• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama tercapainya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur

mencerminkan adanya investasi dan investasi yang merata mencerminkan adanya

pembangunan infrastruktur yang memadai dan mampu melayani pergerakan

ekonomi. Dalam rangka meningkatkan investasi pemerintah telah sejak lama

membuat berbagai kebijakan pemberian fasilitas bea masuk dalam bentuk

penangguhan, pembebasan, keringanan, hingga bea masuk yang ditangguh

pemerintah. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan

penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga

menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal

asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada

suatu tujuan yang hendak dicapai.1

Penanaman modal di Indonesia sendiri dikenal pertama kali melalui

kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan masuknya

modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya dalam bidang perkebunan pada

tahun 1870. Berbagai rangsangan atau insentif dikeluarkan oleh pemerintah

kolonial Belanda yang menarik penanam modal asing swasta Eropa maupun dari

negaranya sendiri untuk melakukan usaha di dalam daerah jajahannya melalui

1

(2)

serangkaian kemudahan seperti memperoleh lahan perkebunan konsesi izin serta

ditambah dengan upah buruh yang sangat murah.2

Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik

investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portfolio

investmen), sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada

investasi langsung. Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki

unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya

mempertahankan nilai modalnya.3 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UU Penanaman Modal)

dikemukakan, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman

modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal

asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.4

Para pendiri republik ini jika dicermati secara seksama memiliki cita-cita

yang sungguh menakjubkan yakni bagaimana menyejahterakan masyarakat. Hal Penanaman

modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di

wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam

negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah

kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan

modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal

dalam negeri.

2

Jochen Ropke, Kebebasan yang Terhambat: Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1986), hlm. 157.

3

Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 1.

4

(3)

ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai

tujuan tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun

memerlukan kerja keras semua pihak. Sarana yang dicapai dalam memperoleh

tujuan tersebut, yakni melalui pranata pembangunan. Untuk melaksanakan

pembangunan tersebut tidak dapat dipungkiri membutuhkan modal yang tidak

sedikit. Apabila hanya mengandalkan modal dan sumber dana pemerintah, hampir

dapat dipastikan agak sulit mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh para pendiri

republik ini. Maka dari itu perlu dicari sumber dana lain. Salah satu sumber modal

yang dapat dimanfaatkan adalah melalui prannata hukum penanaman modal.

Melalui pranata hukum penanaman modal diharapkan ada payung hukum yang

jelas bagi investor jika ingin menanamkan modalnya.5

Peranan penanam modal cukup signifikan dalam membangun

perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade

terakhir ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang

berusaha secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Di

lain pihak, dari sudut pandang investor adanya keterbukaan pasar di era

globalisasi membuka peluang untuk berinvestasi diberbagai negara. Tujuannya

sudah jelas yakni bagaimana mencari untung, sedangkan negara penerima modal

berharap ada partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan

nasionalnya.6

Mengingat adanya perbedaan sudut pandang antara investor dengan

penerima modal, dirasa perlu untuk mengakomodasikan kedua kepentingan

5

Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 4. 6

(4)

tersebut dalam suatu norma yang jelas. Untuk itu, perlu dicari hubungan antara

motif investor mencari untung dengan tujuan negara penerima modal yakni usaha

untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Agar investor mau

menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya. Investasi secara

langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal

dalam kegiatan pengelolaan modal.7

Semua negara khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing.

Modal asing tersebut merupakan suatu hal yang semakin penting bagi

pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak

mungkin dihindari. Adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan,

telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi, dan sektor-sektor

kehidupan lainnya menyebabkan arus informasi semakin mudah dan lancar antar

individu maupun antar kelompok. Semakin mengglobalnya dunia bisnis, maka

aliran modal pun akan cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Modal

akan berhenti atau tepatnya investor akan menanamkan modalnya di tempat yang

peluang investasinya cukup kondusif. Untuk itu penerima modal harus

menyiapkan berbagai sarana dalam menarik investor. Artinya persaingan dalam

merebut calon investor semakin terbuka dan penuh kompetisi. Oleh karena itu,

sudah tidak dapat lagi hanya mengandalkan keunggulan komparatif semata (tidak

hanya memiliki sumber daya alam dan mempunyai tenaga kerja yang murah),

7

(5)

akan tetapi harus dapat menciptakan iklim yang kondusif dan sehat sehingga

meningkatnya daya saing Indonesia sebagai tujuan penanaman modal.8

Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang meyediakan transportasi,

pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial

dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan sistem pendukung utama

fungsi-fungsi sitem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu faktor yang dijadikan parameter untuk menilai apakah tempat

berinvestasi kondusif atau tidak, yakni adanya kepastian hukum. Artinya apakah

pelaku usaha dalam menjalankan usahanya dijamin oleh peraturan

perundang-undangan yang jelas. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi oleh Indonesia

yang sudah ada di depan mata adalah bagaimana menciptakan iklim investasi

yang kompetitif dengan negara-negara lain yang juga tengah berupaya untuk

menarik investor masuk ke negaranya. Kesulitan dalam penyediaan infrastruktur

sudah mulai berlangsung sejak lama. Persoalan-persoalan yang muncul antara lain

meliputi keterbatasan dana dari pemerintah, peningkatan penduduk yang terus

berlangsung terutama di kota-kota besar, krisis ekonomi di era otonomi, euforia

otonomi yang cenderung kebablasan dari kabupaten/kota menjadi beberapa

penyebab perkembangan infrastruktur kalah cepat dibandingkan dengan dinamika

pertumbuhan yang ada. Di negara-negara maju, tingkat pertumbuhan penduduk

dan urbanisasi relatif rendah, dengan demikian kota tidak mengalami perubahan

atau berkembang.

8

(6)

Sistem infrastruktur dapat didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau

struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang

dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sitem ekonomi masyarakat.9

Jumlah investasi yang diinvestasikan di Indonesia cukup tinggi pada masa

orde baru. Hal ini disebabkan stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan

pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan aman dan terkendali

sehingga para investor mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalm

berusaha di Indonesia. Sementara itu, sejak terjadi reformasi jumlah investasi baik

domestik maupun asing mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini terlihat

pada data BKPM periode Januari-Oktober 2004 jumlah investasi asing sebanyak Setiap negara terutama yang sedang berkembang termasuk Indonesia

dalam rangka mewujudkan cita-cita politiknya menempuh pembangunan nasional

yang bertahap. Untuk itu diperlukan biaya yang sangat besar yang bersumber dari

dalam negeri maupun luar negeri. Berbagai bentuk dan cara pemanfaatan sumber

luar negeri ditempuh oleh masing-masing negara. Antara lain berupa bantuan

keuangan, bantuan ahli, bantuan program dan proyek, bantuan teknologi,

pinjaman modal yang berupa kredit, penanaman modal asing dan kegiatan

operasional perusahaan multinasional. Semuanya itu dilakukan secara selektif

menurut relevansi kepentingan tujuan, berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam tahapan pembangunan nasional mempunyai

peranan khusus sesuai dengan modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang

dibawanya serta.

9

(7)

8,85 miliar dolar AS, dengan jumlah proyek sebanyak 969 proyek, sedangkan

sebelum reformasi, yaitu pada tahun 1995 jumlah investasi asing yang ditanamkan

di Indonesia sebanyak 39.891 miliar dolar AS, sedangkan jumlah proyeknya

sebanyak 783 proyek pada tahun 1995. Ini disebabkan negara dalam keadaan

stabil. Ini menunjukkan bahwa dalam orde reformasi jumlah investasi asing yang

masuk ke Indonesia mengalami penurunan, sedangkan sebelum reformasi jumlah

investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami kenaikan yang sangat

signifikan.10

Jumlah realisasi investasi asing langsung pada tahun 2006 ke Indonesia

sebanyak 4,69 miliar dolar AS dengan jumlah proyek sebanyak 801 proyek.

Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 45,91% dari tahun 2005, sedangkan

jumlah proyeknya turun sebesar 3,61%. Ketua Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) mengemukakan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan investasi

di Indonesia adalah pertama, menurunnya komitmen investasi tahun 2004 dan

2005 dibandingkan tahun 2003. Kedua, kenaikan harga bahan bakar minyak yang

mendorong kenaikan nilai investasi dan ongkos produksi. Ketiga, krisis

ketenagalistrikan di sepuluh wilayah di Indonesia. Keempat, krisis gas di Jawa

Barat dan Jawa Timur sehingga menunda ekspansi usaha. Kelima, masalah

perburuhan. Keenam, harmonisasi tarif pajak.11

Perubahan yang radikal diperlukan untuk meningkatkan jumlah investasi

yang ditanamkan oleh investor di Indonesia, diperlukan adanya perubahan yang

radikal. Salah satunya adalah perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1

10

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 96.

11

(8)

Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Alasan perlunya perubahan

kedua undang-undang ini adalah karena tidak sesuai lagi dengan tantangan dan

kebutuhan untuk mempercepat perkembangan perekonomian nasional, melalui

konstruksi pembangunan hukum nasional di bidang penanaman modal yang

berdaya asing dan berpihak kepada kepentingan nasional.

Pemerintah telah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang

Penanaman Modal dan pada tanggal 29 Maret 2007 di tahun 2006, RUU tersebut

telah disahkan oleh DPR RI. Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal ini

telah ditetapkan menjadi undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal. Dimana undang-undang ini terdiri atas 14 bab

dan 40 pasal. Sejak disahkan UU Penanaman Modal oleh DPR pada tanggal 29

Maret 2007, sudah ada tiga negara yang telah menawarkan diri untuk

menanamkan investasinya di Indonesia diantaranya adalah Korea Selatan, Cina,

dan Jepang. Ketiga negara tersebut tertarik menanamkan investasinya di Indonesia

disebabkan UU Penanaman Modal adalah dimaksudkan untuk memberikan

kepastian hukum, transparansi, tidak membeda-bedakan investor, serta

memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri.

Hukum investasi mengatur hubungan antara investor dengan penerima

modal. Status investor dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu investor

asing dan investor domestik. Investor asing merupakan penanam modal yang

berasal dari luar negeri, sedangkan investor domestik merupakan penanam modal

(9)

sangatlah erat karena investor sebagai pemilik modal/uang akan bersedia

menanankan investasinya di negara penerima modal, dan negara penerima modal

harus dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum, dan rasa aman

bagi investor dalam berusaha.12

Pembentukan UU Penanaman Modal harus didasarkan pada semangat

untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga dapat

meningkatkan daya tarik sehingga Indonesia menjadi negara tujuan investasi. Hal

tersebut mulai dilakukakan dengan mengganti kebijakan investasi yang dulunya

tertutup atau sangat dibatasi dengan kebijakan yang lebih terbuka menerapkan

asas nondiskriminasi dan perlakuan yang sama antara modal dalam negeri dan

modal asing. Dengan dihasilkannya daftar negatif investasi hingga mencakup

sejumlah kecil bisnis saja yang terkait dengan kesehatan, pertanahan, keamanan

dan lingkungan hidup. Kemudian dilanjutkan dengan UU Penanaman Modal yang

mengatur hal-hal yang penting, yang mencakup semua kegiatan penanaman modal

langsung disemua sektor yang meliputi kebijakan dasar penanaman modal, bentuk

keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang

diwujudkan dengan pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal dan

tanggung jawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan

perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang

didalamnya mengatur mengenai kelembagaan urusan pananaman modal dan

ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Dalam Pasal 18 sampai

degan Pasal 24 UU Penanaman Modal, ditentukan bahwa investor, baik domestik

12

(10)

maupun asing yang menanamkan investasinya di Indonesia diberikan fasilitas atau

kemudahan-kemudahan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam

penulisan skripsi ini akan diberi judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas

Keringan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam

Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut diatas, adapun beberapa

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelenggaraan pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan

umum ?

2. Bagaimana pengaturan bea masuk bahan baku untuk kegiatan investasi di

Indonesia ?

3. Bagaimana fasilitas keringanan bea masuk bahan baku investasi bagi kegiatan

investasi asing dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai

dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penyelenggaraan pembangunan infrastruktur di bidang

pekerjaan umum.

b. Untuk mengetahui pengaturan bea masuk bahan baku untuk kegiatan

(11)

c. Untuk mengetahui fasilitas keringanan bea masuk bahan baku investasi

bagi kegiatan investasi asing dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan

umum.

2. Manfaat penulisan

Selain tujuan yang diuraikan diatas, penulisan skripsi ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

a. Secara teoritis

Hasil penelitian skripsi ini diharapkan menjadi bahan untuk

pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi para teoritis yang

ingin mengetahui dan memperdalam tentang fasilitas keringanan bea

masuk bahan baku investasi bagi kegiatan investasi asing dalam

pembangunan infrastruktur pekerjaan umum.

b. Secara praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau

pemikiran lebih lanjut untuk mengetahui dan memperoleh informasi

tentang penyelenggaraan pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan

umum serta dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan para pihak

yang berperan untuk memberikan suatu informasi pemahaman tentang

(12)

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas

Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam

Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum” adalah hasil pemikiran sendiri.

Skripsi ini menurut sepengetahuan, belum pernah ada yang membuat. Jika ada

seperti beberapa judul skripsi yang diuraikan dibawah ini dapat diyakini bahwa

substansi pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi

ini dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah. Pengujian tentang

kesamaan dan keaslian judul yang diangkat judul yang diangkat di perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara juga telah dilakukan dan dilewati,

maka ini juga dapat mendukung tentang keaslian penulisan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di perpustakaan pusat

Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

maka judul skripsi yang telah ada dan yang ada kaitannya dengan judul “Tinjauan

Yuridis Terhadap Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan

Investasi Asing Dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum” adalah

sebagai berikut:

1. Bonatua E. Manihuruk (080200118) dengan judul skripsi “Perlakuan Dan

Pemberian Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Perspektif

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.”

(13)

a. Bagaimana perlakuan yang diberikan pemerintah kepada penanam modal

berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal ?

b. Bagaimana ketentuan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada penanam

modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal ?

c. Bagaimana pengawasan pemerintah terhadap penanam modal yang

diberikan fasilitas penanaman modal ?

2. Rahmad Anwar Lubis (090200470) dengan judul skripsi “Kebijakan

Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Pemberdayaan Investasi Di Daerah

Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal.”

Rumusan permasalahan:

a. Bagaimana koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam melakukan pemberdayaan kegiatan investasi daerah berdasarkan

peraturan terkait penanaman modal ?

b. Bagaimana pengaturan penanaman modal menurut Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ?

c. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah dalam melakukan pemberdayaan

investasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal ?

Dengan demikian penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas

(14)

Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum” belum pernah ditulis sebelumnya,

sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi ini nantinya adalah asli dari hasil tulisan

penulis.

E. Tinjauan Pustaka

1. Bea masuk

Pasal 1 ayat 15 Undang Nomor 10 Tahun 1995 jo

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan (selanjutnya disebut UU

Kepabeanan) menjelaskan bahwa bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan

undang-undang kepabeanan yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.

Pasal 25 UU Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal berupa

pembebebasan bea masuk terhadap barang impor yang digunakan untuk keperluan

tertentu. Disamping itu pembebasan bea masuk diberikan pula terhadap

barang-barang yang digunakan untuk kepentingan publik yang bersifat nonkomersial,

kemajuan pendidikan, dan ilmu pengetahuan, sosial kemanusiaan, pertahanan dan

keamanan, serta kesehatan.

Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang

dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Yang dimaksud

dengan daerah pabean adalah wilayah republik Indonesia yang meliputi wilayah

(15)

ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku undang undang

kepabeanan.13

2. Penanaman modal

Pasal 1 ayat 1 UU Penanaman Modal disebutkan bahwa penanaman modal

adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam

negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah

Indonesia. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan

kedaulatan politik dan ekonomi yang menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan modal yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu,

penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian

nasional.14

Kamus Istilah Keuangan dan Investasi menggunakan istilah investment

(investasi) yang mempunyai arti penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik

melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih

berorientasi ke resiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat

pula menunjuk ke suatu investasi keuangan (di mana investor menempatkan uang Penanaman modal secara konseptual meliputi antara lain tiga kegiatan

utama yaitu investasi masyarakat, investasi swasta dalam rangka penanaman

modal dalam negeri dan penanaman modal asing, serta belanja barang modal serta

pengeluaran rutin oleh pemerintah daerah. Kegiatan investasi masyarakat

merupakan kegiatan penanaman modal dalam bentuk pembelian aset-aset tidak

bergerak seperti tanah, pembangunan tempat usaha dan pembelian mesin-mesin.

13

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 jo Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan Pasal 1 ayat 2.

14

(16)

ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu

seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan perkerjaannya.15

a. Dilihat dari segi sumber modalnya

Macam-macam penanaman modal yaitu :

16

1) Penanaman modal dalam negeri

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan menggunakan

modal dalam negeri.

2) Penanaman modal asing

Penanaman modal asing berdasarkan asing adalah kegiatan

menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang

menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan

dengan penanam modal dalam negeri.

3. Infrastruktur

Menurut Grigg Neil infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang

menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan

fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan

15

John dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi (Jakarta: Elex Media Komputendo, 1994), hlm. 300.

16

(17)

pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan konomi dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat.17

Infrastruktur didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang

dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi

pemerintah dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi

dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan

sosial. Dalam bidang pekerjaan umum sendiri kebutuhan infrastruktur ditentukan

atau dipengaruhi oleh struktur ruang kota. Perencanaan mencerminkan

kemudahan interaksi antara aktivitas dan penduduknya. Kota-kota yang

berkembang dengan suatu perencanaan pada umumnya dirancang dengan

mempertimbangkan beberapa hal seperti kemudahan pencapaian, sirkulasi,

kemanana, kesehatan, dan efisiensi penggunan dan pengadaan infrastruktur

penunjang.

18

4. Fasilitas penanaman modal

Pasal 18 sampai dengan Pasal 24 UU Penanaman Modal ditentukan bahwa

investor baik domestik maupun asing yang menanamkan investasinya di

Indonesia diberikan fasilitas atau kemudahan-kemudahan dalam penanaman

investasinya. Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal dapat

berupa:

a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingat

tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu

tertentu.

17

Robert J. Kodoatie, Op. Cit., hlm. 8. 18

(18)

b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,

atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di

dalam negeri.

c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong

untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan

tertentu.

d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor

barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang

belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.

e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

f. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha

tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.19

F. Metode Penulisan

1. Jenis, sifat dan pendekatan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan UU

Penanaman Modal, UU Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut sebagai UU Pemerintah Daerah),

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013 Tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011 Tentang Pembebasan Bea

Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku Untuk Diolah, Dirakit, Atau

Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor, Perka BKPM

19

(19)

Nomor 12 Tahun 2015, Keputusan Diretur Jendral Bea dan Cukai tentang Tata

Cara Pemberian Keringanan Bea Masuk Oleh Industri/Industri Jasa Yang

Melakukan Pembangunan/Pengembangan Berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 135/KMK.05/2000 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan

hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap

masalah hukum.20

Sifat penelitian yang melekat pada penulisan skripsi ini adalah penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Penelitian tersebut

maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat

membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka

menyusun teori baru.21

2. Data penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan dalam

penulisan skripsi ini adalah pendekatan Yuridis Normatif, yaitu dengan

menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap

asas-asas hukum yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan.

Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

penelitian kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk mendapatkan

konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual,

20

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 12.

21

(20)

baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.22

a. Bahan hukum primer

Data

sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

Dokumen berupa peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang

berwenang. Dalam skripsi ini diantaranya Undang-Undang Dasar Tahun

1945, UU Penanaman Modal, UU Kepabeanan, UU Pemerintah Daerah,

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013 Tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011

Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku

Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan

Untuk Diekspor, Perka BKPM Nomor 12 Tahun 2015, Keputusan Diretur

Jendral Bea dan Cukai tentang Tata Cara Pemberian Keringanan Bea

Masuk Oleh Industri/Industri Jasa Yang Melakukan

Pembangunan/Pengembangan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 135/KMK.05/2000

b. Bahan hukum sekunder

Dokumen yang merupakan bacaan yang relevan seperti buku-buku,

seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran karya tulis ilmiah dan

beberapa sumber internet yang berkaitan dengan materi yang diteliti.

22

(21)

c. Bahan hukum tersier

Dokumen yang berisi tentang konsep-konsep maupun bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu internet,

selanjutnya penulis mengumpulkan, memadukan, menafsirkan dan

membandingkan buku-buku dan bacaan tersebut dengan setiap permasalahan yang

dibahas dalam penulisan skripsi ini. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut

kemudian dibuat ringkasan secara sitematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi

dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari

konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.23

4. Analisis data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya.24

23

Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 24.

24

Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 69.

Metode analisis data dilakukan dengan metode

kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan

kesimpulan secara deduktif adalah suatu proporsi umum yang kebenarannya telah

diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat

lebih khusus. Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan

(22)

membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan konsep, asas

dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan

tujuan penulisan yang dirumuskan.25

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar

memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan

memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan kesatuan yang

saling berhubungan dengan yang lain. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi

ini adalah:

Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Bab I mengenai pendahuluan. Dalam bab ini berisikan pendahuluan yang

pada pokoknya menguraikan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi,

perumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam bab pembahasan,

tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode

penulisan, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II tentang penyelenggaraan pembangunan infrastrukutur di bidang

pekerjaan umum. Dalam bab ini membahas tentang penyelenggaraan

pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan umum yang meliputi tentang latar

belakang pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan umum, landasan hukum

pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan umum, peran pemerintah dalam

pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan umum, serta penyelenggaraan

pembangunan infrastruktur di bidang pekerjaan umum.

25

(23)

Bab III tentang pengaturan bea masuk bahan baku untuk kegiatan investasi

di Indonesia. Dalam bab ini membahas tentang pengaturan bea masuk bahan baku

untuk kegiatan investasi di Indonesia yang meliputi tentang pengertian dan

jenis-jenis bea masuk, bea masuk bahan baku investasi di Indonesia, pengaturan bea

masuk bahan baku investasi di Indonesia, serta penyelenggaraan bea masuk oleh

perusahaan Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013

Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011

Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku Untuk

Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk

Diekspor.

Bab IV mengenai fasilitas keringanan bea masuk bahan baku investasi

bagi kegiatan investasi asing dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum.

Dalam bab ini membahas tentang fasilitas fiskal bagi kegiatan penanaman modal,

pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku investasi bagi kegiatan

investasi asing dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum, kelemahan

Dan kelebihan pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku investasi

bagi kegiatan investasi asing dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum,

serta hambatan dalam pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku

investasi bagi kegiatan investasi asing dalam pembangunan infrastruktur

pekerjaan umum.

Bab V tentang kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis membuat

suatu kesimpulan dan saran dimana saran dibuat untuk menjadi bahan masukan

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan hubungan antara variabel kecerdasan emosional (X 1 ) dan variabel motivasi mengajar (X 2 ) secara bersama-sama dengan variabel kinerja guru melalui observasi

Sudut yang terbentuk pada leher cukup besar karena posisi bagian atas layar monitor terlalu jauh di bawah mata, tidak sejajar atau sedikit di bawah mata, sehingga

Proses pemisahan kumbang jantan dan betina..

Tabel berikut ini adalah gambaran ketersediaan dan kebutuhan Dokter Umum di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2012.. Jumlah ini belum memenuhi kebutuhan

Keterkaitan antara imageability dengan merubah proses evakuasi adalah upaya peningkatan imageability yang lebih lanjutnya meningkatkan legibilitas pada elemen evakuasi

Lagu ini beserta resital A Dream Comes True merupakan persembahan dari Richard untuk almarhum ayahnya, dan lagu ini merupakan lagu yang berasal dari drama

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa tindak tutur ilokusi pada aktor dalam pementasan drama

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat