• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LAHAN EKS TAMBANG DALAM KAWASAN HUTAN_DISHUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LAHAN EKS TAMBANG DALAM KAWASAN HUTAN_DISHUT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LAHAN

EKS TAMBANG DALAM

KAWASAN HUTAN UNTUK

USAHA PETERNAKAN

(2)

PERTAMBANGAN DIDALAM

KAWASAN HUTAN

Kegiatan pertambangan didalam kawasan hutan

dilaksanakan melalui mekanisme Ijin Pinjam

Pakai Kawasan Hutan (IPPKH).

IPPKH dapat dilakukan pada kawasan Hutan

Produksi dan Hutan Lindung.

(3)

REKLAMASI HUTAN

Penataan lahan (reklamasi)

Back filling, recounturing, spreding top soil

Pengendalian erosi dan sedimentasi

Teknik sipil (saluran pembuangan air, dam penahan, terasering, oil

chapter)

Revegetasi atau penanaman pohon

cover crop, tanaman pioneer (fast growing), tanaman asli.

Pengembalian areal IPPKH dilakukan setelah penilaian keberhasilan

reklamasi hutan pada areal bekas penggunaan kawasan hutan.

(4)

WANATERNAK

(Silvopasture)

Dalam ilmu kehutanan dikenal program wanaternak atau

silvopasture

yaitu kombinasi antara sektor kehutanan dengan sektor peternakan.

Tujuan program wanaternak

(silvopasture)

ini adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan melalui usaha

peternakan dan dalam skala luas bertujuan untuk mencukupi

kebutuhan pangan terutama daging serta mengurangi ketergantungan

import daging.

Program wanaternak

(silvopasture)

telah dikenal sejak lama dan telah

dilakukan oleh sektor kehutanan, namun pelaksanaannya belum

maksimal karena belum adanya konsep yang jelas.

Contoh pelaksanaan wanaternak

(silvopasture)

dilakukan oleh Dephut

(5)

Program wanaternak dipilih oleh Departemen

Kehutanan

karena

sesuai

dengan

skema

pemanfaatan lahan hutan secara sinergis dengan

sektor peternakan dan pengelolaan hutan secara

lestari melalui pemanfaatan hasil hutan non kayu

(daun sebagai pakan ternak).

Wanaternak dapat dirumuskan sebagai sistem

(6)

PERMASALAHAN

Pada areal bekas tambang batubara melalui IPPKH

belum dapat dilakukan kegiatan peternakan mengingat

adanya kewajiban perusahaan untuk melakukan dan

menjamin keberhasilan revegetasi sampai dengan

berakhirnya pinjam pakai kawasan hutan.

Jenis tanaman penutup (cover crop) dan tanaman

pioner yang digunakan oleh perusahaan tambang

ditujukan untuk mengembalikan kondisi tanah yang

layak untuk ditanami tanaman keras (endemik).

(7)

PELUANG

Program wanaternak (

silvopasture

) dapat dilakukan

pada areal bekas tambang yang berada diluar

kawasan hutan (APL/KBNK). Lahan bekas tambang

diluar kawasan hutan di Kaltim cukup luas.

Pola penanaman (revegetasi) pada areal bekas

tambang menggunakan kombinasi/tumpangsari antara

tanaman keras dengan tanaman penghasil pangan

atau pakan ternak (

food security

) dengan komposisi

60% - 40%.

(8)

STRATEGI

Pelaksanaan program wanaternak (silvopasture)

dapat berjalan dengan baik apabila sudah ada

konsep pengelolaan yang jelas.

Manajemen program wanaternak (silvopasture) harus

mempertimbangkan :

Perencanaan

Dimana akan dikembangkan

Siapa yang mengembangkan

Dijual kemana

(9)

Pengaturan

Aturan main (peraturan, kebijakan)

Pihak-pihak terkait

Peningkatan kesejahteraan (pro poor)

Membuka peluang investasi (pro investment)

Mendukung kelestarian wanaternak (sustainable silvo pasture)

Mekanisme pengelolaan melalui kerjasama atau kemitraan

Pengaturan hak dan kewajiban

(10)

Pelaksanaan

Penyediaan pakan ternak

Pemeliharaan dan kesehatan ternak

Alokasi lahan tanaman pakan ternak

Penentuan jenis pakan ternak dan penanamannya

Dukungan/sistem pembiayaan

Peningkatan pengetahuan peternak dalam inovasi pakan ternak

Penerapan teknologi bidang peternakan

Pemasaran produk ternak dan turunannya

Tata niaga dan pemasaran yang baik dan benar dengan tetap

(11)

Pengawasan

Monitoring dan evaluasi

Periodik dan berjenjang

(12)

Hal yang penting dalam pengembangan wanaternak (silvopasture) di Kalimantan Timur adalah :

1. Adanya komitmen yang tinggi untuk pengembangan wanaternak (silvopasture)

dalam rangka pengelolaan hutan untuk pengentasan kemiskinan (forest for poor) dan peningkatan kesejahteraan petani/peternak (pro poor).

2. Penetapan lokasi lahan eks tambang diluar kawasan hutan untuk peternakan ditetapkan berdasarkan sentra produksi yang sudah ditetapkan oleh peternakan.

3. Perlu sinergitas antara Dinas Kehutanan dan Dinas Peternakan guna memenuhi kebutuhan pangan khususnya daging pada tingkat regional dan dalam jangka panjang dapat memberikan kontribusi secara nasional dalam rangka mengurangi tingkat ketergantungan import daging.

4. Pelaksanaan program wanaternak (silvopasture) dipayungi dengan peraturan daerah atau kebijakan yang secara komprehensif mengatur proses perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, organisasi, pembiayaan dan partisipasi para pihak.

(13)

Mengapa

harus di areal

eks

(14)

Hutan Produksi

Hutan Lindung

KEMITRAAN

Pola

Lahan Kritis/

Lahan Terlantar

Silvopasture

Tumpangsari

Referensi

Dokumen terkait

Nilai paramater yang diinput ke dalam program HEC-HMS untuk proses verifikasi ialah nilai yang paling optimal ( optimized value ) dari kalibrasi untuk

Berbagai penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan status zat gizi mikro sebelum hamil maupun konsumsi vitamin mineral sebelum hamil dengan outcome kehamilan,

Bingkai Akibat/kesan - laporan peristiwa, isu atau masalah dari segi akibat ia ada pada seseorang individu, kumpulan, parti, institusi atau negara; melaporkan kerosakan atau

Adanya penurunan abnormal return pada periode pengamatan 1 (satu) hari dan 3 (tiga) hari menunjukkan bahwa pasar bereaksi negatif pada saat sebelum peristiwa

mengkonsumsi tablet besi. Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan.. Indresweri, M., Hardinsyah, dan Damanik, MR. Hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa karbon kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) setelah aktivasi kimia memiliki waktu kontak maksimum yang lebih besar

Perubahan dimaksud mengacu pada visi dan misi Kabupaten Musi Rawas, NAWACITA yang telah dituangkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Berdasarkan hasil perhitungan Net Present Value (NPV), total biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan alternatif kendaraan sendiri dengan membeli kendaraan selama