun sistem kebersamaan, yaitu membangun sebuah Team Work yang efektif (Paparan tentang Team Work, tersedia secara terpisah).
3. Mengembangkan Kreativitas
Sebuah organisasi akan berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila organisasi tersebut dipenuhi oleh orang-orang yang penuh kreativitas. Orang yang kreatif adalah orang yang selalu bertanya tentang sesuatu yang dianggap masalah. Orang kreatif adalah orang yang selalu berfikir untuk menemukan solusi untuk memecahan suatu masalah. Orang yang kreatif selalu memiliki gagasan-gagasan baru, yang kadang-kadang tidak pernah dipikirkan orang lain. Organisasi yang baik adalah organisasi yang mendukung pengembangan kreativitas.
D. PENUTUP
Komite Sekolah sebagai satu organisasi perlu dikelola dengan menerapkan berbagai prinsip dan praktik-praktik manajemen secara tepat.Namum demikian, tidak semua Komite Sekolah mampu menjalankan roda organisasi sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi tekad untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan perlu menjadi alasan utama pengurus Komite Sekolah untuk mengabdikan dirinya agar dapat melaksanakan fungsi dan tugas Komite Sekolah. Modul ini dapat digunakan sebagai panduan sederhana untuk memutar roda organisasi Komite Sekolah agar organisasi ini dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya secara optimal.
MODUL 3.3:
MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE
SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA
PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
A. PENDAHULUAN
Untuk membangun lembaga pendidikan sekolah yang berkualitas, sekolah dan semua pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan harus bekerja sama untuk membangun sekolah itu. Untuk dapat melaksanakan pembangunan sekolah, semua pemangku kepentingan sekolah juga harus bekerja sama dalam menyusun satu rencana yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Sekolah (RPS). Siapa yang tidak membuat rencana, ia akan membuat kegagalan, atau who don’t make a plan, make a fail.
Perencanaan pembangunan sekolah dikenal dengan perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Rencana jangka pendek atau 1 (satu) tahun dikenal dengan Rencana Kerja (Renja), rencana jangka menengah atau 5 (lima) tahun dikenal dengan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), dan selain itu dikenal dengan rencana jangka panjang atau 25 (dua puluh lima) tahun.
Modul ini, secara khusus akan membahas secara lebih rinci tentang upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) di sekolah dalam menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam modul ini akan dibahas tentang kebijakan pembangunan pendidikan dasar, hakikat Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) pada khususnya, pentingnya RPS sebagai rencana strategis pembangunan pendidikan dasar jangka menengah, dan proses penyusunan RPS, serta dilampirkan satu contoh format Rencana Pengembangan Sekolah yang pernah disusun oleh satu sekolah.
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR
semua aspek perluasan pemerataan pendidikan ini harus secara bertahap diubah kepada aspek peningkatan mutu pendidikan, di samping juga memperhatikan aspek relevansinya. Ketiga aspek pembangunan pendidikan ini, baik perluasan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan relevansi pendidikan menjadi aspek pembangunan pendidikan yang menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
C. HAKIKAT RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
1. Pentingnya Perencanaan
Dewasa ini kita mengenal tiga fungsi manajemen yang saling kait-mengait, yakni (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), dan (3) pengarahan (directing). Tiga fungsi manajemen ini merupakan ringkasan dari lima fungsi manajemen yang dikenal sebelumnya, yakni (1) merancang, (2) mengorganisasi, (3) memerintah, (4) mengoordinasi, dan (5) mengendalikan. Pelaksanaan fungsi manajemen tersebut tidak lain adalah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, fungsi perencanaan merupakan fungsi penting dalam manajemen.
Dewasa ini kita mengenal ungkapan untuk menjelaskan tentang betapa pentingnya perencanaan. Misalnya, “who don’t make a plan, make a fail” atau siapa yang tidak membuat rencana, membuat kegagalan. Itulah sebabnya, untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah, dan sekaligus juga untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, lembaga pendidikan sekolah ini harus menyusun perencanaan, yang dikenal dengan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
2. RPS Sebagai Rencana Strategis
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan rencana strategis pembangunan sekolah jangka menengah, yakni untuk 5 (lima) tahun. Rencana jangka pendek disusun dalam periode satu tahun, yang dikenal dengan Rencana Kerja (Renja). Sedang rencana pembangunan jangka panjang disusun untuk jangka 25 (dua puluh lima) tahun. Dalam penyusunan RPS tersebut, pada umumnya sekolah lebih mengutamakan pembangunan fisik sekolah, padalah sesungguhnya pembangunan nonfisik sebenarnya lebih penting
3. Tujuan
Penyusunan RPS perlu dilakukan dengan tujuan untuk:
1. mengidentifikasi/memotret/ memetakan kondisi sekolah yang sebenarnya;
3. mengidentifikasi kesenjangan yang dihadapi sekolah;
4. mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan di sekolah: 5. mengidentifikasi alternatif pemecahan permasalahan;
6. menganalisis alternatif pemecahan masalah yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan;
7. menyusun rencana pengembangan sekolah dalam jangka 5 tahun;
8. mengidentifikasi sumber daya dan sumber dana untuk melaksanakan dan membiayai program dan kegiatan-kegiatan dalam RPS.
4. Keterlibatan Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan RPS
Proses penyusunan RPS harus melibatkan semua pemangku kepentingan di sekolah, bukan hanya Kepala Sekolah, guru atau tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lain seperti tenaga adminstrasi, tetapi juga melibatkan peran serta orangtua dan masyarakat yang tergabung dalam lembaga Komite Sekolah. Keterlibatan semua pemangku kepentingan ini harus dapat dibangun untuk meningkatkan semangat kebersamaan dari semua pemangku kepentingan (stakeholder) di sekolah.
Untuk mencapai tujuan lembaga Komite Sekolah, selain organisasi juga diperlukan sarana dan prasarana yang dikenal dengan alat-alat sarana (tools) yang dikenal dengan 6M, yakni (1) men, (2) money, (3) materials, (4) machines, (5) methods, dan (6) markets atau (1) manusia, (2) dana, (3) bahan, (4) mesin, (5) metode, dan (6) pemasaran.
D. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH
1. Persiapan
Untuk menyusun RPS, Kepala Sekolah harus membentuk satu tim yang diserahi tugas untuk menyusun konsep awal RPS. Tim Penyusunan RPS sejak awal harus melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) di sekolah, agar semua stakeholder tersebut sejak awal telah memiliki perasaan keterkaitan dengan proses penyusunan RPS. Namun untuk ini ada perlunya satu tim kecil yang mempersiapkan konsep awal atau buram (draft kasar), sebelum konsep awal ini dibahas dalam Tim Penyusunan RPS yang lebih lengkap, yang antara lain telah melibatkan komponen orangtua peserta didik dan masyarakat yang tergabung dalam Komite Sekolah. Dalam tahap persiapan ini jika diperlukan dapat memperolah beberapa RPS dari sekolah lain, jika ada, yang mudah-mudahan dapat dipakai sebagai contoh.
a. Penyusunan Buram (Draft)
yang dalam proses selanjutnya diajukan atau dipresentasikan dalam satu pertemuan dengan tim lengkap, termasuk pengurus Komite Sekolah, untuk membahas konsep awal tersebut.
b. Presentasi Tim Untuk Pembahasan Buram (Draft) Oleh Semua Pemangku Kepentingan
Buram (draft) diharapkan dapat dipresentasikan di dalam rapat lengkap Tim Penyusunan RPS. Semua peserta rapat diharapkan dapat membahas dan memberikan masukan terhadap konsep awal RPS tersebut. Komponen utama RPS yang dipaparkan dalam rapat lengkap Tim Penyusunan RPS ini adalah:
1) Visi Sekolah, 2) Misi Sekolah, dan 3) Tujuan Sekolah;
4) Kondisi Sekolah saat ini; 5) Harapan Sekolah;
6) Rencana Program dan Kegiatan Sekolah;
7) Jadwal Pelaksanaan Program dan Kegiatan Sekolah; 8) Pendanaan Sekolah.
c. Finalisasi dan Pengesahan RPS
Setelah buram RPS tersebut dipaparkan dalam acara rapat lengkap semua pemangku kepentingan, maka semua pemangku kepentingan sekolah dipersilahkan untuk dapat memberikan komentar, saran, dan masukan untuk dapat menyempurnakan RPS. Semua pemangku kepentingan diminta untuk secara demokratis dapat memberikan masukan untuk menyempurnakan draft RPS tersebut.
Untuk selanjutnya, saran dan masukan yang diberikan dalam acara rapat tersebut digunakan untuk menyempurnakan RPS, sehingga RPS menjadi produk final dan siap untuk disahkan oleh semua pemangku kepentingan pendidikan di sekolah itu. Format pengesahan RPS juga sudah disediakan dalam lampiran modul ini.
E. PENUTUP
Lampiran: Contoh Format Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
Nama Sekolah : ... Alamat Sekolah : ... No. Telp/Fax : ... e-mail : ... Kota/Kabupaten : ... Provinsi : ...
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA ….……….. PROVINSI……….
TAHUN ...
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
Tahun ...
Disusun oleh:
Komite Sekolah Kepala Sekolah Koordinator
……… ……… ………..
NIP. ……….. NIP. ……….
Mengetahui,
Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota …... Provinsi ...
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
Diisi visi masing-masing sekolah Indikator Visi:
Indikator visi diisi oleh sekolah
2. Misi
Diisi misi masing-masing sekolah
3. Tujuan
Diisi tujuan pengembangan sekolah oleh sekolah
B. IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama Sekolah
Diisi identitas sekolah secara lengkap (nama sekolah, NSS, alamat, website, e-mail, nomor telepon).
2. Data Siswa
Diisi data siswa sebagai berikut:
a. Data jumlah siswa dan rombongan belajar.
b. Data rata-rata nilai UN dan UAS tiga tahun terakhir.
c. Data prestasi siswa baik akademik maupun nonakademik secara lengkap termasuk prestasi lomba keilmuan/olimpiade dan lomba nonakademik (olahraga dan seni).
3. Data SDM
Diisi data SDM sekolah secara lengkap terdiri dari: a. Identitas Kepala Sekolah
b. Jumlah guru per Mata Pelajaran dan guru BK
c. Jumlah guru yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris selain guru bahasa Inggris
d. Jumlah guru yang mampu menggunakan ICT dalam pembelajaran e. Jumlah tenaga pendukung meliputi:
1) staf TU (tenaga keuangan, administrasi, satpam, pesuruh, dll.); 2) laboran;
3) pustakawan;
4) teknisi (komputer, bahasa, multimedia).
4. Data Sarana Prasarana
Diisi data sarana prasarana secara lengkap meliputi luas lahan, luaa bangunan, lapangan olahraga, jumlah ruang (ruang belajar dan ruang penunjang), dan jumlah peralatan.
C. TANTANGAN NYATA SEKOLAH
Diisi tantangan nyata sekolah berdasar hasil evaluasi diri masing-masing sekolah dengan cara membandingkan kondisi ideal sekolah dengan kondisi nyata sekolah.
D. SASARAN/TUJUAN
Diisi sasaran yang ingin dicapai dengan program dan kegiatan sekolah.
E. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI PENDIDIKAN
Sekolah melakukan identifikasi fungsi-fungsi pendidikan, antara lain meliputi program: 1. Pengembangan Kurikulum
2. Proses Pembelajaran 3. Penilaian
4. Pengembangan SDM 5. Sarana prasarana 6. Pembiayaan 7. Manajemen sekolah 8. Pembinaan Kesiswaan
9. Pengembangan Kultur Sekolah
F. SUMBER DANA
Sumber dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program dan kegiatan sekolah yang berasal dari:
1. Rutin
2. Komite Sekolah 3. APBD Kabupaten/Kota 4. APBD Provinsi
5. APBN 6. Yayasan
7. Sumber dana lain
G. RENCANA DAN PROGRAM DAN KEGIATAN SEKOLAH
MODUL 3.4:
MENYUSUN RENCANA ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH
(RAPBS)
A. PENDAHULUAN
Setiap usaha untuk perubahan atau untuk meningkatkan kualitas pasti ada harganya. Harga atau biaya dalam arti jumlah dana, tenaga dan atau waktu. Semakin banyak perubahan dan atau kualitas perubahan, semakin besar pula biaya yang diperlukan. Sayangnya, kita punya banyak keinginan tetapi kita punya sedikit sumber-sumber pembiayaan. Oleh karena itu, kita selalu disarankan untuk melakukan perubahan yang realistis baik secara teknis mupun secara finansial atau waktu yang tersedia. Mempertimbangkan semua ini adalah hakikat diperlukannya sebuah perencanaan.
Komponen utama perencanaan adalah: (1) tujuan, (2) kegiatan, (3) sasaran, (4) penjadwalan, (5) anggaran, dan (6) pengorganisasian. Berbicara mengenai rencana, maka kita tidak mungkin terlepas dari membicarakan mengenai besarnya anggaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagai tindak lanjut menyusun rencana lima tahun maka perlu disusun rencana tahunan. Rencana tahunan ini disusun dalam bentuk apa yang dinamakan RAPBS, sebagai alat operasionalisasi anggaran untuk mencapai tujuan perubahan dari tahun ke tahun. Inilah pentingnya sekolah untuk menyusun RAPBS tahun demi tahun dengn menyebutkan pos-pos apa yang akan dibiayai, berapa volumenya berapa anggarannya dan dari mana asalnya. Gambaran pembiayaan ini digambarkan dalam satu format RAPBS atau Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah. B. PENGERTIAN RAPBS
menggunakan sumber anggaran yang telah ditentukan.
Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah program dan kegiatan yang ditetapkan sebagai program dan kegiatan yang prioritas, sedang pendapatan yang dicantumkan dalam RAPBS adalah anggaran yang akan atau dapat diterima dan akan dikelola langsung oleh sekolah/madrasah untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan tersebut.
C. PENYUSUNAN RAPBS TERKAIT DENGAN RPS
Penyusunan RAPBS terkait erat dengan penyusunan RPS. Dengan kata lain RAPBS di disusun sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan penyusunan RPS. Proses pengembangan sekolah memerlukan anggaran, dan oleh karena itu sekolah juga harus menyusun RAPBS.
Proses penyusunan RPS dan RAPBS oleh “sekolah” harus melibatkan semua pemangku kepentingan sekolah (stakeholder), yakni melibatkan: guru, komite sekolah, orang tua siswa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan dunia industri setempat. Sebagai dokumen perencanaan, RPS ditandatangani oleh Kepala sekolah dan Ketua Komite Sekolah. Proses penyusunan RPS dan RAPBS adalah sebagai berikut.
1. Kepala sekolah dan Komite Sekolah membentuk Tim Penyusun (TP) RPS
dan RAPBS. Susunan keanggotaan TP ini sangat fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan tidak perlu seragam dari satu provinsi ke provinsi lain. Minimal ada ketua, sekretaris dan anggota. Pembentukan TP akan disertai dengan pembagian tugas dan fungsi yang jelas serta bagaimana koordinasinya.
2. Dalam waktu paling lambat 3 hari kerja, TP mengadakan rapat persiapan
guna menyusun rencana/jadwal kerja untuk menyelesaikan RPS dan RAPBS.
3. Tim menyusun draf awal.
4. Tim mempresentasikan draf awal di lingkungan terbatas (guru-guru dan
ketua serta anggota komite sekolah). Mendengarkan masukan-masukan dari hadirin.
5. Review draf awal, menyusun draf II.
6. Tim mempresentasikan draf II ke forum yang lebih luas (guru, kepala
sekolah, tokoh masyarakat, tokoh agama, birokrat, pakar, pengawas dll).
7. Review draf II, menyusun draf final. 8. Pengesahan RPS dan RAPBS.
9. Sosialisasi RPS dan RAPBS (melalui rapat oleh komite sekolah dengan
D. PROSES PENYUSUNAN RAPBS
Setelah membentuk Tim Penyusunan RPS dan RAPBS, proses penyusunan RAPBS dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. RPS telah dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) pada tahun yang
se-dang berjalan;
2. Pelajari dengan seksama program dan kegiatan yang telah dituangkan
dalam Rencana Kerja tersebut, dan sepakati kegiatan mana yang men-duduki tempat paling prioritas untuk dilaksanakan pada tahun yang ber-sangkutan;
3. Diskusikan permasalahan yang paling krusial yang harus segera
dipecah-kan. Sekali lagi tentukan urutan prioritas permasalahan tersebut;
4. Pelajari ketentuan tentang harga barang dan jasa yang ada dalam
per-aturan atau ketentuan yang berlaku;
5. Siapkan data akurat yang diperlukan untuk menentukan volume program
dan kegiatan yang menduduki prioritas;
6. Tentukan indikator keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
terse-but;
7. Pelajari sumber dana yang akan menyediakan dana yang diperlukan; 8. Buatlah format RAPBS yang berlaku dan masukkan program dan kegiatan,
serta anggaran yang diperlukan ke dalam format RAPBS tersebut. Contoh format RAPBS sebagai berikut:
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ...
Tahun ...
No. Program dan Kegiatan Volume Satuan Satuan Harga
Sumber Pembiayaan Jumlah
APBN APBD KS Lain-Lain
I Belanja Pegawai
II Administrasi
III Proses Pembelajaran
IV Kegiatan Ektra Kurikuler
V ... Jumlah
..., ...
Mengetahui, Disusun oleh,
Komite Sekolah, Kepala Sekolah.
E. PENUTUP
RAPBS disusun sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen RPS dan Renja yang juga harus disusun oleh sekolah. Proses penyusunan RAPBS dilakukan oleh sekolah bersama dengan Komite Sekolah. Oleh karena itu dokumen RAPBS ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah. Bahkan ada sekolah yang meminta agar Dinas Pendidikan setempat ikut menandatangani dokumen RAPBS tersebut.
Tentu saja pelaksanaan RAPBS merupakan tanggung jawab sekolah. Namun demikian Komite Sekolah akan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RAPBS tersebut.
MODUL 3.5:
MENJALIN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA
KOMITE SEKOLAH DENGAN INSTITUSI
TERKAIT
A. PENDAHULUAN
Sebagai sebuah organisasi, Komite Sekolah tidak dapat bekerja sendiri dalam menjalankan perannya, khususnya dalam peran sebagai lembaga yang memberi dukungan (support) kepada satuan pendidikan. Komite Sekolah perlu membangun kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Komite Sekolah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik apabila tidak memiliki hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak lain. Hubungan dan kerjasama tersebut dapat menghasilkan berbagai masukan sumberdaya bagi Komite Sekolah.
B. PENDEKATAN PROGRAM KERJASAMA DI BIDANG PENDIDIKAN
Pada dasarnya keseluruhan pelaksanaan program kerja sama ini, baik di tingkat masyarakat kelurahan hingga ke tingkat kota/kabupaten, tidak boleh dipahami sebagai suatu proses yang administratif formal maupun mekanisme prosedural saja, namun diharapkan yang terjadi adalah “dinamika proses” dari pelaksanaan kegiatan itu sendiri. Dengan menitikberatkan pada tumbuhnya kesadaran kritis semua pelaku dalam melakukan setiap langkah kegiatan, yang bermuara pada pemahaman tentang mengapa, apa, untuk apa, dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
kemandirian serta pembangunan berkelanjutan.
Bertolak dari hal tersebut, maka pendekatan pada kegiatan ini dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan untuk lebih lebih bersifat memberdayakan masyarakat. Dasar proses pemberdayaan masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Proses ini bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Proses ini diharapkan dapat terjadi secara terus menerus sehingga masyarakat akan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian serta meningkatkan taraf hidupnya. Dalam proses ini semua pelaku akan bersama-sama melakukan:
a. Identifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya.
b. Penyusunan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian c. Terlibat aktif di dalam pelaksanaan rencana kegiatan
d. Secara terus-menerus memantau dan mengkaji proses dan hasil kegiatannya (Monitoring dan Evaluasi)
Proses tersebut untuk selanjutnya akan berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan dengan tiap kali berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dilanjutkan dengan melakukan identifikasi dan pengkajian permasalahan yang muncul dan selanjutnya menyesuaikan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk kemudian menerapkan rencana yang baru dan seterusnya (Gambar 3.5.1)
Gambar 3.5.1. Proses Perencanaan Partisipatif a. = Kajian
b. = Perencanaan
c. = Pelaksanaan
C. PRINSIP DASAR HUBUNGAN DAN KERJA SAMA
Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dilaksanakan sungguh-sungguh oleh para pelaku program dalam pelaksanaan program kerjasama ini adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Membangun Dari Dalam (Development from within)
Substansi dasar proses pengembangan masyarakat dititikberatkan pada upaya membangun kepedulian dan kesatuan serta solidaritas sosial masyarakat untuk bahu-membahu dan bersatu-padu menanggulangi permasalahan di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan, melalui upaya menggali dan menumbuhkembangkan nilai-nilai universal kemanusiaan dan prinsip-prinsip kemasyarakatan.
Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah tumbuhnya kesadaran kritis dan kesiapan masyarakat bahwa persoalan kemiskinan di wilayahnya hanya akan bisa diatasi oleh mereka sendiri, dengan cara; (1) bertumpu pada keswadayaan, kemandirian dan pembangunan berkelanjutan, (2) keputusan serta tindakan yang lebih adil, lebih jujur dan lebih berpihak pada masyarakat miskin, dan (3) upaya menggali dan menggalang segenap potensi kepedulian, kerelawanan serta solidaritas dan kesatuan sosial.
Prinsip dasar pengembangan masyarakat yang harus diyakini oleh semua pihak adalah bahwa proses pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat tidak akan efektif dengan hanya bertumpu dan selalu mengandalkan pendampingan dari pihak luar, baik itu fasilitator, konsultan maupun pemerintah. Terlebih apabila substansi pemberdayaan masyarakat ini terkait erat dengan perubahan perilaku masyarakat. Peran dari pendampingan pihak luar masyarakat hanyalah sebagai pelengkap dari adanya inisiatif, prakarsa, komitment, kepedulian, motivasi ikhtiar dari masyarakat itu sendiri.
Pada sisi lain, bagi para pendamping (fasilitator, konsultan dll), prinsip membangun dari dalam mengandung makna bahwa proses pendampingan tahapan kegiatan tidak hanya dilaksanakan sendiri oleh para pendamping, tetapi justru para pendamping seharusnya dapat melakukan proses pendampingan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran bagi masyarakat. Sehingga selain masyarakat akan mampu melakukan tahapan kegiatan sendiri juga dapat menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap mengapa, apa dan untuk apa kegiatan itu dilakukan.
2. Prinsip Kerelawanan
Proses pengembangan masyarakat dengan prinsip membangun ’masyarakat dari dalam’ akan membutuhkan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat itu sendiri yang bekerja tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. ’Proses membangun dari dalam’ tidak akan terlaksana apabila pelopor-pelopor yang menggerakkan masyarakat tersebut merupakan individu atau sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi dan hanya mementingkan urusan ataupun kepentingan pribadi serta golongan atau kelompoknya. Dengan kata lain, perubahan perilaku masyarakat akan sangat ditentukan oleh relawan-relawan atau kader-kader motor penggerak setempat yang memiliki ’moral’ yang baik atau diakui kualitas sifat kemanusiaan yang dimilikinya, dibandingkan dengan kader-kader yang bertumpu pada pengalaman, pendidikan, status sosial, dll.
Pengertian relawan masyarakat dalam program bantuan pendidikan mengandung makna yang cukup luas, antara lain yakni: (1) Relawan-relawan terlibat mendalam secara khusus dalam satu atau beberapa tahapan kegiatan dengan menjadi utusan warga atau panitia-panitia dari pelaksanaan tahapan kegiatan dimaksud. (2) Relawan-relawan masyarakat yang ikut dalam struktur yang dibangun masyarakat untuk melaksanakan program peningkatan mutu pendidikan, serta (3) Relawan-relawan yang mengikuti seluruh proses pelaksanaan untuk membantu masyarakat atau bahkan relawan-relawan yang tidak ikut terlibat dalam pelaksanaan, namun memberikan kontribusi nyata bagi kelancaran kegiatan.
D. KEKELIRUAN/SALAH PERSEPSI TENTANG KERJASAMA KOMITE SEKOLAH DENGAN PIHAK LAIN
Selama berkembangnya Komite Sekolah, beberapa Komite Sekolah beru-paya membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Tujuan dari kerjasama tersebut adalah dalam upaya membantu satuan pendidikan. Namun demikian sering terjadi salah persepsi tentang bentuk kerjasama tersebut. Salah persepsi pertama adalah bahwa kerjasama harus menghasilkan uang atau barang. Guna mencapai tujuan tersebut kerjasama yang dibangun adalah dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Padahal kerjasama dengan DUDI bukan merupakan keharusan. Kerjasama juga tidak harus menghasilkan uang atau barang. Salah
persepsi kedua adalah bahwa kerjasama harus dinyatakan dalam MOU (
E. PENUTUP
Dalam upaya melaksanakan fungsinya sebagi lembaga yang memberi dukungan kepada satuan pendidikan, Komite Sekolah perlu membangun kerjasama dengan institusi terkait. Ada beberapa pendekatan dan prinsip dalam membangun kerjasama tersebut. Hubungan dan kerjasama tersebut harus berdasarkan prinsip bahwa ada keinginan untuk memberdayakan diri dari pihak Komite Sekolah dan ada dasar kerelawanan dari pihak terkait untuk membantu satuan pendidikan melalui Komite Sekolah.
PAPARAN 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF
MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF
Disampaikan oleh: Komite Sekolah
Dalam
Mudul Pemberdayaan Komite Sekolah
FUNGSI KOMITE SEKOLAH
Komite Sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan:
Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan;
Memberikan arahan dan dukungan (supporting agency) baik dalam bentuk tenaga, sarana dan prarasana pendidikan;
Melakukan pengawasan (controlling agency) pada tingkat satuan pendidikan.
TUGAS KOMITE SEKOLAH
Pasal 196 (3) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, dijelaskan bahwa: Komite Sekolah/Madrasah memperhatikan dan menindaklanjuti terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan.
Dengan pelaksanaan tugas Komite Sekolah tersebut, keberadaan Komite Sekolah/Madrasah akan:
Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Memberikan masukan, saran dan pertimbangan, serta rekomendasi, baik secara lisan maupun tertulia kepada satuan pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dan juga mutu pendidikan secara keseluruhan
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan
SEKOLAH EFEKTIF
Sekolah efektif, menurut Peter Mortimore (1996) adalah:
“
A high performing school, through its
well-established system promotes the highest
academic and other achievements for the
maximum number of students regardless of
its socio-economic background of the
families
”.SEKOLAH EFKETIF
Cheng (1996) mendefinisikan sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki kemampuan dalam menjalankan fungsinya secara
maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan.
CIRI SEKOLAH EFEKTIF
Efektivitas proses belajar mengajar tinggi;
Kepemimpinan sekolah yang kuat; Lingkungan sekolah yang aman dan
tertib;
Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif;
Sekolah memiliki budaya mutu; Sekolah memiliki “teamwork” yang
kompak, cerdas, dan dinamis;
Sekolah memiliki kemandirian;
Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen.
Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik).
Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
Komunikasi yang baik.
Sekolah memiliki akuntabilitas. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat.
KOMITE SEKOLAH EFEKTIF
Penyamaan visi.
Membangun Tim Yang Efektif Mengembangkan Kreativitas
Perangkat Organisasi Komite Sekolah Kepengurusan.
Struktur Organisasi.
Job description.
AD/ART.
PAPARAN 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH
PELAKSANAAN PROGRAM KOMITE SEKOLAH Sebuah organisasi dapat dikatakan berjalan apabila organisasi tersebut melaksanakan programdan kegiatan
Kegiatan merupakan penjabaran dari Program
2
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN
KEGIATAN
1. IDENTIFIKASI MASALAH
2. PENENTUAN PRIORITAS
3. ANALISIS MASALAH
4. PERENCANAAN PROGRAM
5. PELAKSANAAN PROGRAM
6. E VALUASI PROGRAM
3
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Merupakan langkah pertama dalam menjalankan roda organisasi
Masalah utama yang harus diidentifikasi adalah masalah pendidikan di satuan pendidikan, bukan masalah organisasi Komite Sekolah
4
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Setiap satuan pendidikan (satuan pendidikan yang maju sekalipun) tentu memiliki masalah baik
masalah akademik maupun masalah non-akademik (masalah non-akademik yang berdampak pada masalah akademik)
Catat semua masalah yang dapat diidentifikasi yang dikelompokkan berdasarkankan pada : jenis, tingkat, kaitan dengan visi
5
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN
KEGIATAN
PENENTUAN PRIORITAS
Dari sekian banyak masalah yang berhasil
diidentifikasi dan sudah dikelompok-kelompokkan,
pilih masalah-masalah yang merupakan prioritas untuk dipecahkan dalam jangka pendek
Kaitkan dengan ketersediaan personel, dana, dan fasilitas penunjang
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN
ANALISIS MASALAH
Lakukan analisis masalah pada masalah yang terpilih sebagai prioritas :
Identifikasi akar masalah
Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah
Buat daftar alternatif kemungkinan pemecahan masalah
dan untung/rugi masing-masing alternatif
Pilih alternatif terbaik berdasarkan kesepakatan
bersama
Buat perencanaan untuk pemecahan masalah
7
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN
PERENCANAAN PROGRAM
Pelaksanaan program dilaksanakan berdasarkan perencanaan program, yang dituturunkan ke dalam rencana aksi
Disusun dalam sebuah matriks
8
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN
KEGIATAN
PERENCANAAN PROGRAM
Contoh Matriks rencana Aksi :
Topik Masalah Program
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
Waktu yang dibutuhkan
Sumberdaya yang diperlukan
Penanggung Jawab
Indikator keberhasilan (indikator kinerja)
9
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN
PERENCANAAN PROGRAM Contoh Matriks rencana Aksi :
Topik
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN
KEGIATAN
PELAKSANAAN PROGRAM
Berdasarkan rencana aksi, penanggung jawab program kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dalam matriks rencana aksi
11
LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN
EVALUASI PROGRAM
Evaluasi program dilaksanakan selama berjalannya kegiatan. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan indikator kinerja
program/kegiatan dengan hasil yang berhasil dicapai (di bawah target atau di atas target)
Lakukan analisis dan tindakan koreksi bila pencapaian hasil berada di bawah target.
SYARAT SEBUAH ORGANISASI KOMITE SEKOLAH DAPAT
MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DENGAN BAIK
adalah dengan :
MEMBANGUN ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF
13
BAGAIMANA MEMBANGUN ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF?
Langkah Pertama :
KONSOLIDASI ORGANISASI :
Penyamaan Visi
Membangun Tim yang Efektif
Mengembangkan Kreativitas
14
BAGAIMANA MEMBANGUN ORGANISASI
KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF?
Penyamaan Visi
Sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik apabila semua anggota pengurus dan anggota memiliki visi yang sama,
Dalam hal KOMITE SEKOLAH visinya, misalnya, adalah menjadikan sekolah INI, sekolah yang mampu
menghasilkan lulusan yang bermutu secara intelektual, emosional, dan spiritual
15
BAGAIMANA MEMBANGUN ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF?
Membangun Tim yang Efektif
Sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada kebersamaan di dalam Tim.
KOMITE SEKOLAH harus membangun TEAM WORK yang baik
Bagaimana membangun TEAM WORK yang efektif ?
16
BAGAIMANA MEMBANGUN ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF?
Mengembangkan Kreativitas
Sebuah organisasi dapat berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila organisasi tersebut dipenuhi oleh orang-orang yang penuh kreativitas
Orang yang kreatif adalah orang yang selalu bertanya tentang sesuatu hal yang dianggap masalah
Orang yang kreatif adalah orang yang selalu berfikir untuk memecahkan suatu masalah
Orang yang kreatif adalah orang yang selalu memiliki gagasan-gagasan baru, yang kadang-kadang tidak pernah difikirkan orang lain
17
PENUTUP
Setiap KOMITE SEKOLAH sebagai sebuah organisasi dapat merancang program dan kegiatan untuk memecahkan masalah pendidikan di sekolah/satuan pendidikan tersebut, melalui proses yang benar
Dapat dimengerti apabila belum semua KOMITE
SEKOLAH mampu merancang program dan kegiatan yang baik
Prinsipnya : jangan dipaksakan
Tetapi bahwa tekad untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan merupakan alasan seseorang
mengabdikan dirinya di organisasi KOMITE SEKOLAH bukan karena alasan lain.
PAPARAN 3.3: MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
Disampaikan Oleh:
Kegiatan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah Yang Terbina
Dalam Acara
TOT PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH TAHUN 2012
PENTINGNYA PERENCANAAN (PLANNING)
Tiga Fungsi Manajeman: (1) perencanaan (planning), (2)
pengorganisasian (organizing), dan (3) pengarahan
(directing).
Tiga fungsi manajemen ini merupakan ringkasan dari lima
fungsi manajemen: (1) merancang, (2) mengorganisasi, (3) memerintah, (4) mengoordinasi, dan (5) mengendalikan.
Pelaksanaan fungsi manajemen tersebut tidak lain adalah
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi perencanaan merupakan fungsi penting dalam manajemen.
UNGKAPAN TENTANG PENTINGNYA PERENCANAAN
“Who don’t make a plan, make a fail”
Siapa yang tidak membuat rencana, membuat
kegagalan.
Untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan di
sekolah, dan sekaligus juga untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, lembaga pendidikan sekolah ini harus menyusun perencanaan, yang dikenal dengan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).