• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Loyalitas Pelanggan Pada Produk-Produk Top Brand Indonesia Dengan Metode Net Promoter Score Pada Kategori Generasi Millenia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Loyalitas Pelanggan Pada Produk-Produk Top Brand Indonesia Dengan Metode Net Promoter Score Pada Kategori Generasi Millenia"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Generasi Internet

Menurut Del Hawkins, dkk (2007: 172), suatu generasi atau yang biasa disebut

kehidupan sosial, lingkungan politik, sejarah, dan ekonomi disebut sebagai kelompok usia

karena mereka telah berbagi sejarah, perilaku dan nilai bersama yang bersifat unik. Analisis

kelompok merupakan suatu proses yang menggambarkan dan menjelaskan suatu sikap,

nilai-nilai dan perilaku dari suatu kelompok umur serta memprediksi sikap, nilai-nilai dan perilaku di

masa yang akan datang.

Generasi Internet adalah sebuah generasi lain dari yang lain. Kelompok ini terdiri atas

anak-anak generasi pasca Perang Dunia Kedua, yang di Amerika Serikat disebut baby

boomer.Siapapun yang lahir antara 1946 dan 1964 dipandang sebagai baby boomer.Dalam 10 tahun sesudah ledakan, angka kelahiran menurun secara dramatis menjadi kelahiran bayi 15

persen lebih sedikit. Itu sebabnya muncul namababy bust. Akan tetapi, istilah ini tidak pernah

popular. Sebagai ganti, mereka disebut Generasi X. Generasi X yang sekarang menjadi orang

dewasa dengan usia sekitar 43 tahun adalah komunikator-komunikator yang agresif yang

sangat menghandalkan media (Tapscott, 2013: 18).

Generasi Millenial atau millennial generation(Gen Y) dikenal sebagai generasi yang

selalu dicari dan didambakan oleh para pemasar dan brand.Generasi Millenial selalu

terhubung, berubah-ubah, tetapi mereka sanggup

memberi pengaruh sebagai penentu trend. Namun, mereka dapat memperkuat brand atau

(2)

Perbedaan mendasar antara Generasi Y dengan generasi-generasi sebelumnya adalah

Generasi Y lebih banyak dipengaruhi oleh media popular seperti film, TV, majalah dan video

game yang akhirnya akan membentuk persepsi dan keyakinan mereka. Generasi Y telah mempunyai akses terhadap komputer, internet dan yang penting lagi Generasi Y sudah hidup

dengan internet dan mereka sangat kompeten mengunakannya untuk mencari informasi

tentang produk.Selanjutnya, internet mereka jadikan sebagai sumber utama informasi yang

dapat dipercaya.

2.1.2 Karakteristik Generasi Internet

Menurut hasil penelitian dan surveiada 5 generasi yang lahir setelah perang dunia

kedua dan berhubungan dengan masa kini menurut teori generasi, yaitu: Tabel 2.1

Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.

No. Kelompok

Generasi Karakterristik

2. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)

Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS instan messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter. Mereka juga suka main game online.

3. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)

(3)

terhadap kepribadian mereka. 4. Generasi Alpha

(lahir tahun 2011-2025)

Gen Alpha adalah generasi yang paling berpelajaran tinggi. Awal bersekolah sekita usia 3-4 tahun. Mewarisi kemewahan material dar yaitu ibu bapak mereka. Berpelajaran tinggi, hidup dibantu oleh gadget-gadget berteknologi tinggi.

Sumber

2.1.3 Pengertian Merek

Konsumen memiliki persepsi yang berbeda terhadap merek yang berbeda, hanya

karena setiap merek yang unik akan lebih mudah dipahami dan memberikan pesan yang

berbeda bahwa merek tersebut mudah diingat oleh konsumen. Merek bukan tentang

mendapatkan konsumen yang kamu pilih, tetapi ini tentang mendapatkan mereka untuk

membuktikan bahwa Anda adalah sebagai satu-satunya solusi.

Beberapa merek yang sukses bahkan dapat dikenali meskipun tanpa tulisan dan hanya

beberapa logo seperti merek Nike, Ferrari, dsb.Okonkwo (2007: 9) menambahkan faktor

pengembangan pemasaran dan bebagai strategi pemasaran dalam pengertian tersebut

sehingga penciptaan sebuah merek didefinisikan sebagai penciptaan sesuatu yang sangat kuat

dan konsisten yang memiliki kemampuan yang dapat menciptakan rasa keterkaitan emosional

dan psikologis dengan konsumen serta menciptakan nilai finansial bagi pemilik merek.

Merek juga menyimbolkan jaminan dan kredibilitas yang meyakinkan konsumen bahwa apa

yang akan mereka beli akn memberikan sesuai dengan yang dijanjikan.

Untuk mempertahankan identitas merek yang unik dan tahan terhadap perubahan,

merek harus menentukan atribut yang membuatnya berbeda dari orang lain dan

mempromosikan ini sebagai alat yangakan meningkatkan kemampuannya untuk diakui oleh

target pasarnya. Aturan untukmenciptakan identitas merek adalah:

(4)

Ketika perusahaan telah menetapkan merek suatu produk tantangan selanjutnya yang

harus dilakukan perusahaan adalah membuat pelanggan merasa puas dan loyal terhadap

produk mereka.Loyalitas merek merupakan komitmen dari pelanggan terhadap sebuah

merek.Loyalitas merek hanya sebagai preferensi konsumen terhadap merek dalam setiap

kategori produk.Hal ini sering terjadi karena keputusan sadar atau tidak sadar pelanggan

dalam membeli.Loyalitas merek dicapai secara progresif dari brand positioning.Brand

positioning terjadi sebagai akibat dari kesadaran konsumen.Ketika konsumen memiliki persepsi yang tepat dari merek, mereka memposisikan merek dalam pikiran mereka dan

cenderung melibatkan bahwa ini adalah pilihan mereka. Jika merek berulang kali disukai,

berarti dibenak konsumen merek akan meningkat, kemudian menyebabkan manifestasi

loyalitas merek melalui pembelian berulang atau niat untuk membeli kembali (Okonkwo,

2007 : 119).

Jika loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, berarti pelanggan tersebut

dapat mengurangi kerentanan dari ancaman merek pesaing.Dengan demikian, loyalitas merek

merupakan salah satu indikator dari ekuitas merek yang sangat berkaitan dengan peluang

penjualan.Ekuitas merek adalah penciptaan nilai tambah pada merek yang membuat

konsumen memberikan alasan untuk memilih merek tersebut.

Secara garis besar merek menjadi sebuah aset yang sangat berharga bagi perusahaan

yang kemudian dipakai di sejumlah produknya demi tujuan memikat hati

konsumen.Keberhasilan perusahaan dalam menciptakan sebuah merek dapat dilihat dari

seberapa banyak orang mudah mengingat merek.Top brand telah mampu meningkatkan

kesadaran akan pentingnya membangun sebuah merek yang kuat. Produsen, pemilik merek

atau para marketer mulai memberikan perhatian yang semakin besar terhadap upaya

membangun merek yang kuat.Top brand sebagai sumber informasi, inspirasi, dan proses

(5)

perhatian untuk mendapatkan penghargaan dibandingkan dengan proses pembelajaran untuk

membangun merek yang kuat di Indonesia.

Menurut Irawan (2016: 13) Top Brandadalah sebuah penghargaan yang digagas

berdasarkan suvei yang dilakukan secara konsisten, komitmen tinggi dan pengukuran yang

didasarkan atas konsep yang solid. Inilah dasar untuk membangun kredibilitas Top

Brand.Top brand Indonesia adalah merek yang dirumuskan oleh Frontier Consulting Group melalui divisi riset pasarnya, telah melakukan pengukuran kekuatan merek dengan

menggunakan tiga parameter.

Pertama mind share, yang diindikasikan oleh nilai top of mind, atau merek yang

pertama kali terlintas dalam benak konsumen saat ingat akan kategori produk tersebut. Kedua

adalah market share, inilah kekuatan merek yang ada di pasar.Merek yang kuat haruslah

merek yang banyak dibeli dan memiliki pangsa pasar yang tinggi.Ketiga adalah commitment

share, ini untuk melihat loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.Commitment share diindikasikan oleh future intention, yaitu tingkat keinginan konsumen untuk membeli atau

menggunakan merek tertentu di masa yang akan datang (Irawan, 2016: 5-6).

Top Brand Award diberikan kepada merek-merek di dalam kategori produk tertentu yang memenuhi dua kriteria, yaitu :

1. Merek-merek yang memperoleh Top Brand Index minimum sebesar 10%.

2. Merek-merek yang menurut hasil survei berada dalam posisi top three di dalam

kategori produknya.

(6)

1. Quality Before Price

Pemikiran terhadap kualitas sangat mendominasi dibandingkan tergoda untuk

bersaing dengan harga murah. Kualitas akan menciptakan keuntungan yang lebih baik

dan akan membuat perusahaan mampu untuk mendapatkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Karena kepercayaan terhadap kualitas, perusahaan mendapatkan

banyak inspirasi dan siap untuk melakukan proses pembauran.

2. Innovation Before Cost

Dengan perubahan pasar yang dinamis, inovasi yang terbanyak fokus terhadap

pengembangan produk baru, baik peningkatan fitur maupun meluncurkan kategori

produk baru sehingga pesaingnya tidak relevan.Beberapa perusahaan melakukan

inovasi dengan mengubah saluran distribusinya, melakukan inovasi dalam

komunikasi yang kreatif dalam hal pesan maupun media yang digunakan, seperti

media internet dan mobile.

3. Engagement Before Sales

Perusahaan harus memiliki paradigma yang kuat bahwa bisnis harus didasarkan atas

relationship dan bukan transaksional.Beberapa strategi relationship yang ditunjukkan oleh merek top brand.Pertama, mereka sangat berkomitmen terhadap kepuasan

konsumen dan pelanggan. Kedua, sebagian besar perusahaan akan mengembangkan

berbagai cara untuk membentuk komunitas. Ketiga, perusahaan sangat terlihat

memiliki banyak program yang berupaya untuk menciptakan bonding dengan

konsumen atau pelanggannya.

Top Brand Index (TBI) dihitung berdasarkan pengukuran tiga parameter yang didapat dari hasil survei langsung kepada pelanggan suatu produk/jasa dari berbagai merek dalam

(7)

Mind Share Top Of Mind

Market Share Commitment Share Last Usage Future Intention

Gambar 2.1 Pengukuran Top Brand Index

1. Top of mind awereness, yaitu didasarkan atas merek yang pertama kali disebut oleh responden ketika kategori produknya disebutkan.

2. Last used, yaitu didasarkan atas merek yang terakhir kali digunakan atau dikonsumsi oleh responden dalam satu re-purchase cycle.

3. Future intention, yaitu didasarkan atas merek yang ingin digunakan atau dikomsumsikan di masa mendatang.

2.1.4 Costumer Experience

Menurut Schmitt (2003: 17)Costumer Experience (CE) adalah tentang bagaimana

perusahaan memahamai pengalaman pelanggan melalui hubungan langsung atau tidak

langsung dengan strategi masing-masing perusahaan ketika hubungan bisnis terbangun.

Experience lebih berorientasi kepada proses. Dalam berpengalaman berbelanja, experience

lebih dari sekedar mendapatkan produk apa yang diinginkan oleh konsumen, tetapi juga

aktivitas yang merupakan bagian dari proses berbelanja, seperti desain lingkungan, pelayanan

staf, kualitas produk, diskon, dan lain-lain serta apa yang dirasakan konsumen ketika TOP

BRAND Top Brand

(8)

Dalam bisnis secarasektor dan organisasi individu, perusahaanakan menyelidiki

secara detail pengalaman mana yang paling berkesan pada mereka. Berikut adalah kerangka

costumer experience management meliputi 5 langkah.

1) Menganalisis pengalaman secara umum atas diri pelanggan

Untuk menganalisa konteks sosial budaya, perlu menganalisa konteks bisnis yang

merupakankebutuhan dan solusi yang akan mempengaruhi pengalaman konsumen. Ada

beberapa cara untuk menganalisis pengalaman pelanggan (Schmitt, 2003:56).

1. Mengidentifikasi konsumen untuk menjadi target dengan merencanakan

pengalaman yang telah dibuat.

2. Membagi seputar pengalaman, yang bertolak belakang dari sudut pandang

konsumen.

3. Menelusuri keseluruhan pengalaman sepanjang titik kontak antara konsumen dan

perusahaan, mulai dari kesadaran dalam membeli produk, pemanfaat produk, dan

penjualan.

4. Melakukan survei secara teratur dapat mempengaruhi pengalaman konsumen.

2) Membangun pondasi pengalaman pelanggan

Mebangun pondasi pengalaman pelanggan merupakan titik penghubung utama

antara strategi dan implementasi. Experiential Positioning (penempatan pengalaman)

menggambarkan bahwa merekitu tetap bertahan.Experiential Value Promise (EVP) juga

dalam hal ini menjelaskan apa yang akan diperoleh oleh konsumen merupakan pengalaman

yang setara dengan proposisi nilai fungsional, yang seringkali bersifat umum dalam sebuah

merek yang diharapkan, EVP bermanfaat untuk memikirkan istilah tipe pengalaman dalam

Experiential Marketing. Hal ini termasuk pengalaman sensorik (rasa), pengalaman affektif (perasaan), pengalaman kognitif (berpikir), pengalaman fisik, perilaku dan gaya hidup serta

(9)

kultur (Schmitt, 2003: 105-106), yaitu :

1. Sense. Pengalaman yang mengarah pada lima indera yaitu nilai konsumen yang diciptakan melalui penglihatan, suara, sentuhan, rasa dan penciuman.

2. Feel. Pengalaman yang mengarahkan perasaan dari dalam pada konsumen dan emosi. Nilai konsumen diciptakan melalui pengalaman efektif yang diarahkan pada perasaan

positif yang dihubungkan dengan merek.

3. Think. Pengalaman dalam intelektual yaitu menciptakan nilai konsumen.

4. Act. Pengalaman ini untuk perilaku dan gaya hidup, menciptakan nilai yang memperlihatkan suatu gaya hidup alternatif atau cara alternatif dalam menjalankan

bisnis.

5. Relate.Pengalaman yang memuat pengalaman sosial. Sekaligus menciptakan nilai untuk konsumen dengan memberikan identitas sosial.

3) Merancang pengalaman merek

Pengalaman merek meliputi tentang estetika suatu produk yang fungsinya sebagai

dasar untuk pengalaman merek konsumen.Pengalaman merek konsumen juga meliputi look

and feel dalam logo dan tanda, kemasan, serta ruang gerai.Dalam aspek Brand Experience (pengalaman merek) ini meliputi the Product Experience (pengalamanproduk) yang

merupakan dasar dari pengalaman konsumen, yang meliputi atribut fungsi dari produk

bekerja. Dalam hal ini produk yang bermutu tinggi, akan menjadi sebuah pertimbangan, dan

dalam aspek the look and feel atau melihat dan merasakan konsumen tidak hanya menilai

fitur, tetapi ada pada logo, simbol, atau kemasan, sedangkan pada aspek Experiential

(10)

4) Struktur antar pelanggan

Pondasi pengalaman diimplementasikan dalam interfase pelanggan. Dalam hal ini

sangat penting untuk membuat struktur, isi dan gaya dari interaksi yang dinamis untuk

menghasilkan atau memberi informasi dan pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen.

Aspek Interface Design meliputi esensi dan fleksibilitas yang mana untuk menstrukturisasi

interfase sebuah pelanggan membutuhkan gambaran mengenai operasi kunci, interaksi, dan

pertukaran.Pelayanan pegawai yang selalu tanggap sangat dibutuhkan dalam fleksibilitas

konsumen.Style and Substance (gaya dan substansi) juga mengacu pada interfase yang tepat

pada bauran gaya dan substansi.

Gaya dalam konteks ini menunjukkan cara mengekspresikan esensi dan fleksibilitas

dalam interfase, sedangkan substansi memperlihatkan kenyataan. Time (waktu)

memperlihatkan perubahan secara nyata dari waktu ke waktu.Hal ini perlu diketahui tentang

bagaimana konsumen dikelompokkan dalam setiap perubahan waktu.Pengalaman konsumen

menjadi kunci utama untuk mendapatkan dan menarik pelanggan kembali.

5) Keterlibatan inovasi secara terus-menerus

Inovasi berkontiribusi dalam Customer Experience (Schmitt, 2003: 172) yaitu:

1. Inovasi bisa meningkatkan nilai tambah dalam menjalankan bisnis dengan

perusahaan.

2. Inovasi bisa meningkatkan masa bertahan kesinambungan konsumen dengan

memberikan solusi-solusi baru sehingga mendapatkan pengalaman baru.

3. Inovasi menghasilkan produk yang relevan dan bisa menyenangkan.

Penggabungan pengalaman yang menyeluruh atas produk baru serta

pengembangannya adalah proses yang sangat menggairahkan yang melibatkan konsumen.

Untuk mencapai sasaran ini sangat penting memahamieksperiental secara menyeluruh yang

(11)

2.1.5 Costumer Royalty dan Net Promoter Score

Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mendefenisikan Customer Loyalty.

Defenisi Customer Loyalty menurut Oliver (dalam Situmorang, 2012: 213) adalah Customer

loyalty is a deeply held commitment rebuy or repatronize a preferred product or service

consistently in the future, despite situasional influences and marketing effortd having the

potential to cause switching behaviour.

Dari definisi loyalitas diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep loyalitas lebih

mengarah pada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap (attitude) dan seorang

konsumen yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelianyang didefinisikan sebagai

pembeli yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu oleh beberapa unit pembuatan

keputusan. Tujuan utama atau misi perusahaan adalah mencapai tingkat loyalitas yang tinggi

dari konsumen. Hal ini dikarenakan dengan mendapatkan sikap loyalitas dari konsumen

berarti perusahaan dihadapkan kepada keuntungan ditambah lagi apabila penerapannya dalam

jangka panjang, maka sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan akan menerima keuntungan

jangka panjang pula.

Frederick Reichheld (2001) di dalam bukunya Loyalty Rules menjelaskan konsep dan

memberikan panduan implementasi menyusun loyalty program yang baik. Ada enam hal

yang perlu disarankan :

1) Usahakan tidak ada yang kalah (play win-win) dalam pelaksanaan program

loyalitas pelanggan.

2) Jangan semua orang bisa menjadi members,(be picky), dan jika telah menjadi

(12)

3) Usahakan program loyalitas pelanggan sesederhana mungkin sehingga mudah

dipahami (keep it simple) dan tidak membutuhkan pemahaman yang rumit.

4) Jangan sembarangan dalam memberikan reward, hanya transaksi yang

membawa hasil yang mendapatkan point reward (reward the right result).

5) Usahakan untuk selalu mendengarkan kebutuhan dan keinginan pelanggan

dengan bantuan CRM, kemudian berhati-hati ketika menjanjikan sesuatu (listen

hard, talk straight).

6) Komunikasikan dulu manfaat kepada pelanggan sebelum mengajaknya

bergabung (preach what you practice).

Menurut Szwarc (2005 : 9) ada perkembangan dalam menentukan loyalitas

pelanggan, seperti kebanyakan perusahaan selalu terorganisir pada survei respon pelanggan

dengan skala kepuasan yaitu 1 sampai 5. Namun, setelah dianalisis ada cara lain dalam

menentukan loyalitas pelanggan yaitu dengan menggunakan metode Net Promoter Score

(NPS).

Keberhasilan dalam bisnis dan kehidupan berasal dari pengaruh perusahaan Anda

kepada orang yang Anda sentuh, dengan memperkaya kehidupan mereka.Para pemimpin

telah mencapai keberhasilan yang luar biasa dengan sistem Net Promoter Score.NPS adalah

sebuah metode efektif untuk mengukur dan mengontrol tingkat kepuasan

pelanggan.Formatnya masih dalam bentuk kuesioner.Namun lebih rapi, terstruktur, dan dapat

dihitung (Reichheld, 2011: 10-11).

NPS memberikan cara praktis untuk mengkategorikan pelanggan berdasarkan

jawaban mereka melalui pertanyaan tunggal, biasanya diutarakan dengan seperti ini:

“Seberapa besar kemungkinan Anda akan merekomendasikan produk/jasa/brand kamike

teman atau kolega Anda?”. Kemudian mengilustrasikan perusahaan untuk meminta

(13)

Dari skala nol sampai sepuluh memungkinkan perusahaan untuk mengambil pengukuran

cepat dari perasaan dan sikap pelanggan.

Menurut Reichheld (2011: 12) setiap kelompok pelanggan menunjukkan pola yang

berbeda dari perilaku serta respon yang berbeda dari sikap.

1. Promoter(promotor). Orang-orang yang merespon dengan score 9-10

menandakan bahwa kehidupan mereka telah diperkaya oleh hubungan mereka

dengan perusahaan. Mereka berperilaku seperti pelanggan setia, biasanya

melakukan pembelian berulang dan memberikan perusahaan pangsa lebih besar

dari pengeluaran mereka. Mereka berbicara tentang perusahaan ke teman-teman

mereka dan rekan-rekan. Kami disebut kelompok promoter, karena dalam energi

dan antusiasme mereka itulah bagaimana mereka bertindak.

2. Passive (pasif). Orang-orang yang memberikan perusahaanscore 7-8. Mereka

adalah pelanggan yang puas, yang tidak loyal, dan mereka menunjukkan sesuatu

yang sangat berbeda dari sikap dan perilaku. Mereka membuat beberapa arahandan

ketika mereka merasa puas, itu mungkin yang berkualitas dan antusias. Jika diskon

pesaing atau iklan mewah menangkap mata mereka, mereka cenderung untuk

membeli. Ini disebut kelompok pasif, karena mereka membawa sedikit energi

untuk perusahaan dan tidak dapat dihitung sebagai aset jangka panjang.

3. Detractor (pencela). Dan kemudian ada orang-orang yang memberikanscore 6-0.

Skor mereka menunjukkan bahwa kehidupan mereka telah berkurang oleh

hubungan mereka dengan perusahaan. Mereka tidak kru bahagia. Mereka tidak

puas, bahkan kecewa dengan bagaimana mereka diperlakukan. Biasanya mereka

(14)

Gambar 2.2 Net Promoter Score

Respon pelanggan kemudian diukur dengan skala 0-10.Promoter berada pada skala

9-10 .Passive: 7-8. Sedangkan Detractor: 0-6. Kemudian pertanyaan tersebut boleh diikuti

dengan pertanyaan yang bertujuan untuk penyelidikan, seperti: “Apa alasan Anda

memberikan score tersebut?” atau “Perbaikan apa yang perlu kami lakukan agar dapat

mendekati nilai 10?” Survei ini dapat dilakukan secara berkala atau based on transaction.

Setelah angkanya berhasil dikumpulkan, maka NPS dapat dihitung dengan rumus:

Persentase Promoter dikurangi dengan persentase Detractor adalah nilai NPS.Dalam

hal ini Passive tidak dimasukkan dalam hitungan. Karena pelanggan Passive adalah

pelanggan yang masih berpotensi menjadi Promoter atau Detractor. Dari nilai NPS di

atas dapat diketahui berapa prosentase kepuasanpelanggan.Jika nilai NPS mencapai 100%,

artinya semua pelanggan adalah Promoter.

NPS dibagi menjadi empat kategori yaitu NPS Star, NPS Leader, NPS Excellent,

Dan NPS Good. NPS Star merupakan merek dengan nilai NPS terbaik dari semua

kategori, NPS Leader merupakan merek dengan nilai NPS tertinggi di masing masing

kategori, NPS Excellent merupakan merek dengan NPS minimal positif 10% di

masing-masing kategori, dan NPS Good merupakan merek dengan nilai NPS dibawah 10% dan

masih positif di masing-masing kategori.

(15)

Survei NPS dapat dilanjutkan dengan menganalisis nilai Costumer

Experience.Tingkat kepuasan tidak cukup dalam menjaga pelanggan supaya tetap loyal, perusahaan harus menyadari dan memfokuskan diri untuk menciptakan costumer experience

yang merupakan kunci untuk menciptakan loyalitas pelanggan yang sesungguhnya.Melalui

moment of truth perusahaan bisa lebih memahami keinginan pelanggan.

NPS mencoba mengukur tingkat rekomendasi oleh konsumen yang memiliki perasaan

positif pada saat berinteraksi dengan produk atau merek tertentu.Perasaan tersebut merupakan

costumer experience terhadap suatu merek. Setiap konsumen memiliki touch point (moment of truth/MOT) yang berbeda tergantung pada industri dan pengalaman pada industri masing-masing. Dengan memberikan skor 1-10 dengan pertanyaan “Seberapa besar pengalaman

Anda terhadap moment of truth pada merek tersebut?”.Costumer Experience pada suatu

merek akan terlihat di bagian titik sentuh mana yang paling mengesankan bagi setiap

konsumen dan mencerminkan perasaan puas terhadap suatu merek. Misalnya di kategori

Smartphone memiliki 8 touch point, yaitu: bagaimana komunikasi pada produk tersebut, kelengkapan fitur, tampilan fisik, harga, proses garansi, proses service, penanganan

kompalin, dan program loyalitas. Ternyata setelah dilakukan penelitian nilai costumer

experience pada touch point proses garansi pada Smartphone memperoleh nilai yang tinggi, artinya merek tersebut berhasil membuat konsumen merasa puas dengan proses garansi

(16)

COSTUMER EMOTIONS VALUE

EXPERIENCE INDICATORS

tha

Gambar 2.3Costumer Experience, NEV & NPS Sumber : Majalah SWA Edisi 5-17 Februari 2015

Pandai mengelolah titik sentuh merupakan modal kuat untuk meningkatkan NPS. Jika

pengelola merek mampu menghadirkan pengalaman mengasyikkan pada titik-titik sentuh

sensitif, pelanggannya tentu akan puas dan menjadi loyal. Pelanggan yang puas dan loyal ini

pada gilirannya akan merekomendasikan merek ke orang lain. Dengan kata lain,

promoterakan meningkat sehingga NPS juga akan terkatrol. Setelah NPS bagus tercapai, peluang bisnis ke depan akan semakin terbuka. Dengan jumlah promoter yang banyak dapat

berpeluang meningkatkan volume penjualan (melakukan up selling).

Perusahaan harus sistematis dalam mengkategorikan promoter dan detractor secara

tepat waktu, transparan, dan menghasilkan umpan balik yang masuk akal, tidak hanya

untuk statistik.Informasi ini harus disusun dan dikomunikasikan ke seluruh organisasi

sehingga orang dapat mengambil tindakan dan melacak hasil mereka.

Beberapa perusahaan tumbuh karena mereka telah belajar untuk membedakan

antara keuntungan yang buruk dan keuntungan yang baik dengan upaya mereka.Sebuah

(17)

untuk membeli suatu produk, dan memberitahu teman-teman mereka untuk

merekomendasi produk tersebut.Efek lainnya dalam pemasaran tidak hanya meningkatkan

pembelian mereka sendiri tetapi juga memberikan arahan antusias.Perusahaan memiliki

kesempatan untuk memberikan nilai lebih kepada pelanggan yang terbaik, memperlebar

harga mereka dibandingkan para pesaing.

2.2Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Hachiko

Pada Setiap moment of

truth(MOT)

Star jatuh kepada

(18)

gadget). Sedangkan

(Tahun) Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Temkin

Menurut Sugiyono (2010: 60) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan

secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti.

Generasi Millenial adalah orang-orang yang sangat dekat dengan internet. Generasi

(19)

biasanya sangat cepat menerima dan mendapatkan informasi. Mereka selalu mengikuti

perkembangan dunia teknologi pada setiap produk-produk terbaru.Maraknya produk-produk

yang ada di Indonesia masuk ke dalam kategori top brand.

Top Brand merupakan sebuah penghargaan yang digagas berdasarkan survei yang dilakukan secara konsisten, komitmen tinggi, dan pengukuran didasarkan atas konsep yang

solid.Kekuatan merek diperoleh dengan mengambil rata-rata terbobot, dimana bobot

ditentukan dengan metode expert judgment dari ketiga variabel.Hasilnya disebut dengan Top

Brand Index.Indeks yang selanjutnya akan menentukan merek-merek mana yang akan masuk dalam kategori top brand (Irawan, 2016: 6).

Suatu merek dapat dikatakan top brand apabila memiliki nilai, pertama mind share,

yang diindikasikan oleh nilai top of mind, atau merek yang pertama kali terlintas dalam benak

konsumen saat ingat akan kategori produk tersebut. Kedua adalah market share, inilah

kekuatan merek yang ada di pasar.Merek yang kuat haruslah merek yang banyak dibeli dan

memiliki pangsa pasar yang tinggi.Ketiga adalah commitment share, ini untuk melihat

loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.Commitment share diindikasikan oleh future

intention, yaitu tingkat keinginan konsumen untuk membeli atau menggunakan merek tertentu di masa yang akan datang (Irawan, 2016: 5-6).

Dalam pengukuran loyalitasGenerasi Y terhadap produk-produk top branddapat

digunakan dengan menggunakan metodeNet Promoter Score(NPS).Metode NPS merupakan

sebuah metode pengukuran loyalitas pelanggan.NPS tidak hanya berfungsi sebagai pengukur

loyalitas pelanggan tapi juga sebagai alat pemantau loyalitas pelanggan.NPS merupakan

sebuah metode pengukuran loyalitas yang sangat sederhana, tetapi sangat efektif untuk

mengukur tingkat loyalitas pelanggan.

(20)

menyadari dan fokus dalam menciptakan costumer experience yang merupakan kunci untuk

menciptakan loyalitas. Survei NPS kemudian dilanjutkan dengan menganalisis Costumer

Experience melalui moment of truth terhadap suatu merek, melalui pertanyaan sederhana yaitu “Seberapa besar pengalaman Anda terhadap moment of truth pada merek tersebut?”.

Dengan menggunakan skala 1-10 costumer experience pada suatu merek akan terlihat di

bagian titik sentuh mana yang paling mengesankan bagi setiap konsumen. Hasil rata-rata

touch point pada setiap kategori merupakan hasil dari nilai Costumer Experience.

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir

2.4Hipotesis

MenurutPurwanto dan Sulistyastuti (2007: 137), hipotesis adalah pernyataan atau

tuduhan bahwa sementara masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah atau belum

tentu benar sehingga harus diuji secara empiris.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran yang telah di uraikan,

maka hipotesis penilitian ini adalah “Apakah produk-produk Top Brand Indonesia memiliki

nilai Net Promoter Score yang tinggi pada kategori Generasi Millenial?”.

memberi pengaruh sebagai penentu trend. Namun, mereka dapat memperkuat brand atau

sebaliknya menghancurkan brand.Generasi tersebut dicirikan dengan mereka yang tak pernah Net Promoter

Score (NPS)

Costumer Experience

(CE) Top Brand

Indonesia Generasi

(21)

lepas dari media.Generasi Millenial dimulai dari mereka yang lahir tahun 1980 an sampai

1990 an. Itu artinya, mulai dari remaja hingga awal dewasa.

Perbedaan mendasar antara Generasi Y dengan generasi-generasi sebelumnya adalah

Generasi Y lebih banyak dipengaruhi oleh media popular seperti film, TV, majalah dan video

game yang akhirnya akan membentuk persepsi dan keyakinan mereka. Generasi Y telah mempunyai akses terhadap komputer, internet dan yang penting lagi Generasi Y sudah hidup

dengan internet dan mereka sangat kompeten mengunakannya untuk mencari informasi

tentang produk.Selanjutnya, internet mereka jadikan sebagai sumber utama informasi yang

dapat dipercaya.

2.1.2 Karakteristik Generasi Internet

Menurut hasil penelitian dan surveiada 5 generasi yang lahir setelah perang dunia

kedua dan berhubungan dengan masa kini menurut teori generasi, yaitu: Tabel 2.1

Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.

No. Kelompok

Generasi Karakterristik

2. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)

Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS instan messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter. Mereka juga suka main game online.

3. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)

(22)

headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.

4. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)

Gen Alpha adalah generasi yang paling berpelajaran tinggi. Awal bersekolah sekita usia 3-4 tahun. Mewarisi kemewahan material dar yaitu ibu bapak mereka. Berpelajaran tinggi, hidup dibantu oleh gadget-gadget berteknologi tinggi.

Sumber

2.1.3 Pengertian Merek

Konsumen memiliki persepsi yang berbeda terhadap merek yang berbeda, hanya

karena setiap merek yang unik akan lebih mudah dipahami dan memberikan pesan yang

berbeda bahwa merek tersebut mudah diingat oleh konsumen. Merek bukan tentang

mendapatkan konsumen yang kamu pilih, tetapi ini tentang mendapatkan mereka untuk

membuktikan bahwa Anda adalah sebagai satu-satunya solusi.

Beberapa merek yang sukses bahkan dapat dikenali meskipun tanpa tulisan dan hanya

beberapa logo seperti merek Nike, Ferrari, dsb.Okonkwo (2007: 9) menambahkan faktor

pengembangan pemasaran dan bebagai strategi pemasaran dalam pengertian tersebut

sehingga penciptaan sebuah merek didefinisikan sebagai penciptaan sesuatu yang sangat kuat

dan konsisten yang memiliki kemampuan yang dapat menciptakan rasa keterkaitan emosional

dan psikologis dengan konsumen serta menciptakan nilai finansial bagi pemilik merek.

Merek juga menyimbolkan jaminan dan kredibilitas yang meyakinkan konsumen bahwa apa

yang akan mereka beli akn memberikan sesuai dengan yang dijanjikan.

Untuk mempertahankan identitas merek yang unik dan tahan terhadap perubahan,

merek harus menentukan atribut yang membuatnya berbeda dari orang lain dan

mempromosikan ini sebagai alat yangakan meningkatkan kemampuannya untuk diakui oleh

(23)

4. Kejelasan dalam pilihan kepribadian dan proyeksi gambar/logo ke publik.

5. Konsistensi dalam menjaga kepribadian yang dipilih pada gambar logo merek.

6. Keteguhan dan relevansi di pasar dari waktu ke waktu.

Ketika perusahaan telah menetapkan merek suatu produk tantangan selanjutnya yang

harus dilakukan perusahaan adalah membuat pelanggan merasa puas dan loyal terhadap

produk mereka.Loyalitas merek merupakan komitmen dari pelanggan terhadap sebuah

merek.Loyalitas merek hanya sebagai preferensi konsumen terhadap merek dalam setiap

kategori produk.Hal ini sering terjadi karena keputusan sadar atau tidak sadar pelanggan

dalam membeli.Loyalitas merek dicapai secara progresif dari brand positioning.Brand

positioning terjadi sebagai akibat dari kesadaran konsumen.Ketika konsumen memiliki persepsi yang tepat dari merek, mereka memposisikan merek dalam pikiran mereka dan

cenderung melibatkan bahwa ini adalah pilihan mereka. Jika merek berulang kali disukai,

berarti dibenak konsumen merek akan meningkat, kemudian menyebabkan manifestasi

loyalitas merek melalui pembelian berulang atau niat untuk membeli kembali (Okonkwo,

2007 : 119).

Jika loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, berarti pelanggan tersebut

dapat mengurangi kerentanan dari ancaman merek pesaing.Dengan demikian, loyalitas merek

merupakan salah satu indikator dari ekuitas merek yang sangat berkaitan dengan peluang

penjualan.Ekuitas merek adalah penciptaan nilai tambah pada merek yang membuat

konsumen memberikan alasan untuk memilih merek tersebut.

Secara garis besar merek menjadi sebuah aset yang sangat berharga bagi perusahaan

yang kemudian dipakai di sejumlah produknya demi tujuan memikat hati

konsumen.Keberhasilan perusahaan dalam menciptakan sebuah merek dapat dilihat dari

(24)

atau para marketer mulai memberikan perhatian yang semakin besar terhadap upaya

membangun merek yang kuat.Top brand sebagai sumber informasi, inspirasi, dan proses

belajar, bagaimana membangun sebuah merek yang kuat. Marketer lebih memusatkan

perhatian untuk mendapatkan penghargaan dibandingkan dengan proses pembelajaran untuk

membangun merek yang kuat di Indonesia.

Menurut Irawan (2016: 13) Top Brandadalah sebuah penghargaan yang digagas

berdasarkan suvei yang dilakukan secara konsisten, komitmen tinggi dan pengukuran yang

didasarkan atas konsep yang solid. Inilah dasar untuk membangun kredibilitas Top

Brand.Top brand Indonesia adalah merek yang dirumuskan oleh Frontier Consulting Group melalui divisi riset pasarnya, telah melakukan pengukuran kekuatan merek dengan

menggunakan tiga parameter.

Pertama mind share, yang diindikasikan oleh nilai top of mind, atau merek yang

pertama kali terlintas dalam benak konsumen saat ingat akan kategori produk tersebut. Kedua

adalah market share, inilah kekuatan merek yang ada di pasar.Merek yang kuat haruslah

merek yang banyak dibeli dan memiliki pangsa pasar yang tinggi.Ketiga adalah commitment

share, ini untuk melihat loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.Commitment share diindikasikan oleh future intention, yaitu tingkat keinginan konsumen untuk membeli atau

menggunakan merek tertentu di masa yang akan datang (Irawan, 2016: 5-6).

Top Brand Award diberikan kepada merek-merek di dalam kategori produk tertentu yang memenuhi dua kriteria, yaitu :

3. Merek-merek yang memperoleh Top Brand Index minimum sebesar 10%.

4. Merek-merek yang menurut hasil survei berada dalam posisi top three di dalam

kategori produknya.

(25)

4. Quality Before Price

Pemikiran terhadap kualitas sangat mendominasi dibandingkan tergoda untuk

bersaing dengan harga murah. Kualitas akan menciptakan keuntungan yang lebih baik

dan akan membuat perusahaan mampu untuk mendapatkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Karena kepercayaan terhadap kualitas, perusahaan mendapatkan

banyak inspirasi dan siap untuk melakukan proses pembauran.

5. Innovation Before Cost

Dengan perubahan pasar yang dinamis, inovasi yang terbanyak fokus terhadap

pengembangan produk baru, baik peningkatan fitur maupun meluncurkan kategori

produk baru sehingga pesaingnya tidak relevan.Beberapa perusahaan melakukan

inovasi dengan mengubah saluran distribusinya, melakukan inovasi dalam

komunikasi yang kreatif dalam hal pesan maupun media yang digunakan, seperti

media internet dan mobile.

6. Engagement Before Sales

Perusahaan harus memiliki paradigma yang kuat bahwa bisnis harus didasarkan atas

relationship dan bukan transaksional.Beberapa strategi relationship yang ditunjukkan oleh merek top brand.Pertama, mereka sangat berkomitmen terhadap kepuasan

konsumen dan pelanggan. Kedua, sebagian besar perusahaan akan mengembangkan

berbagai cara untuk membentuk komunitas. Ketiga, perusahaan sangat terlihat

memiliki banyak program yang berupaya untuk menciptakan bonding dengan

konsumen atau pelanggannya.

Top Brand Index (TBI) dihitung berdasarkan pengukuran tiga parameter yang didapat dari hasil survei langsung kepada pelanggan suatu produk/jasa dari berbagai merek dalam

(26)

Mind Share Top Of Mind

Market Share Commitment Share Last Usage Future Intention

Gambar 2.1 Pengukuran Top Brand Index

4. Top of mind awereness, yaitu didasarkan atas merek yang pertama kali disebut oleh responden ketika kategori produknya disebutkan.

5. Last used, yaitu didasarkan atas merek yang terakhir kali digunakan atau dikonsumsi oleh responden dalam satu re-purchase cycle.

6. Future intention, yaitu didasarkan atas merek yang ingin digunakan atau dikomsumsikan di masa mendatang.

4.1.4 Costumer Experience

Menurut Schmitt (2003: 17)Costumer Experience (CE) adalah tentang bagaimana

perusahaan memahamai pengalaman pelanggan melalui hubungan langsung atau tidak

langsung dengan strategi masing-masing perusahaan ketika hubungan bisnis terbangun.

Experience lebih berorientasi kepada proses. Dalam berpengalaman berbelanja, experience

lebih dari sekedar mendapatkan produk apa yang diinginkan oleh konsumen, tetapi juga

aktivitas yang merupakan bagian dari proses berbelanja, seperti desain lingkungan, pelayanan

staf, kualitas produk, diskon, dan lain-lain serta apa yang dirasakan konsumen ketika

berbelanja.

TOP

BRAND Top Brand

(27)

Dalam bisnis secarasektor dan organisasi individu, perusahaanakan menyelidiki

secara detail pengalaman mana yang paling berkesan pada mereka. Berikut adalah kerangka

costumer experience management meliputi 5 langkah.

6) Menganalisis pengalaman secara umum atas diri pelanggan

Untuk menganalisa konteks sosial budaya, perlu menganalisa konteks bisnis yang

merupakankebutuhan dan solusi yang akan mempengaruhi pengalaman konsumen. Ada

beberapa cara untuk menganalisis pengalaman pelanggan (Schmitt, 2003:56).

5. Mengidentifikasi konsumen untuk menjadi target dengan merencanakan

pengalaman yang telah dibuat.

6. Membagi seputar pengalaman, yang bertolak belakang dari sudut pandang

konsumen.

7. Menelusuri keseluruhan pengalaman sepanjang titik kontak antara konsumen dan

perusahaan, mulai dari kesadaran dalam membeli produk, pemanfaat produk, dan

penjualan.

8. Melakukan survei secara teratur dapat mempengaruhi pengalaman konsumen.

7) Membangun pondasi pengalaman pelanggan

Mebangun pondasi pengalaman pelanggan merupakan titik penghubung utama

antara strategi dan implementasi. Experiential Positioning (penempatan pengalaman)

menggambarkan bahwa merekitu tetap bertahan.Experiential Value Promise (EVP) juga

dalam hal ini menjelaskan apa yang akan diperoleh oleh konsumen merupakan pengalaman

yang setara dengan proposisi nilai fungsional, yang seringkali bersifat umum dalam sebuah

merek yang diharapkan, EVP bermanfaat untuk memikirkan istilah tipe pengalaman dalam

(28)

kultur (Schmitt, 2003: 105-106), yaitu :

6. Sense. Pengalaman yang mengarah pada lima indera yaitu nilai konsumen yang diciptakan melalui penglihatan, suara, sentuhan, rasa dan penciuman.

7. Feel. Pengalaman yang mengarahkan perasaan dari dalam pada konsumen dan emosi. Nilai konsumen diciptakan melalui pengalaman efektif yang diarahkan pada perasaan

positif yang dihubungkan dengan merek.

8. Think. Pengalaman dalam intelektual yaitu menciptakan nilai konsumen.

9. Act. Pengalaman ini untuk perilaku dan gaya hidup, menciptakan nilai yang memperlihatkan suatu gaya hidup alternatif atau cara alternatif dalam menjalankan

bisnis.

10.Relate.Pengalaman yang memuat pengalaman sosial. Sekaligus menciptakan nilai untuk konsumen dengan memberikan identitas sosial.

8) Merancang pengalaman merek

Pengalaman merek meliputi tentang estetika suatu produk yang fungsinya sebagai

dasar untuk pengalaman merek konsumen.Pengalaman merek konsumen juga meliputi look

and feel dalam logo dan tanda, kemasan, serta ruang gerai.Dalam aspek Brand Experience (pengalaman merek) ini meliputi the Product Experience (pengalamanproduk) yang

merupakan dasar dari pengalaman konsumen, yang meliputi atribut fungsi dari produk

bekerja. Dalam hal ini produk yang bermutu tinggi, akan menjadi sebuah pertimbangan, dan

dalam aspek the look and feel atau melihat dan merasakan konsumen tidak hanya menilai

fitur, tetapi ada pada logo, simbol, atau kemasan, sedangkan pada aspek Experiential

Communications (komunikasi pengalaman) ini berpusat pada fitur dan manfaat dan hasil fungsional yang dapat meningkatkan penjualan.

9) Struktur antar pelanggan

(29)

sangat penting untuk membuat struktur, isi dan gaya dari interaksi yang dinamis untuk

menghasilkan atau memberi informasi dan pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen.

Aspek Interface Design meliputi esensi dan fleksibilitas yang mana untuk menstrukturisasi

interfase sebuah pelanggan membutuhkan gambaran mengenai operasi kunci, interaksi, dan

pertukaran.Pelayanan pegawai yang selalu tanggap sangat dibutuhkan dalam fleksibilitas

konsumen.Style and Substance (gaya dan substansi) juga mengacu pada interfase yang tepat

pada bauran gaya dan substansi.

Gaya dalam konteks ini menunjukkan cara mengekspresikan esensi dan fleksibilitas

dalam interfase, sedangkan substansi memperlihatkan kenyataan. Time (waktu)

memperlihatkan perubahan secara nyata dari waktu ke waktu.Hal ini perlu diketahui tentang

bagaimana konsumen dikelompokkan dalam setiap perubahan waktu.Pengalaman konsumen

menjadi kunci utama untuk mendapatkan dan menarik pelanggan kembali.

10)Keterlibatan inovasi secara terus-menerus

Inovasi berkontiribusi dalam Customer Experience (Schmitt, 2003: 172) yaitu:

4. Inovasi bisa meningkatkan nilai tambah dalam menjalankan bisnis dengan

perusahaan.

5. Inovasi bisa meningkatkan masa bertahan kesinambungan konsumen dengan

memberikan solusi-solusi baru sehingga mendapatkan pengalaman baru.

6. Inovasi menghasilkan produk yang relevan dan bisa menyenangkan.

Penggabungan pengalaman yang menyeluruh atas produk baru serta

pengembangannya adalah proses yang sangat menggairahkan yang melibatkan konsumen.

Untuk mencapai sasaran ini sangat penting memahamieksperiental secara menyeluruh yang

(30)

4.1.5 Costumer Royalty dan Net Promoter Score

Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mendefenisikan Customer Loyalty.

Defenisi Customer Loyalty menurut Oliver (dalam Situmorang, 2012: 213) adalah Customer

loyalty is a deeply held commitment rebuy or repatronize a preferred product or service

consistently in the future, despite situasional influences and marketing effortd having the

potential to cause switching behaviour.

Dari definisi loyalitas diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep loyalitas lebih

mengarah pada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap (attitude) dan seorang

konsumen yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelianyang didefinisikan sebagai

pembeli yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu oleh beberapa unit pembuatan

keputusan. Tujuan utama atau misi perusahaan adalah mencapai tingkat loyalitas yang tinggi

dari konsumen. Hal ini dikarenakan dengan mendapatkan sikap loyalitas dari konsumen

berarti perusahaan dihadapkan kepada keuntungan ditambah lagi apabila penerapannya dalam

jangka panjang, maka sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan akan menerima keuntungan

jangka panjang pula.

Frederick Reichheld (2001) di dalam bukunya Loyalty Rules menjelaskan konsep dan

memberikan panduan implementasi menyusun loyalty program yang baik. Ada enam hal

yang perlu disarankan :

7) Usahakan tidak ada yang kalah (play win-win) dalam pelaksanaan program

loyalitas pelanggan.

8) Jangan semua orang bisa menjadi members,(be picky), dan jika telah menjadi

(31)

9) Usahakan program loyalitas pelanggan sesederhana mungkin sehingga mudah

dipahami (keep it simple) dan tidak membutuhkan pemahaman yang rumit.

10)Jangan sembarangan dalam memberikan reward, hanya transaksi yang

membawa hasil yang mendapatkan point reward (reward the right result).

11)Usahakan untuk selalu mendengarkan kebutuhan dan keinginan pelanggan

dengan bantuan CRM, kemudian berhati-hati ketika menjanjikan sesuatu (listen

hard, talk straight).

12)Komunikasikan dulu manfaat kepada pelanggan sebelum mengajaknya

bergabung (preach what you practice).

Menurut Szwarc (2005 : 9) ada perkembangan dalam menentukan loyalitas

pelanggan, seperti kebanyakan perusahaan selalu terorganisir pada survei respon pelanggan

dengan skala kepuasan yaitu 1 sampai 5. Namun, setelah dianalisis ada cara lain dalam

menentukan loyalitas pelanggan yaitu dengan menggunakan metode Net Promoter Score

(NPS).

Keberhasilan dalam bisnis dan kehidupan berasal dari pengaruh perusahaan Anda

kepada orang yang Anda sentuh, dengan memperkaya kehidupan mereka.Para pemimpin

telah mencapai keberhasilan yang luar biasa dengan sistem Net Promoter Score.NPS adalah

sebuah metode efektif untuk mengukur dan mengontrol tingkat kepuasan

pelanggan.Formatnya masih dalam bentuk kuesioner.Namun lebih rapi, terstruktur, dan dapat

dihitung (Reichheld, 2011: 10-11).

NPS memberikan cara praktis untuk mengkategorikan pelanggan berdasarkan

jawaban mereka melalui pertanyaan tunggal, biasanya diutarakan dengan seperti ini:

“Seberapa besar kemungkinan Anda akan merekomendasikan produk/jasa/brand kamike

(32)

tersebut?”.Dari skala nol sampai sepuluh memungkinkan perusahaan untuk mengambil

pengukuran cepat dari perasaan dan sikap pelanggan.

Menurut Reichheld (2011: 12) setiap kelompok pelanggan menunjukkan pola yang

berbeda dari perilaku serta respon yang berbeda dari sikap.

4. Promoter(promotor). Orang-orang yang merespon dengan score 9-10

menandakan bahwa kehidupan mereka telah diperkaya oleh hubungan mereka

dengan perusahaan. Mereka berperilaku seperti pelanggan setia, biasanya

melakukan pembelian berulang dan memberikan perusahaan pangsa lebih besar

dari pengeluaran mereka. Mereka berbicara tentang perusahaan ke teman-teman

mereka dan rekan-rekan. Kami disebut kelompok promoter, karena dalam energi

dan antusiasme mereka itulah bagaimana mereka bertindak.

5. Passive (pasif). Orang-orang yang memberikan perusahaanscore 7-8. Mereka

adalah pelanggan yang puas, yang tidak loyal, dan mereka menunjukkan sesuatu

yang sangat berbeda dari sikap dan perilaku. Mereka membuat beberapa arahandan

ketika mereka merasa puas, itu mungkin yang berkualitas dan antusias. Jika diskon

pesaing atau iklan mewah menangkap mata mereka, mereka cenderung untuk

membeli. Ini disebut kelompok pasif, karena mereka membawa sedikit energi

untuk perusahaan dan tidak dapat dihitung sebagai aset jangka panjang.

6. Detractor (pencela). Dan kemudian ada orang-orang yang memberikanscore 6-0.

Skor mereka menunjukkan bahwa kehidupan mereka telah berkurang oleh

hubungan mereka dengan perusahaan. Mereka tidak kru bahagia. Mereka tidak

puas, bahkan kecewa dengan bagaimana mereka diperlakukan. Biasanya mereka

(33)

Gambar 2.2 Net Promoter Score

Respon pelanggan kemudian diukur dengan skala 0-10.Promoter berada pada skala

9-10 .Passive: 7-8. Sedangkan Detractor: 0-6. Kemudian pertanyaan tersebut boleh diikuti

dengan pertanyaan yang bertujuan untuk penyelidikan, seperti: “Apa alasan Anda

memberikan score tersebut?” atau “Perbaikan apa yang perlu kami lakukan agar dapat

mendekati nilai 10?” Survei ini dapat dilakukan secara berkala atau based on transaction.

Setelah angkanya berhasil dikumpulkan, maka NPS dapat dihitung dengan rumus:

Persentase Promoter dikurangi dengan persentase Detractor adalah nilai NPS.Dalam

hal ini Passive tidak dimasukkan dalam hitungan. Karena pelanggan Passive adalah

pelanggan yang masih berpotensi menjadi Promoter atau Detractor. Dari nilai NPS di

atas dapat diketahui berapa prosentase kepuasanpelanggan.Jika nilai NPS mencapai 100%,

artinya semua pelanggan adalah Promoter.

NPS dibagi menjadi empat kategori yaitu NPS Star, NPS Leader, NPS Excellent,

Dan NPS Good. NPS Star merupakan merek dengan nilai NPS terbaik dari semua

kategori, NPS Leader merupakan merek dengan nilai NPS tertinggi di masing masing

kategori, NPS Excellent merupakan merek dengan NPS minimal positif 10% di

(34)

Survei NPS dapat dilanjutkan dengan menganalisis nilai Costumer

Experience.Tingkat kepuasan tidak cukup dalam menjaga pelanggan supaya tetap loyal, perusahaan harus menyadari dan memfokuskan diri untuk menciptakan costumer experience

yang merupakan kunci untuk menciptakan loyalitas pelanggan yang sesungguhnya.Melalui

moment of truth perusahaan bisa lebih memahami keinginan pelanggan.

NPS mencoba mengukur tingkat rekomendasi oleh konsumen yang memiliki perasaan

positif pada saat berinteraksi dengan produk atau merek tertentu.Perasaan tersebut merupakan

costumer experience terhadap suatu merek. Setiap konsumen memiliki touch point (moment of truth/MOT) yang berbeda tergantung pada industri dan pengalaman pada industri masing-masing. Dengan memberikan skor 1-10 dengan pertanyaan “Seberapa besar pengalaman

Anda terhadap moment of truth pada merek tersebut?”.Costumer Experience pada suatu

merek akan terlihat di bagian titik sentuh mana yang paling mengesankan bagi setiap

konsumen dan mencerminkan perasaan puas terhadap suatu merek. Misalnya di kategori

Smartphone memiliki 8 touch point, yaitu: bagaimana komunikasi pada produk tersebut, kelengkapan fitur, tampilan fisik, harga, proses garansi, proses service, penanganan

kompalin, dan program loyalitas. Ternyata setelah dilakukan penelitian nilai costumer

experience pada touch point proses garansi pada Smartphone memperoleh nilai yang tinggi, artinya merek tersebut berhasil membuat konsumen merasa puas dengan proses garansi

(35)

COSTUMER EMOTIONS VALUE

EXPERIENCE INDICATORS

tha

Gambar 2.3Costumer Experience, NEV & NPS Sumber : Majalah SWA Edisi 5-17 Februari 2015

Pandai mengelolah titik sentuh merupakan modal kuat untuk meningkatkan NPS. Jika

pengelola merek mampu menghadirkan pengalaman mengasyikkan pada titik-titik sentuh

sensitif, pelanggannya tentu akan puas dan menjadi loyal. Pelanggan yang puas dan loyal ini

pada gilirannya akan merekomendasikan merek ke orang lain. Dengan kata lain,

promoterakan meningkat sehingga NPS juga akan terkatrol. Setelah NPS bagus tercapai, peluang bisnis ke depan akan semakin terbuka. Dengan jumlah promoter yang banyak dapat

berpeluang meningkatkan volume penjualan (melakukan up selling).

Perusahaan harus sistematis dalam mengkategorikan promoter dan detractor secara

tepat waktu, transparan, dan menghasilkan umpan balik yang masuk akal, tidak hanya

untuk statistik.Informasi ini harus disusun dan dikomunikasikan ke seluruh organisasi

sehingga orang dapat mengambil tindakan dan melacak hasil mereka.

Beberapa perusahaan tumbuh karena mereka telah belajar untuk membedakan EmployeeInteractions

Company Premises Call Centre Quality of Product

Quality Process Payment Process Complaint Handing

That drive to destroy

Positive

Negative

That Impact

Spend

Recommendation

(36)

untuk membeli suatu produk, dan memberitahu teman-teman mereka untuk

merekomendasi produk tersebut.Efek lainnya dalam pemasaran tidak hanya meningkatkan

pembelian mereka sendiri tetapi juga memberikan arahan antusias.Perusahaan memiliki

kesempatan untuk memberikan nilai lebih kepada pelanggan yang terbaik, memperlebar

harga mereka dibandingkan para pesaing.

2.5Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Hachiko

Pada Setiap moment of

truth(MOT)

Star jatuh kepada

(37)

dan Okeshop

(Tahun) Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Temkin

Menurut Sugiyono (2010: 60) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

(38)

Generasi Millenial adalah orang-orang yang sangat dekat dengan internet. Generasi

ini merupakan orang-orang yang kelahiran tahun 1990 an sampai 1980 an. Generasi ini

biasanya sangat cepat menerima dan mendapatkan informasi. Mereka selalu mengikuti

perkembangan dunia teknologi pada setiap produk-produk terbaru.Maraknya produk-produk

yang ada di Indonesia masuk ke dalam kategori top brand.

Top Brand merupakan sebuah penghargaan yang digagas berdasarkan survei yang dilakukan secara konsisten, komitmen tinggi, dan pengukuran didasarkan atas konsep yang

solid.Kekuatan merek diperoleh dengan mengambil rata-rata terbobot, dimana bobot

ditentukan dengan metode expert judgment dari ketiga variabel.Hasilnya disebut dengan Top

Brand Index.Indeks yang selanjutnya akan menentukan merek-merek mana yang akan masuk dalam kategori top brand (Irawan, 2016: 6).

Suatu merek dapat dikatakan top brand apabila memiliki nilai, pertama mind share,

yang diindikasikan oleh nilai top of mind, atau merek yang pertama kali terlintas dalam benak

konsumen saat ingat akan kategori produk tersebut. Kedua adalah market share, inilah

kekuatan merek yang ada di pasar.Merek yang kuat haruslah merek yang banyak dibeli dan

memiliki pangsa pasar yang tinggi.Ketiga adalah commitment share, ini untuk melihat

loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.Commitment share diindikasikan oleh future

intention, yaitu tingkat keinginan konsumen untuk membeli atau menggunakan merek tertentu di masa yang akan datang (Irawan, 2016: 5-6).

Dalam pengukuran loyalitasGenerasi Y terhadap produk-produk top branddapat

digunakan dengan menggunakan metodeNet Promoter Score(NPS).Metode NPS merupakan

sebuah metode pengukuran loyalitas pelanggan.NPS tidak hanya berfungsi sebagai pengukur

loyalitas pelanggan tapi juga sebagai alat pemantau loyalitas pelanggan.NPS merupakan

sebuah metode pengukuran loyalitas yang sangat sederhana, tetapi sangat efektif untuk

(39)

NPS merupakan suatu metode pengukuran kepuasan dan loyalitas pelanggan.Tingkat

kepuasan tidak cukup dalam menjaga pelanggan supaya tetap loyal, perusahaan harus lebih

menyadari dan fokus dalam menciptakan costumer experience yang merupakan kunci untuk

menciptakan loyalitas. Survei NPS kemudian dilanjutkan dengan menganalisis Costumer

Experience melalui moment of truth terhadap suatu merek, melalui pertanyaan sederhana yaitu “Seberapa besar pengalaman Anda terhadap moment of truth pada merek tersebut?”.

Dengan menggunakan skala 1-10 costumer experience pada suatu merek akan terlihat di

bagian titik sentuh mana yang paling mengesankan bagi setiap konsumen. Hasil rata-rata

touch point pada setiap kategori merupakan hasil dari nilai Costumer Experience.

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir

2.7Hipotesis

MenurutPurwanto dan Sulistyastuti (2007: 137), hipotesis adalah pernyataan atau

tuduhan bahwa sementara masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah atau belum

tentu benar sehingga harus diuji secara empiris.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran yang telah di uraikan, Net Promoter

Score (NPS)

Costumer Experience

(CE) Top Brand

Indonesia Generasi

Gambar

Gambar 2.1 Pengukuran Top Brand Index
Gambar 2.2 Net Promoter Score
Gambar 2.3 Costumer Experience, NEV & NPS
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

This study seeks to understand the perceptions of school leaders and teachers concerning: (1) how teacher recruitment pathways impact on teachers’ practice and development.. (2)

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Fullan (2007) also suggests that curricular change does not necessarily mean progress especially when policy makers never carry out an evaluation on the

It found that better qualiied teachers were allocated to classes that would be sitting for the national examinations, and that these teachers were given much more access

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Universitas Negeri

Methods : In a cross-sectional study, intima – media thickness of the common and internal carotid artery, carotid bulb and common femoral artery was determined with the use of a

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA Jalan